Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian Penjualan Konsinyasi

Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai situasi yang pihak pemegang
barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik sebenarnya (Wiley, 2007:179). Penjualan
konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan.
Aliminsyah dan Padji ( 2008 : 77 ) dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa :

“Consgnment (Konsinyasi) adalah barang -barang yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain
dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap
melekat pada pihak pengirim(Consignor). Penerimaan titipan barang tersebut (Consignee)
selanjutnya bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai dengan kesepakatan”.

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
(consignor atau pengamanat) menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu (consignee,
factor, commission merchant atau komisioner) untuk dijualkan dengan memberikan komisi. Dari
segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut
sebagai “Barang- barang Konsinyasi” (Consignment Out). Sedangkan bagi komisioner untuk
barang-barang yang diterimanya itu disebut sebagai “Barang - barang Komisi” (Consignment In).
Dalam transaksi penjualan, “hak milik” atas barang berpindah kepada pembeli pada saat
penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap
timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada
komisioner tidak diikuti adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Meskipun
diakui bahwa dalam transaksi konsinyasi itu telah terjadi perpindahan (penyerahan) terhadap
pengelolaan dan penyimpanan barang kepada komisioner, namun demikian “hak milik” atas barang
tersebut tetap berada pada pengamanat. Hak milik atas barang itu akan berpindah dari pengamanat
apabia komisioner telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Karakteristik dari
transaksi konsinyasi, yang juga merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi
penjualan, yaitu:

1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat,maka barang-barang
konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak
boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.

2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak


boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat
maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat sebagai pemilik, tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya
yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat
komisioner menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara
kedua belah pihak yang bersangkutan.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib
harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut kapada pihak
ketiga.Dalam pembahasan penjualan konsinyasi ini, terdapat beberapa isitilah yang berkaitan
dengan penjualan konsinyasi yaitu :

a) Pengamanat (Consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan kepada pihak
lain untuk dijual.

b) Komisioner (Consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari pengamanat untuk
dijual.

c) Konsinyasi keluar (Consignment-Out), yaitu rekening yang digunakan oleh pengamanat


untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang yang dititipkan
kepada komisioner.

d) Konsinyasi masuk (Consignment-In), yaitu rekening yang digunakan oleh komisioner untuk
mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang milik pengamanat
yang dititipkan kepadanya.

2. Alasan-alasan bagi komisioner:

a. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan barang-barang tersebut
atau keharusan menjual dengan rugi.

b. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan.

c. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang- barang konsinyasi yang
diterima atau dititipkan oleh pengamanat.

2. Alasan-Alasan Bagi Pengamanat dan Komisioner dalam Perjanjian Konsinyasi

1. Alasan-alasan bagi pengamanat:

a. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh
seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila:

 Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan
belum terkenal.

 Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan.

 Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi pihak
dealer apabila ia harus membeli barang- barang yang bersangkutan.
b. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang- barang konsinyasi tidak ikut
disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner.

c. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist) dalam perdagangan barang-
barangnya.

d. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat. Demikian
pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.

3. Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban yang Berhubungan dengan Perjanjian Konsinyasi

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi biasanya meliputi: komisi penjualan,


syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan piutang dan tanggung jawab atas
kerugian karena piutang tidak dapat ditagih, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam
rangka penerimaan, penyimpangan dan penjualan barang, penyelesaian kepada pengamanat dan
bentuk serta jangka waktu (periode), laporan-laporan yang harus disajikan kepada pihak
pengamanat.Selain ketentuan-ketentuan yang diatur secara spesifik di dalam perjanjian,hubungan
kerjasama di dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur oleh
Undang-Undang (hukum) yang berlaku didalam dunia perdagangan, antara lain:

1. Tentang hak-hak komisioner

a. Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk
menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua
pihak. Komisi dan biaya-biaya yang mendapatkan penggantian biasanya dikurangkan langsung dari
hasil penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan pengamanat dilaksanakan.

b. Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberkan hak untuk memberikan jaminan
(garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya.

c. Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner berhak memberikan syarat-
syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang
yang sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasan-pembatasan yang harus
dinyatakan dalam perjanjian.

2. Tentang kewajiban-kewajiban komisioner

a. Melindungi keamanan dam keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat.

b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian. Komisioner harus menjual barang-
barang tersebut dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal pengaturan harga jual
tidak dinyatakan di dalam perjanjian,komisioner harus berusaha menjual barang tersebut dengan
harga sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kepentingan pengamanat.Demikian pula halnya
terhadap syarat-syarat pembayaran yang tidak diatur secara spesifik di dalam perjanjiann.

c. Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratif terhadap barang-barang
milik pengamanat, sehingga identitas barang- barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.
Pembukuan yang tertib dan teratur harus diselenggarakkan terhadap transaksi-transaksi penjualan
barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang mendapat penggantian, persediaan
barang dan piutang dari penjualan barang-barang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di
dalam rekening-rekening pembukuan untuk melindungi hak-hak(kepentingan) pengamanat.

d. Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang
berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian
keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian. Di dalam laporan periodik yang biasa disebut
“Perhitungan Penjualan” harus disajikan informasi mengenai barang-barang yang diterima dari
pengamanat, barang-barang yang laku dijual dalam periode laporan, biaya-biaya yang bersangkutan
dan menjadi tanggung jawab pengamanat, jumlah yang terhutang dan jumlah pembayarannya
kepada pengamanat.

4. Masalah Akuntansi bagi Komisioner

Masalah akuntansi bagi komisioner, pada umumnya sering dijumpai seperti penjelasan
berikut:

1. Transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan regular.Dalam transaksi konsinyasi
yang dicatat secara terpisah dengan penjualan regular, komisioner harus membentuk rekening
“Barang Komisi”. Rekening ini di debit untuk semua biaya yang menjadi tanggung jawab
pengamanat, dan di kredit untuk seluruh hasil penjualan barang-barang konsinyasi. Saldo kredit di
dalam rekening barang komisi berarti menunjukkan hutang komisioner kepada pengamanat.
Sebaliknya saldo debit dalam rekening ini berarti merupakan adanya piutang dari komisioner
kepada pihak pengamanat.

2. Transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dengan penjualan regular.Dalam transaksi yang
pencatatannya digabung dengan penjualan regular, penjualan barang titipan dibukukan dalam
rekening “Hasil Penjualan”.Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap “Pembelian
atau Harga Pokok Penjualan” harus segera dilakukan setiap komisioner berhasil menjual barang-
barang konsinyasi tersebut. Pengakuan terhadap pembelian atau harga pokok penjualan itu
dilakukan dengan mendebit rekening-rekening yang bersangkutan sebesar jumlah yang harus disetor
kepada pengamanat untuk barang-barang yang dijual tersebut, dengan rekening lawan kredit pada
“Hutang kepada Pengamanat”. Biaya –biaya yang berhubungan dengan aktivitas penjualan barang-
barang konsinyasi dan menjadi tanggung jawab pengamanat didebit dalam rekening “Hutang
kepada Pengamanat”. Dengan prosedur demikian, maka besarnya jumlah yang harus disetor kepada
pengamanat akan tercermin pada saldo kredit “Hutang kepada Pengamanat”.

Contoh :

Fa. Baru yang bertempat di Semarang berusaha di bidang perdagangan barang-barang elektronik.
Khusus untuk pesawat TV yang dijualnya, Fa. Baru mengadakan kerjasama dalam bentuk perjanjian
konsinyasi dengan PT. Jaya Elektronik Industrial and Trading Company di Jakarta. Beberapa
ketentuan penting yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut adalah sebagai berikut :

- Kepada Fa. Baru diberikan komisi 25% dari hasil penjualan.

- Ongkos angkut lokal yang dikeluarkan oleh Fa. Baru, seluruhnya diganti oleh pihak pengamanat.

- Fa. Baru diberi kelonggaran untuk menentukan syarat-syarat pembayaran kepada langganannya,
akan tetapi tanggungjawab pengumpulan piutang sepenuhnya terletak pada Fa. Baru.

- Harga jual yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00 untuk setiap buah pesawat TV.

Pencatatan pada Buku-Buku Komisioner Fa. Baru Semarang

Transaksi-transaksi Transaksi penjualan Transaksi penjualan konsinyasi


konsinyasi dicatat terpisah dicatat tidak terpisah
1 september 1980 ( memorandum) ( memorandum)
(1) penerimaan barang
komisi dan PT.Jaya,
berupa 100 buah
pesaawat TV untuk dijual
dengan harga @ Rp
100.000
1 sept s/d 30 sept 1980 Piutang dagang 10.000.000 Piutang dagang 10.000.000
(2) dijual 100 pesawat TV Barang Komisi 10.000.000 Penjualan 10.000.000
dengan harga @ Pembelian 7.500.000
Rp100.000, komisi Hutang PT.Jaya 7.500.000
penjualan atas barang
tersebut 25%

(3) Dibayar ongkos Barang Komisi 50.000 Hutang PT.Jaya 50.000


angkut lokal untuk 100 Kas 50.000 Kas 50.000
buah
TVsebesar Rp 50.000

(4) Penerimaan piutang Kas 10.000.000 Kas 10.000.000


dari langganan atas Piutang dagang 10.000.000 Piutang dagang 10.000.000
penjualan 100 buah TV
tersebut pada transaksi
(2)

30 September 1980 Barang Komisi 2.500.000 _


(5) Perhitungan komisi Pendptn Komisi 2.500.000
atas hasil penjualan
100 buah TV
(25%xRp10.000.000
= Rp 2.500.000)

(6) Pengiriman Barang Komisi 7.450.000 Hutang PT.Jaya 7.450.000


perhitungan hasil Kas 7.450.000 Kas 7.450.000
penjualan 100 buah TV
kepada PT. Jaya sekaligus
pengiriman uangnya
sebesar Rp7.450.000

Buku besar rekening “barang komisi” Fa. Baru selama transaksi september 1980 barang
komisi PT.Jaya

Tgl Uraian No. Jumlah


bukti
D K Sisa
2 Penjualan 100 buah - - 10.000.000 10.000.000(K)
TV
3 Ongkos angkut lokal - 50.000 - 9.950.000 (K)
5 Komisi penjualan - 2.500.000 - 7.450.000 (K)
6 Pengiriman kas - 7.450.000 - -

Apabila pada akhir tahun buku terdapat rekening “Barang Komisi” yang bersaldo debit akan
tetapi juga terdapat rekening yang bersaldo kredit, maka didalam neraca harus disajikan secara
terpisah dan tidak boleh digabung.Saldo debit barang komisi disajikan sebagai “Piutang kepada
pengamanat” di dalam kelompok aktiva lancar. Sdangkan saldo kredit barang komisi disajikan di
dalam neraca sebagai “Hutang kepada pengamanat”
Contoh :

Pada akhir tahun buku 1990 rekening buku besar barang komisi menunjukkan saldo kredit sebesar
Rp 100.000 dengan perincian sebagai berikut :

- Barang komisi dari Perusahaan X : Rp 50.000 (K)

- Barang komisi dari Perusahaan Y : Rp 25.000 (D)

- Barang komisi dari Perusahaan Z : Rp 75.000 (K)

Rp 100.000 (K)

Sesuai dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban keuangannya, maka komisioner harus menyajikan
di dalam neraca pada akhir tahun buku 1990, atas saldo kredit rekening “Barang Komisi” itu sebagai
berikut:

“Hutang kepada X dan Z” sebesar Rp 125.000 dan “Piutang kepada Y” sebesar Rp 25.000

5. Masalah Akuntansi bagi Pengamanat (Consignor)

Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamat tergantung pada:

1. Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi, dalam hal ini terdapat dua alternatif
sebagai berikut:

a. Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.

b. Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler

2. Metode administrasi barang-barang dagangan, dalam hal ini juga terdapat dua alternatif sebagai
berikut:

a. Metode perpetual

b. Metode phisik
Contoh :

Berdasarkan data pada Fa.Baru, maka dapat disusun ikhtisar jurnal transaksi penjualan konsinyasi
pada buku-buku PT. Jaya Electronic Industrian and Trading Company Jakarta menurut keempat
metode tersebut di atas sebagai berikut

Pencatatan pada buku pengamanat (PT Jaya)

Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah

Transaksi Metode perpetual Metode phisik


Pengiriman barang Barang konsinyasi  6.000.000 Barang konsinyasi  6.000.000
(1) pengiriman 100 buah tv Persd. Produk jadi 6.000.000 Pngrm.Barang konsinyasi 6.000.000
kepada Fa.baru semarang,
harga pokok @ Rp 60.000
Dibayar ongkos angkut Barang konsinyasi  40.000 Barang konsinyasi  40.000
(2) dibayar ongkos angkut Kas 40.000 Kas 40.000
sebesar Rp 40.000
Diterima perhitungan penju Piutang dagang  7.450.000 Piutang dagang  7.450.000
alan Penj.Konsinyasi 7.450.000 Penj.Konsinyasi 7.450.000
 –  mencatat hasil penjualan

 –  mencatat HPP HPP konsinyasi  6.000.000 HPP konsinyas  6.000.000


B. penj. Knsnyasi  40.000 B. penj. Knsnyasi  40.000
Barang konsinyasi 6.040.000 Barangkonsinyasi 6.040.000
Diterima uang dari Fa Baru Kas 7.450.000 Kas 7.450.000
Piutang dagang 7.450.000 Piutang dagang 7.450.000
Menutup ke R/L - Pngrm. Barang konsinyasi 6.000.000
Rugi-laba 6.000.000

Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara tidak terpisah

Transaksi Metode perpetual Metode phisik


Pengiriman 100 buah TV Barang konsinyasi  6.000.000 Barang konsinyasi   6.000.000
Persd. Produk jadi 6.000.000 Pngrm.Barangkonsinyasi 6.000.000
Dibayar ongkos angkut Ongkos angkut penj. 40.000 Ongkos angkut penj.  40.000
Kas 40.000 Kas 40.000
Mencatat hasil penjualan Piutang dagang  7.450.000 Piutang dagang  7.450.000
Penj. Konsinyasi 7.450.000 Penj.Konsinyasi 7.450.000
Mencatat HPP HPP  6.000.000 -
Barang konsinyasi 6.000.000
Menghapus - Pngrm. Barang konsinyasi 6.000.000
saldo pengiriman barang Barang konsinyasi 6.000.000
konsinyasi
Diterima uang dari Fa Kas 7.450.000 Kas 7.450.000
Baru Piutang dagang 7.450.000 Piutang dagang 7.450.000

6. Masalah Akuntansi untuk Perjanjian Penjualan Konsinyasi yang Belum Selesai

Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampaui akhir periode
akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual konsioner maka
diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada produk
yang belum terjual(inventoriable cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum
terjual baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh
komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang
bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain ialah: biaya pengiriman, biaya
pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada
seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner. Apabila dikehendaki tetap dipertahankan
keseragaman harga pokok produk, beban biaya untuk unit produk yang belum terjual dapat dicatat
secara terpisah dalam rekening”Biaya-biaya penjualan konsinyasi yang ditangguhkan
pembebannya”(dalam hal transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secaraterpisah).

Adanya penyesuaian terhadap inventoriable cost ini penting, dalam rangka penentu laba
(rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik itu akan mencerminkan pendapatan-
pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang bersangkutan.Untuk lebih jelasnya diberikan contoh
sebagai berikut:

Contoh:

Wijaya furniture adalah produser meubel dan alat-alat rumah tangga yang menjual produknya
sebagian atas dasar perjanjian konsinyasi. Transaksi penjualan konsinyasi dengan salah satu
komisioner yang berlangsung dalam bulan Desember 1980, adalah sebagai berikut:

Awal Desember 1980

1) Pengiriman 10 unit meja & kursi tamu model UK-150 kepada TokoVisiana untuk dijual dengan
harga sebesar Rp. 600.000,00 per unit. Harga pokok produksi per unit adalah Rp. 200.000,00 sedang
komisi penjualan ditetapkan 16,67% dari harga jual, dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh
komisioner menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh pihak pengamanat.

2) Dibayar ongkos angkut pengiriman dan biaya pengepakan masing-masing sebesar Rp.275.000,00
untuk ongkos angkut, dan Rp. 50.000,00 untuk biaya pengepakan.
Akhir Desember 1980:

3) Diterima perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi tamu dari TokoVisiana beserta sebuah
cek sebagai penyelesaiannya.

TOKO VISIANA

Jl. Gunungsari 15

Medan

No : BK-25

Tgl : 31 des 1980

PERHITUNGAN PENJUALAN

Perhitungan penjualan untuk : 3 unit meja dan kursi, model UK-150

Penjualan untuk :

PT WIJAYA FURNITURE

Jl. Dahlia No. 3, Yogyakarta

Penjualan :

 3 unit meja dan kursi, model UK-150 Rp 1.500.000

Biaya-biaya :

 Ongkos angkut lokal Rp 75.000

 Biaya perakitan Rp 30.000

 Komisi penjualan Rp 300.000 +

Rp 405.000

Penerimaan :

 Dikirim cek sebesar Rp 1.395.000

Sisa barang belum terjual :7 unit


Pencatatan pada buku-buku pengamanat (Wijaya Furniture)

Prosedur pembukaan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos angkut
dan biaya pengepakan, pada prinsipnya diselenggarakan sama seperti halnya pada contoh no.2
sesuai dengan metodenya masing-masing, akan tetapi prosedur pembukaan selanjutnya dalam
hubungannya dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan Desember 1980; terlebih dahulu
harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap 7 unit meja & kursi yang belum
terjual sebagai berikut:

Harga pokok dan Harga Harga pokok persediaan


biaya penjualan barang pokok penjualan & biaya yang di
-barang konsinyasi, dan biaya penjuala tangguhkan pembebananya
untuk 10 unit meja & n konsinyasi untuk , untuk 7 unit meja & kursi
kursi 3 unit meja & kursi

(1)Harga Rp.2.000.000,00 Rp. 600.000,00 Rp.1.400.000,00


pokok produks
i

(2)Biaya-biaya
yang
dikeluarkan Rp.275.000,00 Rp. 82.500,00 Rp. 192. 500,00
olehWijaya Rp.50.000,00 Rp. 15.000,00 Rp. 35.000,00
furniture:

-Ongkos
Angkut

-Biaya
Pengepakan

(3)Biaya-biaya
yang
dikeluarkan Rp.75.000,00 Rp. 22.500,00 Rp.52.500,00
oleh Rp.30.000,00 Rp. 30.000,00 -
komisioner:
Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 -
-Ongkos
Angkut Lokal

-Biaya
Perakitan

-Komisi
Penjualan

Jumlah Rp.2.730.000,00 Rp.1.050.000,00 Rp. 1.680.000,00

(a) Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah

Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar perhitungan penjualan
atas 3 unit meja & kursi yang dibuat oleh toko visiana, dicatat sebagai berikut:

Kas ......................................................................... Rp. 1.395.000,00

Barang-barang konsinyasi Toko visiana

(ongkos angkot)....................................................... Rp. 75.000,00

Komisi Penjualan .................................................... Rp. 300.000,00

Biaya Perakitan ....................................................... Rp. 30.000,00

Penjualan konsinyasi..............................................Rp. 1.800.000,00

Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti dengan
pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan barang-barang
konsinyasi, atas dasar alokasi seperti tersebut diatas sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan Konsinyasi......... Rp. 600.000,00

Biaya-biaya Penjualan Konsinyasi........... Rp. 120.000,00

Barang-barang konsinyasi-Toko Visiana............ Rp. 720.000,00

Dengan demikian apabila jurnal untuk mencatat hasil penjualan dan harag pokok serta biaya-biaya
penjualan barang-barang konsinyasi tersebut,dibukukan kerekening barang-barang konsinyasi akan
nampak sebagai berikut:

Tgl Uraian D K Saldo

Des 1 Harga pokok 10 unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 (D)


meja & kursi: model
UK-150 Ongkos Rp 275.000 Rp 275.000 (D)
Angkut Biaya
Pengepakan Rp 50.000 Rp 50.000 (D)

Des 31 Biaya-biaya yang 75.000 2.400.000,00 (D)


dikeluarkan oleh
komisioner (ongkos
angkut lokal) Harga
pokok dan biaya
penjualan, untuk 3
unit yang terjual

Harga pokok dan 720.000,00 1.680.000 (D)


penjualan, untuk 3
unit yang terjual

Saldo debit rekening Barang-barang konsinyasi sebesar Rp. 1.680.000,00 adalah merupakan
harga pokok dan biaya-biaya yang melekat pada 7 unit meja & kursi yang belum terjual sampai
dengan akhir tahun buku 1980.Dalam hal perusahaan menggunakan metode phisik, maka pada
tanggal 31 Desembar 1980 harus dibuat jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening “
Pengiriman Barang-barang konsinyasi ke Rugi-Laba” (lihat juga contoh no.2).

b) Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah Apabila terhadap transaksi penjualan
konsinyasi tidak diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk
transaksi(penjualan) konsinyasi dengan Toko Visiana akan nampak sebagai berikut:

Metode Perpetual Metode Phisik

Pengiriman Barang:

Barang-barang konsinyasi Barang-barang konsinyasi

 – Toko visiana Rp. 2.000.000,00 -Toko visiana Rp.2.000.000,00

Persediaan produk jadi Rp.2.000.000.00 Pengiriman barang-barang konsinyasi Rp. 2.000.000,00

Ongkos angkut:

Ongkos angkut penjualan  Rp.275.000,00 Ongkos angkut penjualan Rp. 275.000,00

Kas Rp. 275.000,00 Kas Rp. 275.000,00


Biaya Pengepakan:

Biaya pengepakan  Rp.50.000,00 Biaya pengepakan Rp. 50.000,00

Kas Rp. 50.000,00 Kas Rp. 50.000,00

Penjualan Dan Penerimaan Kas

Kas Rp.1.395.000,00 Kas Rp.1.395.000,00

Ongkos Angkut Penjualan Rp.75.000,00 Ongkos Angkut Penjualan  Rp.75.000,00

Biaya Perakitan  Rp.30.000,00 Biaya Perakitan  Rp.30.000,00

Komisi Penjualan  Rp.300.000,00 Komisi Penjualan  Rp.300.000,00

Hasil Penjualan Rp. 1.800.000,00 Hasil Penjualan Rp. 1.800.000,00

Harga Pokok Penjualan: -

Harga pokok penjualan  Rp.600.000,00

Barang-barang konsinyasi Rp. 600.000,00

Menutup rekening pengiriman barang- barang
konsinyasi yang telah terjual
Pengiriman barang-barang konsinyasi Rp. 600.000,00
-
Barang-barang konsinyasi Rp. 600.000,00

Penyesuain & Tutup buku:

Biaya yang ditangguhkan  Biaya yang ditangguhkan

pembebanannya  Rp. 280.000,00 Pembebanannya Rp. 280.000,00

Ongkos Angkut Rp. 245.000,00 Ongkos Angkut Rp. 245.000,00

Biaya Pengepakan Rp. 35.000,00 Biaya Pengepakan Rp. 35.000,00

Pencatatan pada buku-buku Komisioner ( Toko Visiana)

Pencatatan pada buku-buku Toko Visiana sebagai komisioner tidak banyak mengalami kesulitan-
kesulitan perhitungan apapun. Bagikomisioner pencatatan secara formal (didalam buku jurnal dan
rekening-rekening pembukuannnya) terbatas pada barang-barang yang telah berhasildijual kepada pihak
ketiga dan biaya yang telah dikeluarkannya. Bagikomisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik untuk
barang yangtelah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan
hasil penjualan setelah dikurangi dengankeseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang
terhutang baginya. Berdasar data pada contoh no.3 tersebut maka pencatatan yangdilakukan oleh Toko
Visiana akan tampak sebagai berikut:

Transaksi-transaksi  Apabila transaksi konsinyas Apabila transaksi konsinyasi


i dicatat secara terpisah tidak dicatat secara terpisah

Desember 1980

(1)Penerimaan 10 unit Memo Memo


meja & kursi dari PT.
Wijaya Furniture

(2) Penjualan tunai 3 unit Kas (D) 1.800.000,00 a)Kas (D) 1.800.000,00


meja & kursi@ 600.000,00
komisi 16.67% Barang komisi Penjualan (K) 1.800.000,00 
(K)1.800.000,00
b)Pembelian (D) 1.500.000,00

Hutang(PT.Jaya)(K)1.500.000,00

(3) Dibayar ongkos angkut Barang-barang komisi Hutang (PT Jaya)


lokal untuk 10 unit meja
&kursi sebesar (D) 75.000,00 (D) 75.000,00
Rp.75.000,00 Kas (K) 75.000,00 Kas (K) 75.000,00

31 Desember 1980 a)Barang-barang komisi b)Hutang (PT Jaya) (D)1.395.000,0


0
a.Perhitungan komisi atas (D) 300.000,00
hasil penjualan barang- Kas (K) 1.395.000,00
barang komisi sebesar Pendapatan komisi
16,67% x 1.800.000,00 =Rp (K) 300.000,00
. 300.000,00 
 b)Barang-barang
b.Pengiriman perhitungan komisi(D) 1.395.000,00
dan sekaligus pengiriman
cek hasil penjualan 3 unit Kas (K)1.395.000,00
meja & kursi di potongong
kos-ongkos penjualandan
komisi kepada PT Wijaya
Furniture
sebesarRp. 1.395.000,00

Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening nominalke rekening Rugi-


Laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke Labayang ditahan ( Rretained Earnings ) dilakukan
seperti biasa.

7. Barang-Barang Konsinyasi yang Dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat, makarekening barang-


barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-
biaya yang berhubungan denganaktivitas untuk menjual barang tersebut (ongkos angkut, biaya
pengepakan, biaya perakitan, dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan
untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itutidak dikapitalisasi sebagai bagian
harga pokok barang-barang yangdikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya,
karena tidakmemberikan manfaatnya di masa yang akan datang. Dalam hal barang-
barangdikembaikan karena rusak sehingga manfaatnyatidak lagi sebanding denganharga pokoknya ,
maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian.Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk
dapat menjual barang-barangtersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui
sebagai biaya periode yang bersangkutan.

8. Uang Muka dari Komisioner

Perjanjian konsinyasi kemungkina disertai dengan persyaratan akan adanyauang muka yang
harus dibayar oleh komisioner untuk barang-barang komisi(titipan) yang diterimanya.Apabila hal
ini terjadi maka terhadap uang muka yang diterimanya itu harus dicatat sebagai “Uang Muka dari
Komisioner”. Jumlah uang muka yang diterima oleh pengamanat tidak boleh dikredit pada rekening
barang-barangkonsinyasi. Uang muka yang diterima dari komisioner harus disajikan sebagaihutang
di dalam neraca sampai dengan perhitungan penyelesaian atas barang- barang yang telah laku dijual
dibuat oleh komisioner yang bersangkutan.

9. Penyajian Laba (Rugi) Penjualan Konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba
Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi –
Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan, harga pokok penjualan
dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan
regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting
dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya
penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan
regular.

PT. JAYA JAKARTA

Laporan perhitungan Rugi– LabaUntuk bulan September 1980

Penjualan Penjualan Jumlah


Konsinyasi Regular

Hasil Penjualan Rp 10.000.000 Rp 25.000.000 Rp 35.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp 6.000.000 - Rp 14.000.000 + Rp 20.000.000 -

Laba Kotor Penjualan Rp 4.000.000 Rp 11.000.000 Rp 15.000.000

Biaya Usaha :

Biaya Penjualan Rp 2.590.000 Rp 3.025.000 Rp 5.615.000

Biaya Administrasi & umum Rp – Rp 5. 635.000 - Rp 5.635.000 +

Jumlah biaya usaha Rp 2.590.000 Rp 8.660.000 Rp 11.250.000

Laba usaha Rp 1.410.000 Rp 2.340.000 Rp 3.750.000

Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi didalam Laporan
Perhitungan Rugi – Laba adalah meaporkan sebesar laba (rugi) penjualan konsinyasi tanpa
menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan. Apabila cara ini ditempuh pada
umumnya laba (rugi) penjualan konsinyasi ditambahkan (dikurangkan) dari Laba Kotor penjualan
regular sebagai berikut :

PT. JAYA JAKARTA


Laporan perhitungan Rugi–LabaUntuk bulan September 1980

Hasil Penjualan Rp 25.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp 14.000.000 -

Laba Kotor Penjualan Rp 11.000.000

Laba Penjualan Konsinyasi Rp 1.410.000 +

Rp 12.410.000

Biaya Usaha :

Biaya Penjualan Rp 3.025.000

Biaya administrasi & umum Rp 5.635.000

Jumlah biaya usaha Rp 8.660.000 –

Laba Usaha Rp 3.750.000

10. Metode Penjualan Konsinyasi

Metode pencatatan atas transaksi penjualan konsinayasi terdapat prosedur- prosedur


pembukuan tersendiri yang biasanya diikuti oleh pihak konsinyor.Pada prinsipnya pendapatan
dalam konsinyasi diakui pada saat penjualanterhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh
konsinyi kepada pihak ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan dan
untukmengetahui laba atau rugi penjualan barang-barang konsinyasi, maka pencatatannya harus
diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.

Ada dua metode penentuan laba rugi barang konsinyasi, yaitu :

1. Laba Ditentukan Tersediri

Di sini pencatatan konsinyasi dilakukan dengan buku-buku tersendiri,terpisah dari


pencatatan pembelian dan penjualan lainnya. Konsinyi mengakui laba penjualan konsinyasi sebelum
menyusun laporan keuangan pada akhir periode dengan mendebet konsinyasi-masuk dan
mengkredit pendapatan komisi atau laba penjualan konsinyasi. Tagihan dan kewajiban kepada
konsinyor dicatat dengan menggunakan akun ‘konsinyi-masuk’. Konsinyor harus menerima akun
penjualan padaakhir tahun buku untuk mencatat laba atau rugi penjualan barangkonsinyasi. Tagihan
dan kewajiban kepada konsinyi dicatat denganmenggunakan akun ‘konsinyi-keluar’.
2. Laba Tidak Ditentukan Tersendiri

Di sini pencatatn konsinyasi tidak dipisahkan dari pembelian dan penjualan lainnya. Jika
jurnal pada saat barang konsinyasi dijualmengakui pembelian atau harga pokok barang yag dijual
dan kewajibankepada konsinyor, konsinyi tidak perlu menjurnal diakhir periode.Konsinyor
mencatat potongan hasil penjualan oleh konsinyi ke akun beban yang bersangkutan. Jika barang
konsinyi tidak semua terjual sampai akhir periode maka beban juga ditangguhkan pada barang
konsinyasi yang belum terjual. Kas di debet atas kiriman uang dari konsinyi atau piutang di debet
untuk jumlah yang tunai dari konsinyi,akun beban di debet untuk pembebanan oleh konsinyi atas
barang yangtelah terjual, barang dalam konsinyasi di debet untuk pembebanan konsinyi atas barang
yang belum terjual, dan penjualan di kredit untuk total penjualan konsinyasi.

Anda mungkin juga menyukai