BAB I
PENDAHULUAN
8
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3), serta Pasal 232
ayat (5) dan (6), sebagai berikut.
9
PP Nomor 71 tentang SAP Lampiran I PSAP Nomor 10, Paragraf 42
menyatakan perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan
Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sehingga penyajian kembali (retatement) SKPD akan disajikan kembali Neraca,
LPE dan CaLK.
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan di lingkungan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatanyang berasal dari dana APBD Tahun
Anggaran (TA) 2014. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lahat, terdiri
atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Neraca;
3. Laporan Operasional (LO);
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Sesuai dasar hukum di atas untuk penyajian kembali (restatement) SKPD Provinsi
Sumatera SelatanTahun 2014, terdiri dari:
1. Neraca;
2. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Adapun sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan, adalah sebagai
berikut.
I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan.
II Kebijakan Akuntansi
A. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.
B. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
C. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
D. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
10
C. Penjelasan atas Hal-hal yang Berkaitan dengan Laporan Keuangan
VII Penutup
Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting
tentang laporan keuangan.
LAMPIRAN
11
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI
12
Piutang dicatat sebesar nilai nominal. Metode penilaian piutang
menggunakan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan.
4) Persediaan
Nilai persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan persediaan yang
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan
adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
dengan menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan
meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak
yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.
5) Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya,
meliputi harga transaksi investasi itu ditambah biaya lain yang timbul
dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Sedangkan investasi jangka panjang yang bersifat non permanen
misalnya dana yang disisihkan dalam rangka pelayanan masyarakat
berupa bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok
masyarakat, dicatat sebesar nilai perolehan. Metode penilaian
investasi non permanen menggunakan metode nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
b. Aset Tetap
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola,
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Aset tetap dinilai dengan akumulasi penyusutan aset tetap sesuai masa
mafaatnya dan dihitung dari tahun perolehannya.
c. Dana Cadangan
Dana cadangan dicatat sebesar nilai nominal. Pendapatan atas
penempatan dana cadangan dicatat menambah nilai dana cadangan.
d. Aset Lainnya
Aset Lainnya dapat berupa:
1) Piutang Jangka Panjang dicatat sebesar nilai nominal;
2) Kemitraan pihak ke tiga dicatat sebesar biaya perolehannya. Jika
diperoleh melalui BOT dicatat sesuai nilai wajar pada saat serah terima,
dan jika perolehan dengan BTO dicatat sesuai nilai perolehan/investasi
oleh pihak ketiga. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai dengan
akumulasi penyusutan aset kemitraan sesuai masa mafaatnya dan
dihitung dari tahun perolehannya.
13
3) Aset tidak berwujud salah satunya perangkat lunak komputer dicatat
sebesar biaya perolehan. Aset tidak berwujud dinilai dengan akumulasi
amortisasi aset tidak berwujud.
2. Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang
asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
4. Pendapatan
Pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
5. Belanja
Belanja diukur berdasarkan dengan nilai bukti yang dipertanggungjawabkan dari
bendahara pengeluaran setiap SKPD.
6. Pembiayaan
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan diukur berdasarkan semua penerimaan Rekening
Kas Umum Daerah yang perlu dibayar kembali pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, sebesar nilai
bukti yang dipertanggungjawabkan dari bendahara penerimaan PPKD.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diukur berdasarkan dengan nilai bukti yang
dipertanggungjawabkan dari bendahara pengeluaran belanja tidak langsung
selain gaji pada PPKD.
7. Pendapatan-LO
Pendapatan-LO diukur berdasarkan nilai nominal pada Bukti Penerimaan
atau SKPD/SKRD atau dokumen ketetapan lainnya yang belum dilunasi.
Nilai nominal tersebut berdasarkan azas bruto. Jika pendapatan barang/jasa
tidak diperoleh harga perolehan/nilai nominalnya pendapatan diukur sebesar
nilai wajar.
8. Beban-LO
Beban diukur berdasarkan harga perolehan atas barang/jasa atau nilai nominal
atas kewajiban beban yang timbul, konsumsi aset dan penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa. Jika beban barang/jasa tidak diperoleh harga
perolehannya, beban diukur berdasarkan nilai wajar.
14