Anda di halaman 1dari 22

RESUME PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

PENDAPATAN DAN BEBAN

Oleh:
Agustin Liela Manu 161502040
Diky Iman Firmansyah 161502049
Fahmi Prayoga 120502051
KELAS C

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

PENDAPATAN

I.1.1

Definisi Pendapatan
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan

suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta
catatan atas laporan keuangan.
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu,
dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan
laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha
yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca.
Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi
perusahaan.
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi
semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk
mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca
yang akan datang.
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu:
1. Menurut ilmu ekonomi
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan


lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan
menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis besar
pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan
penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
2. Menurut ilmu akuntansi
Banyak konsep pendapatan didefinisikan dari berbagai literatur akuntansi dan
teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep pendapatan dapat ditelusuri dari
dua sudut pandang, yaitu:
a. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan
jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional
perusahaan.
b. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan serta penyerahan barang dan jasa atau outflow.
Vernon Kam berpendapat, bahwa pendapatan adalah kenaikan kotor dalam jumlah
atau nilai aktiva dan modal, dan biasanya kenaikan tersebut berwujud aliran kas masuk ke
unit usaha. Aliran kas masuk ini terjadi terutama akibat penciptaan melalui produksi dan
penjualan output perusahaan.
Konsep dasar pendapatan pada dasarnya adalah suatu proses mengenai arus
penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Konsep
pendapatan sering dilihat melalui pengaruhnya terhadap ekuitas pemilik. Berbagai definisi
yang timbul sering merupakan kombinasi konsep-konsep tersebut.
Menurut PSAK No. 23, yang dimaksud dengan pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 3 tahun 1980,
pendapatan adalah aliran masuk atau penambahan lain dari aset sebuah entitas atau
penyelesaian kewajiban perusahaan (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode yang
berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain
yang membangun berjalannya kegiatan utama suatu entitas atau operasi sentral perusahaan.

I.1.2

Karakteristik Pendapatan
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan

faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan


perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process.
Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau
pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negatif atau beban dan kerugian.
Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income dan rugi atau loss.
Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal
perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan.
Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan
barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang
bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama
perusahaan yang sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya
dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden.
Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi
bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari
operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk
dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan:
a. Sumber pendapatan
Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua
cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva
perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang
bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan
anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi
aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan. Dari semua transaksi di atas,
hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai
sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam
hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
b. Produk dan kegiatan utama perusahaan
Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa.
Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk
atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis
maupun arti pentingnya bagi perusahaan.

Terkadang, produk yang dihasilkan secara insidental bila dihubungkan dengan


kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang
sebagai elemen pendapatan non operasi, maka pemberian pembatasan tentang
pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi
seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada
konsumen tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut
atau sering tidaknya produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut
dihasilkan.
c. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas
terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah
rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau
rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban
dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan
dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.
Menurut SFAC No. 3 tahun 1980, karakteristik pendapatan pada perusahaan
bisnis dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pendapatan merepresentasikan aliran kas masuk aktual atau yang diharapkan
(atau setara dengan itu) yang telah terjadi atau akan terjadi sebagai hasil
berjalannya kegiatan utama suatu perusahaan atau operasi sentral selama suatu
periode. Peningkatan aset oleh pendapatan mungkin meliputi berbagai jenis
sebagai contoh, kas, klaim terhadap pelanggan atau klien, barang atau jasa lain
yang diterima, atau peningkatan nilai dari sebuah produk yang dihasilkan dari
proses produksi. Sama halnya dengan

transaksi dan kejadian darimana

pendapatan tersebut berasal dan pendapatan itu sendiri terdiri dari banyak
bentuk dan disebut dengan berbagai istilah sebagai contoh, keluaran
(output), pengiriman (deliveries), penjualan (sales), fee, bunga (interest),
dividen, royalti, dan sewa (rent) tergantung pada jenis operasi yang terlibat
dan cara pendapatan tersebut diakui.
I.1.3

Kriteria pengakuan pendapatan


Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan

keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan
itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya,
dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah:
a. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh
unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian.
b. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal,
yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
c. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan
dalam pengambilan keputusan.
d. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar
dapat diuji, dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada
laporan keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam
hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau
kewajiban.
Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan
sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila:
a. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
b. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar
dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai.
Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual.
Pendapatan itu dapat direalisasikan ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti
piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke
dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas,
seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat
dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang
harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara
umum pendapatan diakui ketiga proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya
belum diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
menghasilkan laba dapat diestimasi secara tepat.
I.1.4

Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23.


Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:
a. P enjualan barang;
b. Penjualan jasa; dan

c. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti,
dan dividen.
Pada penjualan barang, barang meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan
untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual telah
disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan.
Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Beberapa
kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa
dari manajer proyek dan arsitek.
Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk:
a. Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah
terutang kepada perusahaan;
b. Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas,
misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan
c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.
I.1.4

Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.

Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan dikurangi jumlah diskon
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima.
Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari
penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka
nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan
dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan
adalah yang paling mudah ditentukan antara:

a. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit
(issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; atau
b. Suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrument
tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan
nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu
di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi
permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa
diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada
nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara
kas yang ditransfer.
I.1.5

Pengidentifikasian Transaksi
Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual;
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. Besar kemungkinan besar manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi

tersebut bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Jika perusahaan hanya menahan
risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan
yang diakui. Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.
Penjualan Jasa
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat

penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan
andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan;
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi
sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan
diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini
memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu
perusahaan dalam suatu periode.
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan mencapai
persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut:
a. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang
disediakan dan diterima para pihak;
b. Imbalan yang dipertukarkan; dan
c. Cara dan persyaratan penyelesaian.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu
perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan.
Bergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:
a. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;
b. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa
yang harus dilakukan; dan
c. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya
transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan
hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal
tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang
harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut.
Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang dapat diperoleh kembali.
Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi

yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi
dengan andal, tidak ada laba yang diakui.
I.1.6

Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang

menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar yang dijelaskan di bawah
bila:
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan;
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil
efektif aset tersebut;
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan; dan,
c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
I.1.7

Pengungkapan Pendapatan
Menurut PSAK No. 23 tahun 2009, perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut

terkait dengan pendapatan dalam laporan keuangannya:


1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk
metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi
penjualan jasa;
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut termasuk pendapatan dari:
a. Penjualan barang;
b. Penjualan jasa;
c. Bunga;
d. Royalti; dan
e. Dividen;
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan
dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan; dan
4. Pendapatan yang ditunda pengakuannya.

II.2

BEBAN

II.2.1 Definisi Beban


Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan
setara kas), persediaan dan aktiva tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin
timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut
mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari
beban lain. Oleh karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka
dasar ini.
Kerugian dapat timbul, misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga yang
timbul dari pelepasan aktiva tidak lancar. Definisi beban juga mencakupi kerugian yang
belum direalisasi, misalnya, kerugian yang timbul dari pengaruh peningkatan kurs valuta
asing dalam hubungannya dengan pinjaman perusahaan dalam mata uang tersebut. Kalau
kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena
pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi.
Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penghasilan
yang bersangkutan.
II.2.2

Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan

yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan
aktiva tetap).
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan
biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan
penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan
bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya, berbagai komponen
beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada
saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian,

penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban.
Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung,
beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva
seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merek dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini
disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.
Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya
pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.
II.2.3 Biaya Riset dan Pengembangan (PSAK NO 20)
Riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Pengembangan
adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk
menghasilkan, bahan, alat, produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi
komersial atau pemakaian.
Biaya riset dan pengembangan harus mencakupi semua biaya yang secara langsung
dapat diatribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang dapat dialokasikan
menurut dasar yang wajar pada kegiatan tersebut.
Pengakuan Biaya Riset dan Pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Biaya riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak
boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya.
b. Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva.
c. Biaya pengembangan yang semula telah diakui sebagai beban tidak boleh
diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya.
d. Biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria berikut:

o Produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya biaya yang
dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi
secara terpisah dan diukur secara andal;
o Kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan;
o Perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan, atau
menggunakan produk atau proses tersebut;
o Adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika akan
digunakan sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan;
o Terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat
ditunjukkan, untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau
menggunakan produk atau proses tersebut.
o Biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva tidak
boleh melebihi jumlah yang mungkin dipulihkan oleh manfaat
keekonomian masa depan yang berhubungan, setelah dikurangi dengan
biaya pengembangan lebih lanjut, biaya produksi yang bersangkutan,
dan biaya penjualan dan administrasi yang terjadi secara langsung
dalam memasarkan produk tersebut.
Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui
sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat
keekonomian yang berhubungan diakui.
Penurunan Nilai (Impairment) Biaya Pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo
yang belum diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat
keekonomian masa depan yang diharapkan.
b. Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan
sesuai dengan paragraf 36 harus dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi
keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan
tersebut tidak lagi ada dan terdapat bukti yang meyakinkan bahwa keadaan
dan peristiwa yang baru akan memperkokoh ramalan masa depan.
Pengungkapan biaya pengembangan adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan;

b. Jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam
periode berjalan;
c. Metode amortisasi yang digunakan;
d. Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan
e. Rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum diamortisasi pada awal
dan akhir periode yang menunjukkan:
o Biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva;
o Biaya pengembangan yang diakui sebagai beban;
o Biaya pengembangan yang dialokasikan ke akun aktiva lain.
o Biaya pengembangan yang dipulihkan kembali.
II.2.4 Biaya Pinjaman (PSAK No. 26)
Biaya pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas
sehubungan dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman meliputi antara lain:
a. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.
b. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman.
c. Amortisasi biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan
pinjaman (arregement of borrowings).
d. Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
kontruksi, atau pembuatan asek kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
perolehan asset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada periode
terjadinya.
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
konstruksi, atau produksi aset kualifikasian adalah biaya pinjaman yang dapat dihindari jika
tidak ada pengeluaran untuk asset kualifikasian tersebut.
Sepanjang entitas meminjam dana secara spesifik untuk tujuan memperoleh asset
kualifikasian, entitas harus menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi
sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan
dikurangi penghasilan investasi dari investasi temporer pinjaman tersebut.
Sepanjang suatu entitas meminjam dana secara umum dan menggunakannya untuk
tujuan memperoleh suatu aset kualifikasian, maka entitas harus menentukan jumlah biaya

pinjaman yang dapat dikapitalisasi dengan menggunakan tingkat kapitalisasi untuk


pengeluaran atas aset tersebut.
Entitas harus mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian biaya perolehan
asset kualifikasian pada awal tanggal. Awal tanggal kapitalisasi adalah tanggal ketika entitas
pertama kali memenuhi semua kondisi berikut:
a. Terjadinya pengeluaran untuk aset;
b. Terjadinya biaya pinjaman; dan
c. Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset
untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Entitas harus menghentikan sementara kapitalisasi biaya pinjaman selama
perpanjangan periode dimana dilakukan penghentian sementara pengembangan asset
kualifikasian secara aktif.
Pengungkapan Entitas harus mengungkapkan:
a. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama periode berjalan; dan
b. Tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang
dapat dikapitalisasi.
Ketika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi,
maka entitas harus menerapkan Pernyataan ini untuk biaya pinjaman yang berkaitan dengan
aset kualifikasian untuk tanggal awal kapitalisasi pada atau setelah tanggal efektif.
II.3

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)

II.3.1 Dasar Pengenaan Pajak


Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan
pajak, terhadap setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima entitas pada saat
memulihkan jumlah tercatat aset tersebut. Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan
dikenakan pajak, maka dasar pengenaan pajak aset tersebut sama dengan jumlah tercatat aset.
Dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi dengan
setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas tersebut
pada periode masa depan. Dalam hal pendapatan diterima dimuka, maka dasar pengenaan
pajak yang ditimbulkan liabilitas tersebut merupakan jumlah tercatat liabilitas, dikurangi
setiap jumlah pendapatan yang tidak dikenakan pajak pada periode masa depan.
Dalam laporan keuangan konsolidasian, perbedaan temporer ditentukan dengan
membandingkan nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan konsolidasian dengan
dasar pengenaan pajaknya. Dalam hal entitas melaporkan menggunakan SPT konsolidasi,

maka dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT Konsolidasi. Dalam kondisi lain, entitas
menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT masing-masing entitas, jika entitas
tidak diizinkan oleh peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi.
II.3.2 Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Pos-pos yang Diakui dalam Laporan Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan
laba rugi untuk periode, kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. Suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau
berbeda, di luar laporan laba rugi baik dalam pendapatan komprehensif lain
maupun secara langsung dalam ekuitas.
2. Kombinasi bisnis.
Jumlah tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat berubah meskipun
tidak ada perubahan pada jumlah tercatat perbedaan temporer terkait. Ini dapat
dihasilkan dari, misalnya:
a. Perubahan pada tarif atau undang-undang perpajakan;
b. Penilaian kembali ke pemulihan aset pajak tangguhan; atau
c. Perubahan dalam cara entitas memulihkan asset.
II.3.3 Pajak Tangguhan yang Berasal dari Kombinasi Bisnis
Sebagai akibat dari kombinasi bisnis, kemungkinan realisasi suatu aset pajak
tangguhan praakuisisi milik pihak pengakuisisi dapat berubah. Pihak pengakuisisi dapat
mempertimbangkan kemungkinan pemulihan aset pajak tangguhannya sendiri yang tidak
diakui sebelum kombinasi bisnis.
Entitas mengakui manfaat pajak tangguhan diperoleh yang direalisasikan setelah
kombinasi bisnis sebagai berikut:
a. Manfaat pajak tangguhan diperoleh pada periode pengukuran yang dihasilkan
dari informasi baru tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi
diterapkan untuk mengurangi jumlah goodwill terkait akuisisi tersebut. Jika
jumlah tercatat goodwill tersebut nol, setiap sisa manfaat pajak tangguhan
diakui pada laporan laba rugi.
b. Seluruh manfaat pajak tangguhan lain yang diperoleh diakui dalam laporan
laba rugi (atau jika Pernyataan ini juga mensyaratkan di luar laporan laba
rugi).

II.3.4 Pajak Kini dan Pajak Tangguhan yang Berasal Transaksi Pembayaran Berbasis
Saham
Dalam hal entitas menerima pengurangan pajak (misalnya jumlah yang dapat
dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak) terkait dengan remunerasi yang
dibayarkan dengan saham, opsi saham atau instrumen ekuitas lain, maka jumlah pengurangan
pajak tersebut dapat berbeda dari beban remunerasi kumulatif terkait dan mungkin muncul
pada periode akuntansi selanjutnya.
Perbedaan antara dasar pengenaan pajak atas jasa pekerja yang diterima pada tanggal
tersebut (merupakan jumlah yang ditentukan otoritas perpajakan akan dizinkan sebagai
pengurangan pada periode masa depan), dan jumlah tercatat nihil merupakan perbedaan
temporer dapat dikurangkan yang menghasilkan aset pajak tangguhan.
II.3.5 Beban (Penghasilan) Pajak Terkait dengan Laba Rugi dari Aktivitas Normal
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi komprehensif.
Selisih Kurs dari Penjabaran Aset atau Liabilitas Pajak Tangguhan yang Berasal dari
Luar Negeri. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing mensyaratkan selisih kurs (exchange
difference) tertentu diakui sebagai pendapatan atau beban, namun Pernyataan tersebut tidak
mengatur spesifik apakah selisih kurs harus disajikan pada laporan laba rugi komprehensif.
Komponen beban (penghasilan) pajak meliputi:
a. Beban (penghasilan) pajak kini;
b. Penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari
periode sebelumnya;
c. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya;
d. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
e. Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui
sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
digunakan untuk mengurangi beban pajak kini;
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak tangguhan;
g. Beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan (write-down), atau
penyesuaian kembali penurunan terdahulu atas aset pajak tangguhan.

h. Jumlah beban (penghasilan) yang berhubungan dengan perubahan kebijakan


akuntansi dan kesalahan yang diperhitungkan dalam laporan laba rugi sesuai
dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan, dikarenakan tidak dapat dicatat secara retrospektif.
Entitas mengungkapkan jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung
pengakuannya, jika:
a. Penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba kena pajak
yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi
perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan
b. Entitas telah mengalami kerugian pada periode kini atau periode sebelumnya
dimana aset pajak tangguhan terkait.
Entitas mengungkapkan aset dan liabilitas pajak terkait liabilitas kontinjensi dan aset
kontinjensi sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi. Liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi dapat saja muncul, misalnya dari
perbedaan dengan otoritas perpajakan yang tidak dapat diselesaikan.
II.4

Laba Per Saham (LPS) (PSAK 56)


Laba Per Saham (LPS) adalah data yang banyak digunakan sebagai alat alanisis

keuangan. LPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham
beredar.
Luasnya

penggunaan

LPS

mengharuskan

penerapan

keseragaman

teknik

penghitungan LPS secara konsisten dan sederhana. Hal ini tidak mudah, karena terdapat
berbagai cara untuk memnentukan 2 variabel penentu LPS yang sama-sama sulit untuk
dihitung, yaitu:
a. Jumlah laba dalam satu periode; dan
b. Jumlah saham biasa yang beredar selama periode bersangkutan.
II.4.1 Laba Per Saham Dasar
LPS dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang
saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar dalam satu periode.
Dividen saham utama meliputi:
a. Jumlah dividen dari saham utama bukan kumulatif yang diumumkan bagi
periode yang bersangkutan; dan
b. Jumlah dividen saham utama kumulatif yang terakumulasi bagi periode yang
bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan. Jumlah

dividen saham utama kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup


dividen saham utama kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup
dividen saham utama kumulatif periode lalu meskipun dividen tersebut
diumumkan atau dibayar dalam periode kini.
Apabila dalam satu periode ada perubahan jumlah saham beredar sebagai akibat dari
suatu peristiwa yang tidak mengubah sumber daya, selain peristiwa konversi efek berpotensi
saham biasa, maka jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama satu periode
dan untuk seluruh periode sajian harus disesuaikan dengan perubahan tersebut.
II.4.2 Laba Per Saham Dilusian
Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, laba bersih residua, dan jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari
semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.
Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, jumlah laba atau rugi bersih residual
sebagaimana diperhitungkan menurut paragraph 11, harus disesuaikan dengan dampak
sesudah pajak dari hal-hal berikut ini :
a) Setiap dividen dari efek berpotensi saham biasa bersifat dilutive, yang sudah
dikurangkan dalam menghitung laba bersih.
b) Bunga dari efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif, yang diakui dalam
periode bersangkutan; dan
c) Perubahan pendapatan atau beban lainnya yang timbul dari konversi efek berpotensi
saham biasa yang sifatnya dilutive.
Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, perusahaan harus mengasumsikan semua
opsi yang dilutive dan efek berpotensi saham biasa lainnya yang dilutive dilaksanakan.
Selanjutnya, penerimaan dana yang diasumsikan timbul dari penerbitan tersebut dianggap
sebagai penerimaan dan penerbitan sejumlah saham saham dengan nilai wajar. Selisih antara:
a. Jumlah saham yang diterbitkan berdasarkan opsi atau efek berpotensi saham
biasa lainnya; dan
b. Jumlah saham yang diasumsikan diterbitkan menurut nilai wajarnya;
c. Diperlukan sebagai penerbitan saham biasa tanpa penerimaan sumber daya.
Perusahaan harus menyajikan LPS dasar dan LPS dilusian pada laporan laba rugi
untuk seluruh periode yang disajikan. Penyajian LPS dasar dan dilusian harus tetap
dilakukan, meskipun jumlahnya negative karena perusahaan menderita rugi (rugi per saham).
Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut ini:

a. Jumlah laba (rugi) yang dipakai sebagai pembilang dalam perhitungan LPS
dasar dan dilusian, dan rekonsiliasinya dengan laba (rugi) untuk periode yang
bersangkutan; dan
b. Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar yang dipakai sebagai penyebut
dalam perhitungan LPS dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi penyebutpenyebut itu satu dengan yang lain.
II.5

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN


Agar suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan, maka harus memenuhi prinsip

comparability dan prinsip konsistensi. Untuk menjaga agar prinsip comparability dan
konsistensi dapat terlaksana, perubahan-perubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua yaitu:
Perubahan dalam metode akuntansi dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi misalnya :
a. Perubahan dalam metode pembebanan harga pokok persediaan, seperti
dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang.
b. Perubahan dalam metode depresiasi aktiva tetap, seperti dari double
declining balance ke straight line method.
c. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang,
seperti dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian.
d. Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing
ke direct costing.
Perlakuan akuntansi atas perubahan prinsip akuntansi ini diatur dalam APB Opinion
Nomor 20 dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat kumulatif.
b. Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat retroaktif.
c. Perubahan metode penentuan harga pokok persediaan ke LIFO.
2. Perubahan dalam taksiran-taksiran akuntansi misalnya:
a. Taksiran pembebanan kerugian piutang
b. Taksiran umur dalam penghitungan depresiasi
c. Taksiran jumlah garansi yang akan dibayar
3. Perubahan dalam kesatuan usaha
Perubahan kesatuan usaha ini terjadi dalam hal disusunnya laporan keuangan
konsolidasi sebagai ganti laporan keuangan masing-masing perusahaan,
perubahan-perubahan dalam anak perusahaan yang laporan-laporannya
dikonsolidasikan, atau terjadinya penggabungan-penggabungan baru.

Apabila terjadi perubahan kesatuan usaha maka laporan keuangan tahun


berjalan harus menjelaskan sifat-sifat dan sebab-sebab perubahan tersebut.
Akibat-akibat perubahan terhadap laba rugi juga harus dicantumkan dalam
laporan laba rugi sebelum elemen-elemen luar biasa, begitu juga dengan laba
bersih dan jumlah pendapatan per lembar saham. Laporan keuangan tahun
berikutnya tidak perlu lagi mencantumkan penjelasan seperti laporan tahun
berjalan. Agar laporan keuangan tahun berjalan dapat dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya maka laporan tahun sebelumnya harus disusun
dengan anggapan jika seandainya sudah terjadi perubahan kesatuan usaha.
Perubahan-perubahan yang timbul karena koreksi kesalahan-kesalahan dalam
periode-periode yang lalu.
Kesalahan-kesalahan yang timbul dalam pencatatan, bisa terjadi karena disengaja atau
tidak. Kesalahan yang disengaja dapat disebabkan keinginan untuk menghindari pajak,
menyusun laporan keuangan yang menguntungkan agar harga pasar surat berharga
perusahaan dapat dipengaruhi, mempengaruhi pandangan-pandangan lembaga-lembaga
tertentu seperti bank, menutupi kecurangan-kecurangan dalam perusahaan seperti pencurian
uang, atau persediaan barang dan lain-lain.
Kesalahan yang tidak disengaja timbul karena kesalahan dalam melakukan
pencatatan. Misalnya kesalahan membukukan ke rekening yang lain, kesalahan mencatat
jumlah dan penjumlahan baik footing maupun cross footing, kesalahan memisahkan antara
pengeluaran modal dan pengeluaran penghasilan, kelupaan tidak membebankan depresiasi
dan lain-lain.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat mempengaruhi neraca saja atau laporan laba
rugi saja. Namun ada juga kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi keduanya baik laporan
laba rugi maupun neraca. Kesalahan yang dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Kesalahan yang bila tidak dibetulkan, akan menjadi betul sendiri dalam
periode berikutnya (counter balance).
2. Jika ada kesalahan ini maka laporan laba rugi untuk dua periode berturut-turut
menjadi tidak benar. Neraca periode pertama tidak benar, tetapi neraca tahun
berikutnya sudah menjadi benar sendiri. Misalnya kesalahan dalam persediaan
barang, kesalahan tidak membuat penyesuaian untuk utang-utang biaya dan
pendapatan yang masih akan diterima, dan kesalahan tidak mebuat

penyesuaian untuk biaya yang dibayar di muka dan penghasilan yang diterima
di muka.
3. Kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi tetapi
tidak menjadi benar dengan sendirinya pada periode berikutnya. Neraca yang
disusun sesudah adanya kesalahan ini tidak akan benar sampai dibuat koreksi
yang perlu. Laporan laba rugi tahun berjalan menjadi tidak benar tetapi tahuntahun berikutnya akan tergantung pada jenis kesalahan tersebut. Misalnya
kesalahan dalam depresiasi dan kesalahan mencatat pengeluaran modal
sebagai pengeluaran penghasilan atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai