Anda di halaman 1dari 9

Ni Putu Anggie Krisnaningrum (1707531101 / 16)

I Dewa Ayu Adnyaswari (1707531115 / 23)


I Nyoman Abie Kumala Surya (1707531119 / 24)

PENJUALAN KONSINYASI

I. Pengertian Konsinyasi

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang

menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan

komisi (tertentu). Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau

pengamat. Sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee, factor,

commission merchant atau komisioner. Dari segi pengamanat (consignor) transaksi

pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut sebagai “Barang-barang

Konsinyasi” (Consignment Out). Sedangkan bagi komisioner untuk barang-barang yang

diterimanya itu disebut sebagai “Barang-barang Komisi” (Consignment In).

II. Alasan-alasan Bagi Pengamat (Consignor) Untuk Mengadakan Perjanjian

Konsinyasi

(1) Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebihmemperluas pasaran yang dapat dijamin

oleh seseorang produsen, pabrik atau distributor. (2) Resiko tertentu dapat

dihindarkan oleh pengamanat. Barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi

kebangkrutan pada diri komisioner. (3) Mungkin pengamanat ingin mendapatkan

penjual khusus (specialist) dalam perdagangan barang, terutama ternak,hasil pertanian

dan lain-lain. (4) Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol

oleh pengamanat; demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan

dan stock barang-barang tersebut.

III. Alasan-alasan Komisioner Menerima Perjanjian Konsinyasi

(1) Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan barang-

barang tersebut atau keharusan menjual dengan rugi. (2) Risiko rusaknya barang dan

1
adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan. (3) Kebutuhan akan modal kerja dapat

dikurangi, sebab adanya barang-barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh

pengamanat.

IV. Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban yang berhubungan dengan Perjanjian

Konsinyasi

Ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara tertulis yang

menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua pihak. Selain ketentuan yang diatur

secara spesifik di dalam perjanjian hubungan kerjasama di dalam transaksi konsinyasi

juga berlaku ketentuan umum yang diatur oleh undang-undang (hokum) yang berlaku di

dalam dunia perdagangan antara lain :

1. Tentang Hak-hak Komisioner

(a) Komisioner berhak untuk mendapatkan komisis dan penggantian biaya yang

dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur

dalam perjanjian antara kedua pihak. (b) Dalam batas tertentu biasanya kepada

komisioner diberikan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas

barang yang dijual. (c) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan

komisioner berhak memberikan syarat pembayaran kepada langganan sperti yang

berlaku pada umumnya untuk barang yang sejenis, meskipun pengamanat dapat

mengadakan pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

2. Tentang Kewajiban-kewajiban Komisioner

(a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak

pengamanat. (b) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual

barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian. (c)

Mengelola secara terpisah bagik dari segi fisik maupun administrative terhadap

barang milik pengamanat, sehingga identitas barang tetap diketahui setiap saat. (d)

2
Membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang yang

berhasil dijual dan barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan

penyelesaian keuangan seperti yang dinyatakan dalam perjanjian.

V. Masalah Akuntansi bagi Komisioner

Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komosioner tergantung kepada; (1) Apakah

transaksi- transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga pendapatan dan laba dari

konsinyasi ditentukan secara terpisah dari laba(rugi) dari kegiatan penjualan regular. (2)

Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpish dari transaksi penjualan regular

dari perusahaan komisioner, sehingga tidak dapat dibedakan antara laba konsinyasi

dengan laba rugi dari penjualan reguler. Apabila terhadap transaksi konsinyasi

diselengarakan pembukuan secra terpisah, maka Komisioner harus membentuk rekening

“Barang Komisi” atau “Consigmen-In” untuk setiap perjanjian konsinyasi yang diadakan.

Dan apabila dalam transaksi konsinyasi tidak dicatat secraa terpisah dari transaksi

penjualan reguler, maka terhadap penjualan barang titipan dibukukan dalam rekening “

Hasil Penjualan”.

VI. Masalah Akuntansi bagi Pengamanat (Consignor)

Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat (consignor) tergantung pada

: (a) Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsiyasi (Hasil penjualan, Harga

Pokok Penjualan, dan Biaya-biaya yang bersangkutan) itu diselenggarakan; dalam hal ini

terdapat dua alternatif sebagai berikut yaitu Diselenggarakan terpisah dari transaksi

penjualan reguler, dan Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan

reguler. (b) Metode administrasi barang-barang dagangan; dalam hal ini juga terdapat dua

alternatif sebagai berikut : Metode perpetual dan Metode phisik. Terlepas dari metode

apapun yang dipakai, pengamanat harus menyelenggarakan rekening “Barang-barang

Konsinyasi” untuk setiap perjanjian konsiyasi yang diadakan. Rekening ini sebagai

3
kontrol untuk setiap komisioner atau satu rekening kontrol untuk konsiyasi dengan semua

komisioner dan rekening pembantu untuk tiap-tiap komisioner. “Barang-barang

Konsinyasi” merupakan persediaan bagi pengamanat dan untuk menampung mutasi

terhadap hak atas barang daganganyang dititipkan komisioner, oleh karena itu diadakan

pemisahan dengan “Piutang Dagang” rekening Barang-barang Konsiyasi didebit untuk

harga pokok produk yang dikirim kepada komisioner, biaya-biaya bersangkutan dengan

barang tersebut baik dikeluarkan oleh pihak pengamanat maupun komisioner. Rekening

ini dikredit untuk harga pokok produk yang laku dijual, macam-macam biaya yang

bersangkutan dengan penjualan konsiyasi. Pada Laporan Perhitungan Rugi-Laba, saldo

rekening Pengiriman Barang-barang Konsinyasi dikurangkan dari Jumlah Barang yang

tersedia untuk dijual di dalam menentukan besarnya Harga Pokok Penjualan Reguler.

Jurnal demikian tetap dibuat meskipun tidak ada barang yang terjual sampai dengan akhir

tahun buku yang bersangkutan. Apabila dianggap perlu pencatatan hasil penjualan dapat

dilakukan berdasar hasil penjualan kotor akan tetapi harus diakui juga biaya yang

dibebankan oleh komisioner. Jurnal untuk menghapuskan saldo rekening Pengiriman

Barang-barang Konsiyasi dan rekening Barang-barang Konsiyasi tidak perlu dibuat pada

metode phisik, apabila pada saat pengiriman barang tidak dicatat dalam buku jurnal; akan

tetapi bentuk memorandum saja.

VII. Masalah Akuntansi untuk Perjanjian Penjualan Konsinyasi yang Belum Selesai

Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampui akhir periode

akuntansi, sedang belum seluruh barang konsinyasi berhasil dijual oleh komisioner maka

diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada

produk yang terjual. Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum terjual

baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh

komisioner harus ditangguhkan pembebannya dari pendapatan dalam periode akuntansi

4
yang bersangkutan. Contoh biaya tersebut, biaya pengiriman, biaya pengepakan, biaya

asuransi, dan ongkos angkut. Biaya demikian harus dialokasikan kepada seluruh unit

produk yang dikirim kepada komisioner. Apabila dikehendaki tetap dipertahankannya

keseragaman harga pokok produk, beban biaya untuk unit produk yang belum terjual

dapat dicatat secara terpisah dalam rekening “Biaya-biaya penjualan Konsiyasi yang

Ditangguhkan pembebanannya”. Adanya penyesuaian terhadap invetoriable cost penting,

dalam penentuan laba (rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik ini akan

mencerminkan pendapatan-pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang bersangkutan.

VIII. Pencatatan pada Buku-buku Pengamanat

Prosedur pembukuan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos

angkut dan biaya pengepakan, prinsipnya diselenggarakan sesuai dengan metode masing-

masing. Akan tetapi prosedur pembukuan selanjutnya dalam hubungannya dengan tujuan

penutupan buku, terlebih dahulu dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable

terhadap yang belum terjual.

a. Transaksi penjualan Konsiyasi dicatat secara terpisah

Apabila transaksi penjualan konsiyasi dicatat secara terpisah, berdasar perhitungan

penjualan maka pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsiyasi, kemudian

diikuti dengan pencatatan harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan

barang-barang konsiyasi. Dengan demikian, apabila jurnal untuk mencatat hasil

penjualan dan harga pokok serta biaya-biaya penjualan barang-barang konsiyasi,

dibukukan ke rekening Barang-barang Konsiyasi. Dalam hal perusahaan menggunakan

metode phisik, maka harus dibuat jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening

“Pengiriman Barang-barang Konsiyasi ke Rugi-Laba”.

b. Transaksi penjualan Konsiyasi tidak dicatat secara terpisah

5
Apabila terhadap transaksi penjualan konsiyasi tidak diselenggarakan pembukuan

secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk transaksi (penjualan) konsiyasi dapat dibuat

menggunakan metode perpeptual dan metode periodik.

IX. Pencatatan pada buku-buku Komisioner

Apabila transaksi konsinyasi Apabila transaksi konsinyasi tidak


Transksi - transaksi
dicatat secara terpisah dicatat secara terpisah
Desember 1980
(1) Penerimaan 10 unit meja
& kursi dari PT Wijaya
Furniture Memo Memo
(2) Penjualan tunai 3 unit Kas (D) 1.800.000 a) Kas (D) 1.800.000
meja & kursi @ 600.000 Barang Komisi 1.800.000 Penjualan (K) 1.800.000
senilai 16,67% (K)
b) Pembelian (D) 1.500.000
Hutang (PT Jaya) 1.500.000
(K)
(3) Dibayar ongkos angkut Barang-barang Hutang (PT Jaya)(D) 75.000
local untuk 10 unit meja komisi (D) 75.000 Kas (K) 75.000
& kursi sebesar Rp Kas (K) 75.000
75.000

31 Desember 1980
(a) Perhitungan komisi atas (a) Barang
hasil penjualan barang Komisi (D) 300.000
komisi sebesar 164% x Pendapatan
Rp 1.800.000 – Rp Komisi (K) 300.000
300.000
(b) Pengiriman perhitungan (b) Barang Hutang (PT Jaya)(D) 1.395.000
dan sekaligus Komisi (D) 1.395.000 Kas (K) 1.395.000
pengiriman cek hasil Kas (K) 1.395.000
penjualan 3 unit meja &
kursi dipotong ongkos
penjualan dan komisi
kepada PT Wijaya
Furniture sebesar Rp
1.395.000
Bagi komisioner pencatatan secara terbatas pada barang-barang yang telah berhasil dijual

kepada pihak ketiga dan biaya yang telah dikeluarkannya. Bagi komisioner semua biaya

yang telah dikeluarkan baik untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan

terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan hasil penjualan setelah dikurangi

6
dengan keseluruhan biaya tersebut merupakan jumlah yang terhutang baginya. Pencatatan

yang dilakukan oleh Toko Visiana adalah sebagai berikut:

X. Barang-barang Konsinyasi Yang Dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat, maka rekening

barang Konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang yang bersangkutan. Biaya

yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang tersebut harus dibebankan

kepada pendapatan untuk periode yang ber- sangkutan. Biaya yang terjadi itu tidak

dikapitalisasi sebagai bagian harga pokok barang yang dikembalikan atau tidak perlu

ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya di masa yang akan

datang dan nilai itu harus diakui sebagai kerugian.

XI. Uang Muka dari Komisioner

Perjanjian konsinyasi kemungkinan disertai dengan persyaratan akan adanya uang muka

yang harus dibayar oleh komisioner untuk barang komisi yang diterimanya. Apabila hal

ini terjadi maka terhadap uang muka yang diterimanya itu harus dicatat sebagai "Uang

Muka dari Komisioner". Jumlah Uang Muka yang diterima oleh pengamat tidak boleh

dikredit pada rekening barang Konsinyasi. Uang Muka yang diterima dari Komisioner

harus disajikan sebagai hutang di dalam neraca sampai dengan perhitungan penyelesaian

atas barang-barang yang telah laku dijual dibuat oleh komisioner yang bersangkutan.

XII. Penyajian Laba (rugi) Penjualan Konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi -

Laba

Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi-

Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan; harga pokok

7
penjualan dan biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi

penjualan reguler. Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan

konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba adalah melaporkan sebesar laba

(rugi) penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya yang

bersangkutan. Apabila cara ini ditempuh pada umumnya laba (rugi) penjualan konsinyasi

ditambahkan (dikurangkan) dari Laba Kotor penjualan reguler sebagai berikut:

PT JAYA JAKARTA
Laporan Perhitungan Rugi – Laba
Untuk bulan September 1980
Penjualan Penjualan
Konsinyasi Reguler Jumlah
Hasil Penjualan Rp 10.000.000 Rp 25.000.000 Rp 35.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 6.000.000 Rp 14.000.000 Rp 20.000.000
Laba Kotor Penjualan Rp 4.000.000 Rp 11.000.000 Rp 15.000.000

Biaya Usaha :
Biaya Penjualan Rp 2.590.000 Rp 3.025.000 Rp 5.615.000
Biaya Administrasi & Umum - Rp 5.635.000 Rp 5.635.000
Jumlah Biaya Usaha Rp 2.590.000 Rp 8. 660.000 Rp 11.250.000
Laba Usaha Rp 1.410.000 Rp 2.340.000 Rp 3.750.000

PT JAYA JAKARTA
Laporan Perhitungan Rugi – Laba
Untuk bulan September 1980

Hasil Penjualan Rp 25.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp 14.000.000
Laba Kotor Penjualan Rp 11.000.000
Laba Penjualan Rp 1.410.000
Konsinyasi Rp 12.410.000

Biaya Usaha : Rp 3.025.000


Biaya Penjualan Rp 5.635.000
Biaya Administrasi & Umum
Rp 8.660.000
Jumlah Biaya Usaha Rp 3.750.000
Laba Usaha

8
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengajar Akuntansi Keuangan Lanjutan FEB Universitas Udayana. Modul Akuntansi

Keuangan Lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai