Anda di halaman 1dari 4

Sistem Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

1. Definisi Akuntansi LSM


Menurut Bastian (2007: 72), “Akuntansi LSM merupakan aktivitas
yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian pengelolaan kegiatan, baik itu
dalam bentuk yang lengkap maupun akuntansi secara sederhana
sekalipun” Bastian (2007: 72) juga mendefinisikan akuntansi LSM sebagai
sarana informasi mengenai penggunaan serta pengelolaan sumber daya
bagi lembaga pemberi dana maupun publik. Dari pengertian akuntansi
LSM yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal
pokok utama dari akuntansi LSM. Tiga hal pokok tersebut menurut Bastian
(2007: 74) adalah penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan, dan
akuntabilitas.

2. Sifat dan karakteristik Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat


Akuntansi merupakan kegiatan yang mengarah pada pencapaian
hasil dalam tingkat tertentu dan bermanfaat bagi kehidupan LSM tersebut.
Diantara lembaga publik lainnya seperti lembaga pendidikan, lembaga
kesehatan, dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam LSM sedikit berbeda.
Perbedaan tersebut muncul karena lingkungan yang mempengaruhi LSM
berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi LSM yang tergolong
ke dalam organisasi nirlaba serta organisasi lainnya yang profit oriented
dapat dilihat dengan membandingkan tujuan organisasi, sumber pendanaan
pola pertanggung jawaban, struktur keorganisasian, dan anggarannya.
Setiap organisasi memiliki tujuan spesifik yang hendak dicapai.
Terlepas dari konsep idealita dan realitanya, organisasi LSM tidak
bertujuan memperoleh laba tetapi memberikan pelayanan dan
penyelenggaraan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemberian dana oleh
suatu lembaga donor,yang dibutuhkan maupun yang telah menjadi kegiatan
rutin dalam LSM bersangkutan. Meskipun tujuan utama LSM adalah
pemberdayaan masyarakat, namun tidak berarti bahwa LSM sama sekali
tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini tergantung pada kondisi organisasi
bersangkutan.Misalnya,apabila organisasi tidak mempunyai sumber dana
yang jelas dan pasti maka akan daya dukung untuk melakukan
pemberdayaan berkembang selaras dengan target keuangan. Secara
kebetulan, keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberdayaan organisasi. Tujuan keuangan organisasi LSM ini berbeda
secara filosofis, konseptual dan operasionalnya dengan organisasi profit
swasta.
Secara kelembagaan organisasi LSM juga berbeda dengan
organisasi lainnya, walaupun sama-sama organisasi publik. Struktur
organisasi ini tidak terlalu formal, namun biasanya ada seseorang atau
aktivis senior yang memimpin. Pihak yang berpengaruh ini biasanya
berpeluang sangat besar mengarahkan kebijakan dan pemgelolaan
organisasi. Tipologi peminpin atau tokoh termasuk pilihan danm orientasi
kebijakannya, akan sangat berpengaruh dalam memilih struktur organisasi.

3. Tujuan Akuntansi LSM


Tujuan akuntansi LSM menurut Bastian (2007: 74) sebagai
berikut.
a. Memberikan informasi yang diperlukan agar pengelolaan dapat
dilakukan secara tepat, efisien, dan ekonomis terhadap kegiatan serta
alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.
b. Memberikan informasi yang akan digunakan oleh pengelola organisasi
sebagai suatu laporan pelaksanaan pertanggungjawaban. Laporan
pertanggungjawaban yang dimaksud ini mengenai pengelolaan yang
secara tepat dan efektif dari program yang ada, beserta penggunaan
sumber daya yang menjadi wewenangnya yang akan dilaporkan
kepada publik atau lembaga pemberi dana hasil operasi organisasi.
4. Sumber dana Lembaga Swadaya Masyarakat:
a. Sumbangan masyarakat (filantropi).
b. APBD/APBN.
c. Lembaga pembangunan internasional (seperti agen-agen PBB,
ADB, World Bank, DFID, dll).
d. Pemerintah luar negeri (seperti USAID, NORAD, GTZ,
AUSAID, dll).
e. LSM/NGO internasional melalui kerjasama program/proyek
(seperti Green Peace, Care, Save the Children, OXFAM, dll).

5. Siklus Akuntansi Keuangan LSM


Terdapat tiga tahap dalam siklus akuntansi keuangan LSM. Berikut
merupakan tiga tahap siklus akuntansi menurut Bastian (2007: 98):

a. Tahap Pencatatan
1. Pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti
transaksi dan bukti pencatatan.
2. Mencatat bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal.
3. Memposting dari jurnal berdasarkan jenisnya ke akun buku besar.

b. Tahap Pengikhtisaran
1. Menyusun neraca saldo berdasarkan akun-akun buku besar.
2. Membuat ayat jurnal penyesuaian.
3. Menyusun kertas kerja atau neraca lajur.
4. Membuat ayat jurnal penutup.
5. Membuat neraca saldo setelah penutupan.
6. Membuat ayat jurnal pembalik.

c. Tahap Pelaporan
1. Laporan Surplus Defisit.
2. Laporan Arus Kas.
3. Neraca.
4. Catatan atas Laporan Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Indra,Bastian,SE.M.B.A.Ph.D, (2007), Akuntansi untuk Lembaga Swadaya Masyarakat dan


PartaiPolitik,Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai