Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

RESUME MATERI

AKUNTANSI UNTUK INSTITUSI PADA PERGURUAN TINGGI (UNIVERSITAS)


YANG BERSTATUS BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

• Mengapa otonomi perguruan tinggi sering menimbulkan beberapa masalah yang


bertentangan dengan misi PTN dalam pembangunan nasional serta berikan solusinya?

Jawaban:

Akhir – akhir ini banyak bermunculan demonstrasi mahasiswa yang memprotes kenaikan
uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Besar kemungkinan masalah kenaikan
uang SPP itu untuk mengantisipasi otonomi perguruan tinggi negeri (PTN) yang terlanjur
hidup tergantung subsidi pemerintah, di kelolah sebagai perpanjangan dari birokrasi
pemerintahan yang kaku dan tidak ramah terhadap perubahan.

Menurut Anderson dan Johnson (1997), otonomi universitas merupakan suatu kebebasan
bagi perguruan tinggi untuk mengelola universitas tanpa campur tangan pemerintah.
Dalam evaluasi DIKTI 1999 / 2000, di sebutkan bahwa pada dasarnya tujuan umum azaz
otonomi di perguruan tinggi adalah penyelenggaraan manajemen yang di tujuhkan
kreatifitas, kemurnian dan produktivitas dari civitas akademika dapat menghasilkan
kinerja yang tinggi.

Tujuan dari perguruan tinggi sudah mengalami pergeseran yang mengarah pada
penguasaan skill dari lulusannya, dan tidak semata – mata hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya dari pasal 38 PP No.152 tahun 2000, dapat di simpulkan bahwa
dengan adanya kewenangan yang lebih besar di upayakan pendanaan non pemerintah
yang lebih besar dan universitas juga di tuntut untuk meningkankan akuntabilitasnya
dalam hal penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi.
Beberapa masalah yang timbul sebagai dampak dari adanya otonomi perguruan tinggi
yang memerlukan penanganan secara dini dengan memperhatikan misi PTN dalam
pembangunan nasional yaitu :

• Otonomi universitas dapat diterjemahkan menjadi otonomi fakultas, bahkan program


studi/jurusan, jurusan atau fakultas yang hanya akan mencari penghasilan yang
sebesar – besarnya yang tidak akan jujur dalam menyampaikan institutional fee
meskipun dana tersebut merupakan subsidi bagi lembaga dan unit penunjang
universitas.

• Universitas cenderung akan membuka program studi yang laku di pasaran dan
menutup program studi yang tidak menguntungkan.

• Akan terdapat kecenderungan untuk menaikan SPP dan disertai dengan “dana
pengembangan universitas.” Yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
(berpenghasilan rendah), sehingga misi “ Pendidikan Tinggi untuk Mencerdaskan
Bangsa “ akan terabaikan (disebut dengan jalur khusus).

• Citra kampus sebagai pengantar Reformasi Nasional dapat menjadi pudar karena
berubah dari kampus rakyat menjadi menjadi kampus elit dengan menara Gadingnya.

Otonomi perguruan tinggi memerlukan pimpinan yang mampu memadukan antara


tuntutan bisnis. Kemampuan akademik di perlukan agar perguruan tinggi dapat di
kembangkan sebagai pusat ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Sedangkan kemampuan
manajemen bisnis diperlukan agar perguruan tinggi dapat lebih tanggap terhadap
perubahan dan responsif terhadap tuntutan pasar,serta mampu menjamin kerja sama
dengan dunia bisnis dan industri.

Selanjutnya perguruan tinggi akan mampu menghasilkan sarjana yang dapat menciptakan
lapangan pekerjaan atau sarjana professional. Masyarakat tidak akan segan – segan
memenuhi tuntutan uang SPP berapapun besarnya, asal sebanding dengan mutu
kesarjanaan yang di perolehnya dan sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri.
Bukan untuk menjadi sarjana perguruan yang membebani dirinya dan masyarakat, hingga
menjadi ancaman dan gangguan stabilitas kehidupan sosial.
• Mengapa kerjasama mutualisme harus dilakukan perguruan tinggi dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas di masa yang akan datang?

Jawaban:

Kerjasama merupakan upaya bersama yang dilakukan dengan dengan sadar dengan saling
mendukung dan saling menguatkan sehingga dicapai sinergi yang baik. Adanya sinergi
ini dapat ditengarai dengan adanya hasil yang lebih baik bila dibandingkan kalau bekerja
sendiri. Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang mutualistik atau saling
menguntungkan. Kerjasama mutualisme yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam
mengatasi keterbatasan penyelenggaraan pendidikan secara berkualitas di masa yang
akan datang dapat di lakukan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk yang potensial
dalam model Zinser yang memperkenalkan kemitraan perguruan tinggi.

Untuk memperoleh sumber – sumber pendanaan di luar uang SPP, perguruaan tinggi
harus melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dengan menjual jasa pelayanan
keilmuan. Di samping itu, kerja sama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk – produk
ilmu dan teknologi yang berorientasi pada riset. Sedangkan kerja sama industri di sektor
riil, dengan mendirikan industri skala besar.

Untuk kerja sama bisnis dan industri skala besar, maka perguruan tinggi tidak perlu
menyetor sahamnya karena dapat memberatkan perguruan tinggi itu sendiri. tetapi dapat
dikompensasikan dengan berbagai riset, penyusunan studi kelayakan serta sumber daya
manusia unggul yang di miliki oleh perguruan tinggi itu sendiri. di samping itu, dapat
digunakan menjadi tempat praktikum mahasiswanya, agar mereka dapat mengetahui
dunia kerja secara konkret.

Perguruan tinggi dan dunia usaha merupakan aset nasional yang sangat menentukan bagi
kemajuan bangsa. Apalagi jika di antara keduanya terdapat semacam simbiosis
mutualisme (kerjasama yang saling menguntungkan), atau kemitraan. Bagaimanapun,
sebuah perguruan tinggi dengan berbagai perlengkapannya dapat menunjang
perkembangan dunia. Sebaliknya, dunia usaha pun dapat menopang kemajuan sebuah
perguruan tinggi.
Dengan adanya kerjasama dengan perguruan tinggi dunia usaha bisa meningkatkan
efektivitas dan efisiensinya. Jasa konsultasi dalam bidang manajemen, akuntansi, gugus
kendali mutu, dan yang lainnya juga bisa dilayani oleh perguruan tinggi. Kerjasama
perguruan tinggi dengan dunia usaha juga bisa dikembangkan lebih lanjut dalam bidang
pengabdian masyarakat. Umpamanya sebuah perusahaan besar dengan bantuan sebuah
perguruan tinggi bisa membantu masyarakat di sekitarnya, yakni melalui program bapak
angkat, di mana masyarakat yang berusaha baik dibidang industri kecil, kerajinan, atau
yang lainnya, memperoleh bantuan teknologi dan pemasaran. Dalam pelaksanaan
corporate social responsibility (CSR) dunia usaha bisa bermitra dengan perguruan
tinggi.Pertumbuhan sebuah perusahaan dan perkembangan sebuah perguruan tinggi, juga
harus bisa dinikmati oleh masyarakat di sekitarnya.

Satu hal yang sangat penting, sebagai efek dari adanya kerjasama perguruan tinggi
dengan dunia usaha, yakni meningkatnya profesionalisme. Profesionalisme yang
memiliki ciri-ciri keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility) dan kesejawatan
(corporateness), merupakan bentuk nilai tambah atau pengembangan dari pekerjaan
(vocation).

Konsep-konsep manajemen usaha yang lahir di perguruan tinggi lantas diaplikasikan


dalam dunia usaha. Sebaliknya, kasus yang muncul dalam dunia usaha bisa dikaji lebih
lanjut melalui perguruan tinggi. Keterpaduan itu pada akhirnya akan meningkatkan dan
mengoptimalkan fungsi masing-masing pihak.

• Mengapa dalam akutansi dana untuk Universitas perlu dipisahkan antara restricted funds
dan unrestricted fund?

Jawaban:

Akuntansi dana untuk universitas serupa dengan akuntansi dana untuk unit – unit
pemerintah, akan tetapi terdapat perbedaan di antara keduanya dalam hal dana yang
diterima. Sumber dana pendidikan untuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan
(educational enterprise) di dapatkan dari berbagai sumber. Sebagai mana di sebutkan
bahwa sumber – sumber yang di maksud terdiri dari pemerintah, masyarakat dan orang
tua. Bagi perguruan tinggi, dapat diperoleh dari luar negeri, sedangkan mengenai dana
pendidikan di Indonesia yang berasal dari pemerintah mengandalkan masukan pajak.
Pajak yang di maksudkan di peroleh dari rakyat, pajak pendapatan berbagai perusahaan
dan industri, sedangkan dari luar negeri berupa bantuan atau pinjaman.

Perguruan tinggi umum mendapatkan dana dari empat sumber utama, yaitu bantuan
badan legislatif, uang sekolah dan pengajaran, hibah, atau bantuan dari pemerintah pusat
dan daerah, dan bantuan perorangan. Selain apropriasi dari badan legislatif, sumber dana
yang sama juga diberikan ke perguruan tinggi swasta. Bagi sebagian perguruan tinggi
negeri, sumber dana utama berasal dari Apropriasi dan Legislatif.

Sekolah tinggi dan universitas menggolongkan penggunaan dana menurut fungsinya.


Pengelompokan penggunaan dana menurut fungsinya berguna untuk tujuan
perbandingan, tetapi sistem pengelompokan ini terlalu luas untuk kepentingan manajerial.
Banyak data intern manajemen di hasilkan dari program yang bisa menghilangkan
kendala fungsional. Dalam program, pengeluaran di golongkan berdasarkan kode obyek
pengeluaran, seperti gaji dan upah, alat tulis kantor, sewa, dan asuransi.

Oleh karena itu, akuntansi dana untu universitas harus memisahkan antara dana terikat
dan dana tidak terikat, dimana pembatasan yang dimaksud berasal dari pihak eksternal
universitas.

• Dana lancar tidak terikat

Dana lancar tidak terikat mencatat dana yang dapat dibelanjakan untuk menjalankan
aktivitas utama dari universitas dan yang penggunaannya tidak dibatasi untukt ujuan
tertentu. Tujuannya serupa dengan Dana Umum pada entitas pemerintah.

Dasar akuntansinya menggunakan dasar akrual. Namun, sebagai ganti laba bersih (net
income), selisih antara pendapatan dan belanja dicatat sebagai perubahan bersih atas
saldo dana (net change to fund balance). Rincian anggaran disiapkan menurut fungsi
objek, departemen dan kelompok belanja.Untuk pencatatannya serupa dengan
akuntansi pemerintah. Pencatatan ayat jurnal untuk anggaran ini serupa dengan yang
diacatat dalam akuntansi pemerintah dengan format sebagai berikut :

Anggaran pendapatan xxxxx

Estimasi belanja xxxxx

Saldo dana xxxxx

Ayat jurnal tersebut ditutup pada akhir periode. Dalam akuntansi dana universitas
juga menggunakan sistem Encumbrance untuk mencatat pesanan pembelian yang jadi
setiap kali ada pesanan pembelian, maka jurnalnya adalah :

Cadangan Beban Belanja xxxxx

Beban belanja xxxxx

Belanja xxxxx

Kas xxxxx

• Dana lancar terikat

Dana dalam dana lancar terikat dapat digunakan untuk tujuan operasional dari
universitas sesuai batasan yang ditetapkan pihak eksternal yang mensponsori dana
tersbut. Penerimaan dana dengan pembatasan (restriction) dicatat sebagai
peningkatan dalam kas dan saldo dana, namun tidak diakui sebagai pendapatan
sampai ketentuan yang membatasi pengunaan dana itu dipenuhi dan dana
dibelanjakan sesuai dengan cara yang telah ditetapkan. Jadi dalam dana lancar terikat,
pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan tujuan tertentu telah
dilaksanakan. Format jurnal penerimaan dana dalam dana lancar terikat sebagai
berikut:
Kas xxxxx

Saldo Dana xxxxx

Format ayat jurnal ketika dana dibelanjakan sebagai berikut:

Belanja xxxxx

Saldo dana xxxxx

Kas xxxxx

Pendapatan xxxxx

Dalam dana lancar terikat pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan
tujuan tertentu telah dilakukan:
• Pendapatan dan penambahan saldo dana lainnya
• Balanja dan pengurangan saldo lainnya

• Transaksi lainnya

• Mengapa dalam mengelola keuangan, BLU (Badan Layanan Umum) lebih menerapkan
pola keuangan yang memberikan fleksibilitas, jelaskan maksud dari pernyataan tersebut
dan apa saja asas – asas BLU?

Jawaban:

Definisi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23


Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisien dan produktivitas.

Dalam mengelola keuangannya, BLU menerapkan pola keuangan yang memberikan


fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik – praktik bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pola pengelolaan keuangan
ini disebut dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK – BLU).
Pola Pengelolaan Keuangan BLU (PPK – BLU) diterapkan oleh setiap instansi
pemerintah yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional.
Instansi yang dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang
eselon atau noneselon. Penetapan sebagai BLU adalah terkait pengelolaan keuangannya,
bukan dalam kelembagaannya. Sehingga pengertian BLU yang menjelaskan “instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk” tidak berarti suatu instansi pemerintah yang akan
menerapkan PK BLU harus membentuk satuan kerja (satker) yang baru.

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka


memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangka dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas serta penerapakan praktik bisnis yang sehat.

Sedangkan asas – asas BLU adalah sebagai berikut:

• BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga untuk tujuan pemberi
layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan
oleh instansi induk yang bersangkutan

• BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga


dan karena status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk

• Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan


penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan

• Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga
• BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan

• Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga

• BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat

• Mengapa dalam penyusunan laporan keuangan, Badan Layanan Umum diwajibkan untuk
menyusun dua laporan keuangan sekaligus dengan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan dan Standar Akuntansi Pemerintah serta sebutkan beberapa implikasi yang
akan dihadapi oleh perguruan tinggi Universitas dalam menerapkan sistem BLU ?

Jawaban:

BLU diharuskan untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Namun sebagai entitas pemerintah
yang termasuk dalam kekayaan negara yang tidak dipisahkan laporan keuangan BLU
akan dikonsolidasikan dengan LK kementerian lembaga yang membawahinya. Untuk
keperluan konsolidasi ini entitas BLU harus menyusun LK dengan menggunakan SAP
(Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah).

Mengonsolidasikan laporan keuangan yang bersumber dari dana Rupiah Murni (DIPA)
dan PNBP. Dana DIPA dilaporkan dengan cara Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
mengacu Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sedangkan dana masyarakat atau PNBP
dilaporkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

PMK No 76/PMK.05/2008 secara detil mengatur tentang bagaimana pelaporan keuangan


BLU sehingga dapat memenuhi ketentuan UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan PP 23 2005 tentang Pengelolaan BLU. PMK tersebut mengatur tentang sistem
akuntansi dan tata caara penyusunan laporan keuangan.
Akuntansi dan pelaporan keuangan BLU yang berdasarkan SAK sesuai yang diterbitkan
oleh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia. Laporan keuangan tersebut terdiri dari
laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan dan laporan kinerja. Sedangkan laporan keuangan BLU yang
berdasarkan SAP terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan. Berikut dijelaskan uraian terkait LK K/L berdasarkan SAP dan SAK sebagai
berikut:
Implikasi penerapan BLU terhadap aplikasi akuntansi

Terdapat beberapa implikasi yang akan dihadapi oleh perguruan tingi universitas dalam
menerapkan sistem Blu tersebut, berikut beberapa implikasinya :

• Keuangan dan Anggaran

Dana masyarakat yang diterima perguruan tinggi tersebut akan menjadi Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNPB), dengan demikian maka pengelolaannya harus
mengikuti aturan Undang – Undang Keuangan Negara dan penyimpangan atas
pengelolaan PNPB dapat dikategorikan merugikan keuangan negara. Selanjutnya,
anggaran yang disusun oleh perguruan tinggi harus dikonsolidasikan dengan
anggaran Kemdikdub (pemerintah).

Pengonsolidasian dua metode ini merupakan kesulitan tersendiri karena masing –


masing mempunyai kode akun yang berbeda dan tata cara pengakuannya juga
berbeda. DIPA mengacu pada pencatatan berbasis kas sedangkan PNBP berbasis
akrual.

• Pengelolaan Aset

Aset yang dioperasional di Universitas akan masuk sebagai kategori barang milik
negara dan pengelolaannya harus mengikuti aturan yang diterbitkan negara yaitu PP
No. 6 Tahun 2006 tentang Barang Milik Negaran yang menjelaskan bahwa
pengelolaan barang milik negara meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, dan pengawasan serta pengendalian.
Masing – masing kegiatan tersebut memiliki dampak baik secara teknis
pengelolaannya maupun secara akuntansi pencatatannya.
• Pengelolaan Piutang dan Utang

Pada prinsipnya pengelolaan piutang BLU mengikuti aturan – aturan yang berlaku
pada satuan kerja pemerintah lainnya. Dalam pengelolaan keuangannya, BLU dapat
memberikan piutang terkait dengan tagihan sedangkan terkait dengan
penghapusannya harus berdasarkan PP No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Negara atau Daerah.

Sedangkan untuk pembayaran utang BLU pada prinsipnya juga menjadi tanggung
jawab BLU itu sendiri. Pengelolaan utang harus sesuai dengan peruntukannya yaitu
utang jangka pendek untuk belanja operasional dan utang jangka panjang untuk
menutupu belanja modal. Hal tagih atas utang BLU kedaluwarsa setelah lima tahun
sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali diterapkan lain oleh peraturan yang ada
(undang – undang).

• Pengelolaan Investasi

Satuan kerja BLU tidak diperkenankan melakukan investasi jangka panjang kecuali
atas persetujuan Menteri Keuangan. Meskipun demikian, dapat dijelaskan bahwa
investasi jangka panjang yang dimaksud antara berupa penyertaan modal, pemilikan
obligasi jangka panjang, misalnya pendirian perusahaan. Namun, apabila satuan kerja
BLU mendirikan atau membeli badan usaha yang berbadan hukum, maka
kepemilikannya berada pada Menteri Keuangan, tetapi keuntungan yang diperoleh
menjadi pendapatan satuan kerja BLU.

• Mengapa dalam akuntansi dana untuk Universitas perlu memperhatikan beberapa hal
sehubungan dengan pendapatan dan belanja ?

Jawaban :

Universitas merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademik, politeknik
dan institute. Dalam aplikasi akuntansi dana dalam praktiknya dapat dilihat dari praktik
akuntansi universitas sebagai salah satu jenis organisasi nirlaba. Akuntansi dana untuk
universitas serupa dengan akuntansi unit – unit pemerintah. Keduanya mencatat
pendapatan dan belanja untuk masing – masing dana, menggunakan anggaran untuk
merencanakan dan memonitor operasi, juga menggunakan sistem beban pemesanan untuk
mencatat pesanan pembelian yang dilakukan, memiliki transaksi dan transfer antar dana
serta menyajikan neraca serta laporan operasi untuk periode berjalan.

Sehubungan dengan pendapatan dan belanja dalam akuntansi dana untuk universtas
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

• Remisi uang kuliah dan piutang tak tertagih

Uang Kuliah atau SPP (tuition and fees) adalah sumber pendapatan utama dari Dana
Lancar Tidak terikat. Jumlah uang kuliah yang seharusnya terkumpul berdasarkan
tarif standar diakui secara penuh sebagai pendapatan. Beasiswa dan remisi (potongan)
uang kuliah termasuk piutang tak tertagih dicatat sebagai belanja, hal ini hanya
berlaku untuk beasiswa yang disponsori langsung oleh universitas.

Kas xxxx

Pendapatan belanja xxxxx

• Pengembalian Uang Kuliah

Pengembalian uang kuliah (untuk mahasiswa yang mengundurkan diri) dicatat


sebagai pengurangan pendapatan. Ketika pengembalian disetujui, universitas
mendebit pendapatan dari uang kuliah dan mengkredit kas atau piutang.

Pendapatan uang SPP xxxxx


Kas xxxxx
• Sesi Perkuliahan yang berlangsung pada Dua periode
Suatu sesi perkuliahan mungkin dimulai pada satu periode berjalan namun baru
diselesaikan pada perode berikutnya. Akuntansi dana untuk universitas mengharuskan
bahwa uang kuliah yang dipungut untuk sesi perkuliahan tersebut diakui sebagai
pendapatan pada periode dimana sesi perkuliahan tersebut paling sering dilaksanakan,
bersama dengan seluruh belanja yang berhubungan dengan sesi perkuliahan tersebut.
Jika uang kuliah dipungut pada periode berjalan sedangkan perkuliahan dilaksanakan
pada periode berikutnya maka akan dijurnal sebagai berikut :
Kas xxxxx
Pendapatan tangguhan xxxxx
• Transfer dan Penyisihan Dana
Transfer Wajib (mandatory transfer) adalah transfer dari Dana Lancar ke dana
lainnya untuk memenuhi ketentuan dari pihak eksternal dalam suatu perjanjian.
Sedangakan Transfer Tidak Wajib (nonmandotory transfer) adalah transfer serupa
namun ditentukan sendiri oleh pihak universitas untuk berbagai tujuan.
Penyisihan atau dana yang penggunannya ditetapkan oleh dewan (board-designated
funds) adalah penyisihan internal, serupa dengan penyisihan laba ditahan. Manajemen
dapat menetapkan atau mencabut penyisihan menurut kebijakannya sendiri.
• Investasi
Dilaporkan pada nilai wajar dalam neraca suatu instuisi publik. Pendapatan investasi,
termasuk perubahan dalam nilai wajar untuk periode berjalan, harus dilaporkan
sebagai pendapatan dalam laporan operasi entitas yang sesuai.
• Sumbangan
Universitas mencari pemasukan dari alumni, perusahaan dan lembaga eksternal.
Selain itu, universitas juga mencari pendapatan tambahan dari lembaga-lembaga
internalnya. Untuk sumbangan ini yang perlu diperhatikan yaitu adanya pemisahan
antara sumbanagn yang mengikat dengan sumbangan yang tidak
mengikat.Sumbangan yang mengikat yang diterima dan dicatat dalam Dana Lancar
Teikat dan dibelanjakan sesuai dengan batasannya. Sumbangan yang tidak mengikat
dalam Dana Lncar Tidak terikat dan dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan
universitas yang telahditentukan.
Pemasukan yang berupa property diakui sebagai pendapatan pada nilai wajarnya.
Untuk pemasukan yang berupa jasa, seperti jasa dari mahasiswa lama untuk
melaksanakan program orientasi bagi mahasiswa baru, biasanya tidak dicatat oleh
universitas.
• Depresiasi
Depresiasi harus dilaporkan sebagai belanja (expenditure) dalam dana yang
menggunkan aktiva bersangkutan selama periode berjalan.
• Pendapatan
Pendapatan universitas diperoleh dari mahasiswa yang membyaar uang kuliahnya.
• Belanja
Belanja yang dilakukan universitas adalah menyangkut persediaan dan perlengkapan
yang digunakan universitas dalah kegiatan operasinya.
• Transfer
Transfer dana yang terjadi di universitas memiliki tujuan yang beragam, seperti:
pembayaran hutang, penambahan dana, perbaikan dan penggantian aktiva,
pemenuhan ketentuan kontrak, pembagian keuntungan investasi, dll

• Mengapa masalah pembiyaan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan
kehidupan suatu organisasi seperti halnya lembaga – lembaga pendidikan?

Jawaban:

Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang wajar
karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian mendorong
dimasukkan aturan tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi
mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasi biaya pendidikan 20% dari
APBN maupun APBD agar masyarakat dapat menikmati pelayanan pendidikan. Dengan
diadakannya 20% alokasi pembiayaan dari APBN dan APBD seharusnya mampu
digunakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, salah satu aspek penting dalam
proses penyelenggaraan pendidikan baik dari tingkat kementerian pendidikan, dan
kebudayaan, kementeriaan agama sampai dengan tingkat satuan pendidikan adalah
pembiayaan. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang
berkenaan dengan penataan sumber penggunaan dan pertanggungjawaban dana
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan sehingga manajemen keuangan dapat
dipahami sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
Dengan demikian masalah keuangan sangat erat berhubungan dengan pembiayaan, itulah
sebabnya setiap awal tahun bapak Presiden sebagai Kepala Negara telah mengajukan
rencana pendapatan dan belanja Negara di depan anggota DPR sebagai wakil rakyat
Indonesia untuk pembiayaan tahun anggaran yang akan datang. Dalam pengertian umum
keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu:

• Budgeting : penyusunan anggaran

• Accounting : pembukuan

• Auditing : pemeriksaan

• Budgeting

Istilah anggaran seringkali dianggap sebagai pengertian suatu perencanaan. Namun dalam
bidang pendidikan sering dijumpai dua istilah yaitu RAPEN (rencana anggaran dan
pendapatan belanja Negara) dan RAPES (rencana anggaran dan pendapatan belanja
sekolah). Dalam dua istilah tersebut “anggaran” bukanlah suatu rencana. Istilah
“rencana” telah memberikan penekanan atas pemakaian istilah “anggaran” sebagai suatu
rencana. Setiap organisasi tentu memerlukan anggaran untuk menunjang kegiatannya.
Oleh karena anggaran ini sifatnya masih rencana dan menyangkut keperluan orang
banyak, maka anggaran baru sah bila mendapatkan pengesahan dari atasan yang
berwenang.

• Accounting (pembukuan)

Kegiatan kedua dari akuntabilitas pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan


pengurusan keuangan. Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama pengurusan yang
menyangkut kewenngan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.
Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua
menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama yakni, menerima menyimpan dan
mengeluarkan uang.

• Auditing (pemeriksaan)
Yang dimaksud auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak – pihak yang berwenang. Bagi unit – unit yang ada di dalam
departemen, mempertanggungjawabkan urusan keuangan ini kepada BPK melalui
departemen masing – masing.

Karakteristik Pembiayaan Pendidikan

Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri – ciri pembiayaan pendidikan adalah
:

• Biaya pendidikan selalu naik. Perhitungan pembiayaan dinyatakan dalam satuan unit
COST (Unit Satuan Terkecil : Cost = Biaya)

Tinjauan unit cost bisa bermacam – macam menurut luasnya faktor yang
diperhitungkan. Unit cost lengkap yaitu perhitungan unit Cost berdasarkan fasilitas
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan termasuk gedung halaman
sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat (teori, praktek,
laboratorium) dihitung keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum
maupun ekstra kurikuler.

• Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan

• Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang


berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka
waktunya berbeda

• Unit cost sempit yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan memperhitungkan
biaya yang langsung berhubungan dengan memperhitungkan biaya yang lain
yang berhubungan dengan kegatan belajar mengajar
• Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai “Human Investmen” yang artinga biaya terbesar
diserap oleh tenaga manusia

• Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah

• Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya sekolah
kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum

• Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun

• Mengapa masalah anggaran pendidikan pada era otonomi pengelolaan lembaga


pendidikan perlu disusun dengan pendekatan kinerja?

Jawaban:

Seiring dengan tuntutan good corporate governance dan reformasi pengelolaan sektor
publik yang ditandai dengan munculnya era new public management, dengan tiga prinsip
utamanya yang berlaku secara universal yaitu profesional, transparansi, dan akuntabilitas.
Telah mendorong adanya usaha untuk meningkatkan kinerja di bidang pengelolaan
keuangan, dengan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam
penganggaran sektor publik. Penganggaran berbasis kinerja atau performance budgeting
merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang berorientasi pada kinerja
atau prestasi yang ingin dicapai.

Anggaran berbasis kinerja dapat dikatakan merupakan hal baru karena pusat perhatian
diarahkan pada upaya pencapaian hasil, sehingga menghubungkan alokasi sumber daya
atau pengeluaran dana secara eksplisit dengan hasil yang ingin dicapai. Dengan demikian
pengalokasian sumber daya didasarkan pada aktivitas untuk pencapaian hasil yang dapat
diukur secara spesifik, melalui proses perencanaan strategis dengan mempertimbangkan
isu kritis yang dihadapi lembaga, kapabilitas negara, dan masukan dari stakeholder.
Adanya tuntutan reformasi merupakan tantangan dan prospek bagi lembaga pendidikan
guru untuk merevitalisasi manajemen pendidikan guru. Walaupun dalam prakteknya,
penyelenggaraan otonomi pengelolaan lembaga pendidikan bagi sebagian Perguruan
Tinggi malah menjadi beban tersendiri, karena otonomi pengelolaan perguruan tinggi
sebagai BHMN (Badan Hukum Milik Negara) tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas
keuangan perguruan tinggi, dan seringkali dikaitkan dengan prinsip automoney, sehingga
kemandirian perguruan tinggi dalam menyelenggarakan kewenangannya diukur dari
kemampuannya menggali sumber – sumber pendapatan sendiri.

Implikasi dari penerapan prinsip automoney ini kemudian mendorong perguruan tinggi
untuk meningkatkan pendapatan internal, antara lain melalui pengembangan model
penerimaan mahasiswa baru yang tidak hanya sebatas SMPTN, tetapi juga melalui
berbagai jalur khusus lainnya seperti ujian masuk (UM) PTN, yang pada intinya adalah
peningkatan penerimaan SPP dan DPP. Meskipun kini paradigma penyelenggaran
otonomi pengelolaan lembaga pendidikan telah mengalami pergeseran, sejalan dengan
adanya keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan UU tentang BHP dan cenderung
bergerak ke arah Badan Layanan Umum (BLU). Namun pada kenyataannya kapasitas
keuangan lembaga pendidikan masih dititik beratkan pada kemampuan menggalli
pendapatan internal dari sektor SPP dan DPP, yang justru menimbulkan beban baru,
antara lain menimbulkan biaya ekonomi dan memberatkan bagi mahasiswa dan
masyarakat. Kondisi inilah yang kemudian mendorong berkembangnya wacana mengenai
perlunya dilakukan reformasi anggaran, karena sistem anggaran yang selama ini
digunakan yaitu sistem lineitem budgeting dan zero based budgeting atau incremental,
dalam penerapannya ternyata memiliki berbagai kelemahan yang memberi peluang
terjadinya pemborosan dan penyimpangan anggaran.

Kelemahan dari sistem anggaran tersebut antara lain: (1) orientasi pengelolaan anggaran
lebih terpusat pada pengendalian pengeluaran berdasarkan penerimaan, dengan prinsip
balance budget, sehingga akuntabilitas terbatas pada pengendalian anggaran, bukan pada
pencapaian hasil atau outcome. (2) Adanya dikotomi antara anggaran rutin dan
pembangunan yang tidak jelas; (3) Implementasi basis alokasi yang tidak jelas dan hanya
terfokus pada ketaatan anggaran.
Melalui penerapan anggaran berbasis kinerja, lembaga pendidikan dituntut untuk
membuat standar kinerja pada setiap anggaran kegiatan, sehingga jelas kegiatan apa yang
akan dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan, dan apa hasil yang akan diperoleh .
Klasifikasi anggaran dirinci mulai dari sasaran strategis sampai pada jenis belanja dari
masing – masing kegiatan atau program kerja, sehingga memudahkan dilakukannya
evaluasi kinerja. Dengan demikian, diharapkan penyusunan dan pengalokasian anggaran
dapat lebih disesuaikan dengan skala prioritas dan preferensi lembaga pendidikan
bersangkutan, dengan memperhatikan prinsip ekonomis, efisiensi dan efektivitas.

• Mengapa pendanaan perguruan tinggi dalam rangka membiayai aktivitasnya harus


diterapkan pada asas good university goovernance yang mengandung prinsip
kemandirian, transparansi dan akuntabilitas menjadi salah satu fenomena dalam suatu tata
kelola layanan publik?
Jawaban :
Perguruan Tinggi Negara (PTN) merupakan salah satu lembaga sosial yang bertugas
mengembangkan ilmpu pengetahuan dan teknologi. Dunia usaha, pemerintah, dan
masyarakat menuntut PTN untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang lebih tinggi. Konsekuensinya, PTN harus mengikuti perubahan.
Untuk memenuhi tuntutan yang semakin global dan kompleks tersebut, PTN memerlukan
pendanaan dalam rangka membiayai aktivitasnya dengan menekankan pada asas good
university governence yang mengandung prinsip transparansi, akuntabilitas, dan mampu
menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.
Sebagaimana dipahami bahwa good corporate governance merujuk pada tata kelola
perusahaan yang baik. Menurut Aristo (2005 : 2) mengemukakan wacana konsep serupa
untuk perguruan tinggi, yaitu good governance. Konsep good corporate governance
sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata pemerintahan yang lebih umum, yaitu
good governance.
Definisi yang dikutip dari OECD (Organisation for Economic Cooperation and
Development) memberikan penjelasan yang lebih lanjut bahwa struktur corporate
governance memberikan spesifikasi tentang distribusi hak dan tanggung jawab antara
berbagai peserta dalam perusahaan, seperti direksi, manajer, pemegang saham, dan
anggota stakeholder lainnya, dan menjelaskan aturan dan prosedur tentang pengambilan
keputusan dalam perusahaan. Dengan ini, maka corporate governance memberikan
struktur melalui tujuan perusahaan dapat dicapai, dan dengan cara apa pencapaian tujuan
tersebut dan dengan apa kinerja perusahaan dapat dimonitor. Corporate governance
adalah sistem manajemen yang berprinsip pada kejelasan tanggung jawab dan tugas,
keadilan, transparansi, tanggung jawab dan akuntabilitas. Semua entitas yang perlu
pengelolaan dan dimana stakeholder-nya menyangut masyarakat luas, memerlukan good
corporate governance. Oleh karena itu, sudah sejak lama perguruan tinggi di negara –
negara maju sadar akan hal itu dan melaksanakan corporate governance di universitas
masing – masing.
Kemandirian
Sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) (2009
: 124) yaitu perguruan tinggi berkaitan dengan aspek kemandirian, rektor, dan senat
memiliki pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang diambil. Sedangkan
penerapan kemandirian di bidang SDM dapat dilakukan dalam penunjukan pejabat di
tingkat tertentu. Kandidat yang terpilih (short listed candidates) ditentukan melalui job
tender, sidang jabatan dan assesment tools melalui assesment center, dengan
memperhaikan hasil nilai kinerja individu, assesment online dan assesment center.
Pelaksanaan kemandirian di perguruan tinggi meliputi :
• Masing – masing unit kerja di perguruan tinggi telah menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas
dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh dan tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
• Masing – masing unit kerja di perguruan tinggi telah melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang – undangan, tidak
saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain
sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
Transparansi
Perguruan tinggi bertanggung jawab atas kewajiban keterbukaan informasi serta
menyediakan informasi bagi stakeholders sehingga posisi dan pengelolaan perguruan
tinggi dapat mencerminkan kondisi rill dan harapan terhadap perguruan tinggi di masa
yang akan datang. Pelaksanaan transparansi di perguruan tinggi meliputi :
• Perguruan tinggi telah menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai dengan haknya
• Prinsip ketebukaan yang dianut oleh perguruan tinggi tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan universitas sesuai dengan peraturan
perundang – undangan, rahasia jabatan, dan hak – hak pribadi
• Kebijakan perguruan tinggi telah tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan
Misalnya, transparansi dalam proses pengambilan keputusan antara lain melalui
pengembangan infrastruktur informasi berupa intranet, knowledge management, yang
merupakan sarana karyawan dalam menyampaikan berbagai informasi berupa tulisan,
ide-ide atau gagasan. Transparansi kepada mitra kerja dapat menerapkan aplikasi e-
procurement dan e-tender (e-auction) dan implementasi modul pemasok manajemen
dalam proses pengadaan barang dan jasa. Transparansi penilaian kinerja pegawai dengan
menggunakan kompetensi assesment tools, melalui assesment online penilaian dilakukan
secara langsung yang melibatkan pegawai yang bersangkutan, atasan langsung, rekan
sekerja, dan bawahan serta dokumen nilai kinerja individu.
Akuntabilitas
Salah satu kebijakan yang di tuangkan pada PP No.61 Tahun 1999 terkait dengan
pengelolaan perguruan tinggi adalah akuntabilitas yang tercantum pada pasal 20 yang
intinya adalah dalam waktu lima bulan setelah tahun buku di tutup, pimpinan dan majelis
wali amanat wajib menyampaikan laporan tahunan kepada menteri, berupa laporan
keuangan dan laporan akademik yang setelah mendapat pengesahan menteri, menjadi
informasi public. Laporan tahunan keuangan maupun laporan akademik tahuan di
tandatangani oleh semua angota pimpiann perguruan tinggi dan disampaikan ke majelis
wali amanat.
• Mengapa Sistem Penilaian Kinerja (SPK) menjadi hal yang sangat penting dilakukan dan
dibutuhkan tidak hanya dunia bisnis tetapi juga di dunia pendidikan yaitu perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta?
Jawaban:
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap institusi untuk
mewujudkan cita – cita pengelolaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam rangka
itu diperlakukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat,
jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan kegiatan dan usaha – usaha
pengembangan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, dan bertanggung
jawab.
Pentingnya penilaian kinerja di dunia pendidikan membuat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (Dikti) memasukkan penilaian kinerja kedalam format manajemen
baru untuk peningkatan mutu, penilaian kinerja (akreditasi) dan evaluasi kinerja sebuah
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Kementerian Pendidikan Nasional mengawasi dan membina mutu pendidikan tinggi
membentuk sebuah badan yang disebut Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang salah
satu tugasnya melakukan penilaian kinerja (akreditasi) perguruan tinggi. Sistem Penilaian
Kinerja (SPK) dari BAN lebih menekankan pada penilaian terhadap kriteria pelaksanaan
perguruan tinggi dan dan persyaratan perizinan, sehingga lebih bersifat administrasi.
Dengan kata lain menekankan pada dampak eksternal.
Laporan akuntabilitas kinerja ini lebih menekankan pada dampak internal dan tidak
hanya bersifat administrasi serta memiliki peran yang besar terhadap pencapaian visi dan
misi tetapi juga memiliki korelasi dengan strategi maka laporan ini dibangun berdasarkan
visi, misi, dan strategi yang telah disepakati.
Perguruan tinggi sebagai sebuah institusi perlu membentuk Sistem Penilaian Kinerja
demi terciptanya visi dan misi sebagai bagian dari sistem penjaminan mutu. Sistem
Penilaian Kinerja yang baik haruslah terintegrasi untuk semua unit dan aktivitas di
Perguruan Tinggi. Indikator kinerja yang terbentuk tidak hanya berupa indikator kinerja
finansial (keuangan) tetapi juga indikator kinerja nonfinansial.
Pengukuran indikator kinerja dirumuskan berdasarkan sasaran yang direalisasikan pada
program/kegiatan. Sasaran dan program/kegiatan yang dimaksud pada rencana kinerja ini
adalah sasaran dan program/kegiatan sebagaimana dimuat dalam dokumen renstra dan
rencana operasional.

Anda mungkin juga menyukai