Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

“Laporan Kauangan Pemerintah Daerah”

Di susun oleh;
Kelompok 1(satu)
Nama ; 1. Greys Dayanthy 16 401 219
2. Intan Kristina 16 401 135

Dosen : WAHYUNI YUSRIA NINGSIH,SE., M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP)
MAKASSAR

TAHUN 2019/2020
A. Latar Belakang
Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan memberikan
pengaruh yang besar dalam perubahan sistem akuntansi yang diterapkan oleh
Pemerintah Daerah. Perubahan yang paling mempengaruhi sistem akuntansi dalam
peraturan tersebut adalah perubahan basis akuntansi. Pada PP No. 24 Tahun 2005,
basis akuntansi yang dianut adalah basis kas menuju akrual (Cash Towards Accrual).
Sedangkan pada PP No. 71 Tahun 2010 basis akuntansi yang dianut adalah basis
akrual.Menurut PP No. 71 Tahun 2010 pasal 1 angka 8 dan 9, yang dimaksud dengan
basis kas menuju akrual yaitu basis akuntansi yang mengakui pendapatan, belanja dan
pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang dan ekuitas dana dengan berbasis
akrual. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pendapatan,
bebam, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial dengan berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang digunakan dalam APBD.Oleh karena itu, basis yang
digunakan dalam menyusun APBD masih menggunakan basis kas, maka Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) juga harus disusun berdasarkan basis kas, dimana
pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Daerah/Bendahara Penerimaan. Serta belanja, transfer dan pengeluaran
pembiayaan diakui pada sat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum daerah.Selain
basis akuntansi yang berbeda, juga terdapat perbedaan dalam hal laporan yang harus
dibuat oleh Pemerintah Daerah. Dalam PP No. 24 Tahun 2005, Laporan Keuangan
Pokok yang harus dibuat oleh pemerintah daerah adalah Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).Dalam Kerangka Konseptual PP No.71 tahun 2010 paragraf 60, Laporan
Keuangan Pokok yang harus dibuat oleh pemerintah daerah yaitu :
Kategori Laporan Keuangan

Laporan Pelaksanaan Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Perubahan Saldo (SAL)

Laporan Finansial Laporan Operasional (LO)

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Neraca

Laporan Arus Kas (LAK)

Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


Dari uraian diatas terlihat ada tambahan laporan yang harus dibuat oleh
pemerintah daerah yaitu Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Saldo
(LPSAL) dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).Laporan keuangan yang dihasilkan
dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik
bagi para pemangku kepentingan, antara lain :
1. Memberi gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah.
2. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah.
3. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi dan pencapaian tujuan.

Bertambahnya laporan keuangan pokok diatas akan sangat berpengaruh dalam


proses perubahan pengembangan dan implementasi sistem akuntansi di pemerintah
daerah. Serta pola asistensi yang dilakukan oleh perwakilan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah (BPKP). BPKP mengembangkan Manual sistem dan Prosedur
Akuntansi Pemerintahan Daerah berbasis Akrual.

B. Rumusan Masalah
Sebagai pedoman dari pembahasan makalah ini, berikut rumusan masalahnya :
1. Apa Konsep Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berbasis Akrual?
2. Bagaimana Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Berbasis Akrual
Dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual, terdapat beberapa faktor
penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah
daerah. Beberapa faktor penting tersebut merupakan konsep dasar bagi
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, yang meliputi antara lain : Ciri
keuangan pemerintah daerah, Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan
informasi, Entitas akuntansi dan pelaporan pada pemerintah daerah, Sistem dan
perlakuan akuntansi, Tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

1. Ciri Keuangan Pemerintah Daerah


Laporan keunagan pemerintah daerah merupakan keluaran (output) dari
sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah. Sedangkan sistem akuntansi
dikembangkan sesuai dengan kegiatan pengelolaan keuangan berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Lingkungan operasional
organisasi pemerintah daerah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan pada pemerintah daerah.Ciri keuangan
pemerintah daerah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain :
a) Sistem Penganggaran Pemerintah Daerah
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil
kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentag belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja
tersebut. Serta pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan
terjadi defisit atau surplus. Oleh karena itu, fungsi anggaran
dilingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain :
 Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
 Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan
keseimbangan antara belanja, pendapatan dan pembiayaan
yang diinginkan.
 Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki
konsekuensi hukum.
 Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
 Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan
keuangan pemerintah sebagai pernyataan
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
b) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan
Investasi yang ditanamkan oleh suatu organisasi selalu
diharapkan dapat memberikan hasil yang sebanding dengan
pengorbanan yang telah dikeluarkan. Didalam organisasi nirlaba
seperti pemerintahan, hal ini tidak dapat dilakukan mengingat
tujuan dan fungsi pemerintahan itu sendiri. Dalam rangka memberi
pelayanan kepada masyarakat, pemerintah daerah
menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak
secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah,
seperti gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman dan kawasan
reservasi. Sebagian besar aset dimaksud mempunyai masa manfaat
yang lama sehingga diperlukan program pemeliharaan dan
rehabilitasi yang memadai untuk mempertahankan manfaat yang
hendak dicapai.
c) Penggunaan akuntansi dana
Akuntansi dan (fund accounting) merupakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan yang lazim diterapkan dilingkungan
pemerintah yang memisahkan kelompok dana menurut tujuannya.
d) Penyusunan Nilai Aset Tetap
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset
tetap yang dapat disusutkan selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Pencatatan penyusutan ini merupakan salah satu
penanda pemberlakuan basis akrual dalam standar akuntansi
pemerintahan, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti tanah,
mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring
dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset, maka
dilakukan penyesuaian nilai berupa penyusutan nilai aset.
2. Pengguna Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi
Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah tidak terbatas
pada masyarakat, wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa,
pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan
pinjaman, tetapi juga pemerintah itu sendiri. Informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan
informasi dari semua kelompok pengguna. Kebutuhan informasi tentang
kegiatan operasional pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban
dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila di dasarkan pada
basis akrual yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan
kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila
terdapat ketentuan peraturan perundang – undangan yang mengharuskan
penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan
keuangan dimaksud wajib disajikan dengan basis kas.
3. Entitas Akuntansi dan Pelaporan pada Pemerintah Daerah
Sesuai definisi dalam PSAP 01 Paragraf 8, Entitas Akuntansi
adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelanggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Dengan demikian,
entitas akuntansi dapat dikatakan sebagai unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan
akuntansi dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan akuntansi yang
diselenggarakannya. Berdasarkan definisi di atas maka entitas akuntansi
pada pemerintah daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau
lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan
peraturan perundang – undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
4. Sistem dan Perlakuan Akuntansi
Sistem akuntansi pemerintahan sesuai dengan PP No. 71 tahun
2010 pasal 1 angka 11 adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan
dilingkungan organisasi pemerintah. Dengan kata lain, sistem akuntansi
merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
menggunakan aplikasi komputer.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan yang dimaksudkan
sebagai ketentuan yang perlu dipahami dan ditaati oleh
pembuat standar dalam menyusun standar. Sesuai dengan
PSAP 01 Paragraf 5 PP No. 71 Tahun 2010, basis
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis akrual. Basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.Pemetaan basis akuntansi yang digunakan untuk
setiap laporan keuangan yang disusun olh pemerintah
daerah sesuai dengan pernyataan diatas adalah sebagai
berikut :
Basis Akuntansi Laporan Keuangan

Akrual - Laporan Operasional (LO)

- Laporan Perubahan Ekuitas


(LPE)

- Neraca

Kas - Laporan Realisasi Anggaran


(LRA)

- Laporan Perubahan Saldo


(LPSAL)

- Laporan Arus Kas (LAK)


` Hasil pemetaan tersebut akan mempengaruhi penyusunan sistem dan perlakuan
akuntansi yang akan ditetapkan oleh pemerintah daerah.

2. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses
penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian
atau perisiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan
menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan – LO, beban, pendapatan – LRA,
belanja dan pembiayaan sebagaimana akan termuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.
Faktor pengakuan unsur laporan keuangan dalam
penyusunan sistem akuntansi merupakan hal yang sangat
penting karena faktor ini akan terkait erat dengan
penatausahaan keuangan termasuk dokumen – dokumen
yang akan digunakan.
3. Pengukuran
Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui dasar
– dasar pengukuran yang digunakan sebagai landasan
dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu
dasar pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup
memadai untuk dapat mengindikasikan unsur laporan
keuangan yang menggunakan dasar pengukuran
tersebut.Pengakuan dan pengukuran merupakan dua hal
yang saling terkait. Kriteria pengakuan pada umumnya
didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian
yang dapat di andalkan pengukurannya. Namun ada
kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang
layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi
yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan
transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan. Uraian diatas sejalan dengan definisi
pengukuran yang diuraikan dalam kerangka konseptual
paragraf 98 PP No. 71 Tahun 2010. Pengukuran adalah
proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.
Pengukuran pos – pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis.
4. Pengungkapan
Pernyataan No. 01 Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP 01) Paragraf 25 PP No. 71 Tahun 2010
mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar
muka laporan keuangan, pengungkapan pos – pos lainnya
dalam lembar muka laporan keuangan atau dalam Catatan
atas Laporan Keuangan dan merekomendasikan format
ilustrasi yang dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan
sesuai dengan situasi masing – masing.Sebagai contoh
pengungkapan pos dalam laporan keuangan adalah
pengungkapan pos – pos neraca. Contoh pengungkapan ini
akan bervariasi unuk setiap pos, misalnya :
 Piutang rinci menurut piutang pajak,
retribusi, penjualan, pihak terkait, uang
muka, dan lainnya. Piutang transfer dirinci
menurut sumbernya.
 Persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan
standar yang mengatur akuntansi untuk
persediaan.
 Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan
kelompok sesuai dengan standar yang
mengatur tentang aset tetap.
 Utang transfer di analisis menurut entitas
penerimanya.
 Dana cadangan diklasifikasikan sesuai
dengan peruntukannya.
 Pengungkapan kepentingan pemerintah
dalam perusahaan negara/daerah/lainnya
adalah jumlah penyertaan yang diberikan,
tingkat pengendalian dan metode
penilaian.Faktor pengungkapan juga
merupakan faktor yang penting yang harus
diperhatikan dalam penyusunan sistem
akuntansi.
5. Periode Pelaporan
Laporan keuangan disajikan sekurangnya sekali
dalam setahun. Dalam situasi tertentu, misalnya
sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran,
tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang
lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun. Apabila
laporan keuangan disajikan dengan suatu periode lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas
pelaporan perlu mengungkapkan informasi sebagai
berikut:
 Alasan penggunaan periode pelaporan tidak
satu tahun.
 Fakta bahwa jumlah – jumlah komparatif
untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan – catatan terkait tidak dapat
diperbandingkan.
Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan penting
dilakukan agar pengguna menyadari bahwa jumlah –
jumlah yang disajikan untuk periode sekatang dan jumlah
– jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan.

6. Pencatatan
Faktor terakhir yang harus diperhatikan dalam
penyusunan sistem akuntansi adalah pencatatan.
Pencatatan merupakan bagian dari proses akuntansi yang
pengertiannya adalah suatu kegiatan mencatat/merekam
pos – pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh suatu
transaksi/kejadian keuangan setelah adanya pengakuan
dan pengukuran atas transaksi dan kejadian keuangan
tersebut.
5. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
a. Tujuan umum Pelaporan Keuangan
Setiap pelaporan yang dibuat oleh pemerintah daerah mempunyai
tujuan yang akan dicapai, demikian juga pelaporan keuangan.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna
untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk
operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dibutuhkan untuk
operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari
operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang
terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi
pengguna mengenai :
 Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan
digunakan sesuai dengan anggaran.
 Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan
sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang
ditetapkan oleh DPR/DPRD.
b. Tujuan khusus Pelaporan Keuangan
Tujuan khusus dari pelaporan keuangan sesuai dengan
jenis laporannya dapat diuraikan sebagai berikut:
 Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi
dan penggunaan sumber daya keuangan yang
disajikan LRA.
 Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang disajikan dalam LRA dan
LAK.
 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber
daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
entitas pelaporan serta hasil – hasil yang telah
dicapai yang disajikan dalam Neraca dan LRA.
 Menyediakan informasi mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya yang disajikan
LRA dan LAK.
 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan
dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber – sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman yang
disajikan dalam neraca dan LPE.
 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan selama periode pelaporan yang
disajikan dal LPE dan Neraca.
 Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
disajikan dalam LPSAL.
 Menyediakan penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan keuangan dan
informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan diajukan untuk
diungkapkan didalam standar akuntansi
pemerintahan serta ungkapan – ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar yang disajikan dalam CaLK.
 Menyediakan penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan keuangan dan
informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan didalam standar akuntansi
pemerintahan sert aungkapan – ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar yang disajikan dalam CaLK.
B. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual
Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data/bukti transaksi keuangan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem akuntansi juga
merupakan suatu cara untuk menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan pada tanggal pelaporan kinerja suatu entitas
pada satu periode pelaporan. Laporan keuangan yang dihasilkan terdiri atas
beberapa komponen yang dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu,
kelompok laporan pelaksanaan dan kelompok laporan finansial, serta catatan
atas laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan sistem
akuntansi harus memperhatikan sistem dan prosedur akuntansi serta hubungan
antar komponen laporan keuangan.Sistem dan prosedur akuntansi serta
penyusunan laporan keuangan harus dikembangkan berdasarkan kebijakan
akuntansi yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Kebijakan akuntansi
pemerintah daerah ditetapkan melalui peraturan kepala daerah dan harus
dipastikan tidak ada perbedaan dengan peraturan kepala daerah tentang sistem
dan prosedur akuntansi pemerintah daerah.
1. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah
Dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan
suatu sistem yang dijadikan acuan dalam setiap proses akuntansi yang
dilakukan, yang sering disebut dengan sistem akuntansi. Sejak terbitnya PP
No. 24 Tahun 2005, pemerintah daerah menerapkan sistem akuntansi
dengan basis kas menuju akrual. Dengan terbitnya PP No. 71 Tahun 2010
yang mewajibkan pemerintah daerah menyajikan laporan keuangan dengan
basis akrual akan mempengaruhi sistem akuntansi yang diterapkan selama
ini.Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan suatu instrumen
penting yang harus disiapkan dalam rangka implementasi SAP berbasis
akrual. SAPD sebagai alat untuk mewujudkan prinsip – prinsip dasar yang
telah ditetapkan oleh SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian
prosedur pencatatan dengan menggunakan akuntansi double entry melalui
alat – alatnya berupa buku jurnal, buku besar, neraca saldo dan laporan
keuangan itu sendiri.Dalam penyusunan suatu sistem akuntansi, harus
dibuatkan prosedur rinci mulai dari apa yang harus dilakukan ketika ada
transaksi keuangan, siapa yang melakukan, diunit mana dilakukannya,
kapan dilakukan, kenapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Prosedur yang disusun harus terstruktur berdasarkan jenis – jenis transaksi
keuangan dan tingkatan unit kerja. Prosedur ini dapat diuraikan dalam
sebuah penjelasan langkah demi langkah yang dijelaskan melalui sebuah
gambaran deskriptif atau bagan alir.Selain itu, prosedur juga telah
memperhitungkan antara biaya dan manfaat serta harus sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Seluruh prosedur yang
dibuat harus menjamin optimalisasi ketepatan, keakuratan, serta
akuntabilitas informasi yang disajikan. Intinya SAPD sebagai suatu
pedoman dapat dipahami dan dilaksanakan oleh para petugas khususnya
fungsi akuntansi.
Untuk menyusun SAPD tersebut, perlu memperhatikan beberapa tahapan sebagai
berikut :
1) Identifikasi Prosedur
Tahapan penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah dimulai dari
memahami proses bisnis pada pemerintah daerah khususnya terkait
pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan siklus itulah tim penyusun SAPD
mengidentifikasi prosedur – prosedur apa saja yang harus dibuat.
2) Menentukan pihak – pihak terkait
Setelah prosedur – prosedur teridentifikasi, ditentukan pihak – pihak
yang terkait pada masing – masing prosedur. Masing – masing pihak memiliki
peran tersendiri agar prosedur dapat menghasilkan output yang diinginkan.
3) Menentukan dokumen terkait
Setelah prosedur dan pihak terkait ditentukan, langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi dokumen – dokumen yang mengalir pada prosedur
sekaligus menentukan pihak – pihak pengguna dokumen tersebut. Dari semua
dokumen tersebut, identifikasi dokumen mana yang valid untuk dijadikan
sebagai dokumen sumber pencatatan jurnal.
4) Menentukan jurnal standar
Pada setiap prosedur yang telah ditetapkan, tim penyusun menelaah SAP
dan kebijakan akuntansi terkait. Berdasarkan penelaahan tersebut, tim
penyusun menentukan jurnal debet dan kredit yang akan digunakan untuk
mencatat.
5) Menuangkannya dalam langkah teknis
Langkah terakhir dalam penyusunan SAPD adalah menyusun langkah
teknis. Langkah teknis merupakan alur pelaksanaan sistem akuntansi yang
menjelaskan pihak – pihak yang melaksanakan sistem akuntansi, dokumen apa
saja yang diperlukan, dan bagaimana pihak – pihak tersbut memperlakukan
dokumen – dokumen yang terkait. Selain itu, diberikan ilustrasi atau format
pencatatan dalam bentuk penjurnalan akuntansi di setiap bagian alur atau
transaksi yang membutuhkan pencatatan.Pemerintah daerah dapat
mengembangkan sistem akuntansi pemerintah daerah dengan menambahkan
bagan alir dan ilustrasi soal atau transaksi beserta jawabannya.Penerapan
sistem akuntansi berbasis akrual menggunakan bagan akun standar/rekening
yang pengelompokannya agak berbeda dengan sistem akuntansi basis kas
menuju akrual.Pengelompokan akun dalam bagan akun standar ini disesuaikan
dengan jenis laporan yang akan dihasilkan dalam akuntansi berbasis
akrual.Sebagai contoh untuk penyusunan Laporan Operasional (LO), yang
belum ada pada akuntansi berbasis kas menuju akrual, maka pada basis akrual
dibuat pengelompokan tersendiri atas akun – akun pendapatan-LO dan beban.
Terkait dengan bagan akun standar yang digunakan dalam sistem akuntansi
basis akrual, metode pencatatan yang akan digunakan juga akan berbeda dengan basis
kas menuju akrual. Hal ini sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010. Meskipun telah
diwajibkan menyajikan laporan keuangan dengan basis akrual namun laporan
keuangan basis kas seperti Laporan Realiasasi Anggaran tetap harus disajikan.
Dengan demikian, sistem akuntansi berbasis akrual yang akan diterapkan akan
mengamodasi baik basis akrual maupun basis kas dalam satu sistem. Oleh sebab itu,
metode pencatatan yang digunakan dalam sistem akuntansi berbasis akrual untuk
mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas akan langsung berpengaruh
terhadap Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO). Jal ini
membawa konsekuensi dilakukannya dua jenis penjurnalan sekaligus, baik untuk LRA
maupun LO sesuai dengan saat pengakuannya.
Pengakuan saat penerimaan kas maupun pengeluaran kas dilakukan dengan
membuat jurnal pada akun kas untuk proses penyajian Laporan Operasional (LO).
Dengan demikian, terkait penerimaan kas maupun pengeluaran kas untuk proses
penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tidak dapat menggunakan akun kas agar
tidak duplikasi pengakuan kas. Oleh karena itu, untuk mencegah duplikasi pencatatan
akun kas dalam sistem akuntansi berbasis akrual ini akan digunakan akun perubahan
saldo anggaran lebih (perubahan SAL). Akun ini akan menjadi pengganti akun kas
terkait dengan sistem akuntansi yang akan menghasilkan penyajian LRA.

2. Hubungan Antar Komponen Laporan Keuangan


Laporan Keuangan sebagaimana diatur dalam PP No. 71 Tahun 2010
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Dua kelompok besar tersebut yaitu kelompok Laporan
Pelaksanaan Anggaran dan kelompok Laporan Finansial.
a. Kelompok Laporan Pelaksanaan Anggaran
Kelompok Laporan pelaksanaan mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBD. Kelompok laporan ini terdiri atas Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LPSAL). LRA disajikan berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
peraturan perundang – undangan tentang anggaran. Oleh karena
sampai dengan saat ini undang – undang tentang pengelolaan
keuangan negara menyatakan bahwa anggaran disusun berdasarkan
basis kas, maka LRA pun disajikan berdasarkan basis kas. Laporan
Realisasi Anggaran juga menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
b. Kelompok Laporan Finansial
Kelompok laporan finasial merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari satu set laporan keuangan. Kelompok Laporan
Finansial terdiri atas :
 Laporan Operasional (LO)
 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
 Neraca
 Laporan Arus Kas (LAK)

Kecuali LAK, seluruh komponen kelompok laporan ini


disusun berdasarkan basis akrual.
c. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan yang sering disebut dengn CaLK
merupakan penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu
pos yang disajikan dalam laporan keuangan. CaLK merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari lembar muka laporan keuangan.
Lembar muka laporan keuangan terdiri dari kelompok laporan
pelaksanaan anggaran dan kelompok laporan finansial.Laporan
Keuangan disajikan sekurang – kurangnya sekali dalam setahun,
namun demikian dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan dapat
mengubah tanggal pelaporannya. Jika hal ini terjadi maka diperlukan
penjelasan yang memadai berkenaan hal tersebut yang disajikan di
dalam CaLK tersebut. Pengungkapan atas perubahan tanggal
pelaporan didalam CaLK tersebut dimaksudkan agar pengguna
laporan menyadari kalau jumlah – jumlah yang disajikan dalam
laporan periode sekarang tidak dapat diperbandingkan dengan
jumlah – jumlah pada periode sebelumnya.Selain itu, hal – hal lain
yang belum dapat dijelaskan pada lembar muka laporan keuangan
juga harus diungkapkan dalam CaLK. Dengan kata lain, setiap
komponen laporan keuangan harus diidentifikasi dan diungkapkan
secara jelas. CaLK dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan
keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai
potensi kesalahpahaman diantara pembacanya. Oleh karena itu,
untuk menghindari kesalahpahaman, atas laporan keuangan harus
dibuat CaLK yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna
dalam memahami laporan keuangan.Kesalahpahaman dapat saja
disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca
yang terbiasa dengan orientasi basis kas mempunyai potensi
kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual.
Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial
cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke akun –
akun laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan
keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan
akuntansi yang diterapkan akan dapat membantu pembaca
menghindari kesalahpahaman dalam memahami laporan
keuangan.Untuk dapat mencapai hal itu maka perlu disajikan
informasi yang memadai dalam CaLK, meliputi :
 Nama entitas pelaporan, apakah SKPD atau Pemerintah
Daerah.
 Cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas akuntansi
atau konsolidasian dari beberapa entitas
akuntansi/pelaporan.
 Tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh
laporan keuangan, yang sesuai dengan komponen laporan
keuangan yang dimaksud.
 Mata uang pelaporan.
 Tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian
angka – angka pada laporan keuangan, misalnya dalam
ribuan atau jutaan.

Selain itu, agar dapat digunakan oleh pengguna dalam


memahami dan membandingkannya dengan laporan
keuangan entitas lainnya, CaLK juga mengungkapkan hal –
hal sebagai berikut :
 Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan
Entitas Akuntansi.
 Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro.
 Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target.
 Informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan – kebijakan akuntansi yang
dipilih untuk diterapkan atas transaksi – transaksi dan
kejadian – kejadian penting lainnya.
 Rincian dan penjelasan masing – masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
 Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang belum disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.
 Informasi lainnya yang diperlukan unuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
BAB III

KESIMPULAN

Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari manajemen keuangan daerah


memiliki topik - topik yang dapat disarikan dan yang dapat dikatakan sebagai pilar
manajemen keuangan yang meliputi : accounting, budgeting, controlling, dan
auditing. Sehingga dapat dipahami bahwa manajemen keuangan daerah akan
menyangkut persoalan akuntansi, anggaran, kendali, dan audit.Salah satu tujuan
akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap,
cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang andal, dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi
pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak eksternal pemerintah daerah untuk masa yang akan datang.Kedudukan
akuntansi keuangan daerah dalam sistematika ilmu akuntansi, di klasifikasi pertama
kedudukan akuntansi keuangan daerah adalah dalam akuntansi sektor publik atau
dalam akuntansi pemerintahan. Sedangkan di klasifikasi kedua, akuntansi keuangan
daerah tergolong dalam akuntansi keuanganDalam akuntansi pemerintahan (sektor
publik) data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi
ekonomi dan keuangan pemerintah (sektor publik) kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif dan masyarakat (publik)Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disingkat SAPD dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan
fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi pemerintahan daerah.Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen yang digunakan,
laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. Audit Sektor Publik Edisi 3: Pemeriksaan Pertanggungjawaban


Pemerintah - Jakarta : Salemba Empat, 2013

Halim, Abdul. Muhammad Syam Kusufi. Akuntansi Sektor Publik Edisi 4 : Akuntansi
Keuangan Daerah – Jakarta : Salemba Empat, 2012

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik : Andi Publisher, Agustus – 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, Tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2013, Tentang
Penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai