Anda di halaman 1dari 36

RPS Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pusat

1. Dasar hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah Indonesia:


a. Sejarah perkembangan akuntansi pemerintahan Indonesia
b. Pengertian dan perbedaan basis kas, basis akrual, dan basis kas menuju akrual
c. Reformasi pelaporan keuangan pemerintah
d. Otoritas penyusun standar akuntansi pemerintah
e. Dasar hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah
f. Overview Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat (SAPP)


a. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah
b. Asumsi dasar dan karakteristik kualitatif laporan keuangan
c. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)
d. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
e. Unit Akuntansi & Pelaporan Keuangan
f. Unit Akuntansi & Pelaporan Barang
g. Jenis-jenis laporan keuangan pemerintah pusat (berbasis akrual)

3. Akuntansi anggaran dan akuntansi pendapatan (termasuk ayat jurnal penyesuaian/


koreksi)

4. Akuntansi belanja, beban dan transfer (termasuk ayat jurnal penyesuaian/ koreksi)

5. Akuntansi kas dan setara kas dan akuntansi persediaan (termasuk ayat jurnal
penyesuaian/ koreksi)

6. Akuntansi piutang, penyisihan dan penghapusan piutang (termasuk ayat jurnal


penyesuaian/ koreksi)

7. Akuntansi investasi (termasuk ayat jurnal penyesuaian/ koreksi)


dan Latihan penyusunan LRA dan LO
DASAR HUKUM PENYUSUNAN LAPKEU PEMERINTAH INDONESIA

A. Sejarah Perkembangan Akuntansi Pemerintah Indonesia


Terbagi dalam 4 fase :
1. Fase 1 (Sebelum 2003) = masih menggunakan akuntansi tradisional berbasis kas
sehingga tidak ada pelaporan keuangan pemerintah pusat, menggunakan single
entry, dan masih menggunakan T-account.
2. Fase 2 (2003/2004) = lahir UU Keuangan dan Perbendaharaan Negara yang
merupakan tonggak reformasi akuntansi
3. Fase 3 (2005-2014) = telah menggunakan akuntansi modern berbasis kas menuju
akrual, masih dalam tahap penyesuaian basis dari kas ke akrual.
4. Fase 4 (2015-sekarang) = harusnya telah sepenuhnya menggunakan basis
akuntansi akrual, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pencatatan dengan basis kas
masih ada karena Indonesia menggunakan sistem anggaran APBN.

B. Pengertian dan Perbedaan Basis Kas, Akrual, dan Kas Menuju Akrual
PENGERTIAN
1. Basis Kas = suatu basis akuntansi di mana transaksi diakui SAAT KAS
KELUAR/MASUK. Digunakan untuk mencatat pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
2. Basis Akrual = suatu basis akuntansi di mana transaksi diakui SAAT TERJADINYA
transaksi tersebut. Digunakan untuk mencatat pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas.
PERBEDAAN
1. Pendapatan
a. Pendapatan LRA (Kas) = PENERIMAAN pemerintah yang menambah saldo
anggaran lebih (SAL) dalam periode TA ybs.
b. Pendapatan LO (Akrual) = HAK pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih (Ekuitas).
2. Belanja/Beban
a. Belanja LRA (Kas) = PENGELUARAN pemerintah yang mengurangi saldo
anggaran lebih (SAL) dalam periode TA ybs.
b. Beban LO (Akrual) = KEWAJIBAN pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih (Ekuitas).

C. Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintah


Pra Reformasi
Sebelum terjadinya reformasi keuangan negara, laporan keuangan hanya berupa
Perhitungan Anggaran Negara, sistem pencatatan single entry, pelaporan keuangan basis
kas, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) belum ditetapkan, penyusunan lapkeu
sentralisasi, tidak ada rekonsiliasi, dan time-lag antara pengelolaan dan tanggungjawab.
Reformasi Keuangan Negara
1. UU 17/2003  Keuangan Negara
2. UU 1/2004  Perbendaharaan Negara
3. UU 15/2004  Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Reformasi Pengelolaan Keuangan
1. MenKeu selaku BUN (CFO)  akuntansi dan pelaporan keuangan (SA-BUN)
2. Menteri/pimpinan lembaga (COO)  akuntansi dan pelaporan keuangan (SAI)
3. MenKeu selaku pengelola fiskal  menyusun LKPP untuk presiden (CEO)
Reformasi Akuntansi Pemerintah
1. KemenKeu mengembangkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
2. PemDa mengembangkan Sistem Akuntansi yg diatur dalam Per. Kepala Daerah
3. Sistem Akuntansi setidaknya menghasilkan LRA, Neraca, LAK, CaLK

D. Otoritas Penyusun Standar Akuntansi Pemerintah


UU No. 17/2003, pasal 32 :
1. Bentuk dan isi LPJ disusun dan disajikan sesuai SAP
2. SAP disusun oleh komite standar independen dan ditetapkan PP setelah mendapat
pertimbangan BPK
UU No. 1/2004, pasal 57 :
1. Demi transparansi dan akuntabilitas, dibentuk Komite SAP
2. Komite SAP menyusun SAP pusat/daerah sesuai kaidah akuntansi umum
3. Komite SAP ditetapkan dengan keputusan presiden
Pengguna Laporan Keuangan :
1. Masyarakat
2. Wakil rakyar, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa
3. Donatur, investor, lender
4. Pemerintah

E. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah


UU No. 17/2003, pasal 30 :
1. Presiden menyampaikan RUU pertanggungjawaban pel. APBN ke DPR berupa LK
yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 bulan setelah TA berakhir
2. Laporan Keuangan (LK) setidaknya meliputi LRA, Neraca, LAK, CaLK, yang
dilampiri LK perusahaan negara dan badan lainnya
UU No. 1/2004, pasal 55 :
1. MenKeu selaku pengelola fiskal menyusun LKPP yg disampaikan ke presiden
2. Penyusunan LKPP :
a. Menteri/pim. Lembaga selaku PA/PB menyusun dan menyampaikan LK yg
meliputi LRA, Neraca, CaLK dilampiri LK BLU pada K/L masing-masing
b. LK itu disampaikan ke MenKeu selambatnya 2 bulan setelah TA berakhir
c. MenKeu selaku BUN menyusun LAK Pemerinatah Pusat
d. MenKeu selaki wakil Pemerintah Pusat menyusun ikhtisar LK perusahaan
negara

F. Overview Standar Akuntansi Pemerintah


PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
1. Lampiran 1 (SAP Berbasis Akrual)  ada 13 Pernyataan SAP (PSAP)
1) Penyajian Laporan Keuangan
2) Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
3) Laporan Arus Kas
4) Catatan atas Laporan Keuangan
5) Akuntansi Persediaan
6) Akuntansi Investasi
7) Akuntansi Aset Tetap
8) Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9) Akuntansi Kewajiban
10) Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan, Perubahan Estimasi, Operasi
11) Laporan Keuangan Konsolidasian
12) Laporan Operasional
13) Penyajian Laporan Keuangan BLU
2. Lampiran 2 (SAP Berbasis Kas Menuju Akrual)  ada 11 Pernyataan SAP (PSAP)
1) Penyajian Laporan Keuangan
2) Laporan Realisasi Anggaran
3) Laporan Arus Kas
4) Catatan atas Laporan Keuangan
5) Akuntansi Persediaan
6) Akuntansi Investasi
7) Akuntansi Aset Tetap
8) Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9) Akuntansi Kewajiban
10) Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan, dan Peristiwa Luar Biasa
11) Laporan Keuangan Konsolidasi
*Lampiran 2 pada PP 71/2010 merupakan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) sesuai dengan PP 24/2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

1. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Ada 8 :
1. Basis Akuntansi
a. Basis Kas = pengakuan pendapatan LRA, belanja, dan pembiayaan
b. Basis Akrual = pengakuan pendapatan LO, beban, aset, kewajiban, dan
ekuitas
2. Nilai Historis
a. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar untuk
memperoleh aset tersebut pada SAAT PEROLEHAN
b. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
AKAN DIBAYAR untuk memenuhi kewajiban masa depan
c. Nilai historis lebih objektif dan dapat diverifikasi
d. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, digunakan nilai wajar aset/kewajiban
3. Realisasi
a. Pendapatan yang tersedia diotorisasikan untuk membiayai belanja TA ybs
b. Prinsip penandingan pendapatan belanja atau matching consept tidak
mendapat penekanan karena tujuan pemerintah BUKAN mencari
keuntungan melainkan untuk kesejahteraan
4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
a. Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realita ekonomi,
bukan mengikuti aspek formalitas saja.
5. Periodisitas
a. Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan dibagi menjadi beberapa
periode seperti tahunan, bulanan, triwulan, dan semesteran.
6. Konsistensi
a. Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan dari periode ke periode
b. Metode akuntansi dapat diubah bila memang terbukti lebih baik dalam
pengungkapan CaLK
7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
a. LapKeu harus menyajikan data yang dibutuhkan pengguna (stakeholder)
pada lembar muka laporan keuangan atau CaLK
8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)
a. Dalam penyajian posisi keuangan, kinerja, perubahan posisi keuangan harus
mempertimbangkan unsur ke hati-hatian (skeptis) agar tidak terjadi over
statement atau under statement

2. ASUMSI DASAR DAN KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN


Asumsi Dasar ada 3 :
1. Asumsi Kemandirian Entitas = setiap unit organisasi dianggap sebagai unit mandiri
dalam menyajikan laporan keuangan
2. Asumsi Kesinambungan Entitas = laporan keuangan disusun dengan asumsi satker
akan berlangsung selama-lama nya atau tidak ada likuidasi
3. Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang = satker/perusahaan harus menyajikan
setiap kegiatan yang dapat dinilai dengan satuan uang
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ada 4 :
1. Relevan = informasi yang disajikan memenuhi kriteria relevean yaitu memiliki
manfaat umpan balik, prediktif, tepat waktu, dan lengkap
2. Andal = informasi yang disajikan memenuhi kriteria andal yaitu jujur, dapat
diverifikasi, dan netral
3. Dapat Dibandingkan = informasi yang disajikan dapat dibandingkan dengan
periode sebelumnya atau dengan entitas lain
4. Dapat Dipahami = informasi yang disajikan dapat dipahami pengguna

3. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT


(SAPP)
SAPP adalah rangkaian sistemaik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen
lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi, sejak pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada PemPus.
7 Jenis Utama Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Tujuan SAPP
1. Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi
2. Menyediakan informasi akurat dan tepat
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya
4. Menyediakan informasi keuangan untuk perencanaan, pengelolaan, pengendalian
Ruang Lingkup SAPP
SAPP wajib diselenggarakan oleh seluruh unit organisasi pada PemPus, Unit Akuntansi
Pemda (dekonsentrasi/TP) yang dananya bersumber dari APBN, Unit Akuntansi pada BUN
SAPP dikecualikan kepada Pemda yang dananya bersumber dari APBD, BUMN, BUMD
Kerangka Umum SAPP
1. Sistem Akuntansi Instansi (SA-I)  Kementrerian/Lembaga
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Barang
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
2. Sistem Akuntansi BUM (SA-BUN)  Kementerian Keuangan
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan pada masing2 subsistem SABUN (ada 10)
Hubungan Kerja antara SAI dan SABUN dalam pembentukan LKPP

Penjelasan : pada SAI, setiap transaksi ditatausahakan oleh Unit Akuntansi


Keuangan kecuali transaksi BMN akan ditatausahakan oleh Unit Akuntansi Barang
sebelum ke Unit Akuntansi Keuangan. Sedangkan pada SABUN setiap transaksi
diklasifikasikan pada 10 sub sistem SABUN. SAI dan SABUN membuat laporan
keuangan dan General Ledger (GL SAI/SABUN) yang akan dikompilasi menjadi GL
SAPP dan dibentuklah LKPP yang akan diperiksa oleh BPK.
Mekanisme Pelaporan SAI

Penjelasan : (dibaca dari bawah)


1. Secara hierarki, dari UAKPA/B membuat laporan setiap bulannya dan saling
rekonsiliasi, UAKPB juga merekonsiliasi dengan KPKNL, UAKPA juga
merekonsiliasi dengan KPPN. Kemudian meneruskannya ke UAPPA/B-W
2. UAPPA/B-Wilayah (eselon 2) saling merekonsiliasi, UAPPA-W juga
merekonsiliasi ke Kanwil DJPBN, UAPPB-W juga merekonsiliasi ke Kanwil
DJKN. Kemudian dilanjutkan ke bagian eselon 1
3. UUAPA/B-Eselon 1 dapat menerima laporan dari UAPPA/B-W maupun
UAKPA/B secara langsung, sebelum melakukan rekonsiliasi satu sama lain
dan dengan DJKN/DJPBN (secara opsional)
4. Setelah bagian eselon 1 meneruskan laporan ke UAPA/B, akan dilakukan
saling rekonsiliasi antara UAPA dan UAPB, UAPA masih memiliki hak untuk
merekonsiliasi kepada DJPBN, begitu pula UAPB masih memiliki hak untuk
merekonsiliasi kepada DJKN
*Rekonsiliasi = proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan
beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan Dokumen Sumber yang
sama. Tujuannya adalah meyakinkan keandalan data dalam penyusunan LK.
Keluarannya adalah Berita Acara Rekonsiliasi

4. JENIS-JENIS (UNSUR) LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH (BERBASIS


AKRUAL)
Ada 3 Jenis Laporan :
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran (Budget Reports)
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) = laporan yang menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang
menggambarkan perbandingan anggaran dan realisasinya
b. Laporan Perubahan SAL [basis kas, dibuat BUN] = laporan yang menyajikan
informasi kenaikan/penurunan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
2. Laporan Finansial
a. Neraca = laporan yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
b. Laporan Operasional = laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas
c. Laporan Arus Kas [basis kas, dibuat BUN] = laporan yang menyajikan
informasi sehubungan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, saldo akhir, sumber, penggunaan, perubahan dan saldo
kas dan setara kas
d. Laporan Perubahan Ekuitas = laporan yang menyajikan informasi
kenaikan/penuruan ekuitas
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) = penjelasan naratif dari angka yang
tertera dalam unsur LK lainnya
AKUNTANSI ANGGARAN & AKUNTANSI PENDAPATAN

A. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian
manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan (PSAP Nomor 02, Par.18)
Jurnal Standar Anggaran dilakukan pada saat diterbitkannya UU APBN atau UU APBNP
dan DIPA. Jurnal Standar Anggaran terdiri dari:
1. Jurnal Standar APBN, dilakukan pada saat diterbitkannya UU APBN atau UU APBNP.
Dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan q.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit
Akuntansi Pemerintah Pusat yang menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP). Jurnal Standar APBN digunakan untuk mencatat: Estimasi Pendapatan, Estimasi
Penerimaan Pembiayaan, Appropriasi Belanja/Transfer, Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan
2. Jurnal Standar DIPA, dilakukan pada saat diterimanya DIPA oleh satuan kerja.
Dilakukan oleh setiap satuan kerja selaku entitas akuntansi yang menerima DIPA. Jurnal
Standar DIPA digunakan untuk mencatat: Estimasi Pendapatan yang dialokasikan
Allotment belanja/transfer, Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan,
Allotment Pengeluaran Pembiayaan

Pengertian istilah dalam Jurnal Standar APBN dan DIPA


1. Estimasi Pendapatan : Anggaran pendapatan yang ada di APBN dapat berupa Pajak,
PNBP dan Hibah (Akun kontra : Surplus/Defisit)
Estimasi pendapatan yang dialokasikan: Anggaran pendapatan yang ada di DIPA. Dapat
berupa Pajak, PNBP, Hibah (Akun kontra : Utang Kepada KUN)
2. Estimasi Penerimaan Pembiayaan: Anggaran penerimaan pembiayaan yang ada di
APBN (Akun Kontra : Pembiayaan Neto)
Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan: Anggaran penerimaan
pembiayaan yang ada di DIPA (Akun Kontra : Utang kepada KUN)
3. Apropriasi Belanja/Transfer: Anggaran Belanja/Transfer yang ada di APBN (Akun
kontra : Pembiayaan Neto)
Allotment Belanja/Transfer: Anggaran belanja/Transfer yang ada di DIPA (Akun Kontra :
Piutang dari KUN)

Jurnal penutup dilakukan bertujuan untuk menutup seluruh perkiraan – perkiraan


sementara dalam rangka menyusun laporan keuangan. Jurnal yang ditutup adalah
seluruh Estimasi pendapatan yang dialokasikan, Allotment belanja, Estimasi penerimaan
pembiayaan, serta Allotment pengeluaran pembiayaan.
Contoh 1: Pada tanggal 31 Desember 2016, Satker XYZ menerima DIPA untuk TA 2017
engan rincian alokasi anggaran sebagai berikut
Pajak 10.000.000
PNBP 250.000.000
Belanja Pegawai 1.000.000.000
Belanja Barang 400.000.000
Belanja Bantuan Sosial 100.000.000
Buatlah jurnal anggaran yang dibuat Satker XYZ ketika menerima DIPA tersebut!

Estimasi Pendapatan Pajak yang dialokasikan 10.000.000


Utang Kepada KUN 10.000.000
Estimasi Pendapatan Negara bukan Pajak yang dialokasikan 250.000.000
Utang Kepada KUN 250.000.000
Piutang Kepada KUN 1. 000.000.000
Allotment Belanja Pegawai 1.000.000.000
Piutang Kepada KUN 400.000.000
Allotment Belanja Barang 400.000.000

Contoh 2: Pada tanggal 31 Desember 2017, Satker XYZ membuat jurnal penutup untuk
transaksi-transaksi yang terealisasi pada tahun 2017 sebagai berikut:
Pajak 10.000.000
PNBP 240.000.000
Belanja Pegawai 1.000.000.000
Belanja Barang 350.000.000
Maka jurnal penutup yang dibuat Satker XYZ adalah :

Pendapatan Pajak 10.000.000


Pendapatan Negara Bukan Pajak 240.000.000
Utang Kepada KUN 10.000.000
Estimasi Pendapatan Pajak yang dialokasikan 10.000.000
Estimasi Penerimaan Bukan Pajak yang dialokasikan
250.000.000
Allotment Belanja Pegawai 1.000.000.000
Allotment Belanja Barang 400.000.000
Piutang Kepada KUN 50.000.000
Belanja Pegawai 1.000.000.000
Belanja Barang 350.000.000

Catatan : Bila ada perbedaan antara alokasi yang terdapat di DIPA dengan realisasinya
maka selisihnya diletakkan di akun kontra agar saldo akhir menjadi sama. Jika tidak ada
selisih maka tidak perlu. Dalam hal belanja melebihi pagu yang dialokasikan harus
dilakukan revisi DIPA
B. Akuntansi Pendapatan

Dalam SAP, pendapatan terbagi menjadi 2 :


Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah semua penerimaan yang masuk
ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah. Pengakuan
nya berbasis Kas, ketika uang masuk ke kas maka pendapatan LRA dicatat pada buku
besar Kas. Pengakuan : Ketika kas diterima pada RKUN atau Bendahara penerimaan
yang merupakan bagian dari BUN meskipun belum disetor ke RKUN. Saat diterima
Satker digunakan langsung tanpa disetor ke RKUN dengan syarat harus dilaporkan ke
BUN, saat hibah langsung dari dalam/luar diterima entitas dan telah melaporkan nya ke
BUN, saat diterima entitas lain diluar pemerintah berdasarkan otoritas BUN dan BUN
mengakui sebagai pendapatan, pendapatan BLU diakui saat dilaporkan atau disahkan
oleh uni yang mempunyai fungsi perbendaharaan

Pendapatan Laporan Operasional (LO) adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Pengakuannya berbasis Akrual, ketika muncul hak tagih walaupun kas belum diterima,
sudah diakui sebagai pendapatan LO pada buku besar akrual

Jurnal Realisasi Pendapatan :


1. Pendapatan LO saat timbul piutang, dibuat oleh SAI (hanya) dalam Buku Besar Akrual.
Contoh : Pada tanggal 30 Maret 2017 Diterbitkan surat penagihan PNBP kepada
Perusahaan A untuk bulan berjalan sebesar 100.000.000
Piutang pendapatan 100.000.000
Pendapatan LO 100.000.000

2. Penerimaan Pelunasan Piutang Pendapatan


Contoh : Pada tanggal 1 April 2017, diterima SSBP dari perusahaan A untuk pelunasan
target PNBP bulan berjalan sebesar 100.000.000
Buku Besar Kas SAI – Satker
Utang kepada KUN 100.000.000
Pendapatan LRA - PNBP 100.000.000

Buku Besar Akrual SAI – Satker


Diterima dari Entitas Lain 100.000.000
Piutang Pendapatan 100.000.000

Buku Besar Kas dan Akrual SAKUN– Kuasa BUN


Kas di Kas Umum Negara 100.000.000
Diterima dari Entitas Lain 100.000.000
Catatan : Bila PNBP nya terutang oleh wajib bayar (menjadi piutang oleh satker) maka
wajib bayar harus menyetorkan PNBP nya langsung ke Kas Negara
3. Pendapatan tanpa didahului piutang yang diterima bendahara penerimaan.
Contoh : Menerima penerimaan PNBP dari Pihak ketiga atas penyewan gedung G untuk
pesta pernikahan sebesar 30.000.000
Buku besar kas SAI - Satker
Kas di bendahara penerimaan 30.000.000
Pendapatan LRA- PNBP 30.000.000
Buku Besar Akrual SAI – Satker
Kas di bendahara penerimaan 30.000.000
Pendapatan LO- PNBP 30.000.000

4. Pendapatan tanpa didahului piutang yang diterima langsung di RKUN


Contoh : Menerima SSBP atas pembayaran PNBP uang pendidikan dari mahasiswa
semester 2 sebesar 10.000.000
Buku Besar Kas SAI – Satker
Utang kepada KUN 10.000.000
Pendapatan LRA - PNBP 10.000.000
Buku Besar Akrual SAI – Satker
Diterima dari Entitas Lain 10.000.000
Pendapatan LO - PNBP 10.000.000
Buku Besar Kas dan Akrual SAKUN– Kuasa BUN
Kas di Kas Umum Negara 10.000.000
Diterima dari Entitas Lain 10.000.000

C. Penyesuaian dan Koreksi


1. Pendapatan yang diterima di Muka
Pada tanggal 30 April 2017 menerima pendapatan PNBP dari penyewaan sebagian
gedung untuk gerai ATM bank mandiri sebesar 30.000.000 untuk jangka waktu 1 Mei
2017 – 30 April 2018. Pendapatan langsung disetor ke kas negara. Pada 31 Desember,
Satker mencatat jurnal penyesuaian :
Pendapatan yang diterima dimuka 20.000.000
Pendapatan PNBP LO 20.000.000
2. Pendapatan yang masih harus diterima
Pada 1 Mei 2017, terdapat pendapatan sewa gedung yang masih harus diterima sebesar
4.000.000 yang jatuh tempo pada 31 desember. Maka jurnal penyesuaian pada 31
desember
Pendapatan yang masih harus diterima 4.000.000
Pendapatan PNBP LO 4.000.000
AKUNTANSI BELANJA, BEBAN & TRANSFER

A. Akuntansi Belanja
Belanja adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Hanya dicatat di Buku besar
Kas dan Laporan Realisasi anggaran. Pengakuannya: (Langsung dari RKUN) Ketika SP2D-LS
terbit atau (Dari UP Bendahara) Pengakuan nya ketika bendahara menerbitkan SP2D-GU
Klasifikasi Belanja : Belanja Operasi (Belanja pegawai, Barang, bunga, subsidi, hibah,
bansos), Belanja Modal, Belanja lain-lain
B. Akuntansi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Hanya dicatat di buku besar Akrual dan Laporan Operasional. Pengakuan :
Ketika timbul kewajiban, konsumsi aset atau penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa
Klasifikasi Beban : Beban pegawai, persediaan, jasa, pemeliharaan, perjalanan dinas, bunga
utang, subsidi, hibah, bantuan sosial, lain-lain, penyisihan piutang tak tertagih, penyusutan
aset tetap, amortisasi aset tak berwujud.
C. Akuntansi Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Pemerintah pusat tidak menerima pendapatan transfer, tapi mengeluarkan transfer.
Pengakuan Transfer keluar-LRA, ketika SP2D untuk tujuan transfer sudah terbit. Beban
transfer diakui ketika SPM/SP2Dnya terbit untuk melakukan transfer uang dari pemerintah
pusat ke pemda timbul
Klasifikasi Transfer : Transfer dana Perimbangan dan Transfer lainnya. Dana perimbangan
bersumber dari APBN yang dialokasikan ke daerah. Terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
Jurnal Standar Belanja, Beban dan Transfer

1. Jurnal Beban Sehubungan dengan timbulnya kewajiban


Contoh : Pada 25 November 2017, Diterima SK CPNS Pak Riyanto terhitung mulai tanggal
1 April 2017. Setelah dilakukan perhitungan, gaji yang belum dibayarkan sebesar 500.000
Beban Pegawai 500.000
Belanja Pegawai yang masih harus dibayar 500.000
2. Jurnal Pelunasan Beban yang masih harus dibayar
Contoh : Pada 1 Desember 2017, SP2D-LS belanja pegawai terbit bersamaan dengan
kekuranggan gaji pak riyanto
Buku besar Kas SAI
Belanja Pegawai 500.000
Piutang Kepada KUN 500.000
Buku besar Akrual SAI
Belanja Pegawai Yang masih harus dibayar 500.000
Ditagihkan ke Entitas Lain 500.000
Buku Besar Kas dan Akrual SAKUN
Ditagihkan ke Entitas lain 500.000
Kas di kas negara 500.000

3. Jurnal Beban dan Belanja Non Modal yang dibayar secara tunai
Contoh : Pada 21 Maret, Membeli barang dan jasa non persediaan sebesar 1.000.000
menggunakan UP Bendahara pengeluaran.
Pada saat pembelian menggunakan UP, tidak ada pencatatatan. Pencatatan dilakukan
ketika SP2D-GUP terbit
Pada 23 Maret terbit SP2D-GUP, maka jurnal yang dicatat :
Buku Besar Kas
Belanja Barang dan Jasa 1.000.000
Piutang dari KUN 1.000.000
Buku Besar Akrual
Beban Barang dan Jasa 1.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 1.000.000

4. Jurnal Belanja Modal


Contoh : Pada 23 Maret, Satker Menerbitkan SPP/SPM LS untuk pengadaan komputer
sebanyak 10 unit sebesar 100 juta. Barang sudah diterima. Pada 27 Maret SPD2D LS atas
belanja komputer tersebut terbit

Jurnal pada 23 Maret


Buku besar Akrual SAI
Aset tetap yang belum diregister 100.000.000
Utang yang belum diterima tagihan nya 100.000.000
Jurnal Pada 27 Maret
Buku besar Kas SAI
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 100.000.000
Piutang dari KUN 100.0000.000
Buku Besar Akrual SAI
Utang yang belum diterima tagihannya 100.000.000
Belanja modal Peralatan dan mesin
yang masih harus dibayar 100.000.000
Belanja modal peralatan dan mesin
yang masih harus dibayar 100.000.000
Ditagihkan ke entitas lain 100.000.000

Ketika Aset telah diregister ke aplikasi SIMAK BMN maka, UAKPA melakukan
pencatatan pada Buku besar Akrual:
Peralatan dan Mesin 100.000.000
Aset tetap yang belum diregister 100.000.000

D. Penyesuaian dan Koreksi


Penyesuaian dilakukan untuk menyesuaikan akun-akun pendapatan dan beban akrual :
Belanja/beban yang dibayar dimuka, Belanja/beban yang masih harus dibayar
Kesalahan adalah penyajian pos/akun yang secara signifikan tidak sesuai dan
mempengaruhi laporan keuangan TAB atau TAYL
Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam
laporan keuangan sesuai dengan yang seharusnya

Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Berjalan (TAB) tidak menghasilkan BMN


Contoh : Pengembalian belanja barang dan jasa atas transaksi tanggal 21 Maret sebesar
250.000, langsung di setorkan ke kas negara menggunakan BPN
Buku Besar Kas
Piutang dari KUN 250.000
Belanja Barang dan Jasa 250.000
Buku Besar Akrual
Ditagihkan ke Entitas Lain 250.000
Beban Barang dan Jasa 250.000
Pengembalian Belanja Tahun Anggaran yang lalu (TAYL) yang tidak menghasilkan BMN
Contoh : Pada 1 April 2018, disetorkan pengembalian kelebihan belanja gaji bulan
desember 2017 sebesar 300.000
Buku Besar Kas
Utang Kepada KUN 300.000
Penerimaan Kembali belanja Pegawai TAYL 300.000
Buku Besar Akrual
Diterima dari entitas lain 300.000
Penerimaan kembali beban pegawai TAYL 300.000
Koreksi antar Beban
Adalah koreksi beban yang terlanjur dicatat pada akun yang salah menjadi akun beban
yang seharusnya. Jika diketahui pada proses penyusunan Laporan Keuangan dan tidak
memungkinkan adanya larat SPP/SPM maka dilakukan jurnal koreksi antar beban
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
A. PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS
 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dalam membiayai
kegiatannya .
 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan,
yang memiliki jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang, terhitung dari tanggal
perolehannya.
B. UNSUR-UNSUR KAS DAN SETARA KAS
 Kas dan setara kas masuk dalam kelompok aset lancar.

 Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
 Kas dan Setara Kas dalam neraca pemerintah pusat dapat terdiri dari:
1. Rekening Kas BUN di Bank Indonesia (BI)
merupakan saldo Rekening Bendahara Umum Negara (BUN) yang ada di BI
2. Rekening Pemerintah Lainnya
merupakan saldo Rekening Pemerintah Lainnya (RPL) yang ada di BI dan
Bank Umum
3. Rekening Kas di KPPN
merupakan saldo Rekening Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) di seluruh Indonesia. Seluruh saldo Rekening Kas di KPPN
merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih (SAL)
4. Kas di Bendahara Pengeluaran
merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab
bendahara pengeluaran yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP),
namun sampai dengan akhir tahun anggaran belum
disetor/dipertanggungjawabkan ke kas negara.
5. Kas di Bendahara Penerimaan
mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank, termasuk bunga dan
jasa giro, maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab
bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas negara.
6. Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
dapat berupa pendapatan seperti bunga jasa giro, pungutan pajak, dan
pengembalian belanja yang belum disetor ke kas negara, belanja yang
sudah dicairkan akan tetapi belum dibayarkan kepada pihak ketiga, dan kas
dari hibah langsung KL.
7. Setara Kas
adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan
menjadi kas, serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan, yang
mempunyai masa jatuh tempo yang pendek, yaitu 3 (tiga) bulan atau
kurang dari tanggal perolehannya
8. Kas pada BLU
merupakan saldo kas yang ada di satuan kerja BLU pada beberapa KL.

C. PENGAKUAN KAS DAN SETARA KAS


 Kas dan setara kas diakui jika memenuhi kriteria berikut:
- Memenuhi definisi kas dan/atau setara kas; dan
- Penguasaan dan/atau kepemilikan kas telah beralih kepada pemerintah
 Kas di Bendahara Pengeluaran meliputi seluruh uang yang ada di bendahara
pengeluaran yang berasal dari uang persediaan (UP).
 Kas di Bendahara Penerimaan meliputi semua saldo kas yang benar-benar ada
di Bendahara Penerimaan pada tanggal neraca.

D. PENGUKURAN KAS DAN SETARA KAS


 Kas di BI, bank umum, dan KPPN :
- Dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiahnya.
 Kas di Bendahara Pengeluaran
- dicatat sebesar nilai rupiah uang persediaan, yang pada akhir tahun
anggaran belum disetor ke kas umum negara.
 Kas di Bendahara Penerimaan
- Disajikan sebesar nilai rupiah uang yang ada di tangan bendahara
penerimaan.
 Kas lainnya di Bendara Pengeluaran
- diukur sebesar jumlah rupiah yang ada di tangan bendahara pengeluaran
diluar uang persediaan
 Kas dalam Valuta Asing
- dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca

E. JURNAL STANDAR KAS DAN SETARA KAS


1. Jurnal Transaksi Penerimaan Kas di RKUN
 Aliran masuk ke RKUN dapat berasal dari pendapatan, pengembalian belanja,
penerimaan pembiayaan maupun penerimaan transitoris.
 Jurnal dalam Buku Besar Kas maupun Buku Besar Akrual BUN/Kuasa BUN:
Tgl Uraian Debet Kredit

Kas dan setara kas XXX

Diterima dari entitas lain XXX

2. Jurnal Transaksi Pengeluaran Kas dari KUN


 Aliran keluar dari RKUN dapat berupa belanja, pengeluaran transfer,
pengeluaran pembiayaan, maupun pengeluaran transitoris.
 Jurnal dalam Buku Besar Kas maupun Buku Besar Akrual BUN/Kuasa BUN:
Tgl Uraian Debet Kredit

Ditagihkan ke entitas lain XXX

Kas dan setara kas XXX

F. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


 Kas dan Setara Kas disajikan dalam neraca dalam kelompok aset lancar sebesar
nilai nominal yang ada.
 Kas dalam mata uang asing dijabarkan dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca.
 Informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama
satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan
disajikan dalam Laporan Arus Kas.
 Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan
keuangan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen kas
 Saldo kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Arus Kas jumlahnya harus
sama dengan saldo kas dan setara kas yang ada di Neraca.
G. JURNAL PENYESUAIAN (Tambahan dari PPT Dosko, Bapak Imam
Subroto)
 Kas lainnya di Bendahara Pengeluaran
1. Pendapatan PNBP belum disetor
- Digunakan untuk mencatat pendapatan yang s.d. 31 Desember 2017 belum
disetor ke Kas Negara, misalnya pendapatan jasa giro. Jurnal :
Tgl Uraian Debet Kredit

Kas lainnya di bendahara pengeluaran XXX

Pendapatan PNBP XXX

2. Potongan Pajak belum disetor


- Digunakan untuk mencatat potongan pajak oleh Bendahara Pengeluaran
yang belum disetor ke Kas Negara s.d. 31 Desember 2017, misalnya
potongan pajak atas belanja yang dilakukan melalui mekanisme UP/TUP.
Tgl Uraian Debet Kredit

Kas lainnya di bendahara pengeluaran XXX

Utang pajak bendahara XXX


pengeluaran yang belum disetor

3. Uang pihak ketiga yang belum diserahkan


- Digunakan untuk mencatat uang pihak ketiga/pegawai yang masih belum
dibayar s.d. 31 Desember 2017, misalnya honorarium atau uang perjalanan
dinas yang dicairkan melalui rekening Bendahara Pengeluaran.
Tgl Uraian Debet Kredit

Kas lainnya di bendahara pengeluaran XXX

Utang kepada pihak ketiga lainnya XXX

 Kas di Bendahara Penerimaan


- Kas di bendahara penerimaan satker yang masih ada pada akhir periode
pelaporan merupakan penerimaan negara yang belum disetor ke kas
negara
Tgl Uraian Debet Kredit

Des 31 Kas di bendahara penerimaan XXX

Pendapatan PNBP XXX

- Setelah pada awal tahun anggaran bendahara penerimaan menyetorkan


penerimaan negara tersebut, maka satuan kerja perlu menyesuaian saldo
kas di bendahara penerimaan
Tgl Uraian Debet Kredit

Jan Pendapatan PNBP XXX

Kas di bendahara penerimaan XXX

- Hasil input setoran SSBP (posting rules di SAIBA)


Tgl Uraian Debet Kredit

Jan Diterima dari entitas lain XXX

Pendapatan PNBP XXX

 Kas lainnya di Bendahara Penerimaan


1. Dana pihak ketiga
Tgl Uraian Debet Kredit

Des 31 Kas lainnya di bendahara penerimaan XXX

Dana pihak ketiga XXX

2. Utang pajak bendahara penerimaan yang belum disetor


Tgl Uraian Debet Kredit

Des 31 Kas lainnya di bendahara penerimaan XXX

Utang pajak bendahara penerimaan XXX


yang belum disetor
AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS
 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
B. JENIS-JENIS PERSEDIAAN

C. PENGAKUAN PERSEDIAAN
 Persediaan DIAKUI saat :
a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
b. Diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya berpindah
 Persediaan dicatat menggunakan metode perpetual. Pada akhir periode
pelaporan, catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.
 Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca,
tetapi diungkapkan dalam CaLK. Untuk itu, laporan keuangan melampirkan
daftar persediaan barang rusak atau usang.
D. PENGUKURAN PERSEDIAAN
 Persediaan dicatat dan disajikan sebesar :
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
- Meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan
biaya lainnya
b. Harga Pokok Produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
- Meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yg diproduksi dan
biaya tidak langsung yg dialokasikan secara sistematis
c. Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan
E. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
 Persediaan dinilai dengan menggunakan Metode First In First Out (FIFO)
 Dalam hal metode FIFO belum dapat diterapkan, maka penilaian Persediaan
dilakukan dengan metode perhitungan berdasarkan harga perolehan terakhir.
F. JURNAL STANDAR PERSEDIAAN DAN BEBAN PERSEDIAAN (PPT
Dosko, Bapak Imam Subroto)
 TRANSAKSI PERSEDIAAN
1. Saldo awal
- Terdapat suatu kondisi dimana satuan kerja sudah memiliki persediaan
pada periode sebelumnya namun tidak disajikan di neraca. Persediaan
tersebut harus dimasukkan sebagai bagian dari saldo awal di neraca.
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX

Koreksi nilai persediaan XXX

2. Pengadaan persediaan

Barang yang akan dijual/diserahkan


kepada masyarakat

Barang dalam
Barang rangka bantuan
operasional Persediaan sosial dalam
persediaan bentuk barang
- Perekaman SPM/SP2D pembelian/pengadaan barang persediaan akan
membentuk jurnal akrual
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan belum register XXX

Ditagihkan ke entitas lain XXX

- Pencatatan barang pada aplikasi persediaan dikirim à SIMAK-BMN à SAIBA


membentuk jurnal akrual

Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX XXX

Persediaan belum register XXX

- Pencatatan Sisa Bahan yang Tidak Habis Terpakai


3. Pemakaian/penyerahan persediaan
- Pemakaian bahan operasional
Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban persediaan XXX

Persediaan XXX

- Penyerahan/penjualan kepada masyarakat


Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban barang untuk dijual/diserahkan XXX


kepada masyarakat

Persediaan bahan untuk XXX


dijual/diserahkan kepada masyarakat

- Penyerahan barang dalam rangka bansos


Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban bantuan sosial XXX

Persediaan dalam rangka bantuan sosial XXX

4. Transfer masuk
adalah Penerimaan persediaan dari entitas lain yang masih dalam satu
entitas pelaporan terkonsolidasi, baik pada tingkat bawah (antar satker
dalam satu K/L) maupun tingkat atas (antar satker dan antar K/L)
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX

Transfer masuk XXX

5. Transfer keluar
adalah pengiriman ke entitas lain yang masih dalam satu entitas pelaporan
terkonsolidasi, baik pada tingkat bawah (antar satker dalam satu K/L) atau
tingkat atas (antar satker dan antar K/L)
Jurnal Akrual Debet Kredit

Transfer keluar XXX

Persediaan XXX

6. Hibah masuk
- Penginputan persediaan saat diterima hibah barang
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX

Persediaan yang belum diregister XXX

- Jurnal penyesuaian pada aplikasi SAIBA


Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan yang belum diregister XXX

Hibah langsung yang belum disahkan XXX

- Perekaman MPHL-BJS membentuk jurnal otomatis


Jurnal Akrual Debet Kredit

Hibah langsung yang belum disahkan XXX

Pengesahan hibah langsung XXX

7. Hibah keluar
adalah Penyerahan persediaan secara sukarela kepada entitas akuntansi
lain yang tidak termasuk dalam satu entitas pelaporan terkonsolidasi
(Pemerintah Pusat)
Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban barang untuk diserahkan kepada XXX


masyarakat

Persediaan barang untuk diserahkan kepada XXX


masyarakat

8. Usang/rusak
Ketika kondisi persediaan sudah usang/rusak, maka perlu dilakukan
pencatatan atas persediaan usang/rusak melalui menu persediaan keluar
pada aplikasi persediaan.
Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban kerugian persediaan usang/rusak XXX

Persediaan XXX XXX

9. Opname fisik
- Pencatatan lebih besar dari hasil opname fisik
Jurnal Akrual Debet Kredit

Beban persediaan XXX

Persediaan XXX XXX

- Pencatatan lebih kecil dari opname fisik


Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX XXX

Beban persediaan XXX

 TRANSAKSI PENGEMBALIAN BELANJA


1. Pengembalian belanja TAB yang menghasilkan BMN – PERSEDIAAN
- Koreksi nilai persediaan pada Aplikasi Persediaan melalui menu Transaksi
>> Koreksi sebesar nilai pada BPN
Jurnal Akrual Debet Kredit

Penyesuaian nilai persediaan XXX

Persediaan XXX

- Setelah dilakukan pengiriman dari aplikasi persediaan à SIMAK-BMN à


SAIBA, diperlukan jurnal manual
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan belum diregister XXX

Penyesuaian Nilai Persediaan XXX

2. Pengembalian belanja TAYL yang menghasilkan BMN – PERSEDIAAN


- Koreksi nilai persediaan pada Aplikasi Persediaan melalui menu Transaksi
>> Koreksi
Jurnal Akrual Debet Kredit
Penyesuaian nilai persediaan XXX

Persediaan XXX

- Setelah dilakukan pengiriman dari aplikasi persediaan à SIMAK-BMN à


SAIBA, diperlukan jurnal manual
Jurnal Akrual Debet Kredit

Penerimaan kembali belanja barang TAYL XXX

Penyesuaian Nilai Persediaan XXX

G. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN


 Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai persediaan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan :
1. Pencatatan Persediaan adalah dengan metode perpetual;
2. Dalam rangka penyajian persediaan di neraca, satuan kerja melaksanakan
Stock Opname (Inventarisasi Fisik) persediaan yang dilakukan setiap
semester.
3. Hasil inventarisasi fisik digunakan sebagai dasar perhitungan beban
persediaan dan sebagai dasar penyesuaian data nilai persediaan yang
berguna bagi pengendalian pengelolaan persediaan.

H. PENYESUAIAN NILAI PERSEDIAAN


1. Penyesuaian Nilai Persediaan – Metode Harga Perolehan Terakhir
Penyesuaian nilai persediaan timbul akibat penerapan kebijakan harga
perolehan terakhir baik yang diperoleh dari pembelian maupun dari reklasifikasi
masuk. Penyesuaian nilai persediaan terbentuk secara otomatis pada aplikasi
persediaan .
- Saldo persediaan berdasarkan harga perolehan lebih besar dari saldo
persediaan berdasarkan neraca percobaan

Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX

Penyesuaian nilai persediaan XXX

- Saldo persediaan berdasarkan harga perolehan lebih kecil dari saldo


persediaan berdasarkan neraca percobaan
Jurnal Akrual Debet Kredit

Penyesuaian nilai persediaan XXX


Persediaan XXX

-
Penyesuaian Nilai Persediaan akan dimapping oleh sistem pada aplikasi
SAIBA menjadi pendapatan/beban penyesuaian nilai persediaan dan
disajikan di LO
2. Penyesuaian Nilai Persediaan – Koreksi dan Reklasifikasi Persediaan TAB
- Aplikasi persediaan koreksi penambahan /reklasifikasi masuk
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan XXX

Penyesuaian nilai persediaan XXX

- Aplikasi persediaan koreksi pengurangan /reklasifikasi keluar


Jurnal Akrual Debet Kredit

Penyesuaian nilai persediaan XXX

Persediaan XXX

3. Penyesuaian Nilai Persediaan – Pembulatan Pencatatan Persediaan pada


Aplikasi Persediaan
Nilai persediaan yang dicatat dalam aplikasi harus bulat (tanpa koma). Tetapi
tidak semua persediaan yang diperoleh dari pembelian memiliki nilai bulat. Hal ini
mengakibatkan timbulnya perbedaan nilai perolehan antara aplikasi persediaan
dengan SAIBA. Untuk mengeliminasi perbedaan tersebut perlu dilakukan jurnal
koreksi pada aplikasi SAIBA
- Nilai pada aplikasi persediaan lebih besar dari nilai pada aplikasi SAIBA
Jurnal Akrual Debet Kredit

Persediaan belum diregister XXX

Penyesuaian nilai persediaan XXX

- Nilai pada aplikasi persediaan lebih kecil dari nilai pada aplikasi SAIBA
Jurnal Akrual Debet Kredit

Penyesuaian nilai persediaan XXX

Persediaan belum diregister XXX


Akuntansi Piutang
Piutang adalah uang atau hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang yang diharapkan
dapat diterima di masa yang akan datang.
Penyebab timbulnya Piutang antara lain: perjanjian, kewenangan pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan, serta akibat lainnya yang sah.
Berdasarkan waktu penerimaan (jatuh temponya) Piutang dapat dibagi menjadi Piutang
Jangka Pendek dan Piutang Jangka Panjang
1. Piutang Jangka Pendek (12 bulan atau kurang)
 Ditimbulkan oleh peristiwa: Pungutan Pendapatan Negara/Daerah, Perikatan, Kerugian
Negara /Daerah.
 Piutang jangka pendek yang berasal dari Pungutan Pendapatan Negara / Daerah terdiri
dari: Piutang Pajak, Piutang PNBP, dan Piutang Valuta Asing.
 Piutang jangka pendek yang berasal dari perikatan terdiri dari: Bagian Lancar pinjaman,
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Piutang Kemitraan, dan Piutang atas
Pemberiaan Fasilitas/Jasa.
 Piutang jangka pendek yang berasal dari Kerugian negara/daerah antara lain: Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan, dan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.
2. Piutang Jangka Panjang (lebih dari 12 bulan)
Jurnal Standar
1. Timbulnya Piutang

2. Reklasifikasi Piutang
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
Penyisihan piutang adalah pembentukan cadangan atas sebagian piutang yang diperkirakan
tidak akan dapat ditagih agar nilai piutang yang disajikan di neraca mencerminkan nilai bersih
yang dapat direalisasikan (net realizable value). Pembentukan penyisihan piutang tidak
tertagih didasarkan pada penggolongan kualitas piutang.
 Kualitas LANCAR, apabila belum diakukan pelunasan sebelum tanggal jatuh tempo yang
ditetapkan.
 Kualitas KURANG LANCAR, apabila dalam jangka waktu satu bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakuan pelunasan.
 Kualitas DIRAGUKAN, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan.
 Kualitas MACET, apabil dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau Piutang telah diserahkan kepada Panitia
Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Pengakuan Piutang Tak Tertagih dibentuk dan dibukukan pada setiap akhir semester.

Jenis dan Nilai Agunan yang Diperhitungkan sebagai Pengurang dalam Pembentukan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Jenis Agunan Nilai yang dapat


dikurangkan
Surat berharga yang diterbitkan oleh BI : surat berharga negara, garansi bank, 100%
taungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia

Tanah bersertifikat hak milik (SHM) atay hak guna bangunan (HGB) berikut 80% dari hak
bangunan di atasnya yang diikat dengan hak tanggungan tanggungan
Tanah bersertifikat (SHM), HGB, atau hak paki berikut bangunan di atasnya 60% dari NJOP
yang tidak diikat dengan hak tanggunan

Tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti 50% dari NJOP
kepemilikikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak
terhutang (SPPT) terakhir

Pesawat udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 meter kubik 50% dari nilai hipotik

Kendaraan bermotor yang diikat dengan fidusia 50% dari nilai jaminan
fidusia
Pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai 50% dari nilainya
ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan

Surat berharga BI , negara, garansi bank, taungan dan deposito 100%


yang diblokir bank, logam mulia

Tanah bersertifikat (SHM/SHGB) dan bangunan di atasnya yang 80% x hak tanggungan
diikat dengan hak tanggungan

Tanah (SHM/ SHGB/ hak pakai) berikut bangunan di atasnya 60% x NJOP
yang tidak diikat dengan hak tanggunan

Tanah (Girik /letter C atau bukti kepemilikikan non sertifikat 50% x NJOP
lainnya) yang dilampiri SPPT terakhir

Pesawat udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 50% x nilai hipotik
meter kubik
Kendaraan bermotor yang diikat dengan fidusia 50% x nilai jaminan
fidusia

Pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak 50% x nilainya
diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti
kepemilikan

Jurnal Standar Penyisihan Utang


Jurnal Standar Penghentian Pengakuan Piutang

Pemberhentian Pengakuan Piutang selain Pelunasan, dapat dilakukan dengan dua cara.
Yakni Penghapusbukuan Piutang dan Penghapustagihan Piutang

Jurnal Standar Penghentian Pengakuan Piutang

Jurnal Standar Piutang yang telah disisihkan 100%


Jurnal Standar Penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan

JURNAL PENYESUAIAN
Selain Jurnal Penyesuaian yang harus dibuat di akhir periode pelaporan seperti:
1. Reklasifikasi Piutang
2. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Maka ada beberapa Jurnal Penyesuaian lainnya yang juga harus dibuat, yaitu:
AKUNTANSI INVESTASI
 Pengertian Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/ atau barang dalam jangka
panjang untuk Investasi pembelian surat berharga dan Investasi langsung untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/ atau manfaat lainnya. (PMK 209/PMK.05/2015)

A.Bentuk Investasi
 deposito,
 sertifikat bank indonesia,
 surat utang dan obligasi bumn/bumd,
 penyertaan pada bumn/bumd,
 penyertaan pada badan usaha lainnya.
B. Klasifikasi Investasi
1. Investasi Jangka Pendek
Pengukuran investasi jangka pendek
 Investasi dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut
 Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka
pendek dicatat sebesar biaya perolehan
 Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka
investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar
harga pasar.
Penyajian/Pengungkapan Investasi Jangka Pendek
 Investasi jangka pendek disajikan pada pos aset lancar di neraca.
 Hasil dari investasi, seperti bunga, diakui sebagai pendapatan dan disajikan pada LRA dan
LO.
 Transaksi pengeluaran kas untuk perolehan investasi jangka pendek dicatat sebagai
reklasifikasi kas menjadi investasi jangka pendek oleh BUN dan BLU, dan tidak dilaporkan
dalam LRA.
 Keuntungan atau kerugian saat pelepasan investasi jangka pendek disajikan dalam LO dan
sebagai penyesuaian SiLPA pada LRA.
2. Investasi Jangka Panjang (dimiliki lebih dari 12 bulan)
 Investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan.
 Terbagi menjadi Investasi Jangka Panjang Nonpermanen dan Investasi Jangka Panjang
Permanen.
 Investasi Jangka Panjang Non Permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan (dimaksudkan untuk tidak dimiliki
terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali). Jenis
Investasi ini terdiri dari:
o Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
o Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga;
o Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti
bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
o Investasi nonpermanen lainnya, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan
untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
 Investasi Jangka Panjang Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan (terus menerus tanpa ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali). Investasi ini terdiri dari:
o Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara/ daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik Negara.
o Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
C. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi Pemerintah
Jurnal Saldo Awal

Jurnal Anggaran
Jurnal Perolehan Investasi-Kas

Jurnal Hasil Investasi

Anda mungkin juga menyukai