Anda di halaman 1dari 12

PERAN LEMBAGA

PEMERINTAH

ANGGOTA : Arrafi Sutawijaya


Bhima Putra Pratama
Henky Handian
Mochammad Farid Fadillah
Rizki Faisal Ramadhan
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahma-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
salah satu tugas tentang “Akuntansi Lembaga Pemerintahan“.

Tercurah dari segala kemampuan yang ada, kami berusaha membuat


makalah ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka dengan
sepenuh hati kami mohon maaf.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
dan pihak lain.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Peran akuntansi lembaga pemerintahan


2. Karakteristik akuntansi pemerintahan
3. Prosedur akuntansi pemerintahan
4. Standar akuntansi pemerintahan
5. Ciri ciri akuntansi lembaga pemerintahan
6. Fungsi akuntansi lembaga pemerintahan
7. Ruang lingkup akuntansi pemerintahan
8. Penggunaan anggaran akuntansi lembaga pemerintahan
9. Pembukuan tunggal
10. Pembukuan berganda

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan, Baswir
(1995) mengelompokan akuntansi menjadi 3 bidang, yaitu : akuntansi
perusahaan, akuntansi nasional dan akuntansi pemerintahan. Sedangkan
Kusnadi, dkk (1999) mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu :
Akuntansi Keuangan, Pemeriksaan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen,
Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi, Akuntansi Anggaran, Akuntansi
Internasional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial, Instruksi Akuntansi.

Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya hanya


bermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi komersial dan akuntansi
pemerintahan. Sebagian orang mengelompokkannya sebagai akuntansi
sejtor publik, tetapi untuk konsistensi bahasa dalam makalah kami hanya
akan menyebutnya dengan istilah akuntansi pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang berkaitan sebagai berikut :
1) Bagaimana sejarah akuntansi pemerintahan
2) Bagaimana dasar hukum akuntansi pemerintahan dan akuntansi
perusahaan

C. Tujuan
PenulisanAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini :
1) Untuk mengetahui sejarah akuntansi pemerintahan
2) Untuk mengetahui dasar hukum akuntansi pemerintahan dan
akuntansiperusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Semangat kapitalisasi (Capitalistic Spirit).
b. Peristiwa politik dan ekonomi (Economic and Politic Event).
c. Inovasi teknologi (Technology Inovation).
1. Peran Akuntansi Lembaga Pemerintahan

 Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodic.
 Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan.
 Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang – undangan.
 Keseimbangan antar Generasi (Intergenerational Equity)
Membantu para pengguna mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan
apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.

2. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan

 Pemerintah tidak berorientasi laba, sehingga didalam akuntansi pemerintah tidak


ada laporan laba(Income Statement) dan treatment akuntansi yang berkaitan
dengannya.
 Pemerintah membukukan anggaran ketika anggaran tersebut dibukukan.
 Didalam akuntansi pemerintah dimungkinkan menggunakan lebih dari satu jenis
dana.
 Akuntansi pemerintah akan membukukan pengeluaran modal, seperti untuk
membangun Gedung dan mengadakan kendaraan dalam perkiraan neraca dan
hasil operasional.
 Akuntansi pemerintah bersifat kaku, karena sangat bergantung pada peraturan
perundang – undangan.
 Akuntansi pemerintah tidak mengenal perkiraan modal dan laba ditahan
dineraca.
3. Prosedur Akuntansi Pemerintahan

 Harus mengenal dokumen bukti transaksi yang digunakan oleh pemerintahan,


baik mengenal jumlah fisik maupun jumlah rupiahnya, serta data penting lainnya
yang berkaitan dengan transaksi permerintahan.
 Harus mengelompokkan dan mencatat data yang tercantum dalam dokumen
bukti transaksi kedalam catatan – catatan akuntansi.
 Harus meringkas informasi yang tercantum dalam catatan – catatan akuntansi
menjadi laporan – laporan untuk manajemen dan pihak – pihak lain yang
berkepentingan.

4. Standar Akuntansi Pemerintahan

 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan


dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi
pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan LKPD.
 Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
 Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis
kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Ciri Ciri Akuntansi Lembaga Pemerintahan

 1.  Memiliki Basis Akuntansi Khusus

Basis akuntansi untuk menyusun laporan keuangan (tujuan laporan keuangan)


pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

 2.  Adanya Sistem Pembukuan Berpasangan


Sistem Pembukuan Berpasangan berdasarkan persamaan dasar akuntasi yaitu:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet
perkiraan dan mengkredit perkiraan berbagai transaksi sesuai anggaran.

 3.  Adanya Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional.


Dana tunggal ini adalah lokasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah
dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.

 4.  Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi pemerintah dilaksanakan


secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun
di daerah (karakteristik akuntansi keuangan daerah).

 5.  Bagan Perkiraan Standar

SAPP memakai perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
berlaku untuk tujuan penganggaran dan akuntansi secara keseluruhan.

6. Fungsi Akuntansi Lembaga Pemerintahan

 mencatat, mengolong-golongkan, meringkas dan melaporkan pelaksanaan


anggaran negara, maka penyelengaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa
dipisahkan dari mekanisme pengurusan keuangan negara serta sistem anggaran
negara

7. Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintahan

 1.      Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen


Keuangan cq Ditjen Perbendaharaan. Subsistem Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)
terdiri dari:

a.       Sistem Akuntansi Umum (SAU). Sistem ini menghasilkan Laporan


Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.

b.      Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN).Sistem ini


menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. Pada tingkat wilayah,
kedua subsistem di atas dilaksanakan oieh Kanwil Dit perbendaharaan dan
seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.

 2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh


kementerian/lembaga dan menghasilkan Laporan Barang Milik Negara.
Subsistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari:

a.       Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Sistem ini menghasilkan Laparan


Keuangan Instansi.
b.      Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

8. PENGGUNAAN ANGGARAN AKUNTANSI LEMBAGA PEMERINTAHAN


Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk :

 Pengendalian Legislatif (DPR) terhadap Eksekutif (President), jika


anggaran telah diundangkan oleh Legislatif maka estimasi pengeluaran
yang ada di dalam anggaran akan menjadi patokan tertinggi yang tidak
boleh dilanggar oleh presiden. Pengeluaran pemerintah diatas anggaran
tersebut dapat dijadikan sebagai adanya penyimpangan yang harus
dipertanggungjawabkan dimuka MPR. MPR kemudian akan memutuskan
apakah akan menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban
presiden.

 Pengendalian Eksekutif (Presiden) terhadap bawahannya (Menteri


Gubernur dan seterusnya). Presiden melalui APBN yang diundangkan
kemudian akan dialokasikan kepada setiap departemen yang ada, kepala
lembaga tinggi negara, dan lembaga tertinggi negara.

9. Pembukuan Tunggal

 Single entry disebut juga sistem tata buku tunggal. Single entry
merupakan pencatatan transaksi ekonomi dengan satu kali pencatatan.
Transaksi yang berakibat bertambahnya kas dicatat pada sisi penerimaan,
dan sebaliknya transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat
pada sisi pengeluaran.

 Kumpulkan dan Analisa Data Transaksi


Proses pembukuan dimulai dari proses pengumpulan data transaksi
keuangan dalam bentuk bukti transaksi pembayaran. Bukti transaksi
pembayaran dapat berbentuk kwitansi, akte, surat perjanjian, wesel, dll.
Dari bukti yang didapat, kemudian dilakukan identifikasi dan analisa
transaksi untuk menentukan kevalidan nilai dan status transaksi tersebut.

 Membuat Jurnal Transaksi


Setelah bukti transaksi dianalisa, proses selanjutnya adalah memasukkan
nilai yang diakui ke dalam jurnal catatan transaksi. Proses menulis jurnal
ini dapat dilakukan setiap ada transaksi baru atau dilakukan sekaligus
setelah transaksi
selama 1 hari terkumpul. Namun lebih disarankan untuk menulis jurnal setiap
ada transaksi. Hal ini untuk menghindari terjadinya “miss posting”.
Di dalam jurnal transaksi sendiri, minimal harus ada beberapa kolom
informasi sbb:

1. Tanggal
2. Keterangan
3. Penerimaan
4. Pengeluaran
5. Saldo
Contoh:

Tanggal Keterangan Penerimaan Pengeluaran Saldo


1/1/2014 Saldo Bulan Rp. 100.000 Rp. 100.000
Lalu
5/1/2014 Jual Beras Rp. 8.000 Rp. 108.000
1KG
7/1/2014 Kulakan Rp. 50.000 Rp. 58.000
Gula Pasir
10/1/2014 Jual telur 1kg Rp. 9.000 Rp. 67.000
25/1/2014 Kulakan Rp. 30.000 Rp. 37.000
Rokok
Jumlah Rp. 117.000 Rp. 80.000
Sisa Rp. 37.000
31/1/2014

single-entry hanya mencatat kas masuk dan keluar sehingga bila terjadi
kesalahan pencatatan sedikit saja, akan terjadi understated (terlalu kecil)
atau overstated (terlalu besar) nilai yang dicatat. Selain itu, sulit juga untuk
menilai berapa nilai asset yang ada karena penggolongannya sering
tumpang tindih dengan modal pemilik.
10. Pembukuan Berganda

 Pembukuan Berganda adalah sebuah sistem pencatatan dengan


serangkaian aturan untuk mencatat informasi keuangan yang didalam
setiap transaksi atau kejadian akan merubah setidaknya dua sisi buku besar.
Sisi kiri adalah aset, sedangkan sisi kanan merupakan lilabilitas dan modal.

Pembukuan Berganda adalah setiap sisi dalam persamaan akun akan


terjadi eliminasi sehingga tidak memungkinkan terjadinya kesalahan
pencatatan atau selisih kecuali ada faktor dari kesalahan manusia dan salah
klasifikasi akun (mis: akun kas dimasukkan ke dalam sisi hutang).

Contoh :

Tanggal aktiva Pasiva

(januari Kas Piutan Sewa Perlengkapan Peralata Hutang modal


) g dibaya n
r di
muka

1 100,00 150,000 250,000

3 (35,000) 35,000

5 50,000 50,000

7 200,000 200,000

9 (25,000) (25,000)
10 (30,000) 50,000 20,000

15 75,000 25,000 100,000

20 (20,000) (20,000)

25 (15,000) (15,000)

28 (25,000) 25,000

31 (15,500) (15,500)

Jumlah 209,500 25,000 35,000 75,000 200,000 50,000 494,500

Jumlah 544,500 544,500

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat dipercaya,
pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang
lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang
dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.

Anda mungkin juga menyukai