Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasri sekarang ini, terutama di Indonesia, persaingan antara

perusahaan semakin ketat, baik dalam bidang industri, jasa maupun perdagangan.

Perusahaan diwajibkan untuk dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang

kondusif dan mampu menggerakkan roda pembangunan dan mempersiapkan diri

menuju kemandirian. Untuk mewujudkan itu semua, perusahaan benar-benar

harus mempersiapkan diri dan memperhatikan tingkat efektifitas dan efisiensi

perusahaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menentukan

sistem pemasaran yang tepat untuk produk yang dijual oleh perusahaan guna

meningkatkan jumlah penjualan.

Karena semakin ketatnya persaingan antar perusahaan untuk memasarkan

produknya, terdapat banyak cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

meningkatkan jumlah penjualannya baik berupa penjualan tunai, kredit, maupun

angsuran. Sekarang ini ada sistem penjualan baru disamping cara penjualan yang

dilakukan perusahaan secara tunai, kredit dan angsuran yaitu dikenal dengan

penjualan secara konsinyasi.

Penjualan konsinyasi dapat diartikan sebagai pengiriman atau penitipan barang

dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan dengan

1
memberikan keuntungan berupa komisi sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konsinyasi ?

2. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam konsinyasi ?

3. Bagaimana metode pencatatan konsinyasi ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mampu menjelaskan pengertian konsinyasi.

2. Mengetahui berbagai pihak yang terkait dalam konsinyasi.

3. Mengetahui metode pencatatan konsinyasi dari setiap pihak yang terlibat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penjualan Konsinyasi

“Konsinyasi” merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki
barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi (tertentu).

Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau


pengamanat. Sedang pihak yang menerima barang disebut consignee, factor,
commission merchant atau komisioner. Dari segi pengamanat transaksi barang
pengiriman kepada komisioner biasa disebut sebagai barang-barang konsinyasi.
Sedangkan bagi komisioner barang-barang yang diterimanya disebut barang-barang
komisi. Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan transaksi
konsinyasi. Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang berpindah kepada
pembeli pada saat penyerahan barang. Di dalam transaksi konsinyasi penyerahan
barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti adanya hak milik atas barang
yang bersangkutan.

Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang berpindah kepada pembeli
pada saat penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai
dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi
penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti adanya
penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Meskipun diakui bahwa dalam
transaksi konsinyasi itu telah terjadi perpindahan (penyerahan) terhadap pengelolaan
& penyimpanan barang kepada komisioner, namun demikian hak milik atas barang
yang bersangkutan tetap berada pada pengamanat. Hak milik atas barang itu akan
berpindah dari pengamanat apabila komisioner telah berhasil menjual barang tersebut
kepada pihak ketiga.

3
Terdapat 4 hal yang merupakan karakteristik dari transaksi konsinyasi, yang
sekaligus merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan,
yaitu:

1. Karena hak milik atas barang masih berada pada pengamanat, maka barang
konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.
2. Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan
tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik
bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual
kepada pihak ketiga.
3. Pihak pengamanat sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejaksaat
pengiriman sampai saat komisioner berhasil menjualnya pada pihak ketiga.
Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak yang
bersangkutan.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga
keamanan dan keselamatan barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu
administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil
menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.

2.2 Perjanjian Konsinyasi

Alasan-alasan bagi pengamanat untuk mengadakan perjanjian konsinyasi

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan,atau distributor, terutama apabila :
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk
tidak tertentu dan belum terkenal.
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak
menguntungkan
c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar
bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan.
2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindari oleh pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner.
Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.

4
3. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjualan khusus dalam perdagangan
barang-barangnya, terutama untuk ternak, hasil pertanian, dan lain-lain.
4. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh
pengamanat, demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan
dan stock barang-barang tersebut.

Alasan-alasan komnisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara lain:

1. Komisioner dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk memasarkan barang-


barng tersebut atau keharusan menjual dengan rugi.
2. Resiko rusaknya barang dan adanya fluktasi harga dapat dihindarkan.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang
konsinyasi yang di titipkan oleh pengamanat.

Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban berhubungan dengan perjanjian


konsinyasi

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan


secara tertulis yang menekankan hubungan kerja sama antar kedua pihak. Ketentuan
yang diatur dalam perjanjian itu biasanya meliputi : komisi penjualan, syarat-syarat
pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan piutang dan tanggungjawab atas
kerugian karena piutang tidak dapat ditagih, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
komisioner dalam rangka penerimaan, penyimpangan dan penjualan barang,
penyelesaian kepada pengamanat dan bentuk serta jangka waktu laporan-laporan
yang harus disajikan kepada pihak pengamanat. Selain ketentuan dalam perjanjian,
ada juga ketentuan umum yang diatur oleh undang-undang (hukum) yang berlaku
dalam dunia perdagangan, antara lain:

1. Tentang hak-hak komisioner

a. Komisioner berhak mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang


dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumnlah
yang diatur dalam perjanjian diantara dua pihak. Komisi dan biaya-biaya
yang mendapatkan penggantian biasanya dikurangkan langsung dari hasil
penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan pengamanat
dilaksanakan.
b. Dalam batasan-batasan tertentu biasanya kepada kuosioner diberikan hak
untuk memberikan jaminan terhadap kualitas barang yang dijualnya.

5
c. Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner berhak
memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan seperti yang
berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis, mskipun
pengamanat dapat mengadakan pembatasn-pembatasn yang harus
dinyatakan dalam perjanjian.

2. Tentang Kewajiban-kewajiban komisioner

a. Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari


pihak pengamanat.
b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-
barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam perjanjian. Komisioner harus menjual barang-barang tersebut
dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal pengaturan
terhadap hargajual tidak dinyatakan di dalam perjanjian, komisioner harus
berusaha menjual barang tersebut dengan harga sedemikian rupa sehingga
tidak merugikan kepentingan pengamanat. Demikian pula halnya terhadap
syarat-syarat pembayaran yang tidak diatur secara spesifik di dalam
perjanjian.
c. Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratip
terhadap barang-barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-
barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat. Pembukuan yang tertib
dan teratur harus diselenggarakan terhadap transaksi-transaksi penjualan
barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang mendapat
penggantian, persedian barang dan piutang dari penjualan barang-barang
konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di dalam rekening-rekening
pembukuan untuk menlindungi hak-hak pengamanat.
d. Membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang-
barang yang berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam
persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan
dalam perjanjian.
Di dalam laporan periodik yang biasa disebut “perhitungan penjualan”
harus disajikan informasi mengenai barang-barang yang diterima dari
pengamanat, barang-barang yang laku dijual dalam periode laporan ,

6
biaya-biaya yang bersangkutan dan menjadi tanggungjawab pengamanat,
jumlah yang terhutang dan jumlah pembayarannya kepada pengamanat.

Masalah Akuntansi Bagi Komisioner

Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komosioner tergantung kepada:

1) Apakah transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga pendapatan


dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah dari laba (rugi) dari
kegiatan penjualan reguler.
2) Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari
transaksi-transaksi penjualan reguler dari perusahaan komisioner,
sehingga tidak dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi) dari
penjualan reguler.

Apabila terdapat transaksi konsinyasi diselenggarakan pembukuan secara


terpisah, maka komisioner harus membentuk rekening “barang-barang komisi” untuk
setiap perjanjian konsinyasi yang diadakan.

Rekening ini didebit untuk semua biaya yang menjadi tanggungjawab


pengamanat, dan dikredit untuk seluruh hasil penjualan barang-barang konsinyasi.

Sebagai akibatnya, rekening barang komisi menunjukkan hak-hak dan


kewajiban-kewajiban di antara kedua pihak. Saldo kredit di dalam rekening barang
komisi berarti menunjukkan hutang komisioner kepada pengamanat. Sebaliknya
saldo debit dalam rekening ini berarti merupakan adana piutang dari komisioner
kepada masing-masing pengamanat.

Dalam transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi


penjualan reguler, maka terhadap penjualan barang titipan dibukukan dalam rekening
”hasil penjualan”. Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap
“pembelian atau harga pokok penjualan harus segera dilakukan setiap komisioner
berhasil menjual barang-barang konsinyasi tersebut. Pengakuan terhadap pembelian
atau harga pokok penjualan itu dilakukan dengan mendebit rekening-rekening yang
bersangkutan sebesar jumlah yang harus disetor kepada pengamanat untuk barang-
barang yang dijual tersebut, dengan rekening lawan kredit pada “hutang kepada
pengamanat” Biaya yang berhubungan dengan penjualan barang konsinyasi dan
menjadi tanggung jawab pengamanat, didebit dalam rekening “hutang kepada

7
pengamanat”. Dengan prosedur demikian, maka besarnya jumlah yang harus disetor
kepada pengamanat akan tercermin pada saldo kredit “hutang kepada pengamanat”.

Masalah Akuntansi Bagi Pengamanat

Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat tergantung pada:

Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyas itu diselenggarakan, dalam


hal ini terdapat dua alternatif sebagai berikut:

1) Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.


2) Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler.

Metode administrasi barang-barang dagangan, dalam hal ini juga terdapat dua
alternatif sebagai berikut:

1. Metode perpetual
2. Metode phisik
Contoh 1 :
Fa baru bertempat kedudukan di Semarang berusaha di bidang perdagangan
barabg-barang elektronik. Khusus untuk pesawat TV yang dijualnya Fa. Kerjasama
dalam bentuk perjanjian konsinyasi dengan PT. Jaya Elektronik Industrial dan
Trading Company di Jakarta.Beberapa ketentuan penting yang berhubungan dengan
perjanjian konsinyasi tersebut adalah sebagai berikut :
 Kepada Fa baru diberikan komisi 25% dari hasil penjualan
 Ongkos angkut lokal yang dikeluarkan oleh Fa. Baru,seluruhnya diganti
oleh pihak pengamanat
 Fa baru diberi kelonggaran untuk menentukan syarat-syarat pembayaran
kepada langgangannya, akan tetapi tanggungjawab pengumpulan piutang
sepenuhnya terletak pada Fa. Baru
 Harga jual yang ditetapkan adalah Rp. 100.000,00 untuk setiap buah
pesawat TV.

8
 Transaksi konsinyasi selama 1 bulan pertama dan prosedur pembukuan
pada masing-masing pada masing-masing cara yang dijelaskan di atas,
nampak sebagai berikut :
Pancatatan pada Buku-Buku Komisioner (Consigner) Fa. Baru
Semarang
Transksi-transaksi Transaksi penjualan Transaksi penjualan
konsinyasi dicatat terpisah konsinyasi (tidak) dicatat
terpisah

1 September 1980
(1) penerimaan barang
komisi dari PT. Jaya
berupa 100 buah (memorandum) (memorandum)
pesawat TV untuk
dijual dengan harga
@Rp. 100.000,00

1 September s/d 30
September 1980
(2) Dijual pesawat TV Piutang dagang (D) 10.000.000
a) Piutang
dengan harga @Rp. Barang-barang dagang (D)
100.000,00. Komisi komisi (K) 10.000.000
penjualan atas barang- 10.000.000 penjualan (K)
barang tersebut adalah 10.000.000
25%

b) Pembelian (D) 7.500.000


Hutang (PT. Jaya)
(K) 7.500.000

(3) Dibayar ongkos Barang-barang Hutang PT. Jaya 50.000


angkat lokal untuk 100 komisi (D) 50.000. Kas 50.000
buah TV sebesar Kas (K) 50.000.
Rp.50.000,00

(4) Penerimaan piutang Kas (D) 10.000.000 Kas (D)


dari langganan atas Piutang dagang 10.000.000
penjualan 100 buah TV (K) Piutang dagang
tersebut pada transaksi 10.000.000 (K)
(2) 10.000.000

9
30 September 1980 Barang barang
(5) Penghitungan komisi komisi(D) 2.500.000
atas penjualan 100 Pendapatan
-
buah TV komisi (K) 2.500.000
(25%xRp.10.000.000=
Rp. 2.500.000)

(6) Pengiriman Barang-barang Hutang PT. Jaya 7.450.000


penghitungan hasil komisi (D) 7.450.000. Kas
penjualan 100 buah TV Kas (K) 7.450.000
kepada PT. Jaya 7.450.000.
Jakarta dan sekaligus
pengiriman uangnya,
sebesar : Rp.
7.450.000,00

Pencatatan dalam bentuk memorandum biasanya diselenggaraka pada buku


memo tersendiri. Apabila dikehendaki memorandum tersebut dapat juga disusun
jurnalnya dengan bentuk “rekening antara” atau “rekening neutral ”.
Presedur pembukuan selanjutnyadalan hal ini transaksi-transaksi konsinyasi
tidak dicatat terpisah dari transaksi penjualan regular relatip tidak sulit dilaksanakan.
Pembukuan dari jurnal yang telah dibuat ke rekening-rekening buku besar
diselenggarakan sebagai mana biasa dalam transaksi penjualan regular. Karena
pembelian yang dicatat untuk barang-barang konsinyasi hanya jumlah yang terjual
dalam periode yang sama, dengan sendirinya tidak mempunyai pengaruh apapun di
dalam penentuan harga pokok penjualan dan persediaan akhirnya. Akan tetapi
sebagai akibat prosedur pembukuan yang diikutinya, pendapatan komisi yang berasal
dari transaksi konsinyasi tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam Laporan
perhitungan Rugi-labanya, melainkan akan tergabung di dalam Laba Kotor Penjualan.
Dalam hal ini pembukuan terhadap transaksi konsinyasi diselenggarakan
secara terpisah, maka semua transaksi yang terjadi diikthisarkan dalam satu rekening

10
“Barang Komisi”. Meskipun proses pembukuan terhadap transaksinya itu sendiri
akan nampak labih sederhana, namun demikian karena pada dasarnya rekening
“Barang-barang Komisi” merupakan rekening campuran maka diperlukan katelitian
dan kecermatan di dalam penyusunan laporan keuangan. Khususnya mengenai
ketepatan di dalam menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban keuangan
komisioner kepada pihak pengamanat atau sebaliknya.Persoalan demikian itu tidak
akan dijumpai apabila pada akhir periode tahun buku, transaksi-transaksi konsinyasi
telah selesai seluruhnya. Dalam keadaan seperti itu rekening “Barang-barang
Komisi” mempunyai saldo nihil, yang berarti tidak terdapat hutang kepada
pengamanat atau sebaliknya piutang kepada pengamanat. Rekening barang-barang
komisi pada buku-buku Fa. Baru dalam contoh no. 1 misalnya setelah transaksi ke 6
akan menunjukan saldo nihil seperti ternyata di bawah ini:
Barang-barang komisi - PT. Jaya

No. jumlah
Tgl Uraian D
Bukti K Sisa

Penjualan 100
pesawat TV - 10.000.000
-
(K)
10.000.000
Ongkos angkut -
lokal 9.950.000
50.000 -
- (K)
Komisi penjualan
2.500.000 -
- 7.450.000
Pengiriman kas (K)
7.450.000 -
-

Apabila pada akhir tahun buku terdapat rekening “Barang-barang Komisi”


yang bersaldo debit akan tetapi juga terdapat rekening yang bersaldo kredit, maka di
dalam neraca harus disajikan secara terpisah dan tidak boleh digabung. Saldo debit di
dalam rekaning Barang-barang Komisi kemungkinan berasal dari uang muka yang
diberikan oleh komisioner kepada pengamanat atau biaya – biaya yang telah lebih

11
dahulu dibayar komisioner dan oleh karenanya harus disajikan sebagai “Piutang
Kepada Pengamanat“ di dalam kelmpok Aktiva Lancar.
Sedang saldo kredit rekeing “Barang – barang Komisi“, biasanya timbul dari selisih
lebih antara hasil penjualan dibanding dengan jumlah uang muka yang diberikan oleh
komisioner, biaya – biaya yang telah dibayar dan komisi penjualan yang
diperhitungkan dan oleh sebab itu disajikan di dalam neraca sebagai Hutang kepada
Pengamanat. Berbagai contoh : pada akhir tahun buku 19A rekening buku besar
Barang – barang Konsinyasi; menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 100.000,00
dengan perincian sebagai berikut :
- Barang – barang komisi dari perusahaan X : Rp 50.000,00 (K)
- Barang – barang komisi dari perusahaan Y : Rp 25.000,00 (D)
- Barang – barang komisi dari perusahaan Z : Rp 75.000,00 (K)
Jumlah
: Rp 100.000,00 (K)
Sesuai dengan hak – hak dan kewajiban – kewajiban keuangannya, maka komisioner
harus menyajikan di dalam neraca pada akhir tahun buku 19A, atas saldo kredit
rekening “Barang – barang Komisi“ itu sebagai berikut :
“Hutang kepada X & Z“ sebesar Rp 125.000,00 dan “Piutang kepada Y” sebesar Rp
25.000,00
2.3 AKUNTANSI KONSINYASI

Contoh 2. :
Berdasar data pada contoh no. 1, maka dapat disusun ikhtisar jurnal transaksi
penjualan konsinyasi pada buku – buku PT Jaya Electronic Industrial and Trading
Company, Jakarta menurut keempat metode tersebut di atas sebagai berikut :
PENCATATAN PADA
BUKU – BUKU PENGAMANAT (PT JAYA, JAKARTA)
2.3.1.1 Transaksi Penjualan Konsinyasi dicatat secara terpisah
Metode Perpetual Metode Phisik

(1) Pengiriman 100 buah pesawat TV


kepada Fa. Baru Semarang, harga pokok

12
Rp 60.000,00 per buah.
Barang-barang konsinyasi Barang-barang konsinyasi
(Fa.Baru) Rp 6.000.000 (Fa. Baru) Rp 6.000.000
Persediaan Pengiriman barang-
produk jadi Rp barang konsinyasi Rp 6.000.000
6.000.000

(2) Dibayar ongkos angkut pengiriman


sebesar Rp 40.000,00.
Barang-barang konsinyasi Barang-barang konsinyasi
(Fa.Baru) Rp 40.000 (Fa. Baru) Rp 40.000
Kas Rp Kas Rp 40.000
40.000

(3) Diterima perhitungan penjualan atas 100


buah pesawat TV dari Fa. Baru.*

(a) Mencatat hasil penjualan


Piutang Dagang Piutang Dagang
(Fa. Baru) Rp 7.450.000 (Fa. Baru) Rp 7.450.000
Penjualan Konsinyasi Rp 7.450.000 Penjualan konsinyasi Rp 7.450.000

(b) Mencatat harga pokok penjualan


Harga pokok penjualan Harga pokok penjualan
Konsinyasi Rp 6.000.000 Konsinyasi Rp 6.000.000
Biaya penjualan – Biaya penjualan
Konsinyasi Rp 40.000 Konsinyasi Rp 40.000
Barang-barang Barang-barang
Konsinyasi Rp 6.040.000 Konsinyasi Rp 6.040.000

(4) Diterima uang sebesar :


Rp 7.450.000 dari Fa. Baru Semarang,
sebagai penyelesaian atas penjualan 100
buah pesawat TV.
Kas Rp 7.450.000 Kas Rp 7.450.000
Piutang Dagang Piutang Dagang
(Fa. Baru) Rp 7.450.000 (Fa. Baru) Rp
7.450.000

(5) Menutup / memindahkan kas saldo


rekening pengiriman barang – barang
konsinyasi ke rugi – laba.**
Pengiriman barang-barang
Konsinyasi Rp 6.000.000

13
Rugi-laba Rp 6.000.000

Lihat penjelasan pada pencatatan transaksi penjualan konsinyasi tidak


diselenggarakan secara terpisah.
** Di dalam laporan perhitungan rugi-laba,saldo rekening pengiriman barang-barang
konsinyasi dikurangkan dari jumlah barang yang tersedia untuk dijual didalam
menentukan besarnya Harga Pokok Penjualan Reguler. Jurnal demikian tetap dibuat
meskipun tidak ada barang yang terjual sampai dengan akhir tahun buku
bersangkutan.
PENCATATAN PADA BUKU-BUKU PENGAMANAT
(PT JAYAKARTA,JAKARTA)
2.3.1.2 Transaksi Penjualan Konsinyasi tidak dicatat secara terpisah

Metode Perpetual Metode Phisik

1) Pengiriman 10 buah pesawat TV kepada


Fa.Baru Semarang,harga pokok Rp
60.000.000 per buah.
Barang-barang Barang-barang
konsinyasi (Fa Baru) Rp Konsinyasi (Fa Baru) Rp 6.000.000
6.000.000 Pebgiriman barang-
Persediaan barang konsinyasi Rp
produk jadi Rp 6.000.000
6.000.000

2) Dibayar ongkos angkut pengiriman


sebesar Rp 40.000
Ongkos angkut Ongkos angkut penjualan Rp 40.000
penjualan Rp 40.000 Kas Rp
kas Rp 40.000 40.000

3) Diterima perhitungan penjualan atas


100 buah pesawat TV dari Fa Baru

a) Mencatat hasil penjualan *


Piutang dagang Piutang dagang
(Fa Baru) Rp 7.450.000 (Fa Baru) Rp 7.450.000
Hasil Hasil penjualan Rp

14
penjualan Rp 7.450.000
7.450.000

b) Mencatat harga pokok penjualan


HPP Rp
6.000.0000 __
Barang-barang
Konsinyasi
(Fa Baru)
Rp6.000.0000

c) Menghapuskan saldo rekening


pengiriman barang-barang konsinyasi,
pada akhir periode tahun buku untuk Pengiriman barang-
barang-barang yang telah terjual. ** Barang konsinyasi Rp
6.000.000
__ Barang-barang
Konsinyasi (Fa Baru) Rp
6.000.000

4) Diterima uang sebesar :


Rp 7.450.000 dari Fa Baru Semarang,
sebagai penyelesaian atas penjualan 100
buah pesawat TV.
Kas Rp 7.450.000 Kas Rp 7.450.000
Piutang dagang Piutang dagang
(Fa Baru) Rp (Fa Baru) Rp 7.450.000
7.450.000

Apabila dianggap perlu pencatatan hasil penjualan dapat dilakukan


berdasarkan hasil penjualan kotor. Akan tetapi harus diakui juga biaya-biaya yang
dibebankan oleh komisioner, sebagai berikut:

Pitang dagang (Fa Baru) Rp 7.450.000


Ongkos angkut local Rp 50.000
Komisi penjualan Rp 2.500.000
Hasil penjualan Rp 10.000.000

15
Dalam hal transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah pengakuan biaya-
biaya yang dibebankan oleh komisioner didebit pada rekening barang-barang
konsinyasi , sehingga jurnalnya menjadi :
Pitang dagang (Fa Baru) Rp 7.450.000
Barang-barang konsinyasi Rp 2.550.000
Barang-barang konsinyasi Rp 10.000.000
** Jurnal untuk menghapuskan saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi
dan rekening barang-barang konsinyasi tidak perlu dibuat pada metode phisik, apabila
pada saat pengiriman barang tidak dicatat dalam buku jurnal,akan tetapi dalam bentuk
memorandum saja.

Masalah akuntansi untuk perjanjian penjualan Konsinyasi yang belum selesai


Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampaui akhir
periode akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual
oleh komisioner maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang
bersangkutan dan terikat pada produk yang belum terjual (inventoriable cost). Biaya-
biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum terjual baik yang berasal dari
pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh komisioner harus
ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang
bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain ialah : biaya pengiriman,
biaya pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya – biaya demikian itu
harus dialokasikan kepada seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner.
Apabila dikehendaki tetap dipertahankannya keseragaman harga pokok produk,
beban biaya unit produk yang belum terjual dapat dicatat secara terpisah dalam
rekening. “Biaya-biaya penjualan konsinyasi yang Ditangguhkan pembebanannya”
(dalam hal trannsaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah).
Adanya penyesuaian terhadap inventoriable cost ini penting, dalam rangka
penentuan laba (rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik itu akan
mencerminkan pendapat- pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut :

16
Contoh :
Wijaya Furniture adalah prosedur meubel dan alat-alat rumah tangga yang
menjual produknya sebagian atas dasar perjanjian konsinyasi. Transaksi penjualan
konsinyasi dengan salah satu komisioner yang berlangsung dalam bulan Desember
1980, adalah sebagai berikut :
Awal desember 1980
1) Pengiriman 10 unit meja & kursi tamu model UK-150 kepada Toko Visiana
untuk dijual dengan harga sebesar Rp 600.000,00 per unit. Harga pokok
produksi per unit adalah Rp.200.000,00 sedang komisi penjualan ditetapkan
16,67% dari harga jual, dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh
komisioner menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh pihak pengamanat.
2) Dibayar ongkos angkut pengiriman dan biaya pengepakan masing-masing
sebesar Rp 275.000,00 untuk ongkos angkut dan Rp 50.000,00 untuk biaya
pengeapakan.

Akhir Desember 1980 :

3) Diterima Perhitungan Penjualan atas 3 unit meja & kursi tamu dari Toko
Visiana beserta sebuah cek sebagai penyelesainnya. ( Perincian dapat dilihat
pada contoh untuk perhitungan penjualan, hal.145).

2.3.2.1 Pencatatan pada buku- buku Pengamanat


( Wijaya Furniture)
Prosedur pembukuan pada waktu pengiriman barang-barang maupun
pembayaran ongkos angkut dan biaya pengepakan, pada prinsip nya diselenggarakan
sama seperti halnya pada contoh no.2 sesuai dengan metodenya masing-masing.akan
tetapi prosedur pembukuan selanjutnya dalam hubungannya dengan tujuan penutupan
buku pada akhir bulan Desember 1980, terlebih dahulu harus dialokasikan beberapa

17
macam biaya yang inventoriable terhadap 7 unit meja & kursi yang belum terjual
sebagai berikut :
Hrg pokok & Hrg pokok Hrga pokok
biaya penjualan penjualan & biaya prsdiaan & biaya
brg2 konsinyasi penjualan yg ditangguhkan
( 10 unit ) konsinyasi (3 unit) pembebanannya
( 7 unit)

1.Harga pokok produksi Rp 2.000.000,00 Rp 600.000,00 Rp 1.400.000,00

2. biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Wijaya
Furniture :
- ongkos Angkut Rp 275.000,00 Rp 82.500,00 Rp 192.500,00
- Biaya Pengepakan Rp 50.000,00 Rp 15.000,00 Rp 35.000,00

3. biaya-biaya yang
dikeluaran oleh komisioner :
- Ongkos Angkut lokal Rp 75.000,00 Rp 22.500,00 Rp 52.500,00
- Biaya Perakitan Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 -
- Komisi Penjualan Rp 300.000,00 Rp 300.000,00 -

Jumlah Rp 2.730.0000 Rp 1.050.000 Rp 1.680.000

(a) Transaksi penjualan Konsinyasi dicatat secara terpisah


Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat terpisah, maka berdasar
perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi yang dibuat oleh toko Visiana,
dicatat sebagai berikut :
Kas ……………………………………. Rp 1.395.000,00
Barang-barang Konsinyasi Toko Visiana
(ongkos angkut)…………………… ….. Rp 75.000,00
Komisi Penjualan…………………… ….Rp 300.000,00
Biaya Perakitan……………………….... Rp 30.000,00
Penjualan Konsinyasi……………………... Rp 1.800.000,00

18
Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti
dengan pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan
dengan barang-barang konsinyasi, atas dasar alokasi seperti tersebut diatas sebagai
berikut :
Harga pokok penjualan konsinyasi……. Rp 600.000,00
Biaya-biaya penjualan Konsinyasi……. Rp 120.000,00
Barang-barang Konsinyasi Toko Visiana ……….Rp 720.000,00

Dengan demikian apabila jurnal untuk mencatat hasil penjualan dan harga pokok
serta biaya-biaya penjualan barang-barang konsinyasi tersebut, dibukukan ke
rekening Barang-barang Konsinyasi akan Nampak sebagai berikut :

Barang – barang Konsinyasi – Toko Visiana

Tgl. Uraian D K Saldo

Des. 1 Harga pokok 10 unit


meja & kursi; model
Uk-150 2.000.000 2.000.000 (D)
Ongkos Angkut 275.000 2.275.000 (D)
Biaya Pengepakan 50.000 2.325.000 (D)

Des. 31 Biaya-biaya yang


dikeluarkan oleh
komisioner (ongkos
angkut lokal) 75.000 2.400.000 (D)
Harga pokok dan
biaya penjualan,
untuk 3 unit yang
terjual 720.000 1.680.000 (D)

Saldo debit rekening Barang-barang Konsinyasi sebesar Rp 1.680.000 adalah


merupakan harga pokok dan biaya-biaya yang melekat pada 7 unit meja &kursi yang
belum terjual sampai dengan akhur tahun buku 1980. Dalam hal ini perusahaan
menggunakan metode phisik, maka pada tanggal 31 Desember 1980 harus dibuat
jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening “pengiriman Barang-barang
konsinyasi ke Rugi-Laba”.

19
b) Transaksi penjualan Konsinyasi tidak dicatat secara terpisah
Apabila terhadap transaksi penjualan konsinyasi tidak diselenggarakn
pembukuan secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk transaksi ( penjualan)
konsinyasi dengan Toko Visiana akan Nampak sebagai berikut :

Metode Perpetual Metode Phisik


Pengiriman Barang :
Barang-barang Konsinyasi Barang-barang Konsinyasi
– Toko Visiana Rp 2.000.000 – Toko Visiana Rp 2.000.000
Persediaan Produk Pengiriman Barang-barang
jadi Rp Konsinyasi Rp
2.000.000 2000.000
Ongkos Angkut :
Ongkos Angkut Penjualan Rp 275.000 Ongkos Angkut Penjualan Rp 275.000
Kas Rp 275.000 Kas Rp 275.000
Biaya Pengepakan :
Biaya Pengepakan Rp 50.000 Biaya Pengepakan Rp 50.000
Kas Rp 50.000 Kas Rp 50.000
Penjualan dan Penerimaan Kas
Kas Rp 1.395.000 Kas Rp 1.395.000
Ongkos angkut penjualan Rp 75.000 Ongkos angkut penjualan Rp 75.000
Biaya Perakitan Rp 30.000 Biaya Perakitan Rp 30.000
Komisi Penjualan Rp 300.000 Komisi Penjualan Rp 300.000
Hasil penjualan Rp 1.800.000 Hasil penjualan Rp 1.800.000
Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan Rp 600.000 -

20
Barang-barang Konsinyasi Rp600.000
Menutup Rekening pengiriman barang-
barang konsinyasi yang telah terjual
- Pengiriman Barang-barang
konsinyasi Rp 600.000
Barang-barang Konsinyasi Rp
2.600.000

Penyesuaian dan Tutup Buku :


Biaya yang ditangguhkan Biaya yang ditangguhkan
pembebanannya Rp 280.000 pembebanannya Rp 280.000
Ongkos angkut Rp 245.000 Ongkos angkut Rp 245.000
Biaya pengepakan Rp 35.000 Biaya pengepakan Rp 35.000

2.3.2.2 Pencatatan pada buku-buku Komisioner (Toko Visiana )


Pencatatan pada buku-buku Toko Visiana sebagai Komisioner tidak banyak
mengalami kesulitan-kesulitan perhitungan apapaun. Bagi komisioner pencatatan
secara formal (di dalam Buku Jurnal dari rekening-rekening pembukuannya) terbatas
pada barang-barang yang telah berhasil dijual kepada pihak ketiga dan biaya-biaya
yang telah dikeluarkannya. Bagi komisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik
untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil
penjualannya. Penerimaan hasil penjualan setelah dikurangi dengan keseluruhan
biaya-biaya tersebut merupakan ojumlah yang terhutang baginya. Berdasar data pada
contoh no.3 tersebut maka pencatatan yang dilakukan oleh Toko Visiana akan tampak
sebagai berikut :

21
Transaksi - transaksi Apabila transaksi Apabila transaksi
konsinyasi dicatat secara konsinyasi tidak dicatat
terpisah secara terpisah
Desember 1980
1.Penerimaan 10 unit meja
&kursi dri PT Wijaya Memo Memo
Furniture Kas (D) 1.800.000 a.Kas (D) 1.800.000
2.penjualan tunai 3 unit Barang Komisi (K) Penjualan (K)
meja&kursi @600.000 1.800.000 1.800.000
komisi 16,67%
3.Dibayar ongkos angkut Barang – barang Hutang (PT Jaya) (D)
lokal untuk 10 unit Konsinyasi (D) 75.000 75.000
meja&kursi sebesar Rp Kas (K) Kas (K)
75.000 75.000 75.000

31 Desember 1980
a.Perhitungan komisi atas a.Barang-barang
hasil penjualan barang- komisi (D) 300.000
barang komisi sebesar Pendapatan
164% x 1.800.000 = Rp Komisi (K)
300.000 300.000
b.pengiriman perhitungan b.Barang-barang b.Hutang
dan sekaligus pengiriman Komisi (D) (PT Jaya) (D)
cek hasil penjualan 3 unit 1.395.000 1.395.000
meja & kursi dipotong Kas (D) Kas
ongkos- ongkos penjualan 1.395.000 1.395.000
dan komisi kepada
PT.Wijaya Furniture
sebesar Rp 1.395.000

22
Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekenig nominal ke
rekening Rugi – Laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke Laba yang ditahan
(Retained Earnings) dilakukan seperti biasa.

Barang-barang Konsinyasi Yang Dikembalikan


Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat
(consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga
pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan
aktivitas untuk menjual barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya
perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan untuk
periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasikan
sebagai bagian harga pokok-pokok barang yang dikembalikan atau tidak perlu
ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya dimasa yang
akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak sehingga
manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu
harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat
menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus
diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan.

Uang muka dari Komisioner


Perjanjian konsinyasi kemungkinan disertai dengan persyaratan akan adanya
uang muka yang harus dibayar oleh komisioner untuk barang-barang komisi (titipan)
yang diterimanya.
Apabila hal ini terjadi maka terhadap uang muka yang diterimanya itu harus dicatat
sebagai “uang muka komisioner”. Jumlah uang muka yang diterima oleh pengamanat
tidak boleh dikredit pada rekening barang-barang konsinyasi. Uang muka yang
diterima dari komisioner harus disajikan sebagai hutang di dalam neraca sampai
dengan perhitungan penyelesaian atas barang-barang yang telah laku dijual dibuat
oleh komisioner yang bersangkutan.

23
Penyajian laba (rugi) Penjualan Konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan
Rugi-Laba
Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam laporan perhitungan
Rugi-Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan, harga
pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang
sama untuk transaksi penjualan regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan
konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya, maka
data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang
bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan
reguler, seperti pada contoh berikut ini :
Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi di
dalam laporan perhitungan rugi-laba adalah melaporkan sebesar laba (rugi) penjualan
konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan.
Apabila cara ini ditempuh pada umumnya laba (rugi) penjualan konsinyasi
ditambahkan (dikurangkan) dari Laba kotor penjualan reguler sebagai berikut :

PT JAYA JAKARTA
Laporan perhitungan Rugi-Laba
untuk bulan September 1980

Penjualan Penjualan
Konsinyasi Reguler
Jumlah

Hasil Penjualan Rp 10.000.000 Rp 25.000.000 Rp


35.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 6.000.000 Rp 14.000.000 Rp
20.000.000

Laba Kotor Penjualan Rp 4.00.000 Rp 11.000.000 Rp


15.000.000

Biaya Usaha :

24
Biaya penjualan Rp 2.590.000 Rp 3.025.000
Rp 5.615.000
Biaya administrasi & umum - Rp 5.635.000
Rp 5.635.000

Jumlah Biaya usaha Rp 2.590.000 Rp 8.660.000


Rp 11.250.000

Laba Usaha Rp 1.410.000 Rp 2.340.000


Rp 3.750.000

PT Jaya Jakarta
Laporan Perhitungan Rugi-Laba
untuk bulan September 1980

Hasil Penjualan Rp 25.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp 14.000.000

Laba kotor penjualan Rp 11.000.000


Laba Penjualan Konsinyasi Rp 1.410.000

Rp 12.410.000
Biaya Usaha
Biaya penjualan Rp 3.025.000
Biaya administrasi & umum Rp 5.635.000
Jumlah biaya usaha Rp 8.660.000
Laba Usaha Rp 3.750.000

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan konsinyasi adalah :


 Penjualan konsinyasi terdiri dari pihak pengamanat(consignor) dan
komisioner (consignee)
 Pihak consignor dan consignee dapat melakukan akuntansi konsinyasi dengan
menggunakan metode terpisah dan metode tidak terpisah
 Terpisah artinya laba/rugi kegiatan konsinyasi dipisahkan dari laba/rugi
kegiatan penjualan reguler.
 Tidak terpisah artinya laba/rugi kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan dengan
laba/rugi kegiatan reguler.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini , pembaca dapat mengetahui
bagaimana penjualan konsinyasi. Dan penulis menyarankan sebaiknya perusahaan
menggunakan metode terpisah dalam melakukan pencatatan akuntansi konsinyasi
agar dapat diketahui secara spesifik berapa laba/rugi dari kegiatan konsinyasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Hadori Yunus ,1996 Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta :


BPFE UGM-Yogyakarta

Beams, F.A dan Amir Abadi Yusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di
Indonesia. Edisi kedua. Salemba Empat, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2002. Standar Akuntansi keuangan. Salemba

27

Anda mungkin juga menyukai