PERPAJAKAN-1
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua sehingga Penyusun dapat menyusun suplemen mata kuliah
“Perpajakan-1” ini. Penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman, orang
tua, dan para dosen yang mensupport penyusun dalam penyusunan suplemen ini.
Tentunya penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
suplemen ini, oleh karena itu penyusun berharap kritik dan saran yang membangun dari
teman-teman sekalian.
Materi suplemen perpajakan ini diambil dari berbagai sumber, seperti PPT dosen,
internet, dan berbagai buku pendukung. Selain materi, juga terdapat soal-soal dan
pembahasan yang mudah-mudahan dapat membantu teman-teman memahami materi
Perpajakan-1 ini. Namun, penyusun berharap agar teman-teman sekalian tidak terpaku
pada materi yang ada pada suplemen ini sebagai media pembelajaran. Teman-teman
disarankan untuk membaca materi dari sumber-sumber pendukung lainnya agar
menambah referensi teman-teman sekalin.
Penyusun
PERTEMUAN-1
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
Syarat Pemungutan
Defenisi dan unsur
Fungsi Pajak dan Teori
pajak
Pemungutan Pajak
B. Fungsi Pajak
1. Fungsi Anggaran (budgetair)
Artinya, pajak digunakan sebagai sumber dana dalam membiayai pengeluaran-
pengeluaran pemerintah
2. Fungsi Mengatur (Cregulerend)
Artinya, pajak sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang social dan ekonomi
adalah memungkinkannya wajib pajak tidak mempunyai uang pada saat akan
membayar pajak tersebut.
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak di dasarkan pada suatu anggapan yang diatur dalam
undang-undang. Misalnya, penghasilan Tuan Yoyok dianggap sama dengan
tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun sudah dapat ditetapkan berapa
besarnya pajak terutang Tuan Yoyok untuk tahun pajak berjalan. Instrumennya
adalah timbulnya Pasal 25 UU PPh, dimana pajak dibayar perbulan/angsuran
sehingga di akhir tahun pajak terutang menjadi nihil/nol.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Bila besarnya pajak lebih besar daripada menurut anggapan, maka
WP harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil, kelebihannya dapat diminta
kembali
2. Asas pemungutan pajak
a. Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak untuk mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib
pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Misalnya, Bu Badriah adalah WNI dan mempunyai
penghasilan yang berasal dari Indonesia dan Singapura. Bu Badriah akan
dikenakan pajak oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan asas domisili
b. Asas sumber
Negara berhak untuk mengenakan pajak untuk seluruh penghasilan yang
bersumber dari wilayahnya, tanpa memerhatikan tempat tinggal WP.
Misalnya, Alifa mempunyai penghasilan yang berasal dari Brunai Darussalam,
sehingga Negara Brunai Darussalam berhak memungut pajak atas penghasilan
Alifa berdasarkan asas sumber.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. Oleh
karena itu, dimana pun warga Negara berada akan tetap dikenakan pajak.
Negara yang menggunakan asas kebangsaan adalah Amerika Serikat. Jadi,
meskipun misalnya Beyonce sedang berada di Bali, ia akan tetap dikenakan
pajak oleh pemerintah Amerika Serikat.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System (Pemerintah yang aktif)
Timbulnya utang pajak disebabkan oleh keluarnya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada Official Assessment System
2. Ajaran Materiil
Timbulnya Utang pajak karena berlakunya undang-undang. Maksudnya, WP
menghitung sendiri besar pajaknya berdasarkan undang-undang. Ajaran ini
diterapkan pada Self Assessment System
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kedaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan
H. Tarif Pajak
1. Tarif Sebanding/proporsional
Tariff berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak. Contoh: untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
2. Tariff tetap
Tariff berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak. Contoh: besarnya tariff bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
nominal berapapun adalah Rp.3000,-
3. Tariff progresif
Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Contoh: Pasal 17 UU PPh untuk WP orang pribadi dalam negeri
4. Tariff degresiff
Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai paja
semakin besar
Pajak Kabupaten/Kota
2. Retribusi Daerah
a. Pengertian
Retribusi daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusu disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
b. Objek Retribusi Daerah
Jasa Umum, pelayanan yang diberikan pemerintah daerah untuk tujuan
kemanfaatan umum. Contoh: Retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
pelayanan pendidikan, retribusi pengujian kendaraan bermotor, dll
Jasa Usaha, pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial yang meliputi:
Pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal
Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta
Perizinan Tertentu
Retribusi izin mendirikan bangunan
Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
Retribusi izin gangguan
Retribusi izin trayek
Retribusi usaha perikanan
c. Subjek Retribusi Daerah
Orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa umum
Orang pribadi atau abdan yang menikmati jasa usaha
Orang pribadi atau badan yang memeroleh izin tertentu dai pemd
#salamjomblosampaihalal
PERTEMUAN-2
DASAR-DASAR HUKUM PAJAK
VIII. Upaya
Hukum (Banding, I. Pendaftaran
Gugatan, dan dan Pelaporan
Peninjauan Usaha
Kembali
Siklus Hak dan Kewajiban
Wajib Pajak
VII. Keberatan
dan Upaya II. Pembukuan
Administrasi dan Pencatatan
ORANG PRIBADI
PEMBAYAR/
PEMUNGUT/
PEMOTONG PAJAK
TERTENTU
BADAN
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
3. Badan (Pasal 1 angka 3 KUP)
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi PT, BUMN,
Firma, Koperasi, persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Sosial Politik.
4. Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan
Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan Perubahannya.
5. Masa Pajak
Dalam Pasal 1 angka 7 UU KUP, masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi
dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang ini (UU KUP).
Lebih lanjut, dalam Pasal 2A UU KUP dijelaskan bahwa masa pajak adalah sama
dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan paling lama 3 bulan kalender.
6. Tahun Pajak
Jangka Waktu 1 tahun Kalender (Januari sampai Desember), kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
7. Bagian Tahun Pajak
Bagian dari jangka waktu 1 Tahun Pajak sama dengan satu tahun kalender.
a) Orang Pribadi yang tinggal di Indonesia selama 183 hari atau yang
berniat bertempat tinggal di Indonesia (misalnya kontrak kerjanya 10
tahun maka dia wajib tinggal di Indonesia)
b) Badan
b. Persyaratan Obyektif adalah persyaratan penghasilan yang diterima atau
diperoleh subjek pajak yang memenuhi objek pengenaan PPh atau penghasilan
yang diwajibkan dilakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan
UU PPh.
Setelah memenuhi persyaratan tersebut, wajib pajak harus segera mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP dan/atau NPPKP
Berdasarkan asas self assessment, WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas dan WP badan, wajib untuk mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lama 1 bulan sejak usaha dijalankan. WP dengan
mengajukan permohonan secara elektronik atau tertulis dilampiri dengan dokumen
yang disajikan.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada WP sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sehingga
NPWP merupakan kunci administrasi perpajakan.
KPP tempat kedudukan usaha, bagi WP Badan atau WP Orang Pribadi yang tak
berkegiatan usaha di tempat tinggal
KPP tempat kedudukan usaha dan KPP tempat tinggal, bagi WP Orang Pribadi
yang berkegiatan usaha di tempat tinggal
KPP tertentu bagi WP dan PKP tertentu
2. Pencatatan
Pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan
a. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :
1) Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
diterima dan/atau diperoleh;
2) Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final.
b. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha
dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
c. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.
d. Jangka waktu Pencatatan meliputi Jangka waktu 12 bulan, mulai tangga 1
Januari sampai dengan 31 Desember.
D. Pembayaran Pajak
1. Cara membayar pajak:
a) Membayar sendiri pajak yang terutang (PPh pasal 25 dan Pasal 29)
b) Melalui pemotongan/pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal
23, Pasal 4 ayat (2))
c) Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24)
d) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau pihak yang ditunjuk pemerintah
e) Pembayaran pajak-pajak lainnya: PBB, BPHTB, dan lain-lain
E. Pelaporan Pajak
Setelah tahap pertama pemenuhan kewajiban perpajakan terpenuhi, yakni
mendaftarkan diri menjadi WP dan/atau PKP, maka langkah berikutnya adalah mengisi
dan melaporkan pajak terutang sesuai sistem self assessment kepada DJP dengan
menggunakan SPT yang format dan tata cara pengisiannya diatur oleh DJP.
1. Pengertian SPT
SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang digunakan WP untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak , objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan Perpajakan
2. Jenis-jenis SPT
a) SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
b) SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak. Masa Pajak adalah jangka waktu
yang menjadi dasar bagi WP untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu. Masa Pajak sama
dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan paling lama 3 bulan kalender
3. Fungsi SPT
1) SPT PPh bagi WP PPh
Sebagai Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban PPh terutang yang berisi
tentang :
penghasilan sebagai objek pajak dan bukan objek pajak
F. Pemeriksaan Pajak
1. Pengertian
Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
2) Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan ini dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor
Pelayanan Pajak, dan saat pelaksanaan pemeriksaan kantor
G. Ketetapan Pajak
1. Jenis-jenis Penetapan Pajak
a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat Ketetapan Pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
c) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
e) Surat Tagihan Pajak (ST) adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Berdasarkan pengertian STP
sebagaimana diatur pada Pasal 14, Dirjen pajak dapat menerbitkan STP dalam
hal-hal sebagai berikut :
1) Pajak penghasilan dalam satu tahun berjalan tidak/kurang bayar,
dikenakan denda bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan
2) Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagaimana salah tulis dan atau salah hitung,
dikenakan sanksi bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan.
3) Denda administrasi berupa denda atau bunga
4) Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), 2% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
3. Peninjauan Kembali
Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan
Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali
hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan
Pajak. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak.
Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan :
a) Apabila Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau
tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
PERTEMUAN-3
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PPH SERTA MENGHITUNG PPH
PASAL 21 UNTUK PEGAWAI TETAP
Apa saja sih yang dipelajari?
1. Definisi dan jenis pemotongan dan pemungutan
2. Pemotongan PPh pasal 21
3. Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 21
4. Perhitungan PPh pasal 21 pegawai tetap
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT (Tunjangan
Hari Tua), JHT (Jaminan Hari Tua), termasuk ahli warisnya
c. Bukan pegawai : tenaga ahli, seniman/pekerja seni, pembawa acara, olahragawan,
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator, pengarang,
peneliti, penerjemah dan lain-lain
d. Peserta kegiatan : peserta perlombaan; peserta rapat, konferensi, sidang,
pertemuan, kunjungan kerja; peserta/anggota kepanitiaan; peserta pendidikan,
pelatihan dan magang; dan peserta kegiatan lainnya
PTKP Karyawati
d. Premi Asuransi
Uraian Pemberi Kerja Karyawan (Orang Pribadi)
JKK, JKM, JPK Biaya Penghasilan (termasuk penghasilan
bruto/penambah penghasilan bruto)
yang dibayar perusahaan
JKK, JKM, JPK - Bukan pengurang
yang dibayar karyawan
Iuran JHT / Pensiun/THT Biaya Bukan menambah penghasilan bruto
yang dibayar perusahaan
Iuran JHT / Pensiun/THT - Biaya (pengurang penghasilan bruto)
Yang dibayar karyawan
2. Perhitungan-Perhitungan
a. PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur
Penghasilan Bruto
DIKURANGI dengan:
1. Biaya jabatan, 5%
dari Penghasilan Bruto
Biaya Pensiun, 5% dari
maks.
PEGAWAI Penghasilan Bruto
Rp6.000.000/tahun PENERIMA
maks.
TETAP atau Rp500.000/bulan PENSIUN
Rp2.400.000/tahun
2. Iuran Pensiun, atau Rp200.000/bulan
THT/JHT yang dibayar
sendiri
DIKURANGI PTKP
Contoh Soal 1a :
Lika Hapsari adalah karyawati bekerja pada PT Sinar Unggul dengan status
menikah dan mempunyai dua anak kandung dan satu anak angkat. Suami Lika tidak
mempunyai penghasilan apapun. Lika menerima gaji Rp5.000.000,00 sebulan. PT
Sinar Unggul mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayar iuran pensiun kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp60.000,00 sebulan. Lika juga membayar iuran
pensiun sebesar Rp200.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan
iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar Rp150.000,00,
sedangkan Lika membayar iuran JHT setiap bulan sebesar Rp100.000,00.
Pada bulan Januari-Juni 2016 disamping menerima pembayaran gaji Lika juga
menerima uang lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000,00. Penghitungan PPh
Pasal 21 bulan Januari 2016 adalah sebagai berikut:
Gaji Rp 5.000.000,00
Lembur (overtime) Rp 2.000.000,00
Penghasilan bruto Rp 7.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% Ph bruto) Rp 350.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 200.000,00
3. Iuran JHT Rp 100.000,00
Rp 650.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 6.350.000,00
Penghasilan neto setahun (x12) Rp 76.200.000,00
PTKP setahun (K/3)
Suami tidak
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00 berpenghasilan
Contoh Soal 2a :
Ziyad pada Januari 2016 bekerja sebagai
Apabila tidak
pegawai tetap pada perusahaan PT Rejo Indonusa
dengan memperoleh gaji yang dibayar harian didasarkan pada masa
sebesar Rp250.000,00. Ziyad kawin dan gaji sebulan, maka:
mempunyai seorang anak. PT Rejo Indonusa
mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Gaji untuk seminggu
Perusahaan membayar iuran pensiun kepada dana dikalikan 4 atau Gaji
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh harian dikalikan 26
Menteri Keuangan, sebesar Rp60.000,00 sebulan.
Ziyad juga membayar iuran pensiun sebesar
Rp35.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari
Tua (JHT) karyawannya 3,70% dari gaji setiap bulan, sedangkan Ziyad membayar
iuran JHT sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM)
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar
1,00% dan 0,30% dari gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Penghasilan sebulan (26 X Rp 250.000,00) Rp 6.500.000,00
Premi JKK (1% Gaji) Rp 65.000,00
Premi JKM (0,3% Gaji) Rp 19.500,00
Penghasilan bruto Rp 6.584.500,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% Ph bruto) Rp 329.225,00
2. Iuran Pensiun Rp 35.000,00
3. Iuran JHT (2% Gaji) Rp 130.000,00
(Rp 494.225,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 6.090.275,00
Penghasilan neto setahun (X12) Rp 73.083.300,00
PTKP setahun(K/1)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- Tanggungan satu orang Rp 4.500.000,00
- Status Kawin Rp 4.500.000,00
Rp 63.000.000,00
PKP Setahun Rp 10.083.300,00
Langkah 1 Langkah 3
PPh pasal 21 yang Selisih langkah 1 dan
sudah dipotong 2 adalah PPh pasal
(tidak ada rapel) 21 atas Uang Rapel
Langkah 2
PPh pasal 21 yang
seharusnya (ada
uang rapel)
Contoh Soal 1b :
Lika Hapsari sebagaimana tersebut dalam contoh nomor 1a pada bulan Juni
2016 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp6.000.000,00 sebulan dan berlaku surut
sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut
maka Lika menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00 (selisih gaji yang seharusnya
diterima untuk masa Januari s.d. Mei 2016). Dengan demikian penghitungan PPh
Pasal 21 atas uang rapel adalah sebagai berikut:
PPh Pasal 21 yang Seharusnya
Gaji Rp 6.000.000,00
Lembur (overtime) Rp 2.000.000,00
Penghasilan bruto Rp 8.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% Ph bruto) Rp 400.000,00
Langkah 1 Langkah 3
PPh pasal 21 Selisih langkah 1 dan 2
adalah PPh pasal 21
penghasilan teratur penghasilan tidak teratur
dalam setahun (bonus)
Langkah 2
PPh pasal 21
penghasilan teratur +
tidak teratur (bonus)
dalam setahun
Contoh Soal 1c :
Arni adalah seorang karyawati yang bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan
memperoleh gaji sebesar Rp11.000.000,00 sebulan. Arni menikah dengan Ardi
yang juga bekerja pada perusahaan tersebut dan mereka dikaruniai dua anak
kembar. Pada bulan Maret 2016 Arni memperoleh bonus sebesar
Rp12.000.000,00, sehingga pada bulan Maret 2016 Arni memperoleh penghasilan
berupa gaji sebesar Rp11.000.000,00 dan bonus sebesar Rp8.000.000,00. Setiap
bulannya Arni membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp80.000,00. Cara menghitung PPh Pasal
21 atas bonus adalah:
PPh Pasal 21 atas Gaji setahun
Penghasilan setahun (X 12) Rp132.000.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp132.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (maksimal) setahun Rp 6.000.000,00
2. Iuran Pensiun setahun (X 12) Rp 960.000,00
Rp 6.960.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 125.040.000,00
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
PKP Setahun PTKP Karyawati yang Rp 71.040.000,00
suami berpenghasilan
PPh Pasal 21 terutang
5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp 21.040.000,00 Rp 3.156.000,00
Rp 5.656.000,00
d. PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai yang Berhenti Bekerja atau Mulai
Bekerja dalam Tahun Berjalan
Masa perolehan penghasilan kurang dari 12 bulan
1) Disetahunkan
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang meninggal dunia atau
meninggalkan indonesia selamanya;
Orang asing yang mulai bekerja di Indonesia pada tahun berjalan
untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan;
Karyawan yang pindah cabang
2) Tidak Disetahunkan
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang mulai bekerja pada
tahun berjalan;
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang pindah kerja ke
pemberi kerja yang lain
anak yang lahir pada tanggal 20 September 2016. Gaji sebulan adalah sebesar Rp
15.500.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp 150.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan September 2016 dalam hal Fakhri hanya
memperoleh penghasilan berupa gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.500.000,00
Penghasilan bruto Rp 15.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (maksimal) sebulan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 150.000,00
(Rp 650.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 14.850.000,00
Penghasilan neto setahun (4 bulan saja) (X 4) Rp 59.400.000,00
PTKP setahun(K/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- Status menikah Rp 4.500.000,00
(Rp 58.500.000,00)
PKP Setahun Anak Fakhri dihitung Rp 900.000,00
PTKP pada 2017
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri (Rp 54.000.000,00)
PKP Setahun Rp 18.900.000,00
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp596.250,00 dikembalikan oleh PT
Mahakam Utama kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti
pemotongan PPh Pasal 21.
Contoh Soal 3d :
Rasyad (K/3) mulai bekerja Mei 2014 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni 2016 dan
meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak subjektif).
Selama tahun 2016 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00 dan pada
bulan April 2016 menerima bonus sebesar Rp20.0000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.000.000,00
Penghasilan bruto Rp 15.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan (maksimal) per bulan Rp 500.000,00
Penghasilan neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00
Penghasilan neto setahun adalah (X 12) Rp 174.000.000,00
PTKP setahun (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- Menikah Rp 4.500.000,00
- Tanggungan 3 orang Rp13.500.000,00
(Rp 72.000.000,00)
PKP Setahun Rp 102.000.000,00
Catatan :
Cara penghitungan tersebut berlaku juga bagi pegawai yang kehilangan kewajiban
subjektifnya pada tahun berjalan karena meninggal dunia.
PERTEMUAN-4
1. Menentukan jumlah upah harian atau rata-rata upah yang diterima dalam sehari
a. Untuk upah mingguan, dibagi dengan jumlah hari bekerja dalam seminggu
b. Untuk upah satuan, dikalikan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam sehari
c. Untuk upah borongan, dibagi dengan jumlah hari dalam menyelesaikan perkerjaan
borongan
CARCEP-Cara Cepat
1. Tukimin (belum menikah), pada bulan Maret 2016 bekerja sebagai buruh harian di PT
Maju Mundur. Ia bekerja selama 20 hari dengan upah harian sebesar Rp450.000.
Hitunglah PPh Pasal 21 atas penghasilan Tukimin!
Pembahasan:
2. Alifah (belum menikah), pada bulan Maret 2016 bekerja sebagai buruh harian PT Kerja
Nyata. Ia bekerja selama 20 hari dengan upah harian sebesar Rp500.000 Hitunglah PPh
Pasal 21 atas penghasilan Alifah!
Pembahasan:
3. Sela Purnama (menikah dan memiliki 1 orang anak), bekerja di Sultan Taylor sebagai
penjahit. Untuk satu baju yang dihasilkannya, Sela Purnama memperoleh upah sebesar
Rp75.000, dan upah tersebut dibayarkan 2 minggu sekali (1 minggu=6 hari kerja). Pada
bulan April 2018, Sela Purnama berhasil memproduksi 10 baju per hari. Hitunglah PPh 21
atas penghasilan Sela Purnama!
Pembahasan:
Pembahasan:
5. Joko bekerja pada perusahaan alat olahraga dngan upah harian sebesar Rp400.000.
Perusahaan membayar upah Joko secara bulanan. Pada bulan Maret 2016, Joko bekerja
selama 22 hari. Joko menikah, memiliki satu orang anak, tinggal bersama ibu dan adiknya
yang tidak punya penghasilan. Hitunglah PPh 21 atas penghasilan Joko!
Pembahasan:
PPh terutang
5% x Rp38.100.000 Rp 1.905.000
PPh terutang setahun Rp 1.905.000
PPh terutang sebulan Rp 158.750
1. dr. Wardiman, Sp.M merupakan dokter yang melakukan praktik di RS Muara Kasih
Bunda, dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan
dipotong 20% oleh pihak RS sebagai bagian penghasilan RS, dan sisanya sebesar 80%
dari jasa dokter akan dibayarkan kepada dr. Wardiman setiap akhir bulan. Selain praktik
di RS, dr. Wardiman juga membuka praktik di rumah pribadinya. Jasa dokter yang
dibayarkan pasien kepada RS Muara Kasih Bunda selama tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
Bulan Jasa Dokter yang dibayar
pasien (Rupiah)
Januari Rp47.000.000
Februari Rp49.000.000
Maret Rp54.000.000
April Rp55.000.000
Mei Rp59.000.000
Juni Rp45.000.000
Juli Rp55.000.000
Agustus Rp56.500.000
Sepetember Rp58.000.000
Oktober Rp50.000.000
November Rp48.500.000
Desember Rp49.500.000
Jumlah Rp626.500.000
Hitunglah PPh pasal 21 yang dipotong RS Muara Kasih Bunda Tahun 2017!
Pembahasan:
Jasa Dokter
DPP PPh
yang dibayar DPP PPh 21 Tarif Pasal PPh 21
Bulan kumulatif
pasien (Rupiah) 17 (Rupiah)
(Rupiah)
(Rupiah)
Januari Rp47.000.000 Rp23.500.000 Rp23.500.000 5% Rp1.175.000
Februari Rp49.000.000 Rp24.500.000 Rp48.000.000 5% Rp1.225.000
Maret Rp54.000.000 Rp2.000.000 Rp50.000.000 5% Rp100.000
Rp25.000.000 Rp75.000.000 15% Rp3.750.000
April Rp55.000.000 Rp27.500.000 Rp102.500.000 15% Rp4.125.000
Mei Rp49.000.000 Rp24.500.000 Rp127.000.000 15% Rp3.675.000
Juni Rp45.000.000 Rp22.500.000 Rp149.500.000 15% Rp3.375.000
Juli Rp55.000.000 Rp27.500.000 Rp177.000.000 15% Rp4.125.000
Agustus Rp56.500.000 Rp28.250.000 Rp205.250.000 15% Rp4.237.500
Sepetember Rp58.000.000 Rp29.000.000 Rp234.250.000 15% Rp4.350.000
Oktober Rp50.000.000 Rp15.750.000 Rp250.000.000 15% Rp2.362.500
Rp9.250.000 Rp259.250.000 25% Rp2.312.500
November Rp48.500.000 Rp24.250.000 Rp283.500.000 25% Rp6.062.500
Desember Rp49.500.000 Rp24.750.000 Rp308.250.000 25% Rp6.187.500
Total Rp616.500.000 Rp308.250.000 Rp47.062.500
Maret Rp46.000.000
April Rp60.000.000
Mei Rp65.000.000
Juni Rp49.000.000
Juli Rp52.000.000
Agustus Rp30.000.000
Sepetember Rp43.000.000
Oktober Rp51.000.000
November Rp60.000.000
Desember Rp70.000.000
Jumlah Rp631.000.000
Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT Asuransi Jiwa Kita setiap bulan atas
penghasilan Diana, dan buatlah bukti potongnya!
Pembahasan:
3. Setyo Budi Purnomo alias Yoyok, menikah dan memiliki 1 orang anak, adalah seorang
tukang servis AC. Pada bulan Agustus 2018, Yoyok memberikan jasa service AC sebagai
berikut:
a. Kepada PT Cinta Mati dengan imbalan sebesar Rp500.000.
Pembahasan:
a. Perhitungan PPh 21 yang dipotong PT Cinta Mati
4. Dalam rangka perayaan ulang tahun perusahaan, PT Selamat Sentosa mengundang Caca,
seorang penyanyi. Caca, belum memiliki NPWP dan mendapat imbalan sebesar
Rp150.000.000. Hitunglah PPh 21 Terutang non NPWP Caca!
Pembahasan:
1. Penghasilan atas beban APBN/APBD yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI/Polri, dan pensiunannya
a. Objek PPh Pasal 21 yang bersifat final:
Honorarium/imbalan lain (tidak termasuk biaya perjalanan dinas) selainGaji dan
Tunjangan yg bersifat teratur, termasuk gaji dantunjangan ke-13
b. Tarif PPh Pasal 21 yang bersifat final
Contoh Soal:
Pembahasan:
2. Penerima Uang Pesagon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan
Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja
termasuk Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja
atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang
dibayarkan kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana
Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai
usia pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak
dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
Catatan:
Tarif PPh 21 Final tersebut diterapkan atas jumlah kumulatif
UangPesangon yang dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) tahun kalender
Apabila tidak berNPWP pemotongan PPh 21 Final menggunakan tarif
diatas dengan 20% lebih besar
Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara
sekaliguskepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai
dianggap telahmenerima hak atas Uang Pesangon
Contoh soal:
Fauzi adalah pegawai tetap di PT Maju Mundur sejak tahun 2016. Fauzi terkena PHK
dan menerima pembayaran uang pesangon sebesar Rp650.000.000 pada bulan
September 2018. Besarnya PPh 21 Final Fauzi adalah….
Pembahasan:
b. Tarif pajak atas uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua (THT), dan Jaminan
Hari Tua (JHT)
Penghasilan Bruto Tarif
Di atas Rp50.000.000 5%
Catatan:
3. Hadiah Undian
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 11/PJ/2015 Tentang
Pengenaan Pajak Penghasilan Atas Hadiah dan Penghargaan,atas hadiah undian
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah penghasilan bruto dan bersifat final oleh penyelenggara undian. Namun, atas
Contoh Soal:
Pembahasan:
Orang bijak taat pajak, orang pintar belajar pajak, orang jahat korupsi
pajak, orang gila tak diajak
-sekian
PERTEMUAN-5
PPh PASAL 22
Pengertian PPh Jangka Waktu
Pasal 22 Penyetoran dan
pelaporan
PPh Pasal
22
pembayaran langsung
(LS)
5. Badan Usaha Rekanan 1,5% x Harga Pembayaran atas
tertentu yang terkait Pembelian, tidak pembelian barang
dengan kepemilikan termasuk PPN dan/atau bahan untuk
negara keperluan kegiatan
usahanya
6. Badan usaha yang Distributor di Kertas = 0,1% x Penjualan hasil
bergerak dalam dalam negeri DPP PPN (Tidak produksi kepada
industri semen, Final) distributor dalam
industri kertas, Semen = 0.25% x negeri
industri baja hulu DPP PPN (Tidak
yang terintegrasi Final)
dengan industri Baja = 0.3% x
antara dan indsutri DPP PPN (Tidak
hilir, industri Final)
otomotif, dan Otomotif =
industri farmasi 0.45% x DPP PPN
(Tidak Final)
b. SPBU bukan
Pertamina dan
Non-SPBU
= 0,3% x
Penjualan tidak
termasuk PPN
9. Industri dan Pedagang 0,25% x Harga Pembelian bahan-
eksportir dalam pengumpul, Pembelian tidak bahan dari pedagang
sektor kehutanan, baik orang termasuk PPN pengumpul untuk
perkebunan, pribadi atau keperluan industrinya
pertanian, badan atau ekspornya
perternakan, dan termasuk
perikanan BUMN
10. Industri atau badan Badan atau 1,5% x Harga Pembeliaan
usaha yang orang pribadi pembelian tidak komoditas tambang
melakukan pemegang izin termasuk PPN batubara, mineral
pembelian usaha logam dan mineral
pertambangan bukan logam.
11. Badan usaha yang Pembeli 0,45% x harga jual Penjulan emas
memproduksi emas emas batangan batangan dalam
batangan termasuk dalam negeri negeri
badan usaha yang
memproduksi emas
batangan melalui
pihak ketiga
12. WP Badan tertentu Pembeli 5% x harga juaL Penjualan barang
tidak termasuk yang tergolong
PPN dan PPnBM mewah
Keterangan tambahan
Bagi WP yang tidak mempunyai NPWP, dikenakan tariff 100% lebih tinggi (untuk
pungutan yang sifatnya tidak final)
Sejak 1 Maret 2017, PPh yang dipungut dibulatkan dalam ribuan penuh ke bawah
CONTOH SOAL :
1) Pada tanggal 1 Juli 2016, Bendahara Pemerintah Kota Depok melakukan kontrak
dengan CV Tahoe untuk membeli meja kursi kantor seharga Rp500.000.000 ditambah
PPN sebesar Rp50.000.000
Instruksi:
a. Definisikan jenis PPh yang terutang dalam transaksi tersebut
b. Berapa besarnya PPh yang terutang
Analisis Kasus:
Pada transaksi di atas, CV Tahoe merupakan rekanan Pemkot Depok untuk
penyediaan meja kursi kantor. CV Tahoe akan mendapatkan penghasilan dari hasil
penjualan tersebut. CV Tahoe merupakan Wajib Pajak Dalam Negeri dan atas transaksi
tersebut tidak dikecualikan sebagai PPh dan tidak dikenakan PPh bersifat final. Karena
transaksi merupakan transaksi jual beli dengan Bendahara Pemerintah, maka transaksi
tersebut merupakan objek PPh Pasal 22.
PPh Pasal 22 yang terutang = 1,5 % x DPP
= 1,5% x Rp500.000.000,00
= Rp7.500.000,00 (ber-NPWP)
2) PT Vale adalah perusahaan eksportir bijih titanium (sesuai Lampiran IV PMK Nomor
34/PMK.010/2017). Perusahaan tersebut melakukan ekspor bijih titanium dengan nilai
ekspor sebesar Rp500.000.000
Jawab :
Tarif Pemungutan PPh Pasal 22 2.5% (dengan API) atau 7.5% (tanpa API)
Jawab
Analisis Kasus:
Transaksi Impor
Impor Perusahaan Angkutan Udara Nasional, yang dikecualikan dari pemungutan:
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan
suku cadangnya, serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat
udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
Jawab :
Nilai Impor = US$10,000 x Rp15,000= Rp150.000.000
PPh Pasal 22 = 2,5% x Rp150.000.000 =Rp2.500.000
5) Pada April 2017, sebuah bank BUMN melakukan transaksi berikut ini:
a. Membeli makanan siap saji dari sebuah restoran secara tunai untuk keperluan
rapat seharga Rp5.000.000;
b. Membeli bensin dari SPBU Pertamina untuk keperluan kendaraan dinas seharga
Rp15.000.000,00 dan membeli benda-benda pos Rp3.000.000 di kantor pos
c. Membeli secara tunai alat tulis kantor Rp30.000.000 (belum termasuk PPN)
Hitunglah PPh yang harus dipungut.
Jawab :
a. Nilai pembayaran di bawah Rp10.000.000 sehingga bukan merupakan
objek pemungutan.
b. Pembayaran dilakukan untuk pembelian bensin dan benda pos yang
merupakan objek yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22,
meskipun nilai pembayarannya di atas Rp10.000.000
c. Pembayaran merupakan obyek pemungutan PPh Pasal 22. PPh yang
dipungut adalah sebesar 1,5% x Rp30.000.000= Rp450.000
PPh Pasal 22 yang dipungut wajib disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2017
PPh Pasal 22 yang dipungut wajib dilaporkan paling lambat tanggal 20 Mei 2017
6) Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah
antara lain apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000 dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2
(empat ratus meter persegi), wajib memungut PPh Pasal 22 sebesar 5% dari harga jual
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
“Ilmu ibarat seperti air. Maka rendahkanlah hatimu dihadapan ilmu. Sebab, air hanya
mengalir ke tempat yang lebih rendah.”
Juman Rofarif
PERTEMUAN-6
PPH PASAL 23 DAN 26
Apa saja sih yang dipelajari?
1. Pengertian PPh pasal 23
2. Pemotongan PPh pasal 23
3. Objek dan tarif PPh pasal 23
4. Pengertian PPh pasal 26
5. Pemotongan PPh pasal 26
6. Objek dan tarif PPh pasal 26
A. PPh Pasal 23
1. Pengertian
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari bunga, dividen, royalty,
hadiah, sewa, dan penyerahan jasa selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
SPT Masa PPh Pasal 23/26 wajib dilaporkan oleh Pemotong PPh Pasal 23,
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir (dalam hal
terdapat pemotongan). PPh Pasal 23 yang dipotong disetorkan paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Pemotongan
a. WP Badan
1) Badan pemerintah
2) Subjek pajak badan dalam negeri
3) Penyelenggara kegiatan
4) Bentuk usaha tetap (BUT)
5) perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
b. WP Orang Pribadi (dengan SK penunjukan)
1) Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali
PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas
2) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
15% 2%
Contoh Transaksi 1 :
PT EFG pada tanggal 1 membayar royalty sehubungan dengan penggunaan
formula pembuatan sampo dari Light Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di
Netherlands sebesar Rp100.000.000,00 belum termasuk PPN.
Menimbulkan penghasilan
Penghasilan Jasa/Modal
X Dikecualikan dari objek
X Dikenakan PPh Final
X Penerima Penghasilan WP Badan / OP tertentu (DN)
BUKAN OBJEK PEMOTONGAN PPh 23
Contoh Transaksi 2:
PT EFG pada tanggal 2 membayar tagihan sewa mobil kepada PT Rental Jaya
sebesar Rp20.000.000,00 belum termasuk PPN.
Menimbulkan penghasilan
Penghasilan Jasa/Modal
X Dikecualikan dari objek
X Dikenakan PPh Final
Penerima Penghasilan WP Badan / OP tertentu (DN)
Contoh Transaksi 3:
PT EFG pada tanggal 3 membayar bunga pinjaman kepada PT HIJ sebesar
Rp20.000.000,00 sesuai perjanjian
Menimbulkan penghasilan
Penghasilan Jasa/Modal
X Dikecualikan dari objek
X Dikenakan PPh Final
Penerima Penghasilan WP Badan / OP tertentu (DN)
OBJEK PEMOTONGAN PPh 23
PPh 23 yang dipotong = 15% x Rp20.000.000,00 = Rp3.000.000,00
B. PPh Pasal 26
1. Pengertian
PPh yang dikenakan kepada Wajib Pajak Luar Negeri selain BUT, atas penghasilan
dari modal dan dari usaha jasa apapun yang diperolehnya dari sumber di Indonesia
tanpa melalui BUT.
2. Pemotongan
a. Pemotong Pajak
1) Badan Pemerintah
2) SPDN
3) Penyelenggara kegiatan
4) BUT
5) Perwakilan Perusahaan LN Lainnya
6) Orang Pribadi yg ditunjuk :
Yang melakukan pekerjaan bebas
Yang menyelenggarakan pembukuan
b. Sifat Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
1) Sifat Pemotongan : Final atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b dan c UU PPh, kecuali atas penghasilan yang diterima
WPLN yang berubah status menjadi WPDN/BUT
2) Penyetoran : Paling lama tgl 10 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi Disetor a.n. WP. WP yang dipotong memperoleh bukti
potong
3) Pelaporan : Paling lama tgl 20 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi
c. Tax Treaty
Tax Treaty adalah perjanjian antara dua negara mengenai pihak yang berhak
untuk mengenakan pajak pada suatu objek yang tercakup dalam perjanjian yang
berasal atau bersumber dari suatu negara dan yang diperoleh Wajib Pajak negara
lain (yang tercakup dalam perjanjian) supaya tidak terjadi pengenaan pajak
berganda.
Pasal 32A UU PPh:
Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara
lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
pajak.
PER - 61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda s.d.d. PER - 24/PJ/2010:
Pasal 2:
Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WPLN sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008.
Pasal 3:
(1) Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan pemotongan atau pemungutan
pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal :
a. Penerima penghasilan bukan Subjek Pajak dalam negeri Indonesia,
b. Persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam
P3B telah dipenuhi
c. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B oleh WPLN sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan tentang pencegahan penyalahgunaan P3B.
(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Contoh Soal 2:
PT XYZ adalah perusahaan tekstil di Surakarta. Perusahaan tersebut membayar
premi asuransi kepada Protection, Ltd. yang berada di Singapura sebesar
Rp360.000.000. Hitunglah berapa besarnya PPh yang terutang atas transaksi tersebut!
Catatatn: Tarif Tax Treaty Indonesia-Singapura adalah 15%, dan Indonesia memiliki
hak untuk memajaki.
PERTEMUAN-7
PPH PASAL 4 AYAT (2) DAN PPH PASAL 15
Contoh perhitungan:
Pembahasan:
Pada tanggal 1 Juli 2013, PT Mekar Sejahtera menerbitkan obligasi dengan kupon
(interest bearing debt securities) sebagai berikut:
• Bunga tetap (fixed rate) sebesar 18% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal
30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Bank Koes & Dian
merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran. PT Batavia Sentosa
pada saat penerbitan perdana membeli 20 lembar obligasi dengan harga di bawah
nilai nominal (at discount) yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar. Bagaimana
kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh pada saat jatuh tempo bunga tanggal
31 Desember 2013?
Pembahasan:
4. Hadiah Undian
Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian.
Nilai hadiah adalah nilai uang/nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan
dalam bentuk natura
Contoh soal:
PT.Kopi Susu adalah sebuah perusahaan kopi yang mengadakan program undian di
salah satu stasiun TV swasta dengan hadiah sebuah sepada motoh seharga
Rp20.000.000,- dengan ketentuan pajak atas hadiah undian tersebut ditanggung
oleh pemenang. Kebetulan yang keluar sebagai pemenang pada undian tersebut
adalah Lucinta Luna. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas
hadiah undian berupa rumah tersebut?
Pembahasan:
5. Jasa Konstruksi
a. Perencanaan Konstruksi, Mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan pembangunan fisik lain
b. Pelaksanaan Konstruksi, Mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk
bangunan atau bentuk fisik lain
c. Pengawasan Konstruksi, Pengawasan sejak awal sampai berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Contoh Soal:
PT Kembar Stan pada tahun 2017 ditunjuk oleh CV Kakiku selaku pemilik Rumah
Sakit Premier Jurangmangu untuk membangun gedung baru yang akan digunakan
sebagai unit kesehatan ibu dan anak dengan nilai kontrak sebesar
Rp25.000.000.000,00 tidak termasuk PPN. PT Kembar Stan menerima uang muka
kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada tanggal 5 Juli 2017 sebesar
Rp5.000.000.000,00.
Pembangunan rumah sakit tersebut harus diselesaikan oleh PT Kembar Stan paling
lama tanggal 31 Desember 2019 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV
Kakiku terkait pembayaran:
Pembahasan:
Tarif PPh Final yang digunakan adalah sebesar 3% karena terkait dengan
pelaksanaan kontruksi dengan kualifikasi besar. PPh Final yang dipotong atau
dipungut oleh CV Lukulo dilakukan per pembayaran
PT Merpati Arum Perkasa bergerak di bidang penjualan alat tulis kantor sejak tahun
2008. Peredaran bruto berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Badan Tahun 2012 sebesar Rp3.600.000.000,00. Penghasilan yang
diterima atau diperoleh PT Merpati Arum Perkasa hanya dari penjualan alat tulis
kantor. Total peredaran bruto atas penjualan alat tulis kantor pada bulan Oktober
2013 sebesar Rp500.000.000,00. Pada tanggal 1 Oktober 2013 PT Merpati Arum
Perkasa mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan alat tulis kantor kepada
bendahara Pemerintah Kota Wates sebesar Rp40.000.000,00. Pada tanggal 7
Oktober 2013, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat PT Merpati Arum Perkasa
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan telah menerbitkan
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 22 karena PT Merpati Arum
Perkasa telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER32/PJ/2013. Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?
Pembahasan:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Merpati Arum Perkasa dari penjualan
alat tulis kantor termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha dan
kriteria jumlah peredaran bruto yang diterima atau diperoleh pada tahun pajak
sebelumnya tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 maka PT Merpati Arum Perkasa
memenuhi kriteria yang diatur dalam berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013
10. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (PP No.34 Tahun 2016)
11. Penjualan Saham di Bursa Efek
12. Dividen yang diterima OP
Perusahaan pelayaran, Dibayar paling lambat pada tanggal 10, di bulan setelah
faktur dibuat.
Perusahaan pelayaran dalam negeri; dan pengiriman asing dan / atau perusahaan
penerbangan
Dibayar pemungut cukai paling lambat pada tanggal 10, di bulan setelah
faktur dibuat; atau
Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15, di bulan setelah
faktur dibuat.
Wajib pajak internasional (WPLN) yang memiliki kantor perdagangan perwakilan
di Indonesia, namun tidak memiliki perjanjian bilateral di bawah perjanjian pajak
Indonesia (P3B)
Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15, di bulan setelah
wajib pajak telah menerima pendapatan.
Pihak yang melakukan kemitraan dalam bentuk perjanjian bangun-guna-
serah/'build-operate-transfer' (BOT)
Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15, di bulan setelah
masa BOT berakhir.