0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan7 halaman
Hubungan antara laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam UU No. 1/2022 tentang hubungan keuangan. UU ini menetapkan empat pilar utama yaitu mengurangi ketimpangan antar daerah, mengembangkan sistem pajak daerah, meningkatkan kualitas belanja daerah, dan menyelaraskan belanja pusat dan daerah.
Hubungan antara laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam UU No. 1/2022 tentang hubungan keuangan. UU ini menetapkan empat pilar utama yaitu mengurangi ketimpangan antar daerah, mengembangkan sistem pajak daerah, meningkatkan kualitas belanja daerah, dan menyelaraskan belanja pusat dan daerah.
Hubungan antara laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam UU No. 1/2022 tentang hubungan keuangan. UU ini menetapkan empat pilar utama yaitu mengurangi ketimpangan antar daerah, mengembangkan sistem pajak daerah, meningkatkan kualitas belanja daerah, dan menyelaraskan belanja pusat dan daerah.
NIM: B.231.20.0224 1. Pengertian Basis Akrual menurut Peraturan Pemerintah Nomer 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Manfaat basis akrual antara lain: a. Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah b. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah c. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi dan pencapaian tujuan. Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010):
1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 8) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pekerjaan; 9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa 11) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; 12) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangn Pemerintah menurut PP No 71 Th 2010
tentang SAP : Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya mencakup Pendapatan dan Belanja dalam satu periode pelaporan. Unsur-unsur yang dicakup dalam LRA adalah Pendapatan LRA, Belanja, Transfer dan Pembiayaan. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih (SAL) selama tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dilaksanakan oleh Bendahara Umum Negara untuk Laporan keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Instansi Pelaporan yang menyusun laporan Konsolidasai untuk LKPP. Laporan Arus Kas (LAK) menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, Investasi, Pendanaan dan Historis, selain itu juga memberikan informasi terkait sumber dana, penggunaan, penggunaan, perubahan Kas dan Setara Kas selama periode suatu akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dikelola oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan komponennya terdiri dari pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Perubahan Ekuitas atau LPE menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya apakah terjadi kenaikan atau penurunan sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan selama periode pelaporan. Komponen LPE sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Kegunaan neraca untuk menaksir kesehatan keuangan dan meramalkan kondisi arus kas di masa yang akan datang serta untuk menganalisis fleksibilitas dan likuiditas keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disebut CaLK adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan
susunan sebagai berikut: A. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target. B. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
Sistematika Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Catatan atas Laporan Keuangan disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan b. BAB II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target Kinerja APBD c. BAB III KebijakanAkuntansi d. BAB IV Penjelasan Pos–Pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah e. BAB V Penjelasan atas Informasi – Informasi Non Keuangan Pemerintah Daerah f. BAB VI Pengungkapan Laporan Keuangan g. BAB VII Penutup
4. Perbedaan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dengan Laporan
a. Berguna untuk mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya
ekonomi, Akuntabilitas dan ketaatan entitas Pelaporan terhadap anggaran (Par. 5) b. Memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komprehensif (Par. 6) c. Untuk mengetahui apakah perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, sesuai dengan anggarannya dan peraturan perundang-undangan (Par. 6) Sedangakan Laporan Operasional (LO) :
a. Menyediakan informasi seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan l0, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. b. Menyediakan informasi mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan. c. Menyediakan informasi operasi keuangan secara menyeluruh. d. Menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi pendapatan lo yang akan diterima.
5. Hubungan antar Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
Arah hubungan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah ke depan telah ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu alokasi sumber daya nasional yang efisien dan efektif melalui hubungan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang transparan, akuntabel dan berkeadilan guna mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyusunan Undang-Undang ini bukanlah bertujuan untuk resentralisasi, tetapi merupakan upaya untuk penguatan akuntabilitas dan harmonisasi kebijakan antara pusat dan daerah. Terdapat 4 pilar yang melandasi penyusunan Undang-Undang ini :
a. Meminimalisir ketimpangan vertikal antara jenjang pemerintahan baik
pusat, provinsi, kabupaten, dan kota, serta ketimpangan horizontal antar pemerintah daerah pada level yang sama. Untuk itulah terdapat beberapa perbaikan dalam kebijakan khususnya terkait Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) untuk meminimumkan ketimpangan tersebut, yaitu dengan melakukan reformulasi DAU dengan presisi ukuran kebutuhan yang lebih tinggi di mana DAU untuk masing-masing daerah dialokasikan berdasarkan Celah Fiskal tidak lagi menambah formula Alokasi Dasar. b. Mengembangkan sistem pajak daerah dengan mendukung alokasi sumber daya nasional yang lebih efisien. Kebijakan yang dirumuskan dalam menguatkan sistem perpajakan daerah yaitu melalui harmonisasi pengaturan dengan tetap memberikan dukungan terhadap dunia usaha, mengurangi retribusi atas layanan wajib yang sudah seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah Daerah dengan melakukan rasionalisasi retribusi dari 32 menjadi 18 layanan, menciptakan basis pajak baru melalui sinergi Pajak Pusat dengan Pajak Daerah berupa konsumsi, properti, dan sumber daya alam. c. Mendorong peningkatan kualitas belanja di daerah karena belanja daerah didanai dari uang rakyat, baik berupa pajak daerah maupun transfer dari Pemerintah Pusat. Oleh sebab itu, menjadi sebuah keharusan untuk bisa memberikan dampak yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk meningkatkan kualitas belanja daerah tersebut, dalam Undang-Undang ini diarahkan untuk penguatan disiplin penganggaran dan sinergi belanja daerah, pengelolaan TKDD berbasis kinerja dan TKDD diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik. d. Harmonisasi belanja pusat dan daerah, agar dapat menyelenggarakan pelayanan publik yang optimal sekaligus tetap menjaga kesinambungan fiskal. Dalam RUU HKPD dirumuskan desain Transfer ke Daerah yang dapat berfungsi sebagai counter-cyclical policy, penyelarasan kebijakan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pengendalian defisit APBD, dan refocusing APBD dalam kondisi tertentu. Selain itu juga perlunya sinergi Bagan Akun Standar (BAS) sehingga dapat dilakukan penyelarasan program, kegiatan, dan output. Hadirnya Undang-Undang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ini diharapkan dapat memperbaiki desain desentralisasi dan juga otonomi daerah yang sudah ada sejak tahun 2001 sehingga bisa berkelanjutan serta akuntabel. Selain itu, Undang-Undang ini dapat memperkuat peran serta Pemerintah Daerah dalam bersinergi dengan Pemerintah Pusat untuk bersama-sama mencapai kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dari Sabang hingga sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.