Oleh:
Agustin Liela Manu 161502040
Diky Iman Firmansyah 161502049
Fahmi Prayoga 120502051
KELAS C
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
PENDAPATAN
I.1.1
Definisi Pendapatan
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan
suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta
catatan atas laporan keuangan.
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu,
dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan
laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha
yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca.
Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi
perusahaan.
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi
semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk
mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca
yang akan datang.
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu:
1. Menurut ilmu ekonomi
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
I.1.2
Karakteristik Pendapatan
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan
pendapatan tersebut berasal dan pendapatan itu sendiri terdiri dari banyak
bentuk dan disebut dengan berbagai istilah sebagai contoh, keluaran
(output), pengiriman (deliveries), penjualan (sales), fee, bunga (interest),
dividen, royalti, dan sewa (rent) tergantung pada jenis operasi yang terlibat
dan cara pendapatan tersebut diakui.
I.1.3
keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan
itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya,
dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah:
a. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh
unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian.
b. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal,
yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
c. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan
dalam pengambilan keputusan.
d. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar
dapat diuji, dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada
laporan keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam
hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau
kewajiban.
Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan
sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila:
a. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
b. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar
dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai.
Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual.
Pendapatan itu dapat direalisasikan ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti
piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke
dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas,
seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat
dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang
harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara
umum pendapatan diakui ketiga proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya
belum diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
menghasilkan laba dapat diestimasi secara tepat.
I.1.4
c. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti,
dan dividen.
Pada penjualan barang, barang meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan
untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual telah
disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan.
Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Beberapa
kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa
dari manajer proyek dan arsitek.
Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk:
a. Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah
terutang kepada perusahaan;
b. Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas,
misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan
c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.
I.1.4
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan dikurangi jumlah diskon
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima.
Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari
penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka
nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan
dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan
adalah yang paling mudah ditentukan antara:
a. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit
(issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; atau
b. Suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrument
tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan
nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu
di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi
permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa
diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada
nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara
kas yang ditransfer.
I.1.5
Pengidentifikasian Transaksi
Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual;
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. Besar kemungkinan besar manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi
tersebut bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Jika perusahaan hanya menahan
risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan
yang diakui. Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.
Penjualan Jasa
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan
andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan;
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi
sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan
diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini
memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu
perusahaan dalam suatu periode.
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan mencapai
persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut:
a. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang
disediakan dan diterima para pihak;
b. Imbalan yang dipertukarkan; dan
c. Cara dan persyaratan penyelesaian.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu
perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan.
Bergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:
a. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;
b. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa
yang harus dilakukan; dan
c. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya
transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan
hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal
tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang
harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut.
Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang dapat diperoleh kembali.
Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi
yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi
dengan andal, tidak ada laba yang diakui.
I.1.6
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar yang dijelaskan di bawah
bila:
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan;
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil
efektif aset tersebut;
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan; dan,
c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
I.1.7
Pengungkapan Pendapatan
Menurut PSAK No. 23 tahun 2009, perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut
II.2
BEBAN
Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan
aktiva tetap).
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan
biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan
penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan
bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya, berbagai komponen
beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada
saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian,
penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban.
Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung,
beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva
seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merek dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini
disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.
Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya
pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.
II.2.3 Biaya Riset dan Pengembangan (PSAK NO 20)
Riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Pengembangan
adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk
menghasilkan, bahan, alat, produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi
komersial atau pemakaian.
Biaya riset dan pengembangan harus mencakupi semua biaya yang secara langsung
dapat diatribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang dapat dialokasikan
menurut dasar yang wajar pada kegiatan tersebut.
Pengakuan Biaya Riset dan Pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Biaya riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak
boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya.
b. Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva.
c. Biaya pengembangan yang semula telah diakui sebagai beban tidak boleh
diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya.
d. Biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria berikut:
o Produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya biaya yang
dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi
secara terpisah dan diukur secara andal;
o Kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan;
o Perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan, atau
menggunakan produk atau proses tersebut;
o Adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika akan
digunakan sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan;
o Terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat
ditunjukkan, untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau
menggunakan produk atau proses tersebut.
o Biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva tidak
boleh melebihi jumlah yang mungkin dipulihkan oleh manfaat
keekonomian masa depan yang berhubungan, setelah dikurangi dengan
biaya pengembangan lebih lanjut, biaya produksi yang bersangkutan,
dan biaya penjualan dan administrasi yang terjadi secara langsung
dalam memasarkan produk tersebut.
Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui
sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat
keekonomian yang berhubungan diakui.
Penurunan Nilai (Impairment) Biaya Pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo
yang belum diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat
keekonomian masa depan yang diharapkan.
b. Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan
sesuai dengan paragraf 36 harus dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi
keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan
tersebut tidak lagi ada dan terdapat bukti yang meyakinkan bahwa keadaan
dan peristiwa yang baru akan memperkokoh ramalan masa depan.
Pengungkapan biaya pengembangan adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan;
b. Jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam
periode berjalan;
c. Metode amortisasi yang digunakan;
d. Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan
e. Rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum diamortisasi pada awal
dan akhir periode yang menunjukkan:
o Biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva;
o Biaya pengembangan yang diakui sebagai beban;
o Biaya pengembangan yang dialokasikan ke akun aktiva lain.
o Biaya pengembangan yang dipulihkan kembali.
II.2.4 Biaya Pinjaman (PSAK No. 26)
Biaya pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas
sehubungan dengan peminjaman dana.
Biaya pinjaman meliputi antara lain:
a. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.
b. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman.
c. Amortisasi biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan
pinjaman (arregement of borrowings).
d. Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
kontruksi, atau pembuatan asek kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
perolehan asset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada periode
terjadinya.
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
konstruksi, atau produksi aset kualifikasian adalah biaya pinjaman yang dapat dihindari jika
tidak ada pengeluaran untuk asset kualifikasian tersebut.
Sepanjang entitas meminjam dana secara spesifik untuk tujuan memperoleh asset
kualifikasian, entitas harus menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi
sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan
dikurangi penghasilan investasi dari investasi temporer pinjaman tersebut.
Sepanjang suatu entitas meminjam dana secara umum dan menggunakannya untuk
tujuan memperoleh suatu aset kualifikasian, maka entitas harus menentukan jumlah biaya
maka dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT Konsolidasi. Dalam kondisi lain, entitas
menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT masing-masing entitas, jika entitas
tidak diizinkan oleh peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi.
II.3.2 Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Pos-pos yang Diakui dalam Laporan Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan
laba rugi untuk periode, kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. Suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau
berbeda, di luar laporan laba rugi baik dalam pendapatan komprehensif lain
maupun secara langsung dalam ekuitas.
2. Kombinasi bisnis.
Jumlah tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat berubah meskipun
tidak ada perubahan pada jumlah tercatat perbedaan temporer terkait. Ini dapat
dihasilkan dari, misalnya:
a. Perubahan pada tarif atau undang-undang perpajakan;
b. Penilaian kembali ke pemulihan aset pajak tangguhan; atau
c. Perubahan dalam cara entitas memulihkan asset.
II.3.3 Pajak Tangguhan yang Berasal dari Kombinasi Bisnis
Sebagai akibat dari kombinasi bisnis, kemungkinan realisasi suatu aset pajak
tangguhan praakuisisi milik pihak pengakuisisi dapat berubah. Pihak pengakuisisi dapat
mempertimbangkan kemungkinan pemulihan aset pajak tangguhannya sendiri yang tidak
diakui sebelum kombinasi bisnis.
Entitas mengakui manfaat pajak tangguhan diperoleh yang direalisasikan setelah
kombinasi bisnis sebagai berikut:
a. Manfaat pajak tangguhan diperoleh pada periode pengukuran yang dihasilkan
dari informasi baru tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi
diterapkan untuk mengurangi jumlah goodwill terkait akuisisi tersebut. Jika
jumlah tercatat goodwill tersebut nol, setiap sisa manfaat pajak tangguhan
diakui pada laporan laba rugi.
b. Seluruh manfaat pajak tangguhan lain yang diperoleh diakui dalam laporan
laba rugi (atau jika Pernyataan ini juga mensyaratkan di luar laporan laba
rugi).
II.3.4 Pajak Kini dan Pajak Tangguhan yang Berasal Transaksi Pembayaran Berbasis
Saham
Dalam hal entitas menerima pengurangan pajak (misalnya jumlah yang dapat
dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak) terkait dengan remunerasi yang
dibayarkan dengan saham, opsi saham atau instrumen ekuitas lain, maka jumlah pengurangan
pajak tersebut dapat berbeda dari beban remunerasi kumulatif terkait dan mungkin muncul
pada periode akuntansi selanjutnya.
Perbedaan antara dasar pengenaan pajak atas jasa pekerja yang diterima pada tanggal
tersebut (merupakan jumlah yang ditentukan otoritas perpajakan akan dizinkan sebagai
pengurangan pada periode masa depan), dan jumlah tercatat nihil merupakan perbedaan
temporer dapat dikurangkan yang menghasilkan aset pajak tangguhan.
II.3.5 Beban (Penghasilan) Pajak Terkait dengan Laba Rugi dari Aktivitas Normal
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi komprehensif.
Selisih Kurs dari Penjabaran Aset atau Liabilitas Pajak Tangguhan yang Berasal dari
Luar Negeri. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing mensyaratkan selisih kurs (exchange
difference) tertentu diakui sebagai pendapatan atau beban, namun Pernyataan tersebut tidak
mengatur spesifik apakah selisih kurs harus disajikan pada laporan laba rugi komprehensif.
Komponen beban (penghasilan) pajak meliputi:
a. Beban (penghasilan) pajak kini;
b. Penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari
periode sebelumnya;
c. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya;
d. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
e. Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui
sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
digunakan untuk mengurangi beban pajak kini;
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak tangguhan;
g. Beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan (write-down), atau
penyesuaian kembali penurunan terdahulu atas aset pajak tangguhan.
keuangan. LPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham
beredar.
Luasnya
penggunaan
LPS
mengharuskan
penerapan
keseragaman
teknik
penghitungan LPS secara konsisten dan sederhana. Hal ini tidak mudah, karena terdapat
berbagai cara untuk memnentukan 2 variabel penentu LPS yang sama-sama sulit untuk
dihitung, yaitu:
a. Jumlah laba dalam satu periode; dan
b. Jumlah saham biasa yang beredar selama periode bersangkutan.
II.4.1 Laba Per Saham Dasar
LPS dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang
saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar dalam satu periode.
Dividen saham utama meliputi:
a. Jumlah dividen dari saham utama bukan kumulatif yang diumumkan bagi
periode yang bersangkutan; dan
b. Jumlah dividen saham utama kumulatif yang terakumulasi bagi periode yang
bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan. Jumlah
a. Jumlah laba (rugi) yang dipakai sebagai pembilang dalam perhitungan LPS
dasar dan dilusian, dan rekonsiliasinya dengan laba (rugi) untuk periode yang
bersangkutan; dan
b. Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar yang dipakai sebagai penyebut
dalam perhitungan LPS dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi penyebutpenyebut itu satu dengan yang lain.
II.5
comparability dan prinsip konsistensi. Untuk menjaga agar prinsip comparability dan
konsistensi dapat terlaksana, perubahan-perubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua yaitu:
Perubahan dalam metode akuntansi dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi misalnya :
a. Perubahan dalam metode pembebanan harga pokok persediaan, seperti
dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang.
b. Perubahan dalam metode depresiasi aktiva tetap, seperti dari double
declining balance ke straight line method.
c. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang,
seperti dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian.
d. Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing
ke direct costing.
Perlakuan akuntansi atas perubahan prinsip akuntansi ini diatur dalam APB Opinion
Nomor 20 dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat kumulatif.
b. Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat retroaktif.
c. Perubahan metode penentuan harga pokok persediaan ke LIFO.
2. Perubahan dalam taksiran-taksiran akuntansi misalnya:
a. Taksiran pembebanan kerugian piutang
b. Taksiran umur dalam penghitungan depresiasi
c. Taksiran jumlah garansi yang akan dibayar
3. Perubahan dalam kesatuan usaha
Perubahan kesatuan usaha ini terjadi dalam hal disusunnya laporan keuangan
konsolidasi sebagai ganti laporan keuangan masing-masing perusahaan,
perubahan-perubahan dalam anak perusahaan yang laporan-laporannya
dikonsolidasikan, atau terjadinya penggabungan-penggabungan baru.
penyesuaian untuk biaya yang dibayar di muka dan penghasilan yang diterima
di muka.
3. Kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi tetapi
tidak menjadi benar dengan sendirinya pada periode berikutnya. Neraca yang
disusun sesudah adanya kesalahan ini tidak akan benar sampai dibuat koreksi
yang perlu. Laporan laba rugi tahun berjalan menjadi tidak benar tetapi tahuntahun berikutnya akan tergantung pada jenis kesalahan tersebut. Misalnya
kesalahan dalam depresiasi dan kesalahan mencatat pengeluaran modal
sebagai pengeluaran penghasilan atau sebaliknya.