Anda di halaman 1dari 97

PEMERINTAH KABUPATEN

ACEH TENGGARA

MODUL 3
SISTEM DAN PROSEDUR
AKUNTANSI
DAN PELAPORAN

KATA PENGANTAR
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mewajibkan Pemerintah daerah dan satuan kerja perangkat daerah selaku
pengguna

anggaran

untuk

menyusun

laporan

keuangan

sebagai

pertanggungjawaban pengelola keuangan. Laporan kuangan berupa neraca,


laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
harus disajikan sesuai Peraturan Pemerntah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar akuntansi Pemerintahan.
Untuk itu, pemerintah daerah memerlukan suatu pedoman sistem dan
prosedur akuntansi yang dapat mengahasilkan laporan keuangan dan informasi
keuangan lainnya secara lebih komperhensif. Sistem tersebut harus mengacu
pada peraturan Nomor 58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah
dan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Untuk menyusun pertanggung jawaban pengelolaan keuangan berupa
neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan, maka disusunlah modul pedoman sistem dan prosedur akuntansi dan
pelaporan sebagai pedoman dasar yang harus diimplementasikan dijajaran
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

"'

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI PFMFRINTAH KABUPATEN
ACEH TENGGRA

A. Kebijakan Umum
B. KebijakanAkuntansi Per Komponen Laporan keuangan
C. Kebijakan Akuntansi Neraca Awal
D. Prinsip - Prinsip Penyusunan Laporan Konsolidasian
E. Perubahan Kebijakan Akuntansi
F. Peristiwa Luar Biasa
BAB III BAGAN AKUN STANDAR DAN DESKRIPSI AKUN
BAB IV SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN
ACEH TENGGARA

A. Akuntansi SKPK
B. Akuntansi SKPK
BAB V SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

A. Penyusunan Laporan Keuangan SKPK


B. Penyusunan Laporan Keuangan SKPK
C. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Reformasi

keuangan

negara/daerah

ditandai

dengan

diterbitkannya

berbagai peraturan perundang - undangan mengenai keuangan negara dan


pemerintah daerah, seperti UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah,
UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Pusat Daerah, UU No. 1
tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara, UU No. 17 tahun 2003 tentang
keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang standar
Akuntansi Pemerintahan. Reformasi ini mengharuskan penyesuaian berbagai hal
di dalam penyusunan laporan keuangan daerah.
Laporan Keuangan yang harus dihasilkan adalah laporan keuangan yang
komprehensif yang dapat membantu para pengambil keputusan untuk
menghasilkan keputusan yang lebih baik. Laporan Keuangan tersebut mencakup
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 51 diatur bahwa
Pejabat pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan akuitas
dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
Kemudiian, kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna
Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang,
dan ekuitas dana, termasuk transaksi ! Pendapatan dan belanja, yang berada
dalam tanggung jawabnya.
B. Tujuan
Tujuan dari Modul Pedoman Sistem dan Prosedur akuntansi dan Pelaporan
adalah membantu Pemerintah Daerah didalam mengelola keuangan termasuk
pertanggungjawabannya. Modul pedoman sistem dan prosedur Akuntansi dan
Pelaporan ini menyajikan Kebijakan akuntansi Kabupaten Aceh Tenggara yang
mencakup Kebijakan akuntansi Umum maupun Kebijakan akuntansi Per
Komponen Laporan Keuangan, Sistem dan Prosedur akuntansi, Bagian
akuntansi Standar dan Deskripsi Akun, Ilustrasi Jurnal Akuntansi dan
Penyusunan Laporan Keuangan.

C. Manfaat
Modul ini bermanfaat bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara
sebagai tuntunan untuk :

1. Melakukan pencatatan, Pengklasifikasian, dan Pengikhtisaran transaksi


dengan cara yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan Informasi
Keuangan yang dapat diandalkan,

2. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan dan tepat waktu


3. Mengelola aset daerah dengan lebih tertib dan andal

BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA
Kebijakan akuntansi Kabupaten Aceh Tenggara meliputi kebijakan umum
maupun kebijakan akuntansi per komponen Laporan Keuangan. Kebijakan
umum mencakup kebijakan umum pelaporan keuangan berupa pertimbangan
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, peranan dan tujuan
pelaporan keuangan, jenis-jenis laporan keuangan, entitas pelaporan dan entitas
akuntansi dan pelaporan keuangan, asumsi dasar pelaporan keuangan
karakteritik kualitatif laporan keuangan, prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan, kendala informasi dan relevan dan andal, tanggung jawab atas
laporan keuangan, suplemen laporan keuangan, mata uang laporan keuangan,
dan bahasa laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi per komponen keuangan mencakup penjelasan atas
setiap akun komponen laporan keuangan yakni komponen Neraca, komponen
Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Kas.
A. Kebijakan Umum

1. Pertimbangan Penyusunan
a. Maksud
Maksud diberlakukannya Kebijakan akuntansi Kabupaten Aceh Tenggara
ini adalah untuk mengatur penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara agar sesuai dengan Standar akuntansi
Pemerintahan.

b. Tujuan
Tujuan diberlakukannya Kebijakan akuntansi Kabupaten Aceh Tenggara
ini adalah untuk menjamin adanya keseragaman pengakuan, pengukuran,
maupun pelaporan dalam setiap transaksi yang terjadi baik di SKPKD maupun di
masing - masing SKPK, yang selanjutnya dapat menciptakan transparasi
pengelolaan keuangan daerah dan terciptanya akuntabilitas laporan keuangan
daerah.

c. Ruang lingkup
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur seluruh
pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah yang meliputi :

a) Peranan dan tujuan pelaporan keuangan ;


b) Jenis-jenis laporan keuangan ;
c) Entitas pelaporan keuangan ;
d) Dasar hukum pelaporan keuangan ;
e) Asumsi dasar pelaporan keuangan ;
f) Karakteristik kualitatif laporan keuangan ;
g) Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan;
h) Kendala informasi yang relevan dan andal ;
i) Tanggung-jawab atas pelaporan keuangan ;
j) Suplemen laporan keuangan ;
k) Mata uang laporan keuangan ;
l) Bahasa Laporan Keuangan ;
m) Kebijakan akuntansi per komponen laporan keuangan ;
n) Kebijakan akuntansi Neraca Awal ;
o) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

a.

Peranan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan

informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan pemerintah daerah terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, menilai efesiensi dan efektifitas keuangan pemerintah
daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upayaupaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
peneelolaan keuanean daerah secara sistematis dan terstruktur Dada suatu
periode pelanoran untuk kepentingan :

a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan

pengelolaan

sumber

daya

serta

pelaksanaan kebijakan yang telah dipercayakan kepada pemerintah


daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b) Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan suatu pemerintah daerah dalam periode
pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan,
dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat.

c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki
hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya terhadap
peraturan perundang - undangan.

d) Keseimbangan Antargenerasi { intergenerational equity }


Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui
apakah penerimaan pemerintah daerah pada periode pelaporan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan
apakah genarasi yang akan datang diasumsikan tidak akan ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.

b.

Tujuan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi - transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggara, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.


Tujuan spesifik laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan :

a) menyediakan informasi menggenai kecukupan penerimaan periode


berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

b) menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber


daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang
ditetapkan dan peraturan perundang - undang ;

c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang


digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah
dicapai ;

d) menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah


mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e) menyediakan

informasi

mengenai

posisi

keuangan

dan

kondisi

pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,


baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk yang berasal dari
pungutan pajak pinjamam ;

f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah


daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
yang diiakukan selama periode pelaporan.
3. Jenis jenis laporan keuangan
Laporan Keuangan pokok pemerintah daerah terdiri dari :
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Neraca pemerintah daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi

keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.
Laporan Arus Kas pemerintah daerah merupakan laporan yang menyajikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu
periode akuntansi serta saldo kas pada tanggal pelaporan.
Catatan atas Laporan Keuangan pemerintah daerah menyajikan penjelasan
naratif, analisis atau daftar terinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Lapran Arus Kas.
Selain laporan keuangan pokok tersebut, pemerintah daerah menyajikan
laporan pendukung yang terdiri dari : Laporan Kinerja Keuangan Daerah dan
Laporan Perubahan Ekuitas Dana.
Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan
kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya
ekonomi selama periode berjalan informasi ini diperlukan pengguna untuk
melakukan

penilaian

terhadap

kemampuan

entitas

pelaporan

dalam

menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang.


5. Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
a. Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang - undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan.
Entitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah kepala daerah
Kabupaten Aceh Tenggara . Dalam pelaksanaanya kepala daerah sebagai
entitas pelaporan melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Satuan Kerja
pengelola Keuangan Daerah ( SKPKD ) sebagai Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah ( PPKD ) yang dalam hal ini adalah Kepala Badan Pengelola keuangan
Daerah ( BPKD ) yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaain APBD dan
bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
Produk dari entitas pelaporan ini adalah laporan keuangan konsolidasian
berupa Laporan realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.
b. Entitas Akuntansi
Fntitas akuntansi adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPK) sebagai

pengguna anggaran / pengguna barang (memiliki kewenangan untuk menyusun


anggaran dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab) dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan
keuangan sehubungan dengan anggaran / barang yang dikelolanya yang
ditujukan kepada entitas pelaporan.
Kepala SKPK (Sekretaris Daerah/Kepala Dinas/Badan/Kantor) sebagai
entitas akuntansi melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Sub Bagian
Keuangan di Lingkungannya sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPK
(PPK - SKPK) untuk menyelenggarakan akuntansi pengelolaan keuangan dan
secara periodik menyiapkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas laporan Keuangan.
Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang
kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan
oleh entitas pelaporan
5. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan
a.

Asumsi Kemandirian Entitas


Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan

mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi


kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
Indikasi terpenuhinya asumsi sebagaimana dimaksud di atas apabila ada
kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan
sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud,
utang piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan entitas, serta terlaksana
tidaknya program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
b.

Asumsi Kesinambungan Entitas


Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan

berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak


bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
c.

Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)

6. Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki.

a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relavan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa
depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan
dengan maksud penggunaannya.informasi yang relevan harus :

a) Memiliki manfaat umpan balik ( feedback value ), artinya laporan


keuangan pemerintah daerah memuat informasi yang memungkinkan
pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di
masa lalu.

b) Memiliki manfaat prediktif (prediktif value), artinya laporan keuangan


pemerintah daerah memuat informasi yang dapat membantu
pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan
hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c) Tepat

waktu,

artinya

laporan

keuangan

pemerintah

daerah

memberikan informasi yang disajikan tepat waktu sehihgga dapat


berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d) Lengkap artinya laporan keuangan pemerintah daerah menyajikan


informasi akuntansi keuangan pemerintah selengkap mungkin yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir

e) informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan


dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
dapat dicegah.

b. Andal
Informasi

dalam

laporan

keuangan

bebas

dari

pengertian

yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat

diverifikasi.

Informasi

mungkin

relevan,

tetapi

jika

hakikat

atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut


secara

potensial

dapat

menyesatkan

Informasi

yang

andal

memenuhi

karakteristik :

a. penyajian jujur, artinya laporan keuangan pemerintah daerah


menggambarkan informasi yang jujur atas transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan

b. dapat diverifikasi (verifiadility), artinya laporan keuangan pemerintah


daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. netralitas, artinya laporan keuangan pemerintah daerah memberikan


informasi yang diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
pada kebutuhan pihak tertentu

c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila suatu identitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas
pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan
pada periode terjadinya perubahan.

d. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam keuangan harus dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan
operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud.
8. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah daerah dalam melakukan kegiatannya, serta oleh
pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan.

a. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan
dalam laporan Realisasi Anggaran dan basis aktual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
Basis kas untuk laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan
dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Kas daerah
atau oleh entitas pelaporan sedangkan belanja dan pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Kas Daerah atau entitas pelaporan.
Basis aktual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian
atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

b. Nilai Historis ( Historical Cost)


Aset dicatat pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar
nilai wajar dari imbalan (consideqation) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban diamasa yang akan
datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena
lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis,

dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

c. Realisasi (Realization)
Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD
selama satu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja daerah
dalam periode tahun anggaran yang dimaksud.
Prinsip layak temu biaya - pendapatan ( matching - cost against revenue
principle

dalam

akuntansi

pemerintah

tidak

mendapat

penekanan

sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi komersial.

d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Subtance Over Form)


Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau
peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi
transaksi

atau

peristiwa

lain

tidak

konsisten/berbeda

dengan

aspek

formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam


Catatan atas Laporan Keuangan.

e. Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinyadapat ditentukan.
Periode utama yang digunakan adalah tahunan yaitu 1 Januari sampai 31
Desember. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan
laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang
atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan
informasi berikut :

a. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun.


b. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti
arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

f. Konsistensi (Consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip

konsistensi internal). Hal ini tidak berlaku bahwa tidak boleh terjadi perubahan
dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa
metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama. Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan
penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan
dapat ditempatkan pada lembar muka ( on the face ) laporan keuangan atau
Catatan Atas Laporan Keuangan.

h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)


Laporan keuangan harus menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan
ketika

menghadapi

ketidakpastian

peristiwa

dan

keadaan

tertentu.

Ketidakpastian itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya


dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau
pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi serta kewajiban dan belanja tidak
dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat
tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi,
sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau
sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga
laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
9. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan
yang tidak memungkinkan terwuiudnva kondisi yang ideal dalar mewujudkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat
keterbatasan ( limitations ) atau karena alasan-alasan tertentu. Tiga hal yang
menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah, yaitu :

a. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan
pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
laporan keuangan.

b. Pertimbangan Biaya cian Manfaat


Manfaat

yang

dihasilkan

informasi

seharusnya

melebihi

biaya

penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah daerah


tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil
dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak
harus dipukul oleh pengguna informasi yang meliputi manfaat. Manfaat
mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang menjadi
tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor
mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

c. Keseimbangan antar Karakteristik Keuangan.


Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai
suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang
diharapkan

dipenuhi

oleh

laporan

keuangan

pemerintah

daerah.

Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda,


terutama antar relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan
antara

dua

karakteristik

kualitatif

tersebut

merupakan

masalah

pertimbangan profesional.
10. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan

a. Bupati sebagai entitas pelaporan bertanggung jawab atas penyusunan


dan penyajian laporan keuangan daerah, dimana laporan keuangan
tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran

dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi


Pemerintahan.

b. Daerah ( DPKAD ) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah / PPKD


untuk penyusunan dan menyajikan laporan keuangan daerah ( laporan
keuangan konsolidasian ).

c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah / SKPK ( sekretaris daerah /


sekretaris DPRK / kepala dinas / badan / kantor ) selaku Pengguna
Anggaran menyusun Laporan Keuangan SKPK yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang bersangkutan dan menyampaikannya kepada
Gubernur / Bupati / Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah.

d. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah


( BUD ) menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan
daerah dan menyampaikannya kepada Bupati.

e. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan


Daerah untuk disampaikan kepada Bupati dalam rangka memenuhi
pertanggung jawaban pelaksanaan APBD.

f. Laporan Keuangan pemerintah daerah adalah laporan keuangan


konsolidasian yang disusun berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah.
11. Suplemen Laporan Keuangan

a. Laporan Keuangan SKPK dilampiri dengan laporan keuangan Badan


Layanan Umum ( BLU ) bentuk ringkas.

b. Laporan Keuangan pemerintah daerah dilampiri dengan Ikhtisar laporan


keuangan Perusahaan Daerah.
12. Mata Uang Laporan Keuangan
Pengukuran pos - pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan

dinyatakan dalam mata uang rupiah.

13. Bahasa Laporan Keuangan


Laporan keuangan dibuat dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan
juga dibuat selain dalam bahasa Indonesia, maka laporan keuangan memuat
informasi yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat
penerjemahan bahasa, maka yang digunakan acuan adalah keuangan dalam
bahasa Indonesia.
B.

Kebijakan Akuntansi Per Komponen Laporan Keuangan

1.

Laporan Realisasi Anggaran


Komponen utama Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari :

a)

Pendapatan

b)

Belanja

c)

Transfer

d)

Surplus atau defisit

e)

Pembiayaan

f)

Sisa lebih / kurang pembiayaan anggaran ( SILPA / SIKPA)

Penjelasan Komponen Utama Laporan Realisasi Anggaran

a) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Daerah yang menambah
ekuitas dana ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah.
Kebijakan akuntansi :

1) Pendapatan diakui pada saat diterima pada Kas Daerah atau oleh
entitas pelaporan.

2) Pendapatan yang diterima oleh Bendahara Penerima di SKPK yang


belum disetorkan ke Kas Daerah pada akhir tahun buku diakui sebagai
Pendapatan Ditangguhkan.

3) Penerimaan pendapatan dalam bentuk barang dan jasa diakui pada


saat serah terima barang dan jasa dilakukan ( BA serah terima barang
dan jasa ) sebesar nilai yang tercantum dalam BA serah terima. Apabila
dalam BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa

tersebut, maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai barang dan jasa
yang bersangkutan pada tanggal diterima. Penaksiran dapat mengacu
pada harga pasar atau standar biaya yang dikeluarkan Bupati.
Penetapan nilai barang dan jasa ditetapkan berdasarkan SK Kepala
SKPK.

4) Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

5) Apabila terdapat Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tenggara yang


mengizinkan pendapatan dari suatu SKPK dapat digunakan langsung
oleh SKPK yang bersangkutan ( misalnya RSUD dan puskesmas ),
maka pendapatan diakui pada saat SKPK tersebut melaporkan
pendapatan dan penggunaannya kepada SKPKD. Pada saat yang
sama SKPKD membebani anggaran belanja SKPK tersebut sebesar
penggunaan pendapatannya.

6) Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas


penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pendapatan. Contohnya
adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi
sehingga perlu dilakukan restitusi.

7) Koreksi kesalahan yang sifatnya tidak berulang ( non - recurring ) atas


pendapatan,

yang

terjadi

pada

periode

berjalan,

baik

yang

mempengaruhi posisi kas tidak, dibukukan sebagai pembetulan pada


akun yang bersangkutan pada periode yang sama.

8) Koreksi kesalahan yang sifatnya tidak berulang ( non - recurring ) atas


pendapatan, yang terjadi pada periode -periode sebelumnya, yang
mempengaruhi saldo kas, dan laporan belum diterbitkan, dibukukan
sebagai penambah / pengurang saldo pendapatan pada periode yang
bersangkutan.

9) Koreksi kesalahan yang sifatnya tidak berulang ( non - recurring ) atas


pendapatan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya, yang
mempengaruhi saldo kas, dan laporan telah diterbitkan, dibukukan
sebagai penambah / pengurang saldo kas dan ekuitas dana lancar
pada periode ditemukannya koreksi kesalahan tersebut.

10) Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis

pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih lanjut


jenis pendapatan disajikan pada Catatan Laporan Keuangan.

b) Belanja
Belanja adalah semua pengeluarqan dari Kas Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Kebijakan akuntansi :

1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Kas Daerah.


2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya
terjadi pada saat pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan

oleh

unit

yang

mempunyai

fungsi pendaharaan,

yaitu

Bendahara Umum Daerah ( BUD ). Pengesahan dianggap sudah


dilakukan bila BUD / Kuasa telah menerbitkan SP2D.

3. Belanja diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan, fungsi, organisasi,


program dan kegiatan, kelompok dan ekonomi (jenis belanja).

4. Klasifikasi belanja menurut urusan pemeritahan meliputi urusan wajib dan


urusan pilihan disesuaikan dengan urusan pemeritahan yang menjadi
kewenangan daerah berdasarkan peraturan perundang - undagan yang
belaku.

5. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsifungsi utama perintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri
dari :

a) Pelayanan umum;
b) Ketertiban dan ketentraman
c) Ekonomi ;
d) Lingkungan hidup ;
e) Perumahan dan fasilitas umum ;
f) Kesehatan ;
g) Pariwisata dan fasilitas umum
h) Agama;

i) Pendidikan serta
j) Perlindungan sosial.
6. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi
pengguna anggaran disesuaikan dengan susunan organisasi pada
pemerintah

Daerah.

Klasifikasi

belanja

menurut

organisasi

di

pemerintahan Daerah antara lain belanja sekretariat Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah ( DPRK ), secretariat daerah, dinas, badan, dan
kecamatan.

7. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan


urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

8. Klasifikasi belanja menurut kelompok dan jenis adalah pengelompokan


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Klasifikasi
kelompok belanja untuk Pemerintah Daerah meliputi: belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan belanja tak terduga.

9. Belanja menurut klasifikasi ekonomi dibagi menjadi Belanja Operasi dan


Belanja Modal, Belanja Lain - lain / Tak terduga.

10. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, bunga, subsidi,
hibah, dan bantuan sosial.

11. Belanja Pegawai adalah belanja dalam bentuk uang maupun barang
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang - undang yang
diberikan kepada pejabat negara, pegawai, Negeri Sipil ( PNS ), dan
pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara
yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal. Contoh Belanja Pegawai adalah gaji dan tunjangan, honorarium,
lembur, kontribusi sosial dan lain - lain yang berhubungan dengan
pegawai. Honor pegawai dalam rangaka perolehan aset tetap tidak
dikelompokkan dalam jenis belanja ini.

12. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian


barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa
yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan

belanja perjalanan.
Belanja Barang terdiri atas:
Belania Barane dan Jasa. merupakan peneeluaran vane dilakukan
untuk :

membiayai keperluan kantor sehari - hari, pengadaan barang yang


habis pakai seperti alat tulis kantor, pengadan / penggantian
inventaris kantor. Langganan daya dan jasa.

membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung


menunjang tugas pokok dan fungsi kementerian / lembaga, seperti
pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian.

Pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat


nilai kapitalisasi tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum
(capitalization threshold) yang diatur oleh pemerintah Aceh Tenggara
dalam kebijakan kapitalisasi aset tetap ( Lihat juga kebijakan
Akuntansi Aset Tetap ).

Belanja Pemeliharaan, merupakan :

Pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau


aset lainnya yang sudah ada kedalam kondisi normal tanpa memperhatikan
besar kecilnya jumlah belanja.

Meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan


bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan
peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan
lain - lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggara pemerintahan.

Belanja Perjalanan Dinas, merupakan ;


Pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka
pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan. Belanja perjalanan dinas juga dapat
diakui sebagai Belanja Barang jika perjalanan yang dilakukan berkaitan dengan
pembelian Barang / Jasa.

13. Belanja Modal adalah pengeluaran untuk :


Perolehan awal aset tetap dan aset lainnya yamg memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk juga

Pengeluaran - pengeluaran sesudah perolehan awal aset tetap atau

aset lainnya yang memperpanjang masa manfaat atau yang


kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka suatu pengeluaran untuk dapat
diketagirikan sebagai Belanja Modal, maka harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :

Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap


atau aset lainnya, dan aset tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual
sehineea menambah aset pemerintah.

Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat,


kapasitas, kualitas dan volume aset yang telah dimiliki.

Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi


aset tetap / aset lainnya yang telah ditetapkan.
Terkait dengan kriteria di atas, perlu dipahami tentang beberapa
pengertian dari contoh - contoh berikut ini :

Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis


yang diharapkan dari aset tetap yang sudah ada. Misalnya sebuah
gedung semula diperkirakan mempunyai umur ekonomis 10 tahun.
Pada tahun ke-7 pemerintah melakukan renovasi dengan harapan
gedung tersebut masih dapat digunakan 8 tahun lagi. Dengan adanya
renovasi tersebut maka urnur berubah dari 10 tahun menjadi 15
tahun.

Peningkatan

kapasitas

adalah

bertambahnya

kapasitas

atau

kemampuan aset tetap yang sudah ada.

Misalnya, sebuah generator listrik yang mempunyai output 200KW


dilakukan renovasi sehingga kapasitasnya menjadi 300 KW.

Peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya kualitas dari aset


tetap yang sudah ada. Misalnya, jalan yang masih berupa tanah yang
ditingkatkan oleh pemerintah menjadi jalan aspal.

Pertambahan volume aset adalah bertambahnya jumlah atau satuan


ukuran aset yang sudah ada. Misalnya penambahan luas bangunan
suatu gedung kantor dari 400 mZ.

Belanja Modal meliputi antara lain : belanja modal untuk perolehan

tanah ; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan
jaringan, aset tetap lainnya.
Komponen Belanja Modal untuk perolehan aset tetap tersebut meliputi :

Harga beli aset tetap san

Biaya - biaya lain yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap
untuk digunakan, seperti :

Biaya transportasi, biaya uji coba, dan lain- lain.

Belanja perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset tetap
atau aset lainnya.

Biaya konsultan perencana, konsultan pengawas, dan

Biaya pengembangan perangkat lunak (software).

Biaya - biaya tersebut harus dianggarkan sebagai Belanja Modal dan


bukan sebagai Belanja Operasi.

14. Belanja lain - lain / tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulanagan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.

15. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja


dalam

Laporan

Realisasi

Anggaran.

Klasifikasi

belanja

menurut

organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan


atas Laporan Keuangan. Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

16. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang


ditetapkan dalam dokumen anggaran.

17. Koreksi kesalahan yang sifatnya tidak berulang ( non-recurring ) atas


belanja, yang terjadi pada periode - periode sebelumnya, yang
mempengaruhi posisi kas atau tidak, dibukukan sebagai pembetulan
pada akun yang bersangkutan pada periode yang sama.

18. Koreksi kesalahn yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas


belanja (mengakibatkan penerimaan kembali belanja), yang terjadi pada
priode-priode sebelumnya, yang mempengaruhi saldo kas, serta
mempengaruhi secara materil posisi aset selain kas, apabila laporan
keuangan keuangan priode tersebut sudah ditertibkan, dibukukan sebagai

pembetulan pada akun pendapatan lain-lain, akun aset, serta akun


ekuitas dana terkait pada priode ditemukanya koreksi kesalahan tersebut.

19. Pengeluaran belanja dalam bentuk barang dan jasa diakui pada saat
serah terima barang dan jasa dilakukan (BA serah terima barang dan
jasa) sebesar nilai yang tercantum dalam BA serah terima. Apabila dalam
BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa tersebut, maka
dapat

dilakukan

penaksiran

atas

nilai

barang

dan

jasa

yang

bersangkutan.

c) Transfer
Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang dari suatu etentitas
pelaporan dari / kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana penimbangan aan
oagi nasii.
Transfer Masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,
misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi
hasil dari pemerintah provinsi.
Transfer Keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain, seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat
dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
Kebijakan Akuntansi

(1) Transfer masuk dicatat sebesar penerimaan uang dari entitas


pelaporan

lain,

misalnya

penerimaan

dana

perimbangan

dari

pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.

(2) Transfer keluar dicatat sebesar pengeluaran dari entitas pelaporan ke


entitas pelaporan lain seperti dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

d) Surplus atau defisit


Surplus atau selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu priode
pelaporan lain. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja
selama satu priode pelaporan.
Kebijakan akuntansi :
Surplus/Defisit dicatat sebesar Selisih lebih /kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu Periode pelaporan.

e) Pembiayaan

Pembiayaan ( Financing ) adalah seluruh tansaksi keuangan pemerintah,


baik penerimaan maupurn pengeluaran, yang perlu atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau untuk memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan kas Daerah antara lain
berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemeritah, hasil privatisasi
perusahaan Daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada phak
ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencarian dana cadangan.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Kas Daerah antara
lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu,
dan pembentukan dana cadangan.
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.
Kebijakan akuntansi :

1. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Kas Daerah.


2. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

3. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Daerah


4. Pembiayaan Neto dicatat sebesar selisih lebih / kurang antara
penerimaan

dan

pengeluaran

pembiayaan

selama

satu

periode

pelaporan.

f) Sisa lebih / kurang pembiayaan anggaran ( SiIPA / SiKPA )


Sisa lebih / kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih / kurang antara
realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.
Kebijakan akuntansi:
SiLPA / SiKPA ditatat sebesar selisih lebih / kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.
Kebijakan akuntansi lainnmya dalam Laporan Realisasi Angaran :

(1) Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut
kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

(2) Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang

dan jasa harus dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dengan


cara menaksir nilai barang dan jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di
samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian
rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh transaksi berwujud
barang dan jasa adalah hibah dalam wujud barang, barang rampasan,
dan jasa konsultansi.
2. Neraca
Komponen tama Neraca terdiri dari :

a) Aset Lancar
b) Investasi Jangka Panjang
c) Aset Tetap
d) Dana Cadangan
e) Aset Lainnya
f) Kewajiban Jangka Pendek
g) Kewajiban langka panjang
h) Ekuitas Dana lancar
i) Ekuitas Dana Investasi
j) Ekuitas Dana Cadangan
Penjelasan komponen utama Neraca

a) Aset Lancar
Suaru aset diklasifikasikan sebagai aset lancer jika :

Diharapkan segera untuk diselesaikan, dipakai, atau dimiliki untuk


dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau

Berupa kas dan setara kas.


Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang
siap dijabarkan menjadi kas setara bebas dari resiko perubahan nilai
yang signifikan. Serta kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk
memenuhi persyaratan serta kas, investasi jangka pendek harus
segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui
tanpa ada resiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu,

suatu

investasi

disebut

setara

kas

kalau

investasi

dimaksud

mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya.
Mutasi antar pos - pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam
laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari
manajemen kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan.
Pos - pos invstasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga)
sampai 12 ( dua belas bulan, surat berharga yang mudah diperjual
belikan.
Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan
angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan
diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis
kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas.

1) Kas di Kas Daerah


Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas di kas daerah
mencakup kas yang dikuasai, dikelola, dan dibawah tanggungjawab bendahara
umum daerah, dan terdiri dari :

Saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening - rekening pada bank
yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran.

Setara kas, antara lain Surat Utang Negara ( SUN ) / obligasi dan
deposito kurang dari tiga bulan, yang dikelola Bendahara Umum Daerah.

Uang tunai ( uang tunai dan logam ) di Bendahara Umum Daerah

Perhiungan Pihak Ketiga ( PFK ) berupa Pajak, luran Bapeltarum dan


iuran wajib pegawai lainnya yang masih harus disetorkan ke kas negara.

Kebijakan Akuntansi

a) Kas dicatat sebesar nilai nominal

b) Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember.

c) Nilai setara kas ditentukan sebesar nilai nominal deposito atau surat
utang Negara.

d) Tidak termasuk kas di Kas Daerah, Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)


berupa PPh Pasal 21, luran Bapeltarum dan luran Wajib Pegawai lainnya
yang masih harus disetorkan ke Kas Negara (diklasifikasikan dalam
Kewajiban Jangka Pendek).

e) Rincian Kas di Kas Daerah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan


Keuangan.

2) Kas di Bendahara Penerimaan


Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di
bank maupun saldo uang tunai, yang berada dibawah tanggung jawab
bendahara penerimaan. Kas tersebut berasal dari pungutan yang sudah diterima
oleh Bendahara Penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah.
Kebijakan Akuntansi :

a. Kas dicatat sebesar nilai nominal.


b. Kas yang ada di Bendahara Penerima diklasifikasikan dalam ekuitas ( pos
Pendapatan yang Ditangguhkan ).

c. Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember.

3) Kas di Bendahara Pengeluaran


Merupakan kas yang masih dikelola Bendahara Pengeluaran / Pemegang
Kas setiap SKPK yang berasal dari sisa Uang Persediaan ( UP ) yang belum
disetor ke kas daerah per tanggal neraca. Kas bendahara pengeluaran /
pemegang Kas mencakup seluruh saldo reKenmg tsendahara
Pengeluaran / Pemegang Kas, uang logam, uang kertas dan lain - lain kas
yang benar - benar ada pada Bendahara Pengeluaran / Pemegang Kas per
tanggal neraca.
Kebijakan Akuntansi :

a) Kas dicatat sebesar nilai nominal


b) Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember.

4) Investasi Jangka Pendek


Investasi jangka pendek adalah instansi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Investasijangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :

Dapat segera diperjualbelikan / dicairkan;

Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya


pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan
kas;

Beresiko rendah.

lnvestasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara


lain terdiri atas :

Deposito berjangka waktu tiga sampai 12 bulan

Pembelian obligasi / Surat Utang Negara ( SUN ) pemerintah jangka


pendek oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

Investasi jangka pendek lainnya,

Kebijakan Akuntansi :

a) Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai


pengeluaran kas pemerintah daerah dan tidak dilaporkan sebagai belanja
dalam laporan realisasi anggaran.

b) Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham


dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah
komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang timbul dalam
rangka perolehan tersebut.

c) Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya


perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar pada tanggal
perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar,
biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang
diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.

d) Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk
deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.

e) Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam

rupiah dengan menggunakan nilai tukar ( kurs tengah bank sentral ) yang
berlaku pada tanggal transaksi.

f) Hasil investasi yang dioeroleh dari investasi jangka pendek antara lain
berupa bunga deposito bunga obligasi dan deviden tunai ( cash
devidend ) dicatat sebagai pendapatan lain - lain.

g) Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan


pelepasan hak karena peraturan pemerintah dan lain sebagainya.

h) Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek diakui sebagai


penerimaan kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan
dalam laporan realisasi anggaran.

i) Pengelola Investasi Jangka Pendek pada Pemerintah Daerah adalah


Sekretariat Daerah atau unit lain yang ditunjuk.

5) Piutang
Merupakan hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain
termasuk wajib pajak / wajib bayai atas kegiatan yang dilaksanakan pemerintah.

a. Piutang Pajak dan Piutang Restribusi


Piutang yang diakui atas pajak / restribusi daerah yang sudah ada
ketetapannya yaitu Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat
Ketetapan Restribusi Daerah atau dokumen yang disamakan dengan
surat ketetapan itu, yang pembayarannya belum diterima dari wajib
pajak maupun dari wajib restribusi pada akhir periode akuntansi.

b. Piutang Bagi Hasil Pajak Provonsi


Merupakan hak pemerintah daerah Kabupaten / kota atas bagi hasil
pajak provinsi ( Pajak Kendaraan Bermotor / PKB, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor / BBN - KB, Pajak Bahan Bakar K.endaraan
Bermotor / PBB - KB, Pajak Air Bawah Tanah dan Pajak Air
Permukaan ) yang sampai dengan akhir periode akuntansi belum
masuk ke Kas Daerah Kabupaten / Kota. Piutang Bagi Hasil Pajak
Provinsi dinilai SPD / SKO yang belum dieairkan, yang diterbitkan
pemerintah provinsi dengan akhir periode akuntansi.

c. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


Merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran (aset lainnya)
menjadi Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran karena akan jatuh

tempo dalam tahun berjalan. Penjualan aset tetap pemerintah seperti


kendaraan roda empat atau penjualan rumah dinas kepada pegawai
dengan cara mengangsur lebih dari 12 bulan disebut sebagai tagihan
penjualan angsuran.

d. Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMN / BUMD


Piutang pinjaman yang diberikan pemerintah daerah kepada BUMN /
BUMD dimasukkan dalam kelompok investasi dalam akun pinjaman
kepada BUMN / BUMD. Pinjaman tersebut dikembalikan atau dibayar
dalam jangka panjang. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN /
BUMD merupakan reklasifikasi Piutang Pinjaman kepada BUMN /
BUMD yang jatuh tempo dalam tahun berikutnya.

e. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan (TP ) dan Tuntutan Ganti


Rugi (TGR )
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban
yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan
Negara / Daerah, wajib mengganti kerugian tersebut. Sejumlah
kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah
tuntutan Pembendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi. TP/TGR ini
biasanya diselesaikan Pembayaran selambat-lambatnya 24 Bulan
sehingga di neraca di neraca dimaksudkan dalam aset lainnya. Bagian
lancer TP/TGR Keadaan aset lancar disebabkan lancar TP/TGR
jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya.

f. Piutang Lainnya
Perkiraan ini ini untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan
pengakuan diluar bagian yang lancar Taguhan Penjualan Angsuran,
Bagian lancar Pinjaman kepada BUMN/D, Bagian Lancar TP/TGR,
dan Piutang Pajak.
Kebijakan akuntansi;

(a)

Piutang dicatat sebesar nilai nominasi

(b) Penerimaan piutang pajak/retribusi dicatan sebagai penambahan Silpa


Tahun Lalu bukan merupakan pendapatan

(c)

Piutang Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau Mutlak dari


pembukuan Pemerintah Daerah, kecuali menenai Piutang Daerah yang

cara penyelesainnya diatur tersendiri dalam undang-undang.

(d) Penghapusan secara bersyarat dilakukan deng cara menghapuskan


Piutang

Daerah

dari

pembukuan

pemerintah

daerah

tanpa

mengahapuskan hak tagih Daerah.

(e)

Penghapusan secara mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih


daerah.

(f)

Tata cara penghapusan piutang diatur tersendiri sesuai dengan peraturan


perundangan yang ada.

6) Persendian
Persendian adalah aset yang lancar dalam bentuk barang ataupun
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudakan untuk dijual dan /atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persendian merupakan aset yang berwujud

Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka


kegiatan operasional pemerintah;

Termasuk kegiatan antara lain tanah /Bahan atau perlengkapan


(supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

Barang dafam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau


diserahkan kepada masyarakat.

Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada


masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan; angunan, hewan,
dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada mayarakat.

Kebijakan Akuntansi :

a. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan


diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal.

b. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau


kepenguasaannya berpindah.

c. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil

inventarisasi fisik.

d. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola


dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi dalam
pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.

e. Persediaan disajikan sebesar :

Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian

Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri

Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi /


rampasan.

f. Biaya

perolehan

persediaan

meliputi

harga

pembelian,

biaya

pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara


langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga,
rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.

g. Nilai persediaan yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan


yang terakhir diperoleh.

h. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam


neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari 12 ( dua belas ) bulan.
Investasi Jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya
menjadi investasi nonpermanent dan investasi permanent.

(1) Investasi Nonpermanent


Investasi nonpermanent adalah investasi jangka panjang yang tidak
termasuk dalam investasi permanent, dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan, artinya kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12
bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikannya atau menarik kembali.
Bentuk investasi nonpermanent antara lain ; Investasi Dalam Dana
Bergulir, Investasi Dalam Obligasi, dan Investasi dalam Penyertaan Modal pada
Proyek Pembangunan.
Kebijakan Akuntansi

a. Investasi dalam bentuk dana bergulir dinilai sejumlah nilai bersih yang
dapat direalisasikan ( net realkizable value ), yaitu sebesar nilai kas yang
dipegang ditambah saldo yang bisa ditagih.

b. Investasi dalam Obligasi dinilai sebesar nilai nominal obligasi.


c. Investasi dalam Penyertaan Modal pada Proyek Pembangunan dinilai
sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk
perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian
proyek sampai proyek tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.

d. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam


mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang
berlaku pada tanggal transaksi.

(2) Investasi Permanen


Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan deviden dan atau pengaruh yang
signifikan dalam jangka panjang dan / atau menjaga hubungan kelembagaan.
Bentuk investasi permanen antara lain ; Penyertaah Modal Pemerintah pada
perusahaan Negara / Daerah, Lembaga Keuangan Negara, atau badan hukum
lainnya. Investasi Permanen lainnya yaitu jenis investasi permanen yang tidak
tercakup diatas.
Kebijakan Akuntansi

a) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada perusahaan Negara /


Daerah dinilai sebagai berikut :

Jika kepemilikan kurang dari 20% dan tidak memiliki kendali yang
signifikan dicatat sebesar nilai perolehan

Jika kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki kendali yang


signifikan dan kepemilikan 20% atau lebih dicatat secara

proporsional dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan


perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase
kepemilikan.

b) Investasi Permanen Lainnya dinilai bedasarkan harga perolehan


termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh

kepemilikan yang atas investasi tersebut.

c) Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan


dengan mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs
tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi.

d) Pengelola Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah Sekretariat


Daerah atau unit lain yang ditunjuk.

e) Jenis masing masing penyertaan modal pemerintah daerah


diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
c)

AsetTetap

1. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat


lebih dari 12 ( dua belas ) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

2. Untuk dapat diakui sebagal aset tetap, suatu aset harus berwujud
dan memenuhi kriteria :

Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan ;

Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal ;

Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

3. Pengeluaran

setelah

perolehan

awal

suatu

aset

yang

memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar


memberi manfaat ekonomik dimasa yang akan datang dalam bentuk
kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan

dikapitalisasi

pada

nilai

tercatat

aset

yang

bersangkutan.

4. Kapitalisasi biaya dimaksud harus ditetapkan dalam kebijakan


akuntansi pemerintah daerah sesuai kriteria kapitalisasi biaya dan /
atau suatu batasan jumlah biaya ( capitalization thresholds ) tertentu
untuk dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran
harus

5. Dikarenakan organisasi pemerintah sangatlah beragam dalam jumlah


dan penggunaan aset tetap, maka suatu batasan jumlah biaya
kapitalisasi ( capitalization thresholds ) tertentu untuk dapat
diseragamkan untuk seluruh entitas yang ada. Masing - masing
entitas

harus

menetapkan

batasan

jumlah

tersebut

dengan

mempertimbangkan kondisi keuangan dan operasionalnya. Bila telah


terbentuk maka batasan jumlah biaya kapitalisasi ( capitalization
thresholds ) harus diterapkan secara konsisten dan diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

6. Kebijakan penyusutan aset tetap, sebagai konsekuensi penggunaan


aset tersebut harus ditetapkan pemerintah daerah agar tercapai
keseragaman

metode

sehingga

dapat

menghasilkan

laporan

keuangan yang dapat diandalkan.


Metode penyusutan yang digunakanm adalah Metode Garis Lurus (
straight line methode ). Menurut metode ini, beban penyusutan
ditetapkan secara konstan / tetap seloma periode waktu tertentu (
berdasarkan umur ekonomis dan atau umur penggunaan aset tetap )
dan dihitung dari nilai buku aset tetap.
Penyusutan dihitung menggunakan pendekatan tahunan yakni
penyusutan dihitung satu tahun penuh meskipun baru diperoleh satu
atau, dua bulan atau bahkan dua hari.

7. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau


fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi
aset tetap yang digunakan :

a) Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang
diperoleh

dengan

maksud

untuk

dipakai

dalam

kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

b) Peralatan dan Mesin


Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan
peralatan lainnya dan nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 ( dua belas ) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

c) Gedung dan Bangunan


Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

d) Jalan, Irigasi, dan laringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan


yang di bangun oleh pemerintah serta di miliki dan/atau dikuasai
oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

e) Aset tetap lainnya


Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tetap yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas yang
diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan oprasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai.

f) konstruksi dalam pengerjaan


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan yang pada tanggal laporan keuangan
belum selesai seluruhnya dikerjakan.
Kebijakan Akuntansi

1. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah.

2. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

3. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola


meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

4. Bila aset tetap diperoleh tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar
nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

5. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
kontruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk pengguna yang
dimaksudkan.

6. Tanah diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh tanah sampai dengan siap digunakan. Biaya ini meliputi


harga pembelian, biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan
dengan pengukuran dan biaya pematangan tanah, biaya penimbunan dan
biaya lainnya sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah termasuk juga
harga pembelian bangunan tua yang terletak pada tanah yang baru jika
bangunan tua itu dimaksudkan untuk dibongkar.

7. Jalan dan jembatan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan


untuk membangun jalan dan jembatan sampai dengan siap untuk
digunakan. Biaya ini meliputi biaya perolehan dan biaya-biaya lain
(termasuk didalamnya biaya pembebasan tanah) sampai dengan jalan
dan jembatan tersebut siap untuk digunakan.

8. Instalasi dan jaringan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan


untuk membangun instalasi dan jaringan sampai dengan siap untuk
digunakan. Biaya ini meliputi biaya perolehan dan biaya - biaya lain
(termasuk didalamnya biaya pembebasan tanah) sampai dengan instalasi
dan jaringan tersebut siap untuk digunakan.

9. bangunan air diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


memperoleh atau membangun irigasi sampai dengan siap untuk dipakai.
Biaya ini meliputi biaya perolehan dan biaya biaya lain (termasuk
didalamnya biaya pembebasan tanah) sampai dengan irigasi tersebut
siap untuk digunakan.

10. Gedung diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


memperoleh atau membangun gedung dan bangunan sampai dengan
siap untuk dipakai. Biaya ini telah meliputi harga beli, biaya pembebasan
tanah, biaya pengurusan IMB. Notaris dan apajak.

11. Apabila gedung dan bangunan dipeoleh melalui kontrak, maka biaya
perolehannya adalah nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan,
biaya perizinan, dan jasa konsultan.

12. Apabila gedung dan bangunan diperoleh dengan cara swakelola maka
biaya perolehannya mPliputi :

Biaya langsung yaitu tenaga kerja dan bahan baku, dan

Biaya tidak langsung, antara lain : biaya perencanaan dan


pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan perolehan /
pembangunan Gedung dan Bangunan tersebut.

13. Apabila penilaian Gedung dan bangunan dengan menggunakan biaya


perolehan tidak memungkinkan maka Gedung dan Bangunan didasarkan
pada nilai wajar / taksiran pada saat perolehan.

14. Peralatan dan Mesin diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh mesin dan alat - alat sampai dengan siap untuk
dipakai. Biaya ini meliputi harga pembelian, biaya instalasi, dan biaya
langsung lainnya untuk memperoleh serta mempersiapkan aset tersebut
sehingga dapat digunakan.

15. Apabila Peralatan Mesin diperoleh melalui kontrak, maka biaya


perolehannya adalah nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan,
serta biaya perizinan, dan jasa konsultan.

16. Apabila peralatan dan mesin diperoleh dengan cara swakelola maka
biava perolehannva meliputi :

Biaya langsung yaitu tenaga kerja dan bahan baku, dan

Biaya tidak langsung, antara lain : biaya perencanaan dan


pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan perolehan /
pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

17. Jika peralatan dan mesin diperoleh secara gabungan maka biaya
perolehan dari masing - masing peralatan dan mesin ditentukan dengan
menghasilkan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai
wajar masing - masing peralatan dan mesin yang bersangkutan.

18. Kendaraan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


memperoleh kendaraan sampai dengan siap untuk digunakan. Biaya ini
meliputi harga pembelian, biaya balik nama dan biaya langsung lainnya
untuk memperoPeh serta mempersiapkan aset tersebut sehingga dapat
digunakan.

19. Meubelair dan perlengkapan diukur berdasarkan seluruh biaya yang


dikeluarkan untuk memperoleh samapai dengan siap untuk digunakan.
Biaya ini meliputi harga pembelian dan biaya langsung lainnya untuk
memperoleh

serta

mempersiapkan

asettersebut

sehingga

dapat

digunakan.

20. Buku perpustakaan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan


untuk memperoleh sampai dengan siap untuk digunakan.

21. Jika menyelesaikan pengerjaan suatu aset tetap memelbihi dan atau

melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum
selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai kontruksi dalam
pengerjaan ( KDP ) sampai dengan aset tersebut selesai dan siap
dipakai.

22. KDP yang telah selesai 100% dan siap dipergunakan, diklasifikasikan
kedalam kelompok aset tetap yang sesuai.

23. KDP dicatat dengan biaya perolehan.


24. Nilai KDP yang dikerjakan secara swakelola antara lain :
Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan kontruksi, yakni :
Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
Biaya bahan yang digunakan dalam kontruksi;
Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan - bahan dari dan
ke lokasi pelaksanaan kontriksi.

Biaya penyewaan sarana dan peralatan;


Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan kontruksi.

Biaya yang dapat didistribusikan pada kegiatan pada umumnya


dan dapat dialokasikan ke kontruksi tersebut, yakni :

Asuransi
Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan kontruksi tertentu

Biaya - biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan


konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi


yang bersangkutan.

25. Nilai KDP yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak kontruksi
meliputi.

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan


tingkat penyelesaian pekerjaan;

Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung


dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada
tanggal pelaporan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan

dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

26. Jika KDP dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul selama
masa kontruksi dikapitalisasi dan menambah biaya KDP, sepanjang biaya
tersebut dan diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal.

27. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai KDP pada akhir
periode akuntansi :

Rincian

kontrak

kontruksi

dalam

pengerjaan

berikuttingkat

penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;

Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya;

Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;

Uang muka kerja yang diberikan;

Retensi.

28. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang


Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (peraturan
Keempat), pembayaran termin terakhir dapat dilakukan melalui dua ( 2 )
cara, yakni :

Pembayaran dilakukan sebesar 95% ( sembilan puluh lima persen )


dari niulai kontrak, sedangkan yang 5% ( lima persen ) merupakan
retensi selama masa pemeliharaan. Penahanan pembayaran /
retensi senilai 5 ( lima ) persen dari nilai kontrak seperti harus diakui
sebagai utang retensi dalam Neraca dan diungkapkan juga dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

Pembayaran dilakukan sebesar 100% ( seratus persen ) dari nilai


kontrak dan penyedia barang / jasa harus menyerahkan jaminan bank
sebesar 5% ( lima persen ) dari niloai kontrak yang diterbitkan oleh
Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai
program asuransi kerugian ( surety bond ) dan direasuransikan sesuai
dengan

ketentuan

Menteri

Keuangan.

Jaminan

bank

untuk

pemeliharaan dimaksud hanya diungkapkan dalam Catatan atas


laporan Keuangan.

29. Biaya perolehan dari masing - masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing - masing aset yang
bersangkutan.

Contoh : Suatu Satker membeli PC Unit dan Printer dengan harga


gabungan yaitu Rp. 10.500.000. Jika kedua barang tersebut dibeli secara
terpisah, maka harga PC Unit sejenis berharga Rp. 9.000.000 dan harga
Printer sejenis adalah Rp. 3.000.000. Karena pencatatan akuntansi untuk
PC Unit dan Printer dilakukan secara terpisah, maka perhitungan harga
untuk masing - masing barang tersebut adalah sebagai berikut :

Rp. 9.000.000,
x Rp.10.500.000,
Rp. 9.000.000, Rp. 3.000.000,
Rp. 3.000.000,
Pr int er :
x Rp.10.500.000,
Rp. 9.00.000, Rp. 3.000.000,
PC Unit :

Rp. 7.875.000,
Rp. 2.625.000,

30. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran
sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos
semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu
ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer / diserahkan.

31. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang
serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang
serupa. Suatu aset tetap juga dapat dilepas dalam pertukaran dengan
kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan tersebut tidak ada
keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset
yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat ( carrying amount) atas
aset yang dilepas.

32. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan ( donasi ) harus dicatat
sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

33. Batas biaya / belanja yang bisa dikapitalisasi ( capitalization thresholds )


untuk masing - masing aset tetap adalah sebai berikut :

a. Seluruh biaya / belanja dalam rangka memperoleh aset tetap tanah ;


b. Biaya / belanja untuk perbaikan menyeluruh termasuk untuk turun
mesin ( over haul) aset tetap alat - alat berat, alat - alat angkutan
darat bermotor, alat - alat angkutan di air bermotor dan alat - alat
angkutan udara yang sama dengan atau lebih dari Rp. 5.000.000,kecuali untuk angkutan darat bermotor beroda dua sama dengan atau
lebih dari Rp. 1.000.000,- ;

c. Biaya / belanja untuk per satuan aset tetap alat angkutan darat tidak
bermotor dan alat angkutan air tidak bermotor yang sama dengan

atau lebih dari Rp. 5.000.000,00 ;

d. Biaya / belanja untuk per satuan aset tetap peralatan dan mesin
selain alat - alat berat, alat - alat angkutan darat bermotor, alat - alat
angkutan di air bermotor, alat - alat angkutan udara, alat angkutan
darat tidak bermotor, dan alat angkutan air tidak bermotor yang sama
dengan atau lebih dari Rp. 300.000,00 ;

e. Biaya / belanja untuk rehabilitasi total atau menambah ruang baru


aset tetao gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari
Rp. 10.000.000,00 ;

f. Seluruh biaya / belanja dalam rangka memperoleh aset tetap jalan,


jembatan, dan jaringan air

g. Biaya / belanja untuk per satuan aset tetap penerangan jalan, taman
dan hutan kota dan instalasi listrik dan telepon yang sama dengan
atau lebih dari Rp. 300.000,00;

h. Seluruh biaya / belanja dalam rangka memperoleh aset tetap buku


dan kepustakaan

i. Biaya / belanja untuk per satuan aset tetap barang bercorak


kesenian / kebudayaan yang sama dengan atau lebih dari Rp.
300.000,00,

j. Seluruh biaya / belanja dalam rangka memperoleh aset tetap hewan /


ternak

tanaman

sepanjang

bukan

dalam

rangka

untuk

diperjualbelikan dan / atau pemeberian bantuan.

34. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut
dikurangi akumulasi penyusutan.
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Kapasitas atau manfaat suatu
aset tetap semakin lama senakin menurun karena digunakan dalam
kegiatan operasi perintah dan sejalan dengan itu maka nilai aset tetap
tersebut juga semakin menurun.
Untuk menerapkan penyusutan perlu dipenuhi beberapa prasyarat, yakni:

I. Identitas aset yang kapasitasnya menurun.


Aset yang kapasitasnya menurun adalah Peralatan dan Mesin, Gedung
dan bangunan, Jalan, Irigasi, dan jaringan. Aset tetap ini memerlukan
penyesuaian nilai sehingga perlu disusutkan. Sedangkan aset tetap yang
tidak menurun kapasitas dan manfaatnya seperti Tanah dan Kontruksi

Dalam Pengerjaan (KDP) tidak perlu disusutkan.

II. Nilai yang dapat disusutkan.


SAP menganut nilai historis atau nilai perolehan. Di lingkungan
pemerintah, aset tetap diniatkan untuk digunakan dalam operasi
pemerintahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual pada akhir masa
manfaatnya. Oleh karena itu, nilai residu / nilai sisa aset meskipun dapat
ditentukan / ditaksir akan diabaikan dalam menghitung penyusutan.
Dengan demikian, nilai perolehan atau nilai wajar aset menjadi nilai yang
dapat disusutkan ( depreciable cost).

III. Masa manfaat aset tetap.

Masa manfaat aset tetap secara teknis akan bergantung dari karakteristik
fisik atau teknologi dan cara pemanfaatannya. Oleh karena sifat fisik dan
kerentanannya terhadap perubahan teknologi, misalnya perangkat
komputer akan dianggap memiliki masa yang lebih pendek daripada
Gedung dan bangunan.

35. Penyusutan aset tetap selain tanah dan kontruksi dalam pengerjaan
menggunakan metode garis lurus ( straight line methode ) dihitung dari
nilai yang dapat disusutkan. Nilai yang dapat disusutkan (depreciable
cost) adalah nilai perolehan ditambah dengan belanja / pengeluaran yang
dikapitalisasi.
Penyusutan

dihitung

menggunakan

pendekatan

Tahunan

yakni

penyusutan dihitung satu tahun penuh meskipun baru diperoleh satu


atau dua bulan atau bahkan dua hari.
Penyusutan per tahun = Nilai Perolehan-Belanja yang Dikapitalisasi
Masa Manfaat

a. Kelompok Gedung dan Bangunan;


Kelompok ini mencakup Gedung Kantor, Rumah Jabatan, Rumah
Dinas,

Gudang,

Bangunan

Bersejarah,

Monumen,

dan

Tugu

Peringatan. Aset ini dikelompokkan dalam klasifikasi permanen


dengan masa manfaat 20 tahun (Penyusutan 5% per tahun) dan tidak
Permanen dengan masa manfaat 10 tahun (Penyusutan 10 % per
tahun).

b.

Kelompok

Jalan,

Jembatan,

Jaringan,

dan

Instalasi

Kelompok ini dibagi menjadi 2 ( dua ), yakni :

a. Kelompok Jalan, mencakup Jalan Kabupaten, Jalan fly over, dan


jalan under pass. Kelompok jalan termasuk aset tetap dengan
masa manfaat 10 ( sepuluh ) tahun ( Penyusutan 10% per tahun ).

b. Kelompok Jembatan, Jaringan, dan Instalasi. Kelompok ini


mencakup Jembatan, Jaringan Air ( Irigasi ), dikelompokkan dalam
klasifikasi instruktur yang dibangun dan dikuasai oleh pemerintah
daerah dengan masa manfaat 20 tahun ( Penyusutan 5% per
tahun ).

c. Kelompok Peralatan dan Mesin


Kelompok ini mencakup Alat Berat, Alat Angkutan Darat Bermotor, Alat
Angkutan Darat Tidak Bermotor, Alat Angkutan Air Bermotor, Alat
Angkutan Air Tidak Bermotor Alat Angkutan Udara, Lat Bengkel, Alat
Pengolahan
Perlengkapan

Pertanian
Kantor,

dan

Peternakan,

Komputer,

Meubelair,

Peralatan
Peralatan

Kantor,
Dapur,

Penghias Ruangan Rumah Tangga, Alat Studio, Alat Komunikasi, Alat


Ukur, Alat Kedokteran, Alat Laboratoriun, dan Alat Persenjataan /
Keamanan. Masa manfaat aset ini dikelompokkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 520 / KMK.04 / 2000 tanggal 14
Desember 2000 tentang 'Jenis - jenis Harta yang Termasuk dalam
Kelompok Harta Berwujud untuk Keperluan Penyusutan' sebagi
berikut:

a) Kelompok I dengan masa manfaat 4 tahun ( Penyusuitan 25% per


tahun ), antara lain mebel dari kayu, mesin tik, fotokopi, televisi
dan sebagainya.

b) Kelompok II dengan masa manfaat 8 tahun ( Penyusutan 12,5%


per tahun ), antara lain mebel dari logam, AC, komputer, mobil,
bus, speedboat dan sebagainya.

c) Kelompok III dengan masa manfaat 16 tahun ( Penyusutan 6,25%


per tahun ), antara lain helikopter, alat perhubungan udara seperti
perangkat radio navfgasi, radar, dan sebagainya.

d) Kelompok IV dengan masa manfaat 20 tahun ( penyusutan 5%


per tahun ), antara lain alat berat untuk kontruksi, kapal I,
penumpang, kapal barang yang memiliki berat di atas 1000 DWT

dan sebagainya.
Jenis - jenis aset ' Peralatan dan Mesin ' yang termasuk dalam
kelompok masing - masing secara detail dapat dilihat dalam Lampiran
II Bab II.

36. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umunya tidak
diperkenankan karena SAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan atau harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan
dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan biaya perolehan
didalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpanan tersebut
terhadap gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi
dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam ekuitas dana pada akun
diinventasikan.

37. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika diPepaskan atau bila aset
secara permanen dihentikan penggunaannya dan ticlak ada manfaat
ekonomik pada masa yang akan datang.

38. Aset tetap secara permanen dihentikan atau dilepas harus dihapuskan
dari neraca dan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Mekanisme penghentian, pelepasan dan penghapusan aset tetap
mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

39. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak
memenuhi defenisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya
yang sesuai dengan nilai tercatatnya.

40. Aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tanah,
Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan, Jembatan, Jaringan,
dan Instansi namun diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional

Pemerintah

daerah

dan

dalam

kondisi

siap

pakai

dimaksudkan kedalam Aset Tetap lainnya. Barang Milik Daerah ( BMD )


yang termasuk dalam ketagori aset ini adalah :

Kondisi Perpustakaan / Buku,

Barang Bercorak Kesenian / Kebudayaan / Olah Raga,

Hewan, Ikan dan Tanaman,

AsetTetap Renovasi, yaitu nilai renovasi aset tetap yang bukan


miliknya.

Aset Tetap Renovasi terjadi bila Pemerintah Kabupaten Deli Serdang


melakukan renovasi Gedung dan Bangunan Kantor yang bukan miliknya
dimana renovasi tersebut memberi manfaat ekonomik lebih dari satu
tahun dan memenuhi batas minimum kapitalisasi (capitalization
threshold) aset tetap.

d. Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam
satu tahun anggaran.
Kebijakan Akuntansi

1. Pembentukan dan peruntukkan dana cadangan diatur dengan peraturan


daerah tersendiri

2. Dana Cadangan dinilai sebesar nilai nominal Dana Cadangan yang


dibentuk

3. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah


dana cadangan yang bersangkutan, dan biaya yang timbul atas
pengelolaan dana cadangan akan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan.

4. Pengelola Dana Cadangan adalah Sekretariat Daerah atau unit lain yang
ditunjuk.

5. Jenis dan peruntukkan Dana Cadangan diungkapkan dalam Catatan atas


Laporan Keuangan.

e. Aset Lainnya
Aset lainnya terdiri dari :

(1) Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan
untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.

(2) Tagihan penjualan angsuran


Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat

diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada


pegawai pemerintah yang jangka waktu pelunasannya lebih dari
satu tahun.

(3) Tuntutan perbendaharaan (TP) dan tuntutan ganti rugi (TGR)


Tuntutan perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses yang
dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara
sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara
tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi (TGR) merupakan suatu proses yang dilakukan
terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh
negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan olah pegawai negeri
tersebut ataukelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Pelunasan tuntutan tersebut diatas dilaksanakan dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun.

(4) Kemitraan dengan Pihak Ketiga


Kemitraan adalah perjajian antara dua pihak atau lebih yang
mempunyai Komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang di
kendalikan bersama dengan mengunakan aset dan/atau hak
usaha yang dimiliki.
Bentuk - bentuk kemitraan antara lain Bangun Kelola Serah
( BKS / BOT ) dan Bangun Serah Kelola ( BSK / BTO ). Bangun
Kelola Serah ? Build Operate Transfer ( BKS / BOT ) adalah
pemanfaatan aset tetap pemerintah daerah berupa tanah oleh
pihak lain ( swasta ) dengan cara mendirikan bangunan dan atau
sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,
uhtuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunannya
dan atau sarana berikuit fasilitasnya setelah berakhir jangka
waktu, serta membayar kontribusi ke kas daerah yang besarannya

ditetapkan oleh tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang.


Bangun Serah Kelola ( BSK ) adalah pemanfaatan aset
pemerinyah oleh pihak ketiga / investor, dengan cara pihak ketiga /
investor tersebut mendirikan bangunan dan / atau sarana lain
berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan aset yang dibangun
tersebut kepada pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan
pembangunan aset tersebut. Penyerahan aset oleh pihak ketiga /
investor kepada pemerintah disertai dengan kewajiban pemerintah
untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga / investor.
Pembayaran oleh pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi
hasil.

(5) Aset Lain - Lain


Aset lain - lain ini digunakan untuk mencatat aset lainnya yang
tidak dapat dikelompokkan kedalam aset tak berwujud, tagihan
penjualan angsuran, TP / TGR, dan kemitraan dengan pihak
ketiga.
Kebijakan Akuntansi :

a) Aset tak berwujud dinilai sebesar nialai peroiehan dikurangi dengan biaya
- biaya yang tidak dapat dikapitalisasi.

b) Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nominal dari kontrak / berita


acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan
angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara / kas
daerah.

c) Setiap akhir periode akuntansi, tagihan penjualan angsuran yang akan


dijatuhkan tempo 12 ( dua belas ) bulan ke depan, di reklasifikasikan
menjadi akun bagian lancar tagihan penjualan angsuran ( aset lancar ).

d) Tuntutan Perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat


Ketetapan Tuntutan Perbendaharaan dikurangi dengan setoran yang
telah dilakukan oleh bemdehara yang bersangkutan ke kas Negara / kas
daerah.

e) Tuntutan Ganti Rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak ( SUM ) dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pengawal yang bersangkutan ke Kas negara / kas daerah.

f) Setiap akhir periode akuntansi, TP - TGR yang akan jatuh tempo 12 ( dua
belas ) bulan ke depan, direklasifikasik menjadi akun bagian lancar TP TGR ( aset lancar ).

g) BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada
pihak ketiga untuk membangun aset BKS tersebut.

h) Penyerahan dan pembayaran aset BKS harus diatur dalam kontrak


kerjasama tersendiri.

i) Aset yang berada dalam BKS disajikan terpisah dari aset tetap.
j) BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar
nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang
dikeluarkan pihak ketiga untuk membangun aset tersebut.

(6) Kewajiban
Defenisi kewajiban :

Kewajiban adalah utang yang timbul atas peristiwa masa lalu


yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah daerah.

Utang adalah kewajiban kepada pihak ketiga sebagai akibat


transaksi keuangan masa lalu.

Utang dikelompokkan menjadi utang jangka pendek dan utang


jangka panjang. Komponen Kewajiban meliputi

a) Kewajiban Jangka Pendek


Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan.

Utang kepada pihak ketiga


Utang kepada pihak ketiga berasal dari kontrak atau perolehan
barang/jasa yang belum dibayar sampai dengan tanggal neraca.

Utang Bunga
Utang bunga timbul karena pemerintah daerah mempunyai
kewajiban untuk membayar beban bunga atas utang.

Utang Perhitungan Pihak ketiga (PFK)


Merupakan utang yang timbul akibat pemerintah daerah belum
belum menyetor kepada pihak yang lain atas pungutan/potongan

PFK dari SPM atau Dokumen lain yang persamakan.

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan bagian utang
jangka panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan
dibayar dalam kurun waktu 12 bulan setelah tanggal neraca.

Kebijakan akuntansi

a. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat
kewajiban timbul.

b. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang


asing dijabakan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
mata uang asing menggunakn kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca.

c. Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang


dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus mengakui
kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut.

d. Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga
yang telah terjadi dan belum dibayar.

e. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari dalam
maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum
dibayar harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian
dari kewajiban yang berkaitan.
Kebijakan akuntansi

Pada akhir priode pelaporan, saldo pungutan / potongan berupa PFK


yang belum disetor kan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan
keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.

Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar


utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu
12 ( dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

b) KewajibanJangka Panjang
Kewajiban Jangka Panjang merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar kembali atau akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari
12 bulan setelah tanggal neraca.
KewajibanJangka Panjang meliputi :

(Utang Dalam Negeri Perbankan


Utang Dalam Negeri Perbankan rnerupakan utang jangka yang
berasal dari perbankan yang diharapkan akan dibayar dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal neraca.

Utang Jangka Panjang Lainnya


Utang Jangka Panjang lainnya adalh utang Jangka Panjang yang
tidak termasuk kelompok utang dalam negeri perbankan dan
utang dalam negeri obligasi, misalnya utang kementrian.
Kebijakan akuntansi

Kewajiaban diakui pada saat pinjaman diterima dan/atau pada saat


kewajiaban timbul .

Kewajiaban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang


asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
mata uang asing menggunakan Kurs tengah Bank Sentral pada tanggal
neraca .

Utang kemitraan disajikan pada neraca sebesar dana yang dikeluarkan


investor untuk membangun aset tersebut.
Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil yang dibayarkan.

(7) Ekuitas Dana Lancar


merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek. Kelompok ekuitas dna lancar terdiri dari :

a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, merupakan akun lawan


yang menampung kas dan setara kas serta inventasi jangka
pendek

b. Pendapatan Yang Ditangguhkan, merupakan akun lawan


yang menampung kas di Bendahara Penerimaan

c. Cadangan

Piutang,

merupakan

akun

lawan

yang

lawan

untuk

dimaksudkan untuk menampung piutang lancar

d. Cadang

Persediaan,

menampung persediaan

merupakan

akun

e. Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran Utang


Jangka Pendek, merupakan akun lawan kewajiban jangka
pendek

(8) Ekuitas Dana Investasi


Mencerminkan kekayaan pernerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri dari :

a. Diinvestasikan

dalam

Investasi

Jangka

Panjang,

merupakan akun lawan dari Investasi Jangka Panjang

b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap, merupakan akun lawan


dari aset tetap

c. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, merupakan akun lawan


Aset Lainnya

d. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang


Jangka Panjang, merupakan akun lawan dari seluruh utang
jangka panjang.

(9) Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan
perundang - undangan. Akun yang terdapat dalam pos ini adalah
diinvestasikan dalam Dana Cadangan, yang merupakan akun
lawan dari Dana Cadangan.
3.

Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajiklan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Laporan arus kas menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan

berdasarkan

aktivitas

operasi,

investasi

aset

nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

a) Aktivitas Operasi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan operasi pernerintah dalam menghasilkan kas yang cukup
untuk membiayai aktivitas operasionalnya dimasa yang akan datang

tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

b) Aktivitas Investasi Nonkeuangan


Arus kas dari aktivitas investasi aset non keuangan mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan
pelepasan sunber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat dimasa yang akan
datang.
Arus masuk kas dari aktivitas aset non keuangan terdiri dari :

Penjualan Aset Tetap yang tidak dipisahkan;


Penjualan Aset tainnya yang tidak dipisahkan.
Arus keluar kas dari aktivitasi investasi aset nonkeuangan terdiri

dari ;

Perolehan Aset Tetap;


Perolehan Aset Lainnya.
c) Aktivitas Pembiayaan
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau
penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk mwmprediksi klaim
pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap
pihak lain dimasa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:

Penerimaan Pinjaaman;
Penerimaan Hasil Penjualan Surat Utang Negara;
Penerimaan Dari Diventasi;
Penerimaan Kembali Pinjaman;
Pencarian Dana Cadangan.
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain :

Penyertaan Modal Pemerintah;


Pembayaran Pokok Pinjaman;
Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan
Pembentukan Dana Cadangan
d) Aktivitas Non Anggaran
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,


belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran
antara lain Perhitungan pihak ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK
menggambarkan yang bersal dari jumlah dana yang dipotong dari surat
Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan
mutasi kas antara rekening kas umum negara/daerah.
Kebijakan akuntansi

1. Laporan Arus Kas harus disajikan dengan menggunakan metode


langsung (direct method).

2. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang bersifat


mempunyai surat berharga yang sifatnya samadayengan persediaan,
yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasasi.

3. Jika entitas pelaporan mengotoritaskan dana untuk kegiatan suatu entitas


lain, yang peruntukkannya belum jelas apakah sebapir modal kerja,
penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka
pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

4. Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan
dengan menggunakan mata uang rupiah dengan rnenjabarkan mata uang
asingtersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal
transaksi.

5. Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal
transaksi.

6. Arus kas dari transaksi penerimaan pendapatan bunga dan pengeluaran


belanja

untuk

pembayaran

bunga

pinjaman

serta

penerimaan

pendapatan dari bagian laba perusahaan negara / daerah harus


diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait dengan teransaksi
tersebut harus diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara
konsisten dari tahun ke tahun.

7. Investasi pemerintah dalam perusahaan negara / daerah dan kemitraan


dicatat dengan menggunakan metode biaya, yaitu sebesar nilai

perolehannya.

8. Entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang dalam


perusahaan negara / daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas
pembiayaan.

9. Arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan perusahaan


negara / daerah dan unit operasionalnya lainnya harus disajikan secara
terpisah dalam aktivitas pembiayaan.

10. Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan negara /
daerah dan operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan perlu
diungkapkan hanya jika transaksi tersebut telah diakui sebelumnya
sebagai aset atau utang perusahaan negara / daerah dan unit operasi
lainnya.

11. Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan


penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam
Laporan Arus Kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

12. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam
Laporan Arus Kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di Neraca.

13. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang
signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini dijelaskan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
4.

Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan disajikan dengan susunan sebagai
berikut :

a. Kebijaksanaan Fiskal / Keuangan


Catatan atas Pelaporan Keuangan harus dapat membantu
pembacanya untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan
entitas pelaporan secara keseluruhan.

Catatan atas Pelaporan Keuangan menjelaskan perubahan


anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan
dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPRK,
hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang
telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh

manajemen entitas.

b. lkhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan


1. Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi
Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan pencapalan kinerja
operasional yang berdimensi keuangan dalam satu periode
pelaporan.

2. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan


dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah
indikator sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang
berlaku.

3. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam catatan atas


laporan keuangan harus :

Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk


mencapai tujuan;

Memberi gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana


kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan, dan;

Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh


Pemerintah

Kabupaten

Aceh

Tenggara

untuk

dapat

memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi


kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal.

4. Pembahasan mengenai kinerja keuangan :


Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
Menyajikan data historis yang relevan;
Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan
rencana yang telah ditetapkan

Menyajikan informasikan penjelasan yang lainnya yang


diyakini oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara akan
dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk dapat
memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan
tujuan atau rencana.

c. Dasar penyajian Laporan Keuangan dan Kebijakan akuntansi


Keuangan Yang penting

(1)

Dalam menyajikan Catatan atas laporan Keuangan, entitas


pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian dasar

penyaian

laporan

keuangan

dan

kebijakan

akuntansi

keuangan

(2)

Dalam penyusunan Laporan Keuangan jika tidak mengikuti


asumsi

dasar

atau

konsep

dasar

akuntansi

harus

diungkapkan dalah catatan atas laporan keuangan disertai


alasan dan penjelasan.

(3)

Pengungkapan

kebijakan

mengidentifikasikan

dan

akuntansi

menjelaskan

harus

prinsip-prinsip

akuntansi yang digunakan oleh etitas pelaporan dan metodemetode

yang

penerapannya

secara

materil

yang

mempengaruhi penyajian laporan Realisasi Angga:ran ,


Neraca, dan laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus
juga

meliputi

pertimbangan-perimbangan

penting

yang

diambil dan memilih prinsipprinsip yang sesuai.

(4)

Secara umum kebijhakan akuntansi pada Catatan atas


laporan Keuangan menjelaskan hal-hal berikut :

Entitas pelaporan
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan.

Basis pengukuran yang digunakan dalam menyusun


laporan keuangan

Sampai sejauh mana kebijakan - kebijakan akuntansi


yang berkaitan dengan ketentuan - ketentuan masa
transisi

Pernyataan

Standar

Akuntansi

Pemerintah

diterapkan oleh suatu entitas pelaporan.

Setiap kebijakan akuntansi yang diperlukan untuk


memahami laporan keuangan

(5)

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai


pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus
diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap
tahun-tahun yang akan datang untuk diketahui pembaca
laporan keuangan.

d. Penjelasan pos-pos laporan keuangan


e. Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul

sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan


dan belanja dan rekonsiliasinya dengan basis kas

f. Informasi tambahan lainnya yang diperlukan seperti gambaran


umum pemerintah daerah
c.

Kebijakan Akuntansi Neraca Awal


Neraca awal Pemerintah Daerah adalah neraca yang disusun pertama

kali oleh pemerintah daerah. Neraca awal menunjukkan jumlah aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal neraca awal. Pendekatan yang digunakan dalam
penyusunan Neraca awal adalah inventarisasi atas pos-pos neraca. Inventarisasi
tersebut dapat dilakukan dengan inventarisasi fisik, catatan, laporan atau
dokumen sumber lalinnya.

1. Aset Lancar
a)

Kas di Kas Daerah

1) Kas dicatat sebesar nilai nominal.


2) Saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening - rekening pada bank
yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran dan uang tunai yang ada di Bendahara Umum Daerah.

3) Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca awal.

4) Nilai setara kas ditentukan sebesar nilai nominal diposito (jangka


waktu sama dan atau kurang dari 3 bulan) atau Surat Utang Negara .

5) Tidak termasuk Kas di kas daerah, Perhitungan pihak Ketiga (PFK)


berupa pph pasal 21, luran Bepeltarum dan iuran wajib pegawai

6) lainnya yang masih harus disetorkan ke kas negara (diklasifikasikan


dalam KewajibanJangka Pendek)

b) Kas di Bendahara Pengeluaran / pemegang Kas


1) Kas dicatat sebesar nilai nominal
2) Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca awal.

3) Kas di Bendahara Penerimaan


4) Kas dicatat sebesar nilai nominal.

5) Kas yang ada di Bendahara Penerima diklasifikasikan dalam ekuitas (


pos Pendapatan yang ditangguhkan ).

6) Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca awal.
d. Investasi Jangka Pendek

1. Investasi jangka pendek diakui berdasarkan bukti investasi dan


dicatat sebesar nilai perolehan.

2. Deposito dengan jangka waktu antara 3 sampai 12 bulan


diklasifikasikan sebagai Investasi Jangka Pendek dan dicatat sebear
nilai nominal deposito tersebut.

3. Obligasi / Surat Perbendaharaan Negara ( SPN ) yang berjangka


waktu kurang dari 12 bulan diklasifikasikan sebagai Investasi Jangka
Pendek dan dicatat sebesar nilai perolehan.

4. Invesasi yang dilakukan dalam bentuk selain dari deposito dan


obligasi yang berjangka waktu kurang dari 12 bulan diklasifiksikan
sebagai Investasi Jangka Pendek lainnya dan dicatat sebesar nilai
perolehan.
Piutang

1) Piutang pajak dan piutang restribusi, yaitu Surat Penetapan Pajak dan
Surat Ketetapan Restribusi yang pembayarannya belum diterima, dan
dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah pajak dan
restribusi yang belum dilunasi.

2) Piutang Bagi Hasil Pajak Provinsi, merupakan hak pemerintah daerah


atas bagi hasil pajak provinsi ( Pajak Kendaraan Bermotor / PKB, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor / BBN - KB, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor / PBB - KB, Pajak air Bawah Tanah dan Pajak Air
Permukaan ) yang sampai dengan akhir periode akuntansi belum masuk
ke kas daerah. Piutang Bagi Hasil Pajak Provinsi dinilai sebesar SPD /
SKO yang belum dicairkan, yang diterbitkan pemerintah provinsi sampai
dengan akhir periode akuntansi belum belum masuk kekas daerah.
Piutang bagi hasil Pajak Propinsi dinilai SPD/SKO yang belum dilaporkan,
yang diterbitkan pemerintah propinsi sampai dengan akhir priode
akuntansi.

3) Tagihan penjualan angsuran angsuran yang jatuh tempo dalam kurun


waktu satu tahun atau kurang di reklasifikasi sebagai bagian Lancar
Tagihan Penjualan angsuran di catat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah
tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waku satu tahun.

4) Piutang pinjaman kepada BUMN / BUMD yang jatuh tempo dalam tahun
berikutnyan direklasifikasi sebagai Bagian lancar pinjaman kepada BUMN
/ BUMD dan dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah
yangjatuh tempo tahun berikutnya.

5) Tuntutan perbendaharaan / Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) jangka


panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya direklasifikasi sebagai Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan /Tuntutan Ganti Rugi dan dicatat
sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah tuntutan Ganti Rugi yang
akan di terima dalam satu tahun.

6) Piutang lainya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah
yang belum di lunasi.
f)

Persediaan

(1)

Pesediaan disajikan di Neraca awal berdasarkan hasil inventarisasi


Fisik.

(2)

Persedian disajikan di Neraca awal nilai sebesar:

Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.

Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.

Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti


donasi / rampasan.

Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya


pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.

Nilai wajar pembelian yang digunakan adalah biaya persediaan


yang terakhir diperoleh.

2. Investasi langka Panjang


a) Investasi dalam Dana Bergulir dikelompokkan dalam Investasi Jangka
Panjang Non Permanen.

b) Investasi dalam bentuk Dana Bergulir dicantumkan dalam Neraca Awal

sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) yaitu
sebesar nilai kas yang dipegang ditambah saldo yang bisa ditagih.

c) Investasi dalam obligasi / Surat Utang Negara yang dimaksudkan untuk


dimiliki dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan dikelompokkan dalam
Investasi Jangka Panjang Nonpermanen. Investasi ini dicantumkan dalam
neraca awal sebesar niuai nominal,

d) Investasi dalam

Penyertaan

Modal

pada

proyek

Pembangunan

dikelompokkan dalam Investasi Jangka Panjang Nonpermanen.

e) Investasi dalam penyertaan Modal pada proyek pembangaunan


dicantumkan dalam neraca awal sebesar nilai harga perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang
sah. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan
dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah
BI) yang berlaku pada tanggal transaksi.

f) Penyertaan Modal Pemerintah daerah pada perusahaan Negara / daerah,


lembaga keuangan Negara atau badan hukum lainnya dikelompokkan
dalam neraca sebagai Investasi Jangka Panjang Permanen.

g) Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar harga perolehan jika


kepemilikan kurang dari 20% dan tidak memiliki kendali yang signifikan.

h) Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar secara proporsionaldari


nilai

ekuitas

yang

tercantum

dalam

laporan

keuangan

perusahaan/lembaga ,jika kepemilikan lebih dari 20% atau kurang dari


20% tetapi tidak memiliki kendali yang signifiikan.

i) Investasi Permanen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam ketagori


Penyertaan

Modal

Pemerintah

diklasifikasikan

sebagai

Investasi

Permanen lainnya. Investasi ini dicatat sebesar harga perolehan


termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperolehnya.

Aset Tetap

a) Tanah
1) Nilai tanah dicatat dalam neraca awal sebesar nilai wajar pada tanggal
neraca awal

'i (1) Nillai Tanah dicatat dalam Neraca awal

sebesar nilai wajar pada tanggal Neraca awal

2) Niiai wajar tanah yaitu :

Harga perolehan jika tanah tersebut dibeli setahun atau kurang dari
tanggal neraca awal.

Jika tanah diperoleh lebih dari tahun sebelum tanggal neraca awal,
nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan dengan
menggunakan rata - rata harga jual - beli antar pihak - pihak
independen disekitar tanggal neraca untuk jenis tanah yang sama
diwilayah yang sama.

Apabila Apabila tidak terdapat banyak transaksi jual bell tanah


pada tanggal sekitar tanggal neraca, sebuah transaksi antar pihak
independen dapat mewakili harga pasar.

Apabila tidak terdapat nilai pasar, dapat digunakan Nilai Jual Objek
Pajak ( NJOP ) terakhir.

Jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP maka dapat


digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau
tim penilai yang kompeten.

b) Peralatan dan Mesin


1) Peralatan da:n Mesin dicatat dalam Neraca awal sebesar Nilai wajar
pada tanggal Neraca awal.

2) Nilai wajar peralatan mesin adalah :

Harga perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli setahun


atau kurang dari tanggal neraca awal.

Harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang
sama

Bila Harga pasar tidak tersedia, digunakan nilai appraisal dari


perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten
dengan memperhitungkanfaktir penyusutan.

Jika penilaian oleh appraisal terlalu mahal dan memakan waktu,


digunakan standar harga yandikeluarkan oleh instansi pemerintah
yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.

c) Gedung dan Bangunan


(1) Nilai Gedung dan Bangunan dicatat dalam Neraca awal sebesar Nilai

wajar pada tanggal Neraca awal.

(2) Nilai wajar Gedung dan bangunan adalah:


Harga perolehan jika Gedung dan bangunan tersebut dibeli
setahun atau kurang dari tanggal neraca awal.

Apabila Gedung dan bangunan tersebut dibeli lebih dari satu


tahun sebelum tanggal neraca awal, Nilai wajar Gedung dan
bangunan ditentukan dengan menggunakan Nilai jual Obyek
pajak ( NJOP ) terakhir.

Jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP maka dapat


digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau
tim penilai yang kompeten.

d) Jalan, irigasi danJaringan .


Nilai jalan, irigasi dan Jaringan dicatat dalam Neraca awal sebesar Nilai
wajar yang ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang
kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis dari
instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari
tanggal neraca.

e) Aset Tetap lainnya


Aset tetap lainya dicatat dalam neraca awal dengan menggunakan nilai
wajarjika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.

f) Konstruksi Dalam Pengerjaan


1) Konsrtuksi Dalam Pengejaran di Neraca awal dicatat senilai seluruh
biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua
jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun.

2) Dokumen sumber untuk mencatat nilai konstruksi dalam pengerjaan di


Neraca awal adalah akumulasi seluruh nilai Surat Perintah Membayar
(SPM ).

3. Dana Cadangan

a. Dana Cadangan dinilai sebesar nilai nominal dana cadangan yang


dibentuk.

b. Hasil- hasil pengelolaan yang diperoleh dari dari dana cadangan periode
sebelum Neraca awal menambah nilai dan cadangan.

c. Seluruh biaya yang timbul atas pengelolaan dana cadangan mengurangi


dana cadangan.

d. Dokumen sumber pembukuan dana cadangan penyusunan neraca awal


adalah rekening dana cadangan.

e. Jenis dan peruntukan Dana Cadangan diungkapkan dalam Catatan atas


Laporan Keuangan .

4. Aset Lainya
a) AsetTakBerwujud
Aset Tak Berrvujud dinilai sebesar jumlah Akumulasi Surat Perintah
Membayar (SPM ) untuk belanja Modal Non Fisik setelah dikurangi
Idengan biaya - biaya lain yang tidak dapat dikapitalisir
'

b) Tagihan Penjualan Angsuran


1. Tagihan Penjualan Angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari
kontrak / berita acara penjualan aset setelah dikurangi dengan,
angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas Negara /
daerah.

2. Dokumen sumber pembukuan dalam Neraca awal adalah daftar saldo


tagihan penjualan angsuran.

c) Tuntutan Perbendaharaan (TP ) dan Tututan Ganti nRugi (TGR)


1. TP / TGR dinilai dalam neraca awal sebesar nilai nominal dalam Surat
Keputusan Pembebanan atau Surat Keterangan Tanggung jawab
Mutlak ( SUM ) setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan
oleh pegawai / Bendahara yang bersangkutan ke Kas Negara.

2. Dokumen sumber dalam penentuan nilai di Neraca awal adalah:


',

Surat Keputusan Pembebanan I

Surat Keterangan Takgung jawab Mutlak ( SUM )

Surat Setoran Bukan Pajak ( SSBP )

SuratTanda Setoran ( STTS )

d) Kemitraan Dengan Pihak Ketiga


(1) Bangunan Kelola Serah ( BKS ) dicatat dalam dalam neraca awal
sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada Pihak
ketiga / Investor untuk membangun Aset tersebut.

(2) Bangun Serah Kelola ( BKS ) dicatat dalam neraca awal sebesar nilai
perolehan yaitu nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah
dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh pihak ketiga / Investor
untuk membangun aset tersebut.

(3) Aset BKS / BSK disajikan terpisah dari Aset Tetap


5. Kewajiban Jangka Pendek
a. Utang / Kewajiban dicatat di Neraca awal sebesar nilai nominal.
b. Utang / Kewajiban dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Sentral pada
tanggal Neraca awal.

c. Kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam
waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca dikelompokkan sebagai
kewajiban jangka pendek.

d. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang dicantumkan di neraca awal


sebagai kewajiban jangka pendek sebesar jumlah yang akan jatuh tempo
dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal'Neraca awal.

e. Utang kepada pihak ketiga diperoleh dengan melakukan dengan


melakukan inventarisasi atas kontrak atau perolehan barang / jasa yang
belum dibayar sampai dengan saat neraca awal pada setiap satuan kerja.

f. Utang kepada pihak tetiga dicantumkan di nearca awal sebagai kewajiban


jangka pendek sebesar jumlah yang belum dibayar pada tanggal neraca
awal.

g. Utang bunga dicantumkan di neraca awal sebagai kewajiban jangka


pendek sebesar biaya bunga yang terjadi tetapi belum dibayar oleh
pemerintah daerah pada tanggal penyusun neraca awal.

h. Utang Perhitungan pihak ketiga dicantumkan di neraca awal sebesar

saldo pungutan / potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain


sampai dengan tanggal neraca awal.

6. Kewajiban Jangka Panjang.


a. Kewajiban yang diharapkan akan di bayar kembali atau jatuh tempo
dalam waktu lebih dari dari dua belas bulan setelah tanggal neraca
dikelompokkan sebagai kewajiban jangka panjang.

b. Utang dalam negeri perbankan yang berasal dari perbankan dan


diharapkan akan dibayar dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal
neraca dikelompokkan dalam kewajiban jangka panjang.

c. Utang dalam negeri perbankan dicantumkan dalam neraca awal sebesar


jumlah yang belum dibayar pemerintah yang akan jatuh tempo dalam
waktu lebih dua belas bulan setelah tanggal neraca.

d. Utang kemitraan dengan pihak ketiga ( BSK / BKS ) dikelompokkan


dalam Neraca sebagai Utangjangka panjang Lainya.

e. Utang Kemitraan dengan pihak ketiga disajikan di neraca awal sebesar


dana yang dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut.
Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang kemitraan
disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor setalah dikurangi
dengan nilai bagi hasil yang dibayarkan.
c. Prinsip - prinsip Penyusunan Laporran Konsolidasian
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun - akun yang
diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya,
dengan atau tanpa mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan
sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Badan Layanan Umum ( BLU )
adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk. untuk memberikan
pe;layanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan / atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Dalam hal pengkonsolidasian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang
berbasis kas ( sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan / SAP ) dengan Laporan
Keuangan BLU yang berbasis akrual ( Standar Akuntansi Keuangan / SAK ),
sebelum dilakukan proses konsolidasi pertu dilakukan mapping terhadap

Laporan Keuangan BLU yang bersangkutan dalam rangka menyesuaikan basis


akuntansi BLU ke basis akuntansi Laporan Keuangan pemerintah Daerah.

Kebijakan Akuntansi

1. Laporan Keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,


Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang


sama dengan periode pelaporan keuangan entitas ,pelaporan dan berisi
jumlah komparatif dengan periode sebelumnya.

3. Dalam proses konsolidasi selalu diikuti dengan mengelimanasi akun akun timbal balik ( recipprocal accounts ). Namun demikian, apabila
eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Contoh akun timbal balik (
recipprocal accouts ) antara lain akun uang yang harus dipertanggung
jawaban yang belum dipertanggung jawabkan yang belum oleh
Bendaharawan pembayar akri periode sampai dengan akhir peeiode
akuntansi.

4. Laporan keuangan Badan Layanan Umum ( BLU ) digabungkan dengan


laporan keuangan SKPD yang secara organisatoris membawahinya
dengan ketentuan sebagai berikut :

Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto kepada


Laporan Realisasi Anggaran SKPK yang secara organisatoris
membawahinya.

Neraca BLU digabungkan kepada neraca SKPK yang secara


organisatoris membawahinya.
D. Perubahan kebijakan Akuntansi
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih
andal dalarn penyajian laporan keuangan entitas. Perubahan kinerja akuntansi
dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan Keuangan.

F. Peristiwa Luar Biasa


,
Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau transaksi yang
secara jelas berbeda dari aktivitas biasa dan di luar kendali entitas pelaporan
yang menyebabkan penyerapan sebagian besar anggaran belanja tak tersangka
atau dana darurat sehingga mernerlukan perubahan / pargeseran anggaran
secara mendasar.
Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan berikut :

1. Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas;


2. Tidak di'harapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang;
3. Berada di luar kendali atau pengaruh entitas;
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
aset / kewajiban. Hakikat, jumlah, dan pengaruh yang diakibatkan oleh
peristiwa luar diungkapkan secara terpisah dalam catatan atas Laporan
Keuangan.

BAB IV
SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH
KABUPATEN ACEH TENGGARA
Dalam struktur Pemerintahan Daerah, Satuan Kerja merupakan entitas
akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi
transaksi yang terjadi di Iingkungan satuan kerja. Dalam kontruksi keuangan
daerah, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu :

Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPK )


Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD )
Meskipun memiliki perbedaan dalam kewenangan, dalam arsitektur
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ( SAPD ), keduanya memiliki sifat yang
sama dalam akuntansinya, yaitu sebagai satuan kerja.
A.

Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPK)


Prosedur akuntansi pada SKPK meliputi serangkaian proses mulai dari

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer. Dalam struktur Pemerintahan
Daerah, Satuan Kerja merupakan entitas akuntansi yang mempunyai
kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di
lingkungan satuan kerja.
Kegiatan

akuntansi

pada

satuan

kerja

meliputi

pencatatan

atas

pendapatan, belanja, aset dan selain kas. Proses tersebut dilaksanakan oleh
Pejabat Penatausahaan Keuangan / Keuangan / PPK-SKPK berdasarkan
dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara. PPK-SKPK
melakukan pencatatan transaksi pendapatan pada jurnal khusus pendapatan,
transaksi belanja pada jurnal khusus belanja serta transaksi aset dan lain kas
pada jurnal umum.
Secara berkala, PPK-SKPK melakukan posting pada buku besar dan

secara periodik menyusun neraca saldo sebagai dasar pembuatan bahan


keuangan, yang terdiri atas : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan
Atas Laporan keuangan.
Pihak-pihak yang terkait dalam proses Akuntansi Kerja Perangkat Daerah
( SKPK ):

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan ( PPK-SKPK ), memiliki tugas


sebagai berikut :

Mencatat transaksi-transaksi pendapatan, belanja, aset mem


posting jurnal pendapatan, belanja, aset dan selain kas ke dalam
buku besarnya

Mempostingdaerah

pendapatan

dan

belanja

selain

kas

berdasarkan bukti yang terkait.

Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari : Laporan Realisasi


Anggaran dan catatan Atas Pelaporan Keuangan.

b. Bendahara di SKPK memilikitugas :


Menyiapkan dokumen-dokumen dari transaksi yang terkait dengan
proses pelaksanaan akuntansi SKPK.

1. Akuntansi Anggaran SKPD


Akuntansi anggaran yang merupakan tehnik pertaggungjawaban dan
pegendalian menejemen yang di gunakan untuk membantu pengelolahan
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan tidak di laksanakan di SKPK
karena dalam permendragri 13/ 2006 SKPK di perbolehkan untuk tidak
melaksanakan akuntansi anggaran. Sebagai gantinya pada setiap buku besar,
Neraca saldo dan LRA di cantumkan paguanggaran dari rekeningbersangkutan.

2. Akuntansi Pendapatan SKPD


Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar akuntansi
Pemerintahan memberikan deskripsi yang cukup jelas mengenai pendapatan.
Dalam peraturan pemerintah ini disebutkan bahwa pendapatan adalah semua
penerimaan Rekening kas Umum Negara/Daerah yang menambah Ekuitas dana
lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Peraturan Menteri
dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan nama dalam


bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai
akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaaan
barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain
sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari
hasil pemanfaatan barang daerah kegiatan lainnya merupakan pendapatan
daerah.
Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi ,kelompok, jenis,obyek dan
rincian obyek pendapatan. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah Netonya ( setelah dikompensasikan dengan pengeluaran ). Akuntansi
pendapatan SKPK dilakukan hanya untuk mencatat pendapatan asli daerah yang
dalam wewenang SKPK. Prosedur akuntansi pendapatan Daerah
Tahap-tahap akuntansi,penerimaan pendapatan daerah dapat dijelaskan
sebagai berikut;

a. PPK-SKPK menerima SPJ penerimaan dari bendahara penerimaan


(seperti dijelaskan dalam sisdur penatausahaan penerimaan).

b. Berdasarkan dokumen SPJ penerimaan dan lampirannya, PPK-SKPK


mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal "kas di bendahara
penerimaan" di Debit dan " Akun pendapatan sesuai jenisnya yang
ditangguhkan"di kredit.
Kas di Bendahara penerimaan
Pendapatan ..yang ditangguhkan

xxx
xxx

Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat transaksi
pendapatan ( penerimaan kas ), maka dibuatlah buku jurnal khusus yang dikenal
dengan nama Buku jurnal penerimaan kas.

c. Pendapatan yang diterima kemudian disetor kepada kas daerah PPKSKPK kemudian mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan
menjurnal " RK (M) BUD " di Debit dan "Kas di bendahara
penerimaan"di kredit dan menjurnal balik pendapatan ditangguhkan
menjadi pendapatan (realisasi definitif pendapatan).
RK (M) BUD
RK Kas di Bendahar Penerima

xxx
xxx

Pendapatan yang ditangguhkan


Pendapatan

xxx
xxx

d. Dalam kondisi tertentu, dim ungkinkanterjadi pengembalian kelebihan


pendapatan yang harus dike mbalikan kepada pihak ketiga.

Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya berulang (recurring)


baik yang terjadi di periode berjalan atau pun periode sebelumnya atau
pengembalian yang sifatnya berulang tetapi dalam periode berjalan, PPK-SKPK
berdasarkan transfer kas dari BUD, menatat transaksi pengembalian tersebut
dengan menjurnal Akun pendapatan sesuai jenisnya di debit danRK (M) BUD di
kredit.
Pendapatan

xxx
RK (M) BUD

xxx

Jika pengambilan kelebihan pendap[atan tersebut bersifat tidak berulang (Non


recurring ) dan terikat dengan pendapatan periode sebelumnya, Satuan kerja
tidak memerlukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh akuntansi PPkd
dengan menjurnal 'SILPA' di debit dan "Kas di Kas Daerah' di debit.

e. Secara periodik, jurnal-jurnal tersebut akan diposting kebuku besar


SKPK sesuai dengan kode rekening pendapatan. Contoh format buku
besar SKPK sebagiai berikut :

PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI SERDANG


BUKU BESAR
Skpk
Kode rekening
Nama rekening
Pagu AKPD
Pagu PAPBD

Tanggal

:
:
:
:
:

Uraian ref

Jumlah

Bebet(Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)

f. Diakhir periode tertentu, PPK-SKPK memindahkan saldo-saldo yang


ada ditiap buku besar kedalam neraca saldo. Contoh format neraca
saldo sebagai berikut :

PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH TENGGARA


NERACA SALDO PER TANGGAL
Skpd :
Tanggal

Halaman : .

Uraian

Jumlah
Debet

Kredit

3. Akuntansi Belanja SKPK


Menurut PP NO. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,

..tanggal
.
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening Kas
Umum Nagara/Daerah
PPK-SKPK

yang mengurang Ekuitas dana lancar dalam priode tahun aggaran


Ttd bersangkutan

Lengkap
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali olehNama
pemerintah,
sedangkan
NIP

menurut peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelola

keuangan

Negara,

Belanja

Negara

didefenisikan

sebagai

kewajiban Pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang Nilal kekayaan


bersih.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah
yang menjadi kewenagan Pemda. Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri
No. 13 Tahun 2006, Pengklasifikasian belanja daerah dibagi menurut fungsi,
urusan pemerintah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek kerja belanja.
Akuntansi

belanja

yang

disusun

untuk

memenuhi

kebutuhan

pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. akuntansi belanja juga dapat


dikembangkan untuk keperluan pengadilan bagi manajemen dengan cara yang
memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut. Akuntansi belanja pada
satuan kerja

dilakukan oleh PPK-SKPK. Akuntansi belanja pada satuan kerja ini meliputi
akuntansi belanja. UP (uang persediaan ) GU ( ganti uang )/ TU (tambah uang ),
dan akuntansi belanja LS ( Langsung ).
Tahap-tahap akuntansi Pengeluaran Belanja Daerah dapat dijelaskan
sebagai berikut ;

a. Pada saat menerima dana dengan mediannya SP2D untuk belanja


UP/GU/TU PKK-SKPA menerima SP2D dari kuasa BUD melalui kepala
SKPD selaku pengguna anggaran. Berdasarkan SP2D, PPK-SKPK
mancatat transaksi penerimaan uang persediaan uang persediaan
tersebut dengan menjual " Kas di Bendahara Pengeluaran " di debet dan
" RK ( K) BUD " dikredit.
Kas di bendahara pengeluaran
RK (M) BUD

xxx
xxx

sedangakan saat menerima SP2D untuk Belanja LS, karena dalam belanja LS
dana SP2D dari BUD langsung diterima oleh pihak ketiga/pihak lain yang !lain
telah ditetapkan (misal Belanja LS ganjil & Tunjangan dan LS Barang LS & lasa )
maka PPK-SKPK mencatat transaksi belanja dengan menjurnal " belanja sesuai
dengan jenisnya " didebit dan " RK PPKD di kredit.
Belanja
RK (M) BUD

xxx
xxx

b. Secara berkala, PKK-SKPK menerima Pengeluaran. SPJ tersebut


dilampiran dengan bukti transaksi. Berdasarkan SPJ dan bukti transaksi
tesebut, PPK- SKPK mencatat transaksi-transaksi belanja dengan
menjurnal " Belanja sesuai jenisnya " di dedebit dan " Kas dibendahara
Pengeluaran " di kredit.
Belanja
Kas di bendahara pengeluaran

xxx
xxx

Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat belanja, maka
dibuatlah Buku Jurnal Khusus Belanja UP/GU/TU yang dikenal dengan Buku
Jurnal Pengeluaran Kas.

c. Dalam hal PPTK meminta uang muka kerja ( uang panjar kegiatan maka
atas dasar Nota Pencarian Dana ( NPD) disetujui oleh kepala SKPK

sebagai pengguna anggaran, maka PKK-SKPK mencatat pemberian


uang muka tersebut dengan menjurnal " Pajar Kegiatan " di debet dan "
Kas di bendahara Pengeluaran " dikredit.
Panjar

xxx
Kas di bendahara pengeluaran

xxx

Pada saat PPTK mempertanggungjawaban uang muka kerja yang


diambilnya setelah diverifikasi belanjanya oleh bendahara pengeluaran maka
atas belanja yang dilakukan oleh PPTK tersebut dicatat dengan menjurnal "
Belanja sesuai jenisnya " didebet dan "Panjar Kegiatan " di kredit.

d. Dalam'kasus LS Gaji dan Tunjanagan, meskipun dan yang diterima oleh


pegawai adalah jumlah netto ( setelah dikurangi potongan ), namun PPKSKPK tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto.
PPK-SKPK tidak perlu mencatat potongan tersebut karena pencatatannya
sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem akuntansi PPKD.

e. Dalam kasus LS Barang dan Jasa, sering kali terdapat potongan pajak
sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto
( setelah dikurangi potongan pajak ), namun PPK-SKPK tetap mencatat
belanja tersebut dalam jumlah bruto PPK-SKPK kemudian mencatat
potongan tersebut sebagai Hutang di jurnal Umum Ketika bukti Surat
setoran Pajak (SPP) telah diterima, dilakukan penghapusan hutane daiak
tersebut denEan iurnal sebagai berikut
R/k(k) BUD
Hutang Pajak

xxx
xxx

f. Khusus untuk Transaksi be lanja yang menghasilakan aset tetap, PPKSKPK juga mengakui penambahan aset dengan membuat jurnal korolari
yaitu " Aset sesuai jenisnya " di debit dan "diinventasikan dalam aset
tetap" di kredit.

g. Setiap periode , jurnal tersebut akan diposting ke buku besar sesuai


dengan kode rekening belanja (contoh format buku besar sama dengan
buku be! akuntasi penerimaan).

h. Di akhir bulan, PPK-SKPK memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap


buku besar ke dalam neraca saldo. (contoh format neraca saldo sama

dengan neraca sal akuntasi penerimaan).

4. Akuntasi aset tetap SKPK


Akuntansi aset tetap pada SKPK meliputi pencatatan dan pelaporan
akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan
penyusunan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPK.
Transaksi-transaksi tersebut secara garis besar digolongankan dalam 2
kelompok besar transaksi yaitu :

Penambahan nilai Aset

Pengurangan nilai Aset

Tahap-tahap akuntansi Pengeluaran Belanja Daerah dapat dijelaskan


sebagai berikut ;
Berdasarkan bukti transaksi yang berupa : Berita acara penerimaan barang,
dan/ atau Berita acara serah terima barang, dan/atau Berita acara penyelesaian
pekerjaan, PPK-SKPK memuat bukti memorial. Bukti memorial tersebut dapat
dikembangkan dalam dalam format yang sesuai dengan kebutuhan yang
sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai:

1. Jenis/nama aset tetap


2. Kode rekening terkait
3. Klasifikasi aset tetap
4. Nilai aset tetap tanggal transaksi
a. Dalam kasus penambahan nilai tetap, berdasarkan berdasakan bukati
memorial tersebut., PPK-SKPK mengakui penembahan aset dengan
menjual "Aset Tetap sesui jenisnya" di debit dan "Diinvestasikan dalam Aset
sesuai jenisnya " di kredit.
Aset tetap
Diinvestasikan dalam aset

xxx
xxx

b. Dalam kasus penguruangan asset tetap, berdasarkan bukti memoril, PPKSKPK mengakui pengurungan asset dengan menjurnal Diinvestasikan
dalam asset tetap Aset sesuai dengan jenisnya di kredit.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap

xxx

Aset Tetap

Xx
x

c. Secara periodik, buku jurnal atas transaksi aset tetap tersebut diposting
kedalam buku besar rekening berkenaan.

d. Setiap akhir periode semua buku ditutup sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan SKPK.
Ilustrasi lurnal
Pencatatan aset tetap dalam buku jurnal merupakan proses lanjutan dari
pencatatan belanja daerah yang menghasilkan aset tetap. Oleh karena itu, jurnal
untuk mencatat saat perolehan aset tetap sering disebut sebagai jurnal korolari.
Pencatatan aset tetap sering disebut sebagai jurnal korolari. Pencatatan aset
tetap tergantung pada siapa yang melakukan belanja atas aset tersebut. Berikut
adalah beberapa contoh jurnal terkait dengan aset tetap. Dinas PU akan di
gunakan sebagai ilustrasi SKPK.

a. Perolehan Aset Tetap

Melalui Pembelian
Dinas PU membeli papan tulis untuk ruang meeting dengan dengan
harga jual 4 juta rupiah. Agar papan tulis elektronik ini siap digunakan,
ada

biaya-biaya

tambahan

yang

harus

dibayar

meliputi

biaya

pengangkutan dan biaya instalasi masing - masing sebesar 500 ribu


rupiah. Oleh karena itu Dinas Pu mencatat nilai papan tulis elektronik
tersebuat, maka jurnalnya adalah
5.2.3.10.09

Belanja Modal Papan Tulis Elektronik

4.500.000

1.1.1.03.01
1.3.2.09.09

Kas di Bendahar Pengeluaran


Peralatan Kantor Papan Tulis Elektronik

4.500.000
4.500.000

3.2.2.01.01

Diinvestasikan dalam asset tetap

4.500.000

Melalui hibah/donasi
Pemda memperoleh donasi dari Bank dunia lima buah mobil kijang. Mobil
dengan tipe dan kriteria yang sama tersebut mempunyai nilai wajar
masingmasing sebesar 120 juta rupiah. Aset tersebut kemudian
diserahkan kepada SKPK maka jurnal yang harus dibuat diakuntansi

SKPDK adalah :

1.3.2.02.03

Alat angkutan darat bermotor station wagon

3.2.2.01.01

6.000.000

Diinvestasikan dalam asset tetap

6.000.000

b. Penyusutan
Selain tanah dan kontruksi dalam pengerjaan, seluruh aset terdapat
disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Jurnal
penyustuan aset tetap ini dibuat diakahir tahun yang dikenal sebagai jurnal
penyesuaian diakhir tahun sebagai berikut :
3.2.2.01.01

Diinvestasikan dalam asset tetap

1.3.7.01.01

900.000

Akuntansi penyusutan papan tulis elektronik

900.000

c. Kontruksi Dalam Pengerjaan ( KDP )


Pemda sedang mendirikan bangunan kantor. Gedung kantor ini akan
dibangun Dianas PU pada tahun 2006. Tanggal 31. Desember 2006 Kantor
tersebut beleum selesai dibangun. Maka Diana PU akan mencatat jurnal
sebagai berikut :
1.3.6.01.01

Kontruksi dalam pengerjaan

3.2.2.01.01

100.000.000

Diinvestasikan dalam aset tetap

100.000.000

Pada 31 Mei 200, kantor ini telah diselesai dibangun. Maka Dinas PU menjurnal
sebagai berikut :
3.2.2.01.01

Diinvestasikan dalam aset tetap

100.000.000

1.3.6.01.01
Kontruksi dalam pengerjaan
Jurnal balik atas pencacatan terdahulu yang telah dicatat
1.3.3.01.01

Gedung

3.2.2.01.01
Diinvestasikan pada aset tetap bersangkutan
Mencatat pada pos tetap yang bersangkutan

100.000.000

400.000.000
400.000.000

d. Pelepasan Aset Tetap


Dikantor Dinas Pu, terdapat lima buah computer lama yang rusak dan tidak
terpakai dengan harga perolehan total sebesar Rp. 25.000.000,-. Atas

persetujuan Kepala Daerah dilakukan penghapusan atas computer tersebut,


kepala dinas melakukan pelangan ke masyarakat. Uang hasil penjualan
computer tersebut akan dicatat sebagai lain-lain PAD yang sah.

5. Akuntansi selain kas SKPK


Akuntansi selain kas pada SKPK meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan semua transaksi atau kejadian selain kas ( tidak melibatkan kas masuk
maupun keluar )
Prosedur akuntansi selain kas pada SKPK meliputi setidaknya :

a. Koreksi kesalahan pencatatan : merupakan koreksi terhadap kesalahan


dalam membuatjurnal dan telah diposting kebuku besar.

b. Pengakuan aset, utang, dan ekuitas : merupakan pengakuan terhadap


perolehan aset yang dilakukan oleh SKPK. Pengakuan aset sangat terkait
dengan belanja modal yang dilakukan oleh SKPK,.

c. Jurnal Depresiasi : merupakan jurnal depresiasi terhadap aset yang


dimiliki oleh SKPK

d. Jurnal terkait dengan transaksi yang bersifat akrual dan prepayment :


merupakan jurnal yang dilakukan dikarenakan adanya transaksi yang
sudah dilakukan SKPK namun pengeluaran Kas belum dilakukan (
accural ) atau terjadi transakasi pengeluaran kas untuk belanja dimasa
yang akan datang( Prepayment )
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas
berupa bukti memorial yang dilampiri dengan bukti-bukti Transaksi jika tersedia.
Tahap-tahap akuntansi selain kas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. PPK-SKPK berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian selain kas


membuat bukti memorial. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya
memuat informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode
rekening, uraian transaksi dan /atau kejadian,dan jumlah rupiah.

b. PPK-SKPK mencatat bukti memorial kedalam buku jurnal umum. Secara


periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke
dalam buku besar sesuai kode rekening yang bersangkutan

c. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar


penyusunan laporan keuangan SKPK.

Ilustrasi jurnal
Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi non kas. Dinas PU
akan digunakan sebagai ilustrasi SKPK.

26 januari2006 dilakukan koreksi atas kesalahan pencatatan belanja yang


dilakukan pada tanggal 8 januari 2006. pada tanggal tersebut dilakukan
belanja ATK senilai Rp 1 juta, namun dicatat ke kode rekening 5.2.2.01.02
(Belanja dokumen).

15

februari

2006

dilakukan

koreksi

atas

kesalahan

pencatatan

penerimaan SP2D UP. Dana SP2D Upsenilai Rp 50 juta dicatat dengan


mendapat rekening kas di bendahara penerimaan. Seharusnya rekening
yang didebit adalah rekening kas di bendahara pengeluaran.

28 juni 20061Dari lima buah kendaraan hibah yang diterima, satu


diantaranya

dihibahkan

kembali

ke

DPKAD

sebagai

kendaraan

operasional. Sewaktu pertama kali diterima, kendaraan ini dicatat dengan


nilai Rp 120 juta.

5 juli 2006 diterima surat keputusan penghapusan barang (penghapusan


mesin tik yang musnah karena kebakaran di gudang). Nilai mesin tik ini di
neraca Rp 500 ribu.

Dari transaksi ini, PPK-SKPK dinas PU akan mencatat jurnal sebagai


berikut :

Tgl
26 Jan

Kode rek
Uraian
5.2.2.01.01 Belanja ATK
5.2.201.02

15 Feb

Debet
Kredit
1.000.0001.000.000

Belanja Dokumen

1.1.1.03.01 Kas dibendahara pengeluaran

50.000.00050.000.000

1.1.1.02.01 Kas dibendahara penerimaan


28 Jun

3.2.2.01.01 Diinvestasikan dalamaset tetap

120.000.000120.000.000

1.3.2.02.03 Kendaraan
05 Jul

3.2.2.01.01 Diinvestasikan dalam aset tetap


1.3.2.09.01 Mesin tik

500.000500.000.000

Akuntansi penerimaan kas Akuntansi pengeluaran kas

Akuntansi
Aset

Akuntansi
Selain kas

Berikut digambarkan proses akuntansi SKPK dalam satu bagian Air :


SPJ
Penerimaan

SPJ
Uraian
Pengeluaan

SP2 D

Bukti Transasksi

Bukti Transasksi

Bukti memorial

Bukti memorial

Register jurnal penerimaan kas


Register jurnal pengeluaran kas Register jurnal umum

PPK SKPK

Register jurnal umum

Registr Buku Besar SKPK

Neraca Saldo SKPKPPK SKPK menjual

SPJ penerimaan dalam register


Jurnal penerimaan kas
SPJ pengeluaran dan SP 2D dalam resgister Junal pengeluaran kas
Bukti memorial transaksi asset tetap dalam register jurnal umum
Bukti memorial transaksi selain bukti memorial asset tetap dibuat berdasarkan bukti transaksi yang terdiri dari :
BA penerimaan barang
SK pengapuasan barang
SK mutasi barang
BA pemusnahan Barang
BA serah terima barang
BA penilaian
BA penyelesaian barang
Bukri memorial transasksi selain kas dianut berdasarkan transaksi yang teridiri dari
BA penerimaan barang
SK pengapuasan barang
Surat pengiriman barang

BA pemusnahan Barang
BA serah terima barang
BA penilaian
Jurnal-jurnal tersebut oleh PPK-SKPK dipostng keregister buku besar SKPK
Berdasarkan buku besar SKPK PPK SKPK memuat Neraca saldo SKPKK

B.

Akuntansi Satuan Kerja Pengelola keuangan daerah ( SKPKD )


Prosedur akuntansi pada SKPKD dalam hal ini dinas PKAD kabupaten

Deli Serdang sebagai penggunaan anggaran meliputi serangkaian proses mulai


dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD.
Akuntansi SKPKD adalah sebuah entitas akuntansi yang dijalankan oleh
fungsi akuntansi di SKPKD, yang mencatat transaksi -transaksi yang dilakukan
oleh pemerintah daerah. Selain itu, Sub sistem akuntansi SKPKD ini juga
melaksanakan fungsi sebagai kosolidator yang mencatat akun-akun kontrol
selama priode pelaksanaan anggaran dan melakukan anggaran pennyusunan
laporan konsolidasi diakhir priode.
SKPKD adalah suatu satuan kerja yang mempunyai kerja khusus untuk
mengelola keuangan daerah. SKPKD dikelola oleh suatu entitas tersendiri yaitu
dinas pengelola keuangan dan aset daerah (DPKAD) kabupaten Deli Serdang.
Dalam pelaksanaan anggaran transaksi yang terjadi di SKPKD dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ;

1. Transaksi-transaksi yag dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja


2. Transaksi-transaksi

yang

dilakukan

oleh

SKPKD

pada

level

pemerintah daerah seperti pendapatan dana perimbangan, belanja


bunga, subsidi, Hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil bantuan
keuangan dam belanja

3. terduga termasuk traskasi-transaksi pembiayaan, pencatatan investasi


dan hutang jangka panjang.
Tata cara dan perlakuan akuntansi oleh SKPKD sebagai satuan kerja
mengikuti tata cara dan perlakuan akuntansi satuan kerja perangkat daerah
(SKPK) . Sehingga yang dibahas dalam akuntansi SKPKD hanya tata cara dan
perlakuan akuntansi bagi SKPKD yang berfungsi menjalankan transaksitransaksi
oleh ( pada level ) perintah daerah.
Dengan demikian, akuntansi yang dilaksanakan oleh SKPKD meliputi :

BAB VI
SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN
PENGELOLAAN KEUANGAN KABUPATEN ACEH TENGGARA

Pengawasan pengelolaaan keuangan daerah adalah proses kegiatan yang


ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien
dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pengawasan pengelolaan keuangan pemerintahan daerah meliputi:


a. Administrasi umum pemerintahan; dan
b. Urusan pemerintahan.

Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah daerah dilakukan terhadap :


a. Kebijakan daerah;
b. Kelembagaan;
c. Pegawai daerah;
d. Keuangan daerah; dan
e. Barang daerah.

Pengawasan pengelolaaan keuangan daerah dilakukan terhadap :

a. Urusan wajib;
b. Urusan pilihan;
c. Dana Dekonsentrasi;
d. Tugas pembantuan; dan
e. Kebijakan Pinjaman Hibah Luar Negeri.

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh Pejabat


Pengawas Pemerintah.

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan


peraturan perundang-undanganan

Cara mengiisi dokumen SPM

1. Baris "SKPK" diisi dengan nama SKPK yang akan menerima dana.
2. Baris "Bendahara Pengeluaran/ Pihak ketiga" diisi dengan nama bendahara
pengeluaran SKPK yang akan menerima dana (khusus untuk SPM UP, GU,
TU). Sementara untuk SPM LS, diisi dengan nama pihak ketiga (pegawai
SKPK untuk LS gaji; nama pihak ketiga yang memberikan jasa atau menjual

barang kepada SKPK untuk LS barang dan jasa) karena SPM LS akan
diberikan langsung kepada pihak ketiga tanpa melewati bendahara
pengeluaran.

3. Nomor rekening bank diisi dengan nomor rekening bank SKPK/pihak ketiga.
4. NPWP diisi dengan nomor NPWP pihak ketiga.
5. Dasar Pembayaran diisi dengan nomor dan tanggai SPD yang menjadi dasar
pengajuan SPP yang di SPM-kan.

6. Untuk keperluan diisi dengan keperluan pengajuan SPP yang di SPM-kan.


7. Saris pembebanan pada kode rekening diisi dengan kode urusan, program,
dan kegiatan, serta kode rekening dan uraian dari rincian yang dimintakan
dananya.

8. Jumlah SPP yang diminta diisi dengan jumlah uang SPP yang dimintakan
berdasarkan SPP yang diajukan.

9. Jumlah SPD diisi dengan jumlah dana SPD yang menjadi dasar pengajuan
SPP bersangkutan.

10. Potongan-potongan diisi dengan potongan yang harus dipungut berkaitan


dengan pembayaran yang akan dilakukan, baik potongan pajak maupun
potongan lain sebagaimana tercantum dalam formulir SPM di atas.

11. Potongan berupa PPN, PPh dan/atau pajak lainnya diisi sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku. Kolom ini hanya diisi untuk pfmgajuan
SPM-LS. (Kuasa BUD bertindak selaku Wajib Pungut, untuk SPM-UP/GUJTU
pernungutan pajak dilakukan oleh bendahara pengeluaran).
Apabila ternyata PPK SKPK menyatakan bahwa dokurnen SPPUP/GUJTUILS belum lengkap, Maka SKPK akan menerbitkan surat penolakan
SPM, yang jucla dibuat dalam dua rangkap. Satu dokumen akan diarsipkan
dalam register Surat penolakan SPM, sementara dokumen lainnya dikirimkan
bersama SPP-UP/GUJTU/LS yang ditolak tadi kepada pengguna anggarananggaran untuk diotorisasi dan dilengkapi oleh bendahara pengeluaran. Surat
penolakan ini diterbitkan paling Ilambat 1 hari keria seiak SPP-UP/GU/TU/LS
diterima.
Format register SPM maupun format register penolakan SPM adalah
sama. Yang membedakan hanya Register SPM dipergunakan untuk mencatat
SPM yang telah dinyatakan 1(engkap oleh PPK SKPK, sementara Register
penolakan SPM dipergunakan untuk mencatat SPM yang ditolak oleh PPK
SKPK.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA


SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SPM
Aceh Tenggara,
Kepada Yth,
Bendahara pengeluaran/PPTK
...............................
di
.....................................................
.................
Nomor : ..
Lampiran

: ..

Prihal

: Pengembalian SPP
Bersama

ini

terlampir

Surat

Perrnintaan

Pembayaran

Jang

Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan dan Langsung


(SPP-U

P/GU/TU/irS)

dikembalikan

karena

Saudara
tidak

Nomortanggal
memenuhi

syarat

untuk

diproses. Adapun kekurangannya sebagai berikut :

1. ......................................................................................................................
2. ......................................................................................................................
3. ......................................................................................................................
Demikian disampaikan, atas ker;asamanya diucapkan terima kasih.
Mengetahui,
Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran
(tanda tangan)
(nama lengkap)

NIP.
Cara pengisian Register/ Register penotakan SPM-UP/GU/TU/LS

1. Kolom 1 diisi dengan nomor urut SPM-UP/GU/TU/LS (Gaji, barang dan


jasa)

2. Kolom 2 diisi dengan tanggal diajukannya SPM-UPJGU/TU/LS (Gaji,


barang dan jasa)

3. Kolom 3 diisi dengan nomor SPM-UPJGU/TV/LS yang diajukan


4. Kolom 4 diisi dengan uraian SPM yang diajukan SPM-UP/GU(TU/LS
(Gaji, barang danjasa)

5. Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah SPM-UP/GU/TU/LS (gaji, baring dan


jasa)

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA


REGISTER SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
SKPK : ..

No.
Urut

Tanggal

Nomor
SPM

Uraian

UP

Jumlah

.., tanggal
Mengetahui,
Pengguna Anggaran / Kuasa
PPK-SKPK
Pengguna Anggaran

(Tanda tangan)
(Tanda tangan)

(Nama lengkap)
(Nama Lengkap)
Nip.
Nip

GU

Jumlah SPM (Rp)


LS
TU
Barang &
LS
Gaji
Jasa
Lainnya
5

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA


REGISTER SURAT PENOLAKAN SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
SKPK : ..
Halaman :
No.
Urut
1

Tanggal

Nomor
SPM

Uraian

UP

GU

Jumlah

.., tanggal
Mengetahui,
Pengguna Anggaran / Kuasa
PPK-SKPK
Pengguna Anggaran

(Tanda tangan)
(Tanda tangan)

(Nama lengkap)
(Nama Lengkap)
Nip.
Nip

Jumlah SPM (Rp)


LS
TU
Barang &
LS
Gaji
Jasa
Lainnya
5

Cara pengisisan Register SP2D


Kolom I

diisi dengan nomor urut SP2D untuk pengeluaran


UP,GU/TU/LS (Gaji, barang dan jasa) yang diterbitkan.

Kolom 2

diisi dengan tanggal diterbidcannya SP2D.

Kolom 3

dusi dengan nomor SP2D untuk pengeluaran UP/GU/TU/LS


yaig diterbiUcan.

Kolom 4

diisi dengan uraian SP20 yang diterbitkan.

Kolom 5

diisi dengan jumlah rupiah dikeluarkan untuk pengeluaran


UP/GU/TU/LS.

Bendahara

pengeluaran

nnencatat

SP2D

ke

dalam

dokumen

penatausahaan yang terdiri dari :

Buku Pengeluaran.

Buku Pembantu Simpanan/ bank.

Buku pembantu pajak,

Buku pembantu panjar.

Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian objek


Apabila temyata kuasa BUD menyatakan bahwa dokumen yanq

diperlukan belum lengkap, maka kuasa BUD membuat surat penolakan


penerbitan SP2D dalam dua rangkap. Satu dakumen diberikan kepada PPKD
yang kemudian akan diberikan pada pengguna anggaran agar menyempurnakan
SPM, sementara yang satu akan diamipkan dalam Register surat penolakan
penerbitan SP2D. Proses penolakan SP2D dilakukan paling lambat 1 hari keria
seiak SPM diterima.
Cara Pengisian Register penalakan SP2D
Kolom I

diisi dengan nomor urut.

Kolom 2

diisi dengan tanggal dan nomor surat penotakan penerbitan


SP2D

Kalom 3

diisi dengan nomor SPM yang ditolak.

Kolom 4

diisi dengan alasan penolakan penerbitan SP2D.

Kolom 5

diisi dengan jumiah SPM-UP/GU/TU yang ditolak penerbitan


SP2D.

Kolom 6

disi dengan jumlah SPM LS yang ditolak penerbitan SP2D.

Kolom 7

diisi dengan penjelasan yang diperlukan.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGGARA


SURAT PENOLAKAN PENERBITAN SPM
Aceh tenggara, .20.
Kepada Yth,
Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran
.
Nomor

: .

Lampiran

: .

Perihal

: Pengembalian SPP
Bersama

ini

terlampir

Surat

Permintaan

Pembayaran

Uang

Persediaan/Ganti Uang Persediaan / Tambahan Uang Persediaan dan Langsung


(SPP-UP/GU/TU/irS)

Saudara

Nomor

..Tanggal

.200. dikembalikan karena tidak memenuhi syarat untuk


diproses. Adapun kekurangannya sebagai berikut :

1. ................................................................................................................
.......................

2. ................................................................................................................
.......................

3. ................................................................................................................
.......................
Demikian disampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kuasa Bendahara Umum Daerah

(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP .

FORMAT SURAT PENGANTAR PENGAJUAN SP2D

Nomor

Lamp

: 1 bendel

Hal

: Permohonan Penerbitan
SP2D-UPIGU/TU/LS

Kepada Yth.
Bupati Aceh Tenggara
Cq. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah

Dengan memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor:'t 3 Tahun 2006


jo. Peraturan Merited Dalam Negeri Nomor. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, bersama ini kami mengajukan permohonan
untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) UP/GU/TU/LS). dengan
SPM Nomortanggal..Tahun..sbb ;

1. Jumlah Pembayaran yang diminta

: Rp
(.)

2. Keperluan untuk

3. Bendahara pengeluaran / pihak ketiga

4. Alamat

5. Nomor Surat penyediaan Dana (SPD)

6. Nomor NPWP

7. Yang mempunyai rekening di bank

8. Nomor Rekening

Kelengkapan dokumen permohonan SP2D seagaimana terlampir


Atas kerjasaanya disampaikan terima kasih.
Aceh Tenggara, ..
Pengguna Anggaran / Kuasa PA
Cap. Tanda Tangan

( nama lengkap)
NIP .

Kop DINAS
NAMA SKPK

SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SP2D


Sehubungan

dengan

(SP2D)UP/GUlTU/LS).

pengajuan
dengan

Surat

Perintah
SPM

Pencairan

ana

No.:

.tanggal.. Tahun.. sebesar Anggaran Kuasa Pengguna


Anggaran dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keper(uan ain, dan akan
dipergunakan untuk membiayai kegiatan khusus sesuai saat pengajuan
SP2D kepada Kuasa BUD serta sesuai dengan DPA-SKPK.

2. Senantiasa bertanggungjawab atas kebenaran dan keabsahan dokumen


teriampir.

3. Uang yang diminta tersebut akan kami pertanggungjawabkan, sesuai


ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk melengkapi pengajuan SP2D
UP/GU/TU/LS *), pada SKPK kami.

Aceh Tenggara, ..
Pengguna Anggaran / Kuasa PA
Cap. Tanda Tangan

( nama lengkap)
NIP .

SURAT PERNYATAAN TANOGUNG JAWAB


Sehubungan dengan pengajuan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
GU//LS").

Dengan

..sebesar

SPM

No

Tanggal.

Rp()

Tahun
kami

selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dengan ini menyatakan


dengan sebenar-benamya bahwa

1. Dokumen dan bukti-bukti pengeluaran yang kami lampirkan adalah benar dan
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kami bertanggung jawab sepenuhnya apabila terdapat kekeliruan dalam


pengajuan SP2D tersebut.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk meJengkapi pengajuarr
SP2D GU/LS pada SKPD kami.

Aceh Tenggara, ..
Pengguna Anggaran / Kuasa PA
Cap. Tanda Tangan

( nama lengkap)
NIP .
Keterangan:

1. *). Disesuaikan dengan peruntukannya.


2. Untuk lampiran permohonan perebitan SP2D/GU/LS.

Anda mungkin juga menyukai