Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai situasi yang pihak pemegang
barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik sebenarnya (Wiley, 2007:179). Penjualan
konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan.
Aliminsyah dan Padji ( 2008 : 77 ) dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa :
“Consgnment (Konsinyasi) adalah barang -barang yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain
dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap
melekat pada pihak pengirim(Consignor). Penerimaan titipan barang tersebut (Consignee)
selanjutnya bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai dengan kesepakatan”.
Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
(consignor atau pengamanat) menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu (consignee,
factor, commission merchant atau komisioner) untuk dijualkan dengan memberikan komisi. Dari
segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut
sebagai “Barang- barang Konsinyasi” (Consignment Out). Sedangkan bagi komisioner untuk
barang-barang yang diterimanya itu disebut sebagai “Barang - barang Komisi” (Consignment In).
Dalam transaksi penjualan, “hak milik” atas barang berpindah kepada pembeli pada saat
penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap
timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada
komisioner tidak diikuti adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Meskipun
diakui bahwa dalam transaksi konsinyasi itu telah terjadi perpindahan (penyerahan) terhadap
pengelolaan dan penyimpanan barang kepada komisioner, namun demikian “hak milik” atas barang
tersebut tetap berada pada pengamanat. Hak milik atas barang itu akan berpindah dari pengamanat
apabia komisioner telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Karakteristik dari
transaksi konsinyasi, yang juga merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi
penjualan, yaitu:
1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat,maka barang-barang
konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak
boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.
3. Pihak pengamanat sebagai pemilik, tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya
yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat
komisioner menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara
kedua belah pihak yang bersangkutan.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib
harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut kapada pihak
ketiga.Dalam pembahasan penjualan konsinyasi ini, terdapat beberapa isitilah yang berkaitan
dengan penjualan konsinyasi yaitu :
a) Pengamanat (Consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan kepada pihak
lain untuk dijual.
b) Komisioner (Consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari pengamanat untuk
dijual.
d) Konsinyasi masuk (Consignment-In), yaitu rekening yang digunakan oleh komisioner untuk
mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang milik pengamanat
yang dititipkan kepadanya.
a. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan barang-barang tersebut
atau keharusan menjual dengan rugi.
c. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang- barang konsinyasi yang
diterima atau dititipkan oleh pengamanat.
a. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh
seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila:
Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan
belum terkenal.
Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan.
Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi pihak
dealer apabila ia harus membeli barang- barang yang bersangkutan.
b. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang- barang konsinyasi tidak ikut
disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner.
c. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist) dalam perdagangan barang-
barangnya.
d. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat. Demikian
pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.
a. Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk
menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua
pihak. Komisi dan biaya-biaya yang mendapatkan penggantian biasanya dikurangkan langsung dari
hasil penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan pengamanat dilaksanakan.
b. Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberkan hak untuk memberikan jaminan
(garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya.
c. Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner berhak memberikan syarat-
syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang
yang sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasan-pembatasan yang harus
dinyatakan dalam perjanjian.
a. Melindungi keamanan dam keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat.
b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian. Komisioner harus menjual barang-
barang tersebut dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal pengaturan harga jual
tidak dinyatakan di dalam perjanjian,komisioner harus berusaha menjual barang tersebut dengan
harga sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kepentingan pengamanat.Demikian pula halnya
terhadap syarat-syarat pembayaran yang tidak diatur secara spesifik di dalam perjanjiann.
c. Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratif terhadap barang-barang
milik pengamanat, sehingga identitas barang- barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.
Pembukuan yang tertib dan teratur harus diselenggarakkan terhadap transaksi-transaksi penjualan
barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang mendapat penggantian, persediaan
barang dan piutang dari penjualan barang-barang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di
dalam rekening-rekening pembukuan untuk melindungi hak-hak(kepentingan) pengamanat.
d. Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang
berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian
keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian. Di dalam laporan periodik yang biasa disebut
“Perhitungan Penjualan” harus disajikan informasi mengenai barang-barang yang diterima dari
pengamanat, barang-barang yang laku dijual dalam periode laporan, biaya-biaya yang bersangkutan
dan menjadi tanggung jawab pengamanat, jumlah yang terhutang dan jumlah pembayarannya
kepada pengamanat.
Masalah akuntansi bagi komisioner, pada umumnya sering dijumpai seperti penjelasan
berikut:
1. Transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan regular.Dalam transaksi konsinyasi
yang dicatat secara terpisah dengan penjualan regular, komisioner harus membentuk rekening
“Barang Komisi”. Rekening ini di debit untuk semua biaya yang menjadi tanggung jawab
pengamanat, dan di kredit untuk seluruh hasil penjualan barang-barang konsinyasi. Saldo kredit di
dalam rekening barang komisi berarti menunjukkan hutang komisioner kepada pengamanat.
Sebaliknya saldo debit dalam rekening ini berarti merupakan adanya piutang dari komisioner
kepada pihak pengamanat.
2. Transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dengan penjualan regular.Dalam transaksi yang
pencatatannya digabung dengan penjualan regular, penjualan barang titipan dibukukan dalam
rekening “Hasil Penjualan”.Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap “Pembelian
atau Harga Pokok Penjualan” harus segera dilakukan setiap komisioner berhasil menjual barang-
barang konsinyasi tersebut. Pengakuan terhadap pembelian atau harga pokok penjualan itu
dilakukan dengan mendebit rekening-rekening yang bersangkutan sebesar jumlah yang harus disetor
kepada pengamanat untuk barang-barang yang dijual tersebut, dengan rekening lawan kredit pada
“Hutang kepada Pengamanat”. Biaya –biaya yang berhubungan dengan aktivitas penjualan barang-
barang konsinyasi dan menjadi tanggung jawab pengamanat didebit dalam rekening “Hutang
kepada Pengamanat”. Dengan prosedur demikian, maka besarnya jumlah yang harus disetor kepada
pengamanat akan tercermin pada saldo kredit “Hutang kepada Pengamanat”.
Contoh :
Fa. Baru yang bertempat di Semarang berusaha di bidang perdagangan barang-barang elektronik.
Khusus untuk pesawat TV yang dijualnya, Fa. Baru mengadakan kerjasama dalam bentuk perjanjian
konsinyasi dengan PT. Jaya Elektronik Industrial and Trading Company di Jakarta. Beberapa
ketentuan penting yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut adalah sebagai berikut :
- Ongkos angkut lokal yang dikeluarkan oleh Fa. Baru, seluruhnya diganti oleh pihak pengamanat.
- Fa. Baru diberi kelonggaran untuk menentukan syarat-syarat pembayaran kepada langganannya,
akan tetapi tanggungjawab pengumpulan piutang sepenuhnya terletak pada Fa. Baru.
- Harga jual yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00 untuk setiap buah pesawat TV.
Buku besar rekening “barang komisi” Fa. Baru selama transaksi september 1980 barang
komisi PT.Jaya
Apabila pada akhir tahun buku terdapat rekening “Barang Komisi” yang bersaldo debit akan
tetapi juga terdapat rekening yang bersaldo kredit, maka didalam neraca harus disajikan secara
terpisah dan tidak boleh digabung.Saldo debit barang komisi disajikan sebagai “Piutang kepada
pengamanat” di dalam kelompok aktiva lancar. Sdangkan saldo kredit barang komisi disajikan di
dalam neraca sebagai “Hutang kepada pengamanat”
Contoh :
Pada akhir tahun buku 1990 rekening buku besar barang komisi menunjukkan saldo kredit sebesar
Rp 100.000 dengan perincian sebagai berikut :
Rp 100.000 (K)
Sesuai dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban keuangannya, maka komisioner harus menyajikan
di dalam neraca pada akhir tahun buku 1990, atas saldo kredit rekening “Barang Komisi” itu sebagai
berikut:
“Hutang kepada X dan Z” sebesar Rp 125.000 dan “Piutang kepada Y” sebesar Rp 25.000
Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamat tergantung pada:
1. Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi, dalam hal ini terdapat dua alternatif
sebagai berikut:
2. Metode administrasi barang-barang dagangan, dalam hal ini juga terdapat dua alternatif sebagai
berikut:
a. Metode perpetual
b. Metode phisik
Contoh :
Berdasarkan data pada Fa.Baru, maka dapat disusun ikhtisar jurnal transaksi penjualan konsinyasi
pada buku-buku PT. Jaya Electronic Industrian and Trading Company Jakarta menurut keempat
metode tersebut di atas sebagai berikut
Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampaui akhir periode
akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual konsioner maka
diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada produk
yang belum terjual(inventoriable cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum
terjual baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh
komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang
bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain ialah: biaya pengiriman, biaya
pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada
seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner. Apabila dikehendaki tetap dipertahankan
keseragaman harga pokok produk, beban biaya untuk unit produk yang belum terjual dapat dicatat
secara terpisah dalam rekening”Biaya-biaya penjualan konsinyasi yang ditangguhkan
pembebannya”(dalam hal transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secaraterpisah).
Adanya penyesuaian terhadap inventoriable cost ini penting, dalam rangka penentu laba
(rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik itu akan mencerminkan pendapatan-
pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang bersangkutan.Untuk lebih jelasnya diberikan contoh
sebagai berikut:
Contoh:
Wijaya furniture adalah produser meubel dan alat-alat rumah tangga yang menjual produknya
sebagian atas dasar perjanjian konsinyasi. Transaksi penjualan konsinyasi dengan salah satu
komisioner yang berlangsung dalam bulan Desember 1980, adalah sebagai berikut:
1) Pengiriman 10 unit meja & kursi tamu model UK-150 kepada TokoVisiana untuk dijual dengan
harga sebesar Rp. 600.000,00 per unit. Harga pokok produksi per unit adalah Rp. 200.000,00 sedang
komisi penjualan ditetapkan 16,67% dari harga jual, dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh
komisioner menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh pihak pengamanat.
2) Dibayar ongkos angkut pengiriman dan biaya pengepakan masing-masing sebesar Rp.275.000,00
untuk ongkos angkut, dan Rp. 50.000,00 untuk biaya pengepakan.
Akhir Desember 1980:
3) Diterima perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi tamu dari TokoVisiana beserta sebuah
cek sebagai penyelesaiannya.
TOKO VISIANA
Jl. Gunungsari 15
Medan
No : BK-25
PERHITUNGAN PENJUALAN
Penjualan untuk :
PT WIJAYA FURNITURE
Penjualan :
Biaya-biaya :
Rp 405.000
Penerimaan :
Prosedur pembukaan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos angkut
dan biaya pengepakan, pada prinsipnya diselenggarakan sama seperti halnya pada contoh no.2
sesuai dengan metodenya masing-masing, akan tetapi prosedur pembukaan selanjutnya dalam
hubungannya dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan Desember 1980; terlebih dahulu
harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap 7 unit meja & kursi yang belum
terjual sebagai berikut:
(2)Biaya-biaya
yang
dikeluarkan Rp.275.000,00 Rp. 82.500,00 Rp. 192. 500,00
olehWijaya Rp.50.000,00 Rp. 15.000,00 Rp. 35.000,00
furniture:
-Ongkos
Angkut
-Biaya
Pengepakan
(3)Biaya-biaya
yang
dikeluarkan Rp.75.000,00 Rp. 22.500,00 Rp.52.500,00
oleh Rp.30.000,00 Rp. 30.000,00 -
komisioner:
Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 -
-Ongkos
Angkut Lokal
-Biaya
Perakitan
-Komisi
Penjualan
Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar perhitungan penjualan
atas 3 unit meja & kursi yang dibuat oleh toko visiana, dicatat sebagai berikut:
Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti dengan
pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan barang-barang
konsinyasi, atas dasar alokasi seperti tersebut diatas sebagai berikut:
Dengan demikian apabila jurnal untuk mencatat hasil penjualan dan harag pokok serta biaya-biaya
penjualan barang-barang konsinyasi tersebut,dibukukan kerekening barang-barang konsinyasi akan
nampak sebagai berikut:
Saldo debit rekening Barang-barang konsinyasi sebesar Rp. 1.680.000,00 adalah merupakan
harga pokok dan biaya-biaya yang melekat pada 7 unit meja & kursi yang belum terjual sampai
dengan akhir tahun buku 1980.Dalam hal perusahaan menggunakan metode phisik, maka pada
tanggal 31 Desembar 1980 harus dibuat jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening “
Pengiriman Barang-barang konsinyasi ke Rugi-Laba” (lihat juga contoh no.2).
b) Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah Apabila terhadap transaksi penjualan
konsinyasi tidak diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk
transaksi(penjualan) konsinyasi dengan Toko Visiana akan nampak sebagai berikut:
Metode Perpetual Metode Phisik
Pengiriman Barang:
Ongkos angkut:
Harga pokok penjualan Rp.600.000,00
Menutup rekening pengiriman barang- barang
konsinyasi yang telah terjual
Pengiriman barang-barang konsinyasi Rp. 600.000,00
-
Barang-barang konsinyasi Rp. 600.000,00
Pencatatan pada buku-buku Toko Visiana sebagai komisioner tidak banyak mengalami kesulitan-
kesulitan perhitungan apapun. Bagikomisioner pencatatan secara formal (didalam buku jurnal dan
rekening-rekening pembukuannnya) terbatas pada barang-barang yang telah berhasildijual kepada pihak
ketiga dan biaya yang telah dikeluarkannya. Bagikomisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik untuk
barang yangtelah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan
hasil penjualan setelah dikurangi dengankeseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang
terhutang baginya. Berdasar data pada contoh no.3 tersebut maka pencatatan yangdilakukan oleh Toko
Visiana akan tampak sebagai berikut:
Desember 1980
Hutang(PT.Jaya)(K)1.500.000,00
Perjanjian konsinyasi kemungkina disertai dengan persyaratan akan adanyauang muka yang
harus dibayar oleh komisioner untuk barang-barang komisi(titipan) yang diterimanya.Apabila hal
ini terjadi maka terhadap uang muka yang diterimanya itu harus dicatat sebagai “Uang Muka dari
Komisioner”. Jumlah uang muka yang diterima oleh pengamanat tidak boleh dikredit pada rekening
barang-barangkonsinyasi. Uang muka yang diterima dari komisioner harus disajikan sebagaihutang
di dalam neraca sampai dengan perhitungan penyelesaian atas barang- barang yang telah laku dijual
dibuat oleh komisioner yang bersangkutan.
9. Penyajian Laba (Rugi) Penjualan Konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba
Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi –
Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan, harga pokok penjualan
dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan
regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting
dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya
penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan
regular.
Biaya Usaha :
Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi didalam Laporan
Perhitungan Rugi – Laba adalah meaporkan sebesar laba (rugi) penjualan konsinyasi tanpa
menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan. Apabila cara ini ditempuh pada
umumnya laba (rugi) penjualan konsinyasi ditambahkan (dikurangkan) dari Laba Kotor penjualan
regular sebagai berikut :
Rp 12.410.000
Biaya Usaha :
Di sini pencatatn konsinyasi tidak dipisahkan dari pembelian dan penjualan lainnya. Jika
jurnal pada saat barang konsinyasi dijualmengakui pembelian atau harga pokok barang yag dijual
dan kewajibankepada konsinyor, konsinyi tidak perlu menjurnal diakhir periode.Konsinyor
mencatat potongan hasil penjualan oleh konsinyi ke akun beban yang bersangkutan. Jika barang
konsinyi tidak semua terjual sampai akhir periode maka beban juga ditangguhkan pada barang
konsinyasi yang belum terjual. Kas di debet atas kiriman uang dari konsinyi atau piutang di debet
untuk jumlah yang tunai dari konsinyi,akun beban di debet untuk pembebanan oleh konsinyi atas
barang yangtelah terjual, barang dalam konsinyasi di debet untuk pembebanan konsinyi atas barang
yang belum terjual, dan penjualan di kredit untuk total penjualan konsinyasi.