Anda di halaman 1dari 6

ORGANISASI NON PROFIT (NON PROFIT ORGANIZATION)

Organisasi yang didirikan dengan aktivitas dan tujuan untuk memberikan jasa/layanan kepada
publik, dan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan

Contoh:

ORGANISASI KEMASYARAKATAN: (Panti Asuhan, Yayasan Dana Sosial, Serikat


Buruh, dll.)

ORGANISASI KESEHATAN: (Yayasan Jantung Indonesia, Palang Merah Indonesia,


Rumah Sakit, dll.)

ORGANISASI PROFESI: (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Persatuan

Artis Seluruh Indonesia, dll.)

ORGANISASI PENDIDIKAN: (Sekolah Dasar, Sekolah Menegah, Perguruan Tinggi,


dll.)

ORGANISASI POLITIK: (Partai Politik dan Organisasi Pendukungnya)

INSTANSI PEMERINTAH: (Lembaga, Departemen, Kantor Dinas, dll. pada Pemerintah


Pusat s.d. Pemerintah Daerah)

ORGANISASI-ORGANISASI SOSIAL PADA BIDANG LAINNYA

KARAKTERISTIK ORGANISASI NON PROFIT (BUKAN INSTANSI


PEMERINTAH):

1. Sumberdaya organisasi berasal dari para penyumbang (donatur) yang tidak mengharapkan
imbalan atau pembayaran kembali

2. Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan memupuk laba. Kalaupun menghasilkan laba,


laba tersebut tidak pernah dibagikan kepada pendiri atau pemilik organisasi

3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
organisasi non profit/nirlaba tidak dapat dijual, atau dialihkan dengan penebusan.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap keuangan organisasi Nirlaba. Para


STAKEHOLDER yang meliputi:

Penyumbang (donatur)

Pemberi pinjaman (kreditor)

Masyarakat (partisipan)
Manajemen (pengelola)

Peran para Stakeholder terhadap laporan keuangan organisasi non-profit:

a. Menilai jasa/layanan organisasi yang telah diberikan kepada masyarakat.

b. Menilai kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa/layanan di masa mendatang.

c. Menilai cara manajer dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

d. Menilai aspek-aspek kinerja manajer dalam mengelola organisasi.

Akuntansi Organisasi non profit

Informasi yang dapat diperoleh dalam laporan keuangan organisasi non profit:

Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih organisasi

Pengaruh peristiwa atau transaksi terhadap jumlah dan sifat aktiva bersih organisasi

Jenis dan jumlah sumberdaya organisasi yang masuk dan keluar dalam suatu periode
tertentu

cara organisasi memperoleh dan membelanjakan kas, cara memperoleh dan melunasi
pinjaman, dan faktor lain yang mempengaruhi likuiditasnya.

Usaha jasa organisasi

Laporan keuangan yang harus disusun organisasi non profit (berdasarkan PSAK
no.45):

1. Laporan posisi keuangan

2. Laporan aktivitas

3. Laporan arus kas

4. Catatan atas laporan keuangan

Pengklasifikasian Aktiva Bersih

Aktiva bersih organisasi nirlaba yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan harus
diklasifikasikan ke dalam:

a. Aktiva bersih tidak terikat

b. Aktiva bersih terikat temporer

c. Aktiva bersih terikat permanen


Pendapatan dari sumbangan

Pendapatan organisasi nirlaba yang berasal dari suumbangan (donasi) harus diklasifikasikan
ke dalam:

a. Sumbangan tidak terikat

b. Sumbangan terikat temporer

c. Sumbangan terikat permanen

Penyajian Laporan arus kas

Laporan arus kas organisasi nirlaba harus disajikan sesuai dengan PSAK No.2 tentang
Laporan Arus Kas

Arus kas organisasi nirlaba harus dikelompokkan dalam:

1. Arus kas dari aktivitas Operasi

2. Arus kas dari aktivitas Investasi

3. Arus kas dari aktivitas Pendanaan

Sektor Publik merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin
ilmu (ekonomi,politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-
beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dipahami sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan turbulence.
Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur, dan demografi.

Perbedaan Sifat dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan sektor swasta

Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta


Tujuan Organisasi Nonprofit motive Profit motive
Sumber Pendanaan Pajak, retribusi, utang, obligasi Pembiayaan Internal: Modal
pemerintah, laba BUMN/BUMD, sendiri, laba, penjualan
penjualan aset negara, dsb. aktivaPembiayaan Eksternal:
Utang bank, obligasi,
penerbitan saham
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada Pertanggungjawaban kepada
masyarakat (publik) dan parlemen pemegang saham dan kreditor
(DPR/DPRD)
Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan hierarkis Fleksibel: datar, piramid, lintas
fungsional, dsb.
Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Sistem Akuntansi Cash Accounting Accrual Accounting

Tuuan Akuntansi Sektor Publik:

1. Memberikan informasi yang berguna untuk pengendalian manajemen dan


pertanggungjawaban

2. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya

3. Memberikan informasi yang memungkinkan manajer untuk melaporkan pelaksanaan


tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya
yang menjadi wewenangnya

Transparasi & Akuntabilitas Perkembangan Akuntansi Sektor Publik


(Kepemerintahan)

Akuntabilitas (Accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship.


Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien
tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu pada
pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada pemberi tanggung jawab. Inti
Akuntabilitas adalah transparasi dan pemberian informasi kepada publik.

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Hak dasar publik:

a. Hak untuk mengetahui (right to know)

b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed)

c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to)

Ada 2 macam, yaitu:

1. Akuntabilitas vertikal: Ditujukan kepada otoritas yang lebih tinggi

2. Akuntabilitas Horizontal: Ditujukan kepada masyarakat luas

4 dimensi akuntabilitas dalam organisasi sektor publik:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum: Berkaitan penyalahgunaan wewenang


dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan

2. Akuntabilitas proses: Kecukupan SIA, SIM, dan prosedur administrasi


3. Akuntabilitas program: Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, berbagai alternatif
program yang telah dipertimbangkan

4. akuntabilitas kebijakan: Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah

Perkembangan Akuntansi sektor publik, ditandai dengan meningkatnya keinginan masyarakat


akan akuntabilitas dan transparansi kinerja terhadap pengelolaan sektor publik.

Lahirnya UU tentang keuangan Negara dan Daerah: UU No.17/2003, UU No.1/2004 dan UU


No.15/2004. Diikuti dengan terbitnya PP No. 24/2005 (terakhir PP No.71/2010) tentang
Standar Akuntansi Kepemerintahan dan seterusnya.

Telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap akuntansi kepemerintahan di Indonesia, dari
akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis kas meuju akrual (cash toward accrual),
dan terakhir akuntansi kepemerintahan berbasis akrual (proses transisi)

Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP):

Mengacu pada praktik-praktik terbaik internasional

Mengadaptasi International Public Sector Accounting Standard (IPSAS) yang diterbitkan


oleh International Federation of Accountant (IFAC)

Mengadaptasi berarti, pengembangan SAP berorientasi pada IPSAS, tetapi disesuaikan


dengan kondisi Indonesia (Peraturan perundangan, praktik-praktik keuangan)

Karakteristik pelaksanaan good governance menurut UNDP:

1. Participation

2. Rule Of Law

3. Transparancy

4. Responsiveness

5. Consensus Orientation

6. Equity

7. Efficiency and Effectiveness

8. Accontability

9. Strategic vision

Karakteristik Akuntansi Sektor Publik:

1. Public Accountability
2. Transparancy

3. Value For Money: Economy, Efficiency, Effectiveness + Equity & Equality

Kondisi di Indonesia:

Indikator efisiensi peradilan, masih jauh dari harapan

Indikator efisiensi birokrasi, juga masih jauh dari harapan

Tingkatnya tingkat korupsi yang bahkan telah merajalela dihampir seluruh lapisan
masyarakat

Implikasi otonomi daerah terhadap pengelolaan keuangan daerah:

a. Perubahan kewenangan daerah dalam pemanfaatan dana perimbangan keuangan

b. Perubahan prinsip pengelolaan anggaran

c. Perubahan prinsip penggunaan dana pinjaman dan deficit spending

d. Perubahan strategi pembiayaan

Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan (institusional


reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform). Reformasi
kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan didaerah baik struktur
maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor
publik, untuk mendukung terciptanya good governance, maka diperlukan serangkaian
reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem pengelolaan keuangan pemerintah
daerah, yaitu:

1. Reformasi Sistem Penganggaran (Budgeting Reform)

2. Reformasi Sistem Akuntansi (Accounting Reform)

3. Reformasi Sistem Pemeriksaan (Audit Reform)

4. Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah (Financial Management Reform)

Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat (public
money) dilakukan secara transparan dengan mendasarkan konsep value for money sehingga
tercipta akuntabilitas publik (public accontability).

Anda mungkin juga menyukai