Anda di halaman 1dari 7

4.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan


Tujuan umum Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatanadalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas dan hasil operasi dan perubahan ekuitas
Provinsi Sumatera Selatanyang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah;
b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Pelaporan keuangan pemerintah harus menyajikan secara wajar dan
mengungkapkan secara penuh atas kegiatan pemerintah dan sumber daya ekonomis
yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Laporan keuangan harus disajikan dengan memenuhi hal-hal berikut.
a. Disajikan dengan menunjukkan perbandingan antara periode berjalan dengan
periode sebelumnya. Agar perbandingan dapat bermanfaat, maka informasi
keuangan dari periode berjalan harus dilaporkan secara konsisten dengan
informasi pada periode sebelumnya. Apabila terjadi perubahan akuntansi harus
diungkapkan dalam laporan keuangan;
b. Diterbitkan tepat waktu segera setelah periode akuntansi berakhir;
c. Laporan keuangan harus menyajikan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian
yang penting. Informasi laporan keuangan dapat diandalkan bila pemakai
laporan dapat menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan
atas transaksi dan kejadian yang penting berdasarkan kondisi keuangan yang
sesungguhnya;
d. Laporan keuangan mencakup Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan;

1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan


Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah atau Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatanadalah

8
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3), serta Pasal 232
ayat (5) dan (6), sebagai berikut.

a. Pasal 4 ayat (1), (2), dan (3):


1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat;
2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah bahwa keuangan
daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan
bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan;
3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
b. Pasal 232, dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang
meliputi, ayat (5) dan (6), berikut.
1) Ayat (5):
(a) Laporan Realisasi Anggaran;
(b) Neraca;
(c) Laporan Arus Kas; dan
(d) Catatan atas Laporan Keuangan.
2) Ayat (6) :
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), entitas akuntansi menyusun laporan keuangan,
meliputi:
(a) Laporan Realisasi Anggaran;
(b) Neraca; dan
(c) Catatan atas Laporan Keuangan.

Selanjutnya sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia


Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Pada Pemerintah pasal 5 dan pasal 9, yaitu :
1. Pasal 5 ayat (2) Penyajian laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

2. Pasal 9 Pemerintah daerah menyajikan kembali (restatement) LRA, Neraca


dan LAK tahun sebelumnya pada tahun pertama penerapan SAP berbasis
akrual.

9
PP Nomor 71 tentang SAP Lampiran I PSAP Nomor 10, Paragraf 42
menyatakan perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan
Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sehingga penyajian kembali (retatement) SKPD akan disajikan kembali Neraca,
LPE dan CaLK.
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan di lingkungan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatanyang berasal dari dana APBD Tahun
Anggaran (TA) 2014. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lahat, terdiri
atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Neraca;
3. Laporan Operasional (LO);
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Sesuai dasar hukum di atas untuk penyajian kembali (restatement) SKPD Provinsi
Sumatera SelatanTahun 2014, terdiri dari:
1. Neraca;
2. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Adapun sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan, adalah sebagai
berikut.
I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan.
II Kebijakan Akuntansi
A. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.
B. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
C. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
D. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.

III Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan


A. Penjelasan Pos-pos Neraca
Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos neraca.

B. Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas


Menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dan
perubahannya akibat penyajian kembali (restatement) SKPD.

10
C. Penjelasan atas Hal-hal yang Berkaitan dengan Laporan Keuangan

VI Penjelasan atas Informasi-informasi Non Keuangan


Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam
bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
A. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat
entitas.
B. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
C. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan
operasionalnya.
D. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
E. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.

VII Penutup
Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting
tentang laporan keuangan.

LAMPIRAN

11
BAB II
KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1 Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan Daerah


Provinsi Sumatera Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera
Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1821).
Struktur organisasi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatanterdiri atas
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 12 Bagian, 11 Badan, 18 Dinas, lima
Kantor, 22 Kecamatan, 17 Kelurahan dan 357 Desa.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merupakan entitas akuntansi
pada Provinsi Sumatera SelatanTahun 2013, adalah:
a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
b. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
c. Dua Sekretariat, yaitu Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD;
d. Sebelas Badan (termasuk Inspektorat), 18 Dinas, Lima Kantor, dan 22
Kecamatan.
SKPD pada Tahun 2012 yang berfungsi sebagai entitas pelaporan keuangan
daerah adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD).

4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan


Basis akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dalam
laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban,
pendapatan-LO dan Beban-LO

4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan


Informasi pengukuran pos-pos laporan keuangan menggambarkan nilai
perolehan historis, yaitu aset dicatat/diukur sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut,
kewajiban dicatat/diukur sebesar nilai nominal dan ekuitas dicatat/diukur sebesar
selisih antara aset dengan kewajiban.
1. Aset
a. Aset lancar
1) Kas
Kas dicatat sebesar nilai nominal, yaitu uang tunai dan saldo simpanan
di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan.
2) Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek dicatat sebesar harga perolehan. Apabila
dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka
pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
3) Piutang

12
Piutang dicatat sebesar nilai nominal. Metode penilaian piutang
menggunakan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan.
4) Persediaan
Nilai persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan persediaan yang
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan
adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
dengan menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan
meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak
yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.
5) Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya,
meliputi harga transaksi investasi itu ditambah biaya lain yang timbul
dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Sedangkan investasi jangka panjang yang bersifat non permanen
misalnya dana yang disisihkan dalam rangka pelayanan masyarakat
berupa bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok
masyarakat, dicatat sebesar nilai perolehan. Metode penilaian
investasi non permanen menggunakan metode nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
b. Aset Tetap
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola,
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Aset tetap dinilai dengan akumulasi penyusutan aset tetap sesuai masa
mafaatnya dan dihitung dari tahun perolehannya.
c. Dana Cadangan
Dana cadangan dicatat sebesar nilai nominal. Pendapatan atas
penempatan dana cadangan dicatat menambah nilai dana cadangan.
d. Aset Lainnya
Aset Lainnya dapat berupa:
1) Piutang Jangka Panjang dicatat sebesar nilai nominal;
2) Kemitraan pihak ke tiga dicatat sebesar biaya perolehannya. Jika
diperoleh melalui BOT dicatat sesuai nilai wajar pada saat serah terima,
dan jika perolehan dengan BTO dicatat sesuai nilai perolehan/investasi
oleh pihak ketiga. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai dengan
akumulasi penyusutan aset kemitraan sesuai masa mafaatnya dan
dihitung dari tahun perolehannya.

13
3) Aset tidak berwujud salah satunya perangkat lunak komputer dicatat
sebesar biaya perolehan. Aset tidak berwujud dinilai dengan akumulasi
amortisasi aset tidak berwujud.
2. Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang
asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
4. Pendapatan
Pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
5. Belanja
Belanja diukur berdasarkan dengan nilai bukti yang dipertanggungjawabkan dari
bendahara pengeluaran setiap SKPD.
6. Pembiayaan
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan diukur berdasarkan semua penerimaan Rekening
Kas Umum Daerah yang perlu dibayar kembali pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, sebesar nilai
bukti yang dipertanggungjawabkan dari bendahara penerimaan PPKD.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diukur berdasarkan dengan nilai bukti yang
dipertanggungjawabkan dari bendahara pengeluaran belanja tidak langsung
selain gaji pada PPKD.
7. Pendapatan-LO
Pendapatan-LO diukur berdasarkan nilai nominal pada Bukti Penerimaan
atau SKPD/SKRD atau dokumen ketetapan lainnya yang belum dilunasi.
Nilai nominal tersebut berdasarkan azas bruto. Jika pendapatan barang/jasa
tidak diperoleh harga perolehan/nilai nominalnya pendapatan diukur sebesar
nilai wajar.
8. Beban-LO
Beban diukur berdasarkan harga perolehan atas barang/jasa atau nilai nominal
atas kewajiban beban yang timbul, konsumsi aset dan penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa. Jika beban barang/jasa tidak diperoleh harga
perolehannya, beban diukur berdasarkan nilai wajar.

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada


dalam SAP
Penyusutan aset tetap belum diterapkan. Kebijakan akuntansi yang digunakan
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatantelah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005) dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai