Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL BOOK REPORT

MATA KULIAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT


PADA BUKU:
“ Akuntansi Keuangan Pemerintahan Pusat (APBN) dan Daerah
(APBD)”

DISUSUN OLEH:
AHMAD FAHMI SB 7161220002
DEBBY SUCIANI 7161220007
DIO GUNAWAN 7162220008
SYADIE HADDAQ TAFTAZANI 7163220059
TRI YANTI YUNIAR 7163220062
REGINA ANASTASYA 7163220047

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2018
BAB I

IDENTITAS DAN REVIEW ISI BUKU

A. Identitas Buku

Judul Buku : Akuntansi Keuangan Pemerintah Pusat (APBN) dan Daerah (APBD)

Penulis : Prof. Dr. Imam Chozali, M.Com, Akt. dan Dwi Ratmono, SE, M.Si, Akt.

Tahun Terbit : 2008

Badan Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2008

ISBN : 978.979.704.563.0

B. Review Isi Buku

a. Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,


menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan
oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Negara/Lembaga.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun
yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat.

b. Ruang Lingkup SAPP

SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi pada Pemerintah Pusat  dan unit akuntansi
pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan
yang dananya bersumber dari APBN  serta  pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah:

1. Pemerintah Daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD);


2. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah  yang terdiri dari:
3. Perusahaan Perseroan; dan
4. Perusahaan Umum.
c. Tujuan
Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:

1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan


dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek
akuntansi yang diterima secara umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai
dasar  penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan
untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan
Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
d. Ciri-ciri Pokok SAPP.
1. Basis Akuntansi
Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dalam neraca.

2.  Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu: Aset =
Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan
mengkredit perkiraan yang terkait.
3.  Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana
tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah
dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.

4.  Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang


oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.

5.  Bagan Akun Standar

SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku
untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

e. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam melakukan


pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan
dalam rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi, dan
pelaporan keuangan.

f. Kerangka Umum SAPP

Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan


Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem  Akuntansi Instansi (SAI).

SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum


Negara /Chief Financial Officer (CFO). Selanjutnya, SA-BUN memiliki beberapa subsistem,
yaitu

1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);


2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP & H);
3. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD);
4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
5. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
6. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK);
7. Sistem Akuntansi Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL);
8. Sistem Akuntansi Badan lainnya (SA-BL).
SAI memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dilaksanakan
oleh Menteri/Ketua Lembaga Teknis selaku Chief Operational Officer (COO).

SA-BUN adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Laporan
Keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran termasuk pembiayaan, Neraca,
Laporan Arus Kas serta dilengkapi dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.


Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan
Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

SAK digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya, sehingga


menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan SIMAK-BMN memproses transaksi
perolehan, perubahan dan penghapusan BMN untuk mendukung SAK dalam rangka
menghasilkan Laporan Neraca.  Di samping itu, SIMAK-BMN menghasilkan berbagai laporan,
buku-buku, serta kartu-kartu yang memberikan informasi manajerial dalam pengelolaan BMN.

Ruang lingkup pembahasannya hanya mengenai Sistem Akuntansi Instansi yang


dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

g. Sistem Akuntansi Instansi

Sistem Akuntasi Instansi merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang


terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian/lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK- BMN).

1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)


Sistem Akuntansi Keuangan merupakan bagian SAI yang digunakan untuk memproses
transaksi anggaran dan realisasinya, sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SAK
dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Berdasarkan PMK Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
danPerdirjen Nomor Per 24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SAK kementerian
negara/lembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri
dari :

1. UAPA pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga;


2. UAPPA-E1 pada tingkat Eselon I;
3. UAPPA-W pada tingkat wilayah;
4. UAKPA pada tingkat satuan kerja.
Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan
yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit
akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan.

Laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi


tersebut terdiri dari:

a.    Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja, yang
masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode;

b.    Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu;
c.    Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

Hal tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara adalah sub sistem dari
SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen
sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta
laporan manajerial lainnya sesuai ketentan yang berlaku.

Barang Milik Negara (BMN) meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya yang sah antara
lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan penghapusan, dan rampasan/sitaan.

BMN meliputi unsur-unsur aset tetap dan persediaan. Aset tetap adalah aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Sedangkan persediaan adalah aset lancar dalam
bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

SIMAK-BMN diselenggarakan oleh unit organisasi Akuntansi dengan memegang prinsip-


prinsip ;

1. Ketaatan, yaitu dilakukan sesuai perundang-undangan dan prinsip akuntansi yang berlaku
umum;
2. Konsistensi, yaitu dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
3. Kemampubandingan, yaitu menggunakan klasifikasi standar sehingga menghasilkan
laporan yang dapat dibandingkan antar periode akuntansi;
4. Materialitas, yaitu dilaksanakan dengan tertib dan teratur sehingga informasi yang
mempengaruhi keputusan dapat diungkap;
5. Objektif, yaitu dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
6. Kelengkapan, yaitu mencakup seluruh transaksi BMN yang terjadi.
Untuk melaksanakan SIMAK-BMN, Kementerian/Lembaga membentuk ;

1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB),


2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1),
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W)
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
UAKPB melakukan proses akuntansi atas data sumber Barang Milik Negara untuk
menghasilkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), Laporan Barang Kuasa Pengguna
Semesteran (LBKPS), Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT), Jurnal Transaksi
BMN, dan daftar laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran
pembiayaan dan perhitungan.

Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk
pengembilan keputusan. Pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan keputusan
baik pada sektor ekonomi, sosial, dan politik. Dalam pengelolaan keuangan Negara dan Daerah
yang besar pemerintah memerlukan suatu sistem akuntansi yang diperlukan untuk pengelolaan
dana, transaksi ekonomi yang semakin besar dan beragam. Pada dasarnya baik sektor swasta
maupun pemerintah, akuntansi dibedakan menjadi dua bagian yaitu akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen. Dalam hal ini akuntansi yang dibahas adalah akuntansi keuanhan daerah.
Definisi Sistem Akuntansi Pemerintahan menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntasi Pemerintahan : Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan
pelaporan posisi keuangan dan operasi pemerintah.
Menurut Abdul Halim (2012:35) akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan sebagai
berikut : “Suatu proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari suatu daerah (Provinsi, kabupaten, Kota) yang dijadikan sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Abdul Hakim mengutip dari Kepmendagri No.29 Tahun 2002 pasal 70 ayat (1)
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah : Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sistem
akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan
dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
Menurut Deddi Nordiawan, (2006:5) Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dapat
di definisikan sebagai berikut : “Serangkaian prosedur yang saling berhubungan, yang digunakan
sesuai dengan skema menyeluruh yang ditunjukan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk
laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan ekstern pemerintah daerah untuk
mengambil keputusan ekonomi.”
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (2006:76) yang terdapat pada pasal 232
menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan : “serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan komputer”
Definisi dari Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah menurut Muhammad Gade (2000:95)
adalah : Sistem akuntansi pemerintah adalah sistem akuntansi yang mengolah semua transaksi
keuangan, aset, kewajiaban, dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan
oleh badan-badan diluar eksekutif, maupun oleh berbagai tingkatan manajemen pada
pemerintahan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan system akuntansi yang terdiri dari seperangkat
kebijakan, standard an prosedur yang dapat menghasilkan laporan yang relevan, andal dan tepat
waktu untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh
pihak intern dan ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi. Sehingga
dimensi dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari :
1.      Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
2.      Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
3.      Sistem Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan
4.      Sistem Teknologi Informasi.
Namun untuk menyusun system akuntansi sector public, menurut Indra Bastian (2010:31)
perlu mempertimbangkan beberapa factor, yaitu :
1.      Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip kecepatan, yaitu bahwa system
akuntansi harus mampu menyediakan informasi yang diperlukan secara tepat waktu dan
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kualitas yang diperlukan.
2.      System akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip keamanan. Hal ini berarti bahwa
system akuntansi harus dapat membantu menjaga keamanan harta milik organisasi.
Untuk menjaga keamanan harta milik organisasi, system akuntansi harus disusun dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pengawasan internal.
3.      System akuntansi yang disusun harus memenuhio prinsip keekonomisan. Hal ini berarti
biaya untuk menyelenggarakan system akuntansi harus dapat ditekan sehingga relative
tidak mahal. Dengan kata lain, penyelenggaraan system akuntansi perlu
memprtimbangkan biaya versus manfaat (cost versus benefitdalam menghasilkan suatu
informasi.
BAB II

KESIMPULAN DAN KRITIKAN

Kesimpulan

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) merupakan sIstem pelaporan Keuangan pemerintah
pusat dalam mempertanggungjawabkan keuangan yang dikelolanya. Kementerian Agama
merupakan salah satu kementerian yang wajib melaksanakan system akuntansi dalam laporan
keuangannya. Dengan demikian perlu dibentuk unit akuntansi, yang terdiri dari :

1. UAPA & UAPPB pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga;


2. UAPPA-E1 dan UAPPB-E1 pada tingkat Eselon I;
3. UAPPA-W dan UAPPB-W pada tingkat wilayah;
4. UAKPA  dan UAKPB pada tingkat satuan kerja.
Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan dan
BMN atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya.

Kementerian Agama sebagai salah satu Pengguna Anggaran selain memiliki satuan kerja yang
banyak juga memiliki aset yang besar sehingga memerlukan koordinasi yang baik agar terjadi
kesamaan persepsi dan kesatuan langkah bersama guna mewujudkan laporan keuangan
Kementerian Agama dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk itu diperlukan action plan
sehingga semua pihak dapat berperan aktif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Selain laporan keuangan yang terdiri dari laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas
Laporan keuangan, kini laporan keuangan perlu dilengkapi pula dengan Penyajian Informasi
Pendapatan dan Belanja Secara Akrual.

Kritikan

Dalam penulisan istilah Akuntansi tidak dibuat definisinya didalam bagian akhir buku. Istilah ini
mungkin hanya orang yang benar-benar paham ilmu akunntansi. Mungkin saran dari kami
sebagai reviewer, haruslah dibuat definisi nya agar orang awam yang membacanya mengerti.
Secara penulisan buku ini telah baik dan sangat bagus sebagai referensi mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah Akuntansi Keuangan Pemerintahan Pusat.

Anda mungkin juga menyukai