RESUME MATERI
Jawaban:
Akhir – akhir ini banyak bermunculan demonstrasi mahasiswa yang memprotes kenaikan
uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Besar kemungkinan masalah kenaikan
uang SPP itu untuk mengantisipasi otonomi perguruan tinggi negeri (PTN) yang terlanjur
hidup tergantung subsidi pemerintah, di kelolah sebagai perpanjangan dari birokrasi
pemerintahan yang kaku dan tidak ramah terhadap perubahan.
Menurut Anderson dan Johnson (1997), otonomi universitas merupakan suatu kebebasan
bagi perguruan tinggi untuk mengelola universitas tanpa campur tangan pemerintah.
Dalam evaluasi DIKTI 1999 / 2000, di sebutkan bahwa pada dasarnya tujuan umum azaz
otonomi di perguruan tinggi adalah penyelenggaraan manajemen yang di tujuhkan
kreatifitas, kemurnian dan produktivitas dari civitas akademika dapat menghasilkan
kinerja yang tinggi.
Tujuan dari perguruan tinggi sudah mengalami pergeseran yang mengarah pada
penguasaan skill dari lulusannya, dan tidak semata – mata hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya dari pasal 38 PP No.152 tahun 2000, dapat di simpulkan bahwa
dengan adanya kewenangan yang lebih besar di upayakan pendanaan non pemerintah
yang lebih besar dan universitas juga di tuntut untuk meningkankan akuntabilitasnya
dalam hal penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi.
Beberapa masalah yang timbul sebagai dampak dari adanya otonomi perguruan tinggi
yang memerlukan penanganan secara dini dengan memperhatikan misi PTN dalam
pembangunan nasional yaitu :
• Universitas cenderung akan membuka program studi yang laku di pasaran dan
menutup program studi yang tidak menguntungkan.
• Akan terdapat kecenderungan untuk menaikan SPP dan disertai dengan “dana
pengembangan universitas.” Yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
(berpenghasilan rendah), sehingga misi “ Pendidikan Tinggi untuk Mencerdaskan
Bangsa “ akan terabaikan (disebut dengan jalur khusus).
• Citra kampus sebagai pengantar Reformasi Nasional dapat menjadi pudar karena
berubah dari kampus rakyat menjadi menjadi kampus elit dengan menara Gadingnya.
Selanjutnya perguruan tinggi akan mampu menghasilkan sarjana yang dapat menciptakan
lapangan pekerjaan atau sarjana professional. Masyarakat tidak akan segan – segan
memenuhi tuntutan uang SPP berapapun besarnya, asal sebanding dengan mutu
kesarjanaan yang di perolehnya dan sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri.
Bukan untuk menjadi sarjana perguruan yang membebani dirinya dan masyarakat, hingga
menjadi ancaman dan gangguan stabilitas kehidupan sosial.
• Mengapa kerjasama mutualisme harus dilakukan perguruan tinggi dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas di masa yang akan datang?
Jawaban:
Kerjasama merupakan upaya bersama yang dilakukan dengan dengan sadar dengan saling
mendukung dan saling menguatkan sehingga dicapai sinergi yang baik. Adanya sinergi
ini dapat ditengarai dengan adanya hasil yang lebih baik bila dibandingkan kalau bekerja
sendiri. Kerjasama yang baik adalah kerjasama yang mutualistik atau saling
menguntungkan. Kerjasama mutualisme yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam
mengatasi keterbatasan penyelenggaraan pendidikan secara berkualitas di masa yang
akan datang dapat di lakukan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk yang potensial
dalam model Zinser yang memperkenalkan kemitraan perguruan tinggi.
Untuk memperoleh sumber – sumber pendanaan di luar uang SPP, perguruaan tinggi
harus melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dengan menjual jasa pelayanan
keilmuan. Di samping itu, kerja sama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk – produk
ilmu dan teknologi yang berorientasi pada riset. Sedangkan kerja sama industri di sektor
riil, dengan mendirikan industri skala besar.
Untuk kerja sama bisnis dan industri skala besar, maka perguruan tinggi tidak perlu
menyetor sahamnya karena dapat memberatkan perguruan tinggi itu sendiri. tetapi dapat
dikompensasikan dengan berbagai riset, penyusunan studi kelayakan serta sumber daya
manusia unggul yang di miliki oleh perguruan tinggi itu sendiri. di samping itu, dapat
digunakan menjadi tempat praktikum mahasiswanya, agar mereka dapat mengetahui
dunia kerja secara konkret.
Perguruan tinggi dan dunia usaha merupakan aset nasional yang sangat menentukan bagi
kemajuan bangsa. Apalagi jika di antara keduanya terdapat semacam simbiosis
mutualisme (kerjasama yang saling menguntungkan), atau kemitraan. Bagaimanapun,
sebuah perguruan tinggi dengan berbagai perlengkapannya dapat menunjang
perkembangan dunia. Sebaliknya, dunia usaha pun dapat menopang kemajuan sebuah
perguruan tinggi.
Dengan adanya kerjasama dengan perguruan tinggi dunia usaha bisa meningkatkan
efektivitas dan efisiensinya. Jasa konsultasi dalam bidang manajemen, akuntansi, gugus
kendali mutu, dan yang lainnya juga bisa dilayani oleh perguruan tinggi. Kerjasama
perguruan tinggi dengan dunia usaha juga bisa dikembangkan lebih lanjut dalam bidang
pengabdian masyarakat. Umpamanya sebuah perusahaan besar dengan bantuan sebuah
perguruan tinggi bisa membantu masyarakat di sekitarnya, yakni melalui program bapak
angkat, di mana masyarakat yang berusaha baik dibidang industri kecil, kerajinan, atau
yang lainnya, memperoleh bantuan teknologi dan pemasaran. Dalam pelaksanaan
corporate social responsibility (CSR) dunia usaha bisa bermitra dengan perguruan
tinggi.Pertumbuhan sebuah perusahaan dan perkembangan sebuah perguruan tinggi, juga
harus bisa dinikmati oleh masyarakat di sekitarnya.
Satu hal yang sangat penting, sebagai efek dari adanya kerjasama perguruan tinggi
dengan dunia usaha, yakni meningkatnya profesionalisme. Profesionalisme yang
memiliki ciri-ciri keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility) dan kesejawatan
(corporateness), merupakan bentuk nilai tambah atau pengembangan dari pekerjaan
(vocation).
• Mengapa dalam akutansi dana untuk Universitas perlu dipisahkan antara restricted funds
dan unrestricted fund?
Jawaban:
Akuntansi dana untuk universitas serupa dengan akuntansi dana untuk unit – unit
pemerintah, akan tetapi terdapat perbedaan di antara keduanya dalam hal dana yang
diterima. Sumber dana pendidikan untuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan
(educational enterprise) di dapatkan dari berbagai sumber. Sebagai mana di sebutkan
bahwa sumber – sumber yang di maksud terdiri dari pemerintah, masyarakat dan orang
tua. Bagi perguruan tinggi, dapat diperoleh dari luar negeri, sedangkan mengenai dana
pendidikan di Indonesia yang berasal dari pemerintah mengandalkan masukan pajak.
Pajak yang di maksudkan di peroleh dari rakyat, pajak pendapatan berbagai perusahaan
dan industri, sedangkan dari luar negeri berupa bantuan atau pinjaman.
Perguruan tinggi umum mendapatkan dana dari empat sumber utama, yaitu bantuan
badan legislatif, uang sekolah dan pengajaran, hibah, atau bantuan dari pemerintah pusat
dan daerah, dan bantuan perorangan. Selain apropriasi dari badan legislatif, sumber dana
yang sama juga diberikan ke perguruan tinggi swasta. Bagi sebagian perguruan tinggi
negeri, sumber dana utama berasal dari Apropriasi dan Legislatif.
Oleh karena itu, akuntansi dana untu universitas harus memisahkan antara dana terikat
dan dana tidak terikat, dimana pembatasan yang dimaksud berasal dari pihak eksternal
universitas.
Dana lancar tidak terikat mencatat dana yang dapat dibelanjakan untuk menjalankan
aktivitas utama dari universitas dan yang penggunaannya tidak dibatasi untukt ujuan
tertentu. Tujuannya serupa dengan Dana Umum pada entitas pemerintah.
Dasar akuntansinya menggunakan dasar akrual. Namun, sebagai ganti laba bersih (net
income), selisih antara pendapatan dan belanja dicatat sebagai perubahan bersih atas
saldo dana (net change to fund balance). Rincian anggaran disiapkan menurut fungsi
objek, departemen dan kelompok belanja.Untuk pencatatannya serupa dengan
akuntansi pemerintah. Pencatatan ayat jurnal untuk anggaran ini serupa dengan yang
diacatat dalam akuntansi pemerintah dengan format sebagai berikut :
Ayat jurnal tersebut ditutup pada akhir periode. Dalam akuntansi dana universitas
juga menggunakan sistem Encumbrance untuk mencatat pesanan pembelian yang jadi
setiap kali ada pesanan pembelian, maka jurnalnya adalah :
Belanja xxxxx
Kas xxxxx
Dana dalam dana lancar terikat dapat digunakan untuk tujuan operasional dari
universitas sesuai batasan yang ditetapkan pihak eksternal yang mensponsori dana
tersbut. Penerimaan dana dengan pembatasan (restriction) dicatat sebagai
peningkatan dalam kas dan saldo dana, namun tidak diakui sebagai pendapatan
sampai ketentuan yang membatasi pengunaan dana itu dipenuhi dan dana
dibelanjakan sesuai dengan cara yang telah ditetapkan. Jadi dalam dana lancar terikat,
pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan tujuan tertentu telah
dilaksanakan. Format jurnal penerimaan dana dalam dana lancar terikat sebagai
berikut:
Kas xxxxx
Belanja xxxxx
Kas xxxxx
Pendapatan xxxxx
Dalam dana lancar terikat pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan
tujuan tertentu telah dilakukan:
• Pendapatan dan penambahan saldo dana lainnya
• Balanja dan pengurangan saldo lainnya
• Transaksi lainnya
• Mengapa dalam mengelola keuangan, BLU (Badan Layanan Umum) lebih menerapkan
pola keuangan yang memberikan fleksibilitas, jelaskan maksud dari pernyataan tersebut
dan apa saja asas – asas BLU?
Jawaban:
• BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga untuk tujuan pemberi
layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan
oleh instansi induk yang bersangkutan
• Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga
• BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan
• Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga
• BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat
• Mengapa dalam penyusunan laporan keuangan, Badan Layanan Umum diwajibkan untuk
menyusun dua laporan keuangan sekaligus dengan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan dan Standar Akuntansi Pemerintah serta sebutkan beberapa implikasi yang
akan dihadapi oleh perguruan tinggi Universitas dalam menerapkan sistem BLU ?
Jawaban:
BLU diharuskan untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Namun sebagai entitas pemerintah
yang termasuk dalam kekayaan negara yang tidak dipisahkan laporan keuangan BLU
akan dikonsolidasikan dengan LK kementerian lembaga yang membawahinya. Untuk
keperluan konsolidasi ini entitas BLU harus menyusun LK dengan menggunakan SAP
(Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah).
Mengonsolidasikan laporan keuangan yang bersumber dari dana Rupiah Murni (DIPA)
dan PNBP. Dana DIPA dilaporkan dengan cara Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
mengacu Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sedangkan dana masyarakat atau PNBP
dilaporkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Terdapat beberapa implikasi yang akan dihadapi oleh perguruan tingi universitas dalam
menerapkan sistem Blu tersebut, berikut beberapa implikasinya :
Dana masyarakat yang diterima perguruan tinggi tersebut akan menjadi Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNPB), dengan demikian maka pengelolaannya harus
mengikuti aturan Undang – Undang Keuangan Negara dan penyimpangan atas
pengelolaan PNPB dapat dikategorikan merugikan keuangan negara. Selanjutnya,
anggaran yang disusun oleh perguruan tinggi harus dikonsolidasikan dengan
anggaran Kemdikdub (pemerintah).
• Pengelolaan Aset
Aset yang dioperasional di Universitas akan masuk sebagai kategori barang milik
negara dan pengelolaannya harus mengikuti aturan yang diterbitkan negara yaitu PP
No. 6 Tahun 2006 tentang Barang Milik Negaran yang menjelaskan bahwa
pengelolaan barang milik negara meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, dan pengawasan serta pengendalian.
Masing – masing kegiatan tersebut memiliki dampak baik secara teknis
pengelolaannya maupun secara akuntansi pencatatannya.
• Pengelolaan Piutang dan Utang
Pada prinsipnya pengelolaan piutang BLU mengikuti aturan – aturan yang berlaku
pada satuan kerja pemerintah lainnya. Dalam pengelolaan keuangannya, BLU dapat
memberikan piutang terkait dengan tagihan sedangkan terkait dengan
penghapusannya harus berdasarkan PP No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Negara atau Daerah.
Sedangkan untuk pembayaran utang BLU pada prinsipnya juga menjadi tanggung
jawab BLU itu sendiri. Pengelolaan utang harus sesuai dengan peruntukannya yaitu
utang jangka pendek untuk belanja operasional dan utang jangka panjang untuk
menutupu belanja modal. Hal tagih atas utang BLU kedaluwarsa setelah lima tahun
sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali diterapkan lain oleh peraturan yang ada
(undang – undang).
• Pengelolaan Investasi
Satuan kerja BLU tidak diperkenankan melakukan investasi jangka panjang kecuali
atas persetujuan Menteri Keuangan. Meskipun demikian, dapat dijelaskan bahwa
investasi jangka panjang yang dimaksud antara berupa penyertaan modal, pemilikan
obligasi jangka panjang, misalnya pendirian perusahaan. Namun, apabila satuan kerja
BLU mendirikan atau membeli badan usaha yang berbadan hukum, maka
kepemilikannya berada pada Menteri Keuangan, tetapi keuntungan yang diperoleh
menjadi pendapatan satuan kerja BLU.
• Mengapa dalam akuntansi dana untuk Universitas perlu memperhatikan beberapa hal
sehubungan dengan pendapatan dan belanja ?
Jawaban :
Universitas merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademik, politeknik
dan institute. Dalam aplikasi akuntansi dana dalam praktiknya dapat dilihat dari praktik
akuntansi universitas sebagai salah satu jenis organisasi nirlaba. Akuntansi dana untuk
universitas serupa dengan akuntansi unit – unit pemerintah. Keduanya mencatat
pendapatan dan belanja untuk masing – masing dana, menggunakan anggaran untuk
merencanakan dan memonitor operasi, juga menggunakan sistem beban pemesanan untuk
mencatat pesanan pembelian yang dilakukan, memiliki transaksi dan transfer antar dana
serta menyajikan neraca serta laporan operasi untuk periode berjalan.
Sehubungan dengan pendapatan dan belanja dalam akuntansi dana untuk universtas
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Uang Kuliah atau SPP (tuition and fees) adalah sumber pendapatan utama dari Dana
Lancar Tidak terikat. Jumlah uang kuliah yang seharusnya terkumpul berdasarkan
tarif standar diakui secara penuh sebagai pendapatan. Beasiswa dan remisi (potongan)
uang kuliah termasuk piutang tak tertagih dicatat sebagai belanja, hal ini hanya
berlaku untuk beasiswa yang disponsori langsung oleh universitas.
Kas xxxx
• Mengapa masalah pembiyaan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan
kehidupan suatu organisasi seperti halnya lembaga – lembaga pendidikan?
Jawaban:
Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang wajar
karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian mendorong
dimasukkan aturan tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi
mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasi biaya pendidikan 20% dari
APBN maupun APBD agar masyarakat dapat menikmati pelayanan pendidikan. Dengan
diadakannya 20% alokasi pembiayaan dari APBN dan APBD seharusnya mampu
digunakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, salah satu aspek penting dalam
proses penyelenggaraan pendidikan baik dari tingkat kementerian pendidikan, dan
kebudayaan, kementeriaan agama sampai dengan tingkat satuan pendidikan adalah
pembiayaan. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang
berkenaan dengan penataan sumber penggunaan dan pertanggungjawaban dana
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan sehingga manajemen keuangan dapat
dipahami sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
Dengan demikian masalah keuangan sangat erat berhubungan dengan pembiayaan, itulah
sebabnya setiap awal tahun bapak Presiden sebagai Kepala Negara telah mengajukan
rencana pendapatan dan belanja Negara di depan anggota DPR sebagai wakil rakyat
Indonesia untuk pembiayaan tahun anggaran yang akan datang. Dalam pengertian umum
keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu:
• Accounting : pembukuan
• Auditing : pemeriksaan
• Budgeting
Istilah anggaran seringkali dianggap sebagai pengertian suatu perencanaan. Namun dalam
bidang pendidikan sering dijumpai dua istilah yaitu RAPEN (rencana anggaran dan
pendapatan belanja Negara) dan RAPES (rencana anggaran dan pendapatan belanja
sekolah). Dalam dua istilah tersebut “anggaran” bukanlah suatu rencana. Istilah
“rencana” telah memberikan penekanan atas pemakaian istilah “anggaran” sebagai suatu
rencana. Setiap organisasi tentu memerlukan anggaran untuk menunjang kegiatannya.
Oleh karena anggaran ini sifatnya masih rencana dan menyangkut keperluan orang
banyak, maka anggaran baru sah bila mendapatkan pengesahan dari atasan yang
berwenang.
• Accounting (pembukuan)
• Auditing (pemeriksaan)
Yang dimaksud auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak – pihak yang berwenang. Bagi unit – unit yang ada di dalam
departemen, mempertanggungjawabkan urusan keuangan ini kepada BPK melalui
departemen masing – masing.
Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri – ciri pembiayaan pendidikan adalah
:
• Biaya pendidikan selalu naik. Perhitungan pembiayaan dinyatakan dalam satuan unit
COST (Unit Satuan Terkecil : Cost = Biaya)
Tinjauan unit cost bisa bermacam – macam menurut luasnya faktor yang
diperhitungkan. Unit cost lengkap yaitu perhitungan unit Cost berdasarkan fasilitas
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan termasuk gedung halaman
sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat (teori, praktek,
laboratorium) dihitung keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum
maupun ekstra kurikuler.
• Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan
• Unit cost sempit yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan memperhitungkan
biaya yang langsung berhubungan dengan memperhitungkan biaya yang lain
yang berhubungan dengan kegatan belajar mengajar
• Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai “Human Investmen” yang artinga biaya terbesar
diserap oleh tenaga manusia
• Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya sekolah
kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum
• Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun
Jawaban:
Seiring dengan tuntutan good corporate governance dan reformasi pengelolaan sektor
publik yang ditandai dengan munculnya era new public management, dengan tiga prinsip
utamanya yang berlaku secara universal yaitu profesional, transparansi, dan akuntabilitas.
Telah mendorong adanya usaha untuk meningkatkan kinerja di bidang pengelolaan
keuangan, dengan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam
penganggaran sektor publik. Penganggaran berbasis kinerja atau performance budgeting
merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang berorientasi pada kinerja
atau prestasi yang ingin dicapai.
Anggaran berbasis kinerja dapat dikatakan merupakan hal baru karena pusat perhatian
diarahkan pada upaya pencapaian hasil, sehingga menghubungkan alokasi sumber daya
atau pengeluaran dana secara eksplisit dengan hasil yang ingin dicapai. Dengan demikian
pengalokasian sumber daya didasarkan pada aktivitas untuk pencapaian hasil yang dapat
diukur secara spesifik, melalui proses perencanaan strategis dengan mempertimbangkan
isu kritis yang dihadapi lembaga, kapabilitas negara, dan masukan dari stakeholder.
Adanya tuntutan reformasi merupakan tantangan dan prospek bagi lembaga pendidikan
guru untuk merevitalisasi manajemen pendidikan guru. Walaupun dalam prakteknya,
penyelenggaraan otonomi pengelolaan lembaga pendidikan bagi sebagian Perguruan
Tinggi malah menjadi beban tersendiri, karena otonomi pengelolaan perguruan tinggi
sebagai BHMN (Badan Hukum Milik Negara) tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas
keuangan perguruan tinggi, dan seringkali dikaitkan dengan prinsip automoney, sehingga
kemandirian perguruan tinggi dalam menyelenggarakan kewenangannya diukur dari
kemampuannya menggali sumber – sumber pendapatan sendiri.
Implikasi dari penerapan prinsip automoney ini kemudian mendorong perguruan tinggi
untuk meningkatkan pendapatan internal, antara lain melalui pengembangan model
penerimaan mahasiswa baru yang tidak hanya sebatas SMPTN, tetapi juga melalui
berbagai jalur khusus lainnya seperti ujian masuk (UM) PTN, yang pada intinya adalah
peningkatan penerimaan SPP dan DPP. Meskipun kini paradigma penyelenggaran
otonomi pengelolaan lembaga pendidikan telah mengalami pergeseran, sejalan dengan
adanya keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan UU tentang BHP dan cenderung
bergerak ke arah Badan Layanan Umum (BLU). Namun pada kenyataannya kapasitas
keuangan lembaga pendidikan masih dititik beratkan pada kemampuan menggalli
pendapatan internal dari sektor SPP dan DPP, yang justru menimbulkan beban baru,
antara lain menimbulkan biaya ekonomi dan memberatkan bagi mahasiswa dan
masyarakat. Kondisi inilah yang kemudian mendorong berkembangnya wacana mengenai
perlunya dilakukan reformasi anggaran, karena sistem anggaran yang selama ini
digunakan yaitu sistem lineitem budgeting dan zero based budgeting atau incremental,
dalam penerapannya ternyata memiliki berbagai kelemahan yang memberi peluang
terjadinya pemborosan dan penyimpangan anggaran.
Kelemahan dari sistem anggaran tersebut antara lain: (1) orientasi pengelolaan anggaran
lebih terpusat pada pengendalian pengeluaran berdasarkan penerimaan, dengan prinsip
balance budget, sehingga akuntabilitas terbatas pada pengendalian anggaran, bukan pada
pencapaian hasil atau outcome. (2) Adanya dikotomi antara anggaran rutin dan
pembangunan yang tidak jelas; (3) Implementasi basis alokasi yang tidak jelas dan hanya
terfokus pada ketaatan anggaran.
Melalui penerapan anggaran berbasis kinerja, lembaga pendidikan dituntut untuk
membuat standar kinerja pada setiap anggaran kegiatan, sehingga jelas kegiatan apa yang
akan dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan, dan apa hasil yang akan diperoleh .
Klasifikasi anggaran dirinci mulai dari sasaran strategis sampai pada jenis belanja dari
masing – masing kegiatan atau program kerja, sehingga memudahkan dilakukannya
evaluasi kinerja. Dengan demikian, diharapkan penyusunan dan pengalokasian anggaran
dapat lebih disesuaikan dengan skala prioritas dan preferensi lembaga pendidikan
bersangkutan, dengan memperhatikan prinsip ekonomis, efisiensi dan efektivitas.