NEGARA/DAERAH
Menjaga aset (safegurding asset), agar aset pemerintah dapat terjaga melalui serangkaian
proses pencatatan, pengolahan, dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar.
2.
3.
Memberikan informasi yang dapat dipercaya (reliability), tentang posisi keuangan suatu
instansi dan pemerintah pusat secara keseluruhan.
4.
Basis Akuntansi
SAPP menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis
akrual untuk neraca. Dengan basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada saat kas
diterima oleh Kas Umum Negara (KUN) dan belanja diakui dan dicatat pada saat kas
dikeluarkan dari KUN. Sedangkan aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah.
2.
3.
4.
5.
SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang
berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), merupakan bagian dari SAPP yang dilaksanakan oleh
Direktorat Informasi dan Akuntansi (DIA) yang akan menghasilkan laporan keuangan
pemerintah pusat untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. SiAP sendiri terbagi
menjadi dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) dan Sitem
Akuntansi Umum (SAU).
2.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI), merupakan bagian SAPP yang akan menghasilkan
laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran instansi. SAI
sendiri terbagi menjadi dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) (Nordiawan, 2007).
akuntansi keuangan untuk sektor swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor
pemerintah masih mengikuti konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman Belanda.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas, penyempurnaan yang
bersifat mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai
kelemahan yaitu:
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran yang setiap tahun
ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan anggaran tersebut
terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan sistem tata buku tunggal (single
entry bookeping).Akuntansi yang terpisah-pisah tersebut semakin mengakibatkan
pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan yang lain karena tidak
menggunakan bagan perkiraan yang standar.
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya untuk
memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran saja;
tidak dirancang untuk menganalisis efektivitas pembiayaan suatu program atau
memberikan informasi yang cukup untuk pengendalian pengeluaran suatu program.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan
keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak
dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN yang
dituangkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN) semula berdasarkan
Sumbangan Perhitungan Anggaran/SPA dari seluruh Departemen atau Lembaga.
5. Tidak
ada
standar
dan
prinsip
akuntansi
pemerintah
untuk menjagake-
wajarandankeseragarnanperlakuanakuntansidanpelaporankeuanganpcrncrintah.Tetap
ipadatahun 2010 Pemerintah mengeluarkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
penerapannya paling lambat mulai tahun anggaran 2015.
6. Khusus dalam pengelolaankeuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN yang
harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani pemerintah
scmakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem akuntansi pemerintah
yang lama tersebut terdapat banyak kelemahan. Hal ini berakibat pada praktek
akuntasi pemerintah yang belum mampu memberikan informasi yang sesuai dengan
peningkatan transaksi keuangan negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi
pemerintah hanya dapat memenuhi tujuan pertanggungjawaban, namun tidak
menyediakan informasi yang cukup untuk kepentingan manajerial.
Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat telah
dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusun standar dan prinsip
telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem akuntansi dan pembentukan pusat
akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan
Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
35/1992 tanggal 7 Juli 1992. Untuk mengembangan usaha yang telah ada, maka
dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 295/KMK.012/2001 tentang Tata
Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga dan
diimplementasikan tahun 2001.
Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi system dimaksud bukannya
tidak mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari peraturan perundang-undangan,
maka sistem akuntansi pemerintah pusat, departemen dan nondepartemen masih
menggunakan
sistem
pembukuan
tunggal
yang
dalam
banyak
hal
sulit
Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman Bank Dunia dikembangkan lagi
sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open system melalui Proyek
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap II dan implementasinya dilaksanakan
secara bertahap. Pada tahun 1999 telah dilakukan implementasi sistem akuntansi instansi
untuk seluruh Departemen/lembaga yang dapat menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
dan Neraca. Namun demikian masih menghadapi masalah enforcement-nya, karena pada
saat itu masih belum ada ketentuan perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan
keuangan yang Iengkap.
Paket Bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persyaratan good governance umumnya,
reformasi manajemen keuangan, lebih khusus lagi tentang reformasi akuntansi
pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintah mendapat momentumnya dengan terbitnya
UU Nomor 17 tahun 2003 tentang, Keuangan Negara yang mewajibkan adanya suatu
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan keuangan instansi
pemerintah, diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut menyatakan
kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan dan audit laporan
keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar BPK tidak dapat menerbitkan opini
audit.
UU Perbedaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja
amat ketat dan bersanksi.Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan
keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar dalam
penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif maka dalam tahun 2002 (sebelum
disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri keuangan
membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pernerintah daerah.
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pmerintah
pusat untuk disampaikan kepada presiden dalam tiga bulan setelahtahun anggaran yang lalu
berakhir setidak-tidaknya meliputi Laporan realisasi APBN.neraca, laporan arus kas dan
catatan atas lapuran keuanganyang dilampiri laporan keuangan perusahaan negara.
Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi
dengan opini seperti umumnya dilakukan auditor eksternal (Mahmudi, 2011).
SiAP
(Sistem Akuntansi
Pusat)
SAI
(Sistem Akuntansi
Instansi)
SAKUN
(Sistem Akuntansi
Kas Umum Negara)
SAU
(Sistem Akuntansi
Umum)
SAK
(Sistem Akuntansi
Keuangan)
SABMN
(Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara)
Laporan BMN di
K/L
2. KPPN khusus untuk memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari Bantuan
Luar Negeri (BLN).
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) untuk memproses data transaksi penerimaan
dan pengeluaran BUN melalui kantor pusat.
4. DIA yang melakukan proses data APBN, serta melakukan verifikasi dan akuntansi untuk
data transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui kantor pusat.
KPPN menyususn Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan LRA di wilayah kerjanya.
Laporan tersebut disampaikan ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
setiap bulan.
KPPN Khusus memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari BLN. KPPN
Khusus menyampaikan laporan tersebut beserta data transaksi ke DIA setiap bulan.
2.
3.
menimbulkan inefisiensi karena adanya pengulangan (redundancy) antara SAP yang diatur
oleh peraturan pemerintah dan kebijakan akuntansi yang diatur oleh peraturan kepala daerah.
Oleh karena itu Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengatur kebijakan akuntansi
pemerintah daerah dapat mengambil unsur-unsur pokok dari SAP, lalu mengembangkan
dalam pilihan-pilihan metode, baik dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur, mulai
dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem akuntansi pemerintah
daerah(SAPD) merupakan suatu instrument penting yang harus disiapkan dalam rangka
implementasi SAP berbasis akrual. SAPD sebagai alat untuk mewujudkan prinsip-prinsip
dasar yang telah ditetapkan oleh SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian prosedur
pencatatan dengan menggunakan akuntansi double entry melalui alat-alatnya berupa buku
jurnal, buku besar, neraca saldo, dan laporan keuangan itu sendiri.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh PPKD, yang akan mencatat
transaksi transaksi yang dilakukan oleh level pemda, seperti pendapatan dana
perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan, belanja tidak terduga, transaksi transaksi pembiayaan, pencatatan investasi, dan
utang jangka panjang.
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah
Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD. Transaksi transaksi yang terjadi di lingkungan
satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan oleh PPK SKPD.
Dalam konstruksi keuangan negara terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu SKPD dan
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Dalam pelaksanaan anggaran transaksi
yang terjadi di SKPKD diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Transaksi transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja.
2. Transaksi transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level pemda.
Dengan demikian, SKPKD akan menjalankan sistem akuntansi SKPD dan juga sistem
akuntansi pemerintah daerah (Nordiawan, 2007).
Meskipun ada dua basis akuntansi yaitu kas (LRA) dan akrual (LO dan Neraca),
namun hanya satu persamaan akuntansi yang digunakan. Karena unsure ekuitas terbentuk
dari transaksi kas(realisasi anggaran) dan transaksi yang bersifat akrual. Sehingga persamaan
yang digunakan untuk dasar pencatatan adalah :
Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan Beban)
perubahan SAL ini juga merupakan akun antara yang berguna dalam rangka pencatatan
transaksi realisasi anggaran. Di dalam neraca, estimasi perubahan SAL merupakan
bagian ekuitas SAL.
b. Akuntansi Pendapatan PPKD
c. Akuntansi Belanja dan Beban PPKD
d. Akuntansi Aset PPKD
e. Akuntansi Kewajiban PPKD
f. Akuntansi Pembiayaan PPKD
g. Jurnal Koreksi dan Penyesuaian PPKD
h. Jurnal, BukuBesar, dan Neraca Saldo PPKD
i. Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat PPKD dihasilkan melalui proses
akuntansi yang secara periodik dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD. Jurnal dan posting
yang telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan.
Dari 7 Laporan Keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat 5 Laporan Keuangan yang
dibuat oleh PPKD sebagai entitas akuntansi, yaitu:
1) LaporanRealisasiAnggaran (LRA);
2) Neraca;
3) Laporan Operasional (LO);
4) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
5) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
11
MenyiapkanKertasKerja
Mengisi Neraca
Saldo sebelum
Penyesuaian
Membuat Neraca
Saldo Setelah
Penyesuaian
Membuat Jurnal
Penyesuaian
MenyusunLaporanKeuangan
Menyusun LRA,
membuat jurnal
penutup LRA dan
NS setelah
Penutupan LRA
Menyusun Laporan
Perubahan Ekuitas
Menyusun LO,
membuat jurnal
penutup LO dan NS
setelah Penutupan
LO
Menyusun
Neraca, membuat
jurnal penutup
akhir dan NS
akhir
Menyusun Catatan
atas Laporan
Keuangan
13
Membuat
Jurnal eliminasi
Membuat Neraca
Saldo Pemda
Menyusun
Laporan
Perubahan SAL
Menyusun LO,
membuat jurnal
penutup LO dan NS
setelah Penutupan
LO
Menyusun
Laporan
Perubahan Ekuitas
Menyusun
Neraca,
membuat jurnal
penutup akhir
dan NS akhir
Menyusun
Laporan Arus Kas
Menyusun Catatan
atas Laporan
Keuangan
14
anggaran yang akan membentuk estimasi perubahan SAL. Estimasi perubahan SAL
ini merupakan akun perantara yang berguna dalam rangka pencatatan transaksi
realisasi anggaran.
2. Akuntansi Pendapatan SKPD
Urutan prosedur yang harus dilakukan oleh PPK SKPD dalam melakukan pencatatan
Transaksi pendapatan diatur dalam peraturan pemerintah. Transaksi pendapatan
SKPD merupakan pendapatan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal instansi pemungut pajak terpisah
dari bendahara umum daerah (BUD), maka pajak daerah dianggarkan dan dicatat pada
instansi tersebut. Sebaliknya apabila pemungutan pajak dilakukan oleh pejabat
pengelolaan keuangan daerah (PPKD) selaku BUD, pajak daerah dianggarkan dan
dicatat oleh PPKD.
3. Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
4. Akuntansi Aset SKPD
5. Akuntansi Kewajiban SKPD
6. Jurnal Koreksi dan Penyesuaian SKPD
7. Jurnal, Buku Besar, dan NeracaSaldo SKPD
8. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat SKPD dihasilkan melalui proses
akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD. Jurnal dan posting yang telah
dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan.
Dari 7 Laporan Keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat 5 Laporan Keuangan
yang dibuat oleh SKPD, yaitu:
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b) Neraca;
c) Laporan Operasional (LO);
d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
e) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
F. STRUKTUR AKUNTANSI
Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan di Pemerintah
Daerah adalah struktur HOBO (office & Branch Office). Struktur hubungan HOBO lebih
15
tepat untuk menggambarkan hubungan transaksi antara PPKD dan SKPD, dibandingkan
dengan struktur hubungan Induk dan Anak (Parent &Subdiary). Dengan beberapa alasan
sebagai berikut:
1. PPKD-SKPD bukan merupakan entitas yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,
melainkan merupakan satu kesatuan;
2. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi transfer income (dalam pengertian profit);
3. SKPD dimiliki 100% oleh Pemerintah Daerah.
Transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun reciprocal yaitu RKPPKD (merupakan akun ekuitas di SKPD), dan akun RK-SKPD (merupakan akun aset di
PPKD). Beberapa hal yang kiranya perlu dilakukan dalam rangka penerapan akuntansi
berbasis kas menuju berbasis akrual seutuhnya, yaitu:
1. Laporan keuangan yang perlu dilakukan restatement pada awal tahun 2015 ketika
akan mengimplementasikan SAP berbasis akrual adalah untuk Neraca, karena Neraca
2014ketika disusun belum menerapkan seutuhnya berbasis akrual standar/kebijakan
akuntansi akrual.
2. Restatement dilakukan untuk akun-akun yang kebijakan akuntansinya berbeda atau
belum diterapkan.
3. Tahapannya adalah setiap akun disesuaikan dengan perlakuan akuntansi sesuai
standar/kebijakan akuntansi yang baru.
16