PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
1.2.RUMUSAN MASALAH
a. Apakah maksud dari barang konsinyasi ?
b. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalam transaksi barang konsinyasi ?
c. Bagaimana karakteristik transaksi konsinyasi jika dibandingkan dengan
perlakuan akuntansi dengan transaksi penjualan ?
d. Apa saja alasan-alasan seorang pengamanat untuk melakukan perjanjian
konsinyasi ?
e. Apa saja alasan-alasan seorang komisioner menerima perjanjian
konsinyasi ?
f. Bagaimana mengenai hak serta kewajiban yang berhubungan dengan
perjanjian konsinyasi ?
g. Bagaimana masalah akuntansi untuk perjanjian penjualan konsinyasi yang
belum selesai ?
h. bagaimana pencatatan barang-barang konsinyasi yang dikembalikan ?
i. bagaimana pencatatan konsinyasi di dalam laporan Laba rugi ?
1.3.TUJUAN
a. Menjelaskan definisi dari konsinyasi
b. Menjelaskan pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perjanjian
konsinyasi
c. Menjelaskan karakteristik transaksi konsinyasi jika dibandingkan dengan
perlakuan akuntansi dengan transaksi penjualan
d. Menjelaskan alasan-alasan pengamanat untuk melakukan perjanjian
konsinyasi
e. Menjelaskan alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi
f. Menjelaskan hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian
konsinyasi
g. Menjelaskan masalah akuntansi untuk perjanjian penjualan konsinyasi
yang belum selesai
h. Menjelaskan pencatatan barang-barang konsinyasi yang dikembalikan
i. Menjelaskan pencatatan konsinyasi di dalam laporan Laba rugi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Barang Konsinyasi
2.1.1. Definisi Konsinyasi
Merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi (tertentu)
2.1.2. Pihak-pihak yang telibat
Consignor atau pengamanat adalah pihak yang menyerahkan barang
(pemilik)
Consignee, faktor, commission merchant atau komisioner adalah pihak
yang menerima barang
Dari segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada
komisioner disebut Barang-barang konsinyasi.
Dari segi komisioner untuk barang-barang yang diterimanya disebut sebagai
“Barang-barang komisi”
Terdapat perbedaan prinsipial antara transaksi penjualan dengan transaksi
konsinyasi, yaitu hubungannya dengan perpindahan hak milik atas barang-
barang yang bersangkutan.
2.1.3. Karakteristik dari transaksi konsinyasi yang memiliki perbedaan
perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan :
a. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat,
maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh
pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan
sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee)
b. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya
pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui
timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner
sampai dengan saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga.
c. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-
barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner
berhasil menjual kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.
d. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk
menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang
diterimanya itu. oleh sebab itu, administrasi yang tertib harus
diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut
kepada pihak ketiga
2.2.Alasan-alasan bagi pengamanat (consignor) untuk mengadakan
perjanjian konsinyasi
a. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang
dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama
apabila :
- Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan
produk tidak tertentu dan belum terkenal.
- Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak
menguntungkan
- Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup
besar bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang
bersangkutan.
b. Resiko-resiko tertentu dapat dihindari oleh pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri
komisioner. Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.
c. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus dalam
perdagangan barang-barangnya, terutama untuk ternak, hasil pertanian,
dan lain-lain.
d. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol
pengamanat, demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap
dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.
2.3.Alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi :
a. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan
barang-barang tersebut atau keharusan menjual dengan rugi
b. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan
c. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-
barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh pengamanat.
2.4.Hak-hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian
konsinyasi
Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan
secara tertulis yang menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua
pihak. Ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu biasanya meliputi : komisi
penjualan, syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan
piutang dan tanggungjawab atas kerugian karena piutang tidak dapat ditagih,
biaya-biaya yang dikeluarkan komisioner dalam rangka penerimaan,
penyimpanan dan penjualan barang, penyelesaian kepada pengamanat dan
bentuk serta jangka waktu laporan yang harus disajikan kepada pihak
pengamanat.
1. Hak-hak komisioner
a) Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya
yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan
jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua belah pihak.
Komisi dan biaya-biaya yang mendapatkan pergantian biasanya
dikurangkan langsung dari hasil penjualan sebelum penyelesaian
keuangan dengan pengamanat dilaksanakan.
b) Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberikan hak
untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang
dijualnya.
c) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner
berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan
seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang
sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasan-
pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.
2. Kewajiban-kewajiban kominisioner
a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang
diterimanya dari pihak pengamanat.
b) Memahami dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-
barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam perjanjian. Komisioner harus menjual barang-barang
tersebut dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal
pengaturan terhadap harga jual tidak dinyatakan dalam perjanjian,
komisioner harus berusaha menjual barang tersebut dengan harga
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kepentingan pengamanat.
Demikian pula halnya terhadap syarat-syarat pembayaran yang tidak
diatur secara spesifik di dalam perjanjian.
c) Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administrasi
terhadap barang-barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-
barang tersebut tetap dapat diakui setiap saat. Pembukuan yang tertib
dan teratur harus diselenggarakan terhadap transaksi-transaksi
penjualan barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya
yang mendapat penggantian, persediaan barang dan piutang dari
penjualan barang-barang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas
di dalam rekening-rekening pembukuan untuk melindungi hak-hak
(kepentingan) pengamanat.
d) Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang
diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-barang yang
masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan
seperti dinyatakan dalam perjanjian.
Contoh bentuk umum laporan perhitungan penjualan kepada
pengamanat adalah sebagai berikut :
Toko “VISIANA”
Jl. Gunungsari 15
Medan
No : BK – 25
Tgl : 31 Desember 2018
PERHITUNGAN PENJUALAN
Penjualan :
- 3 unit meja & kursi, model UK – 150 Rp. 1.500.000
Biaya-biaya :
- Ongkos angkut lokal Rp. 75.000
- Biaya perakitan Rp. 30.000
- Komisi penjualan Rp. 300.000
Rp. 405.000
Penerimaan :
- Dikirim cek sebesar Rp. 1.395.000
-
Sisa barang belum terjual : 7 unit
Apabila pada akhir tahun buku terdapat rekening “Barang-barang komisi” yang
bersaldo debit akan tetapi juga terdapat rekening yang bersaldo kredit, maka di
dalam neraca harus disajikan secara terpisah dan tidak boleh digabung. Saldo
debit di dalam rekening barang-barang komisi kemungkinan berasal dari uang
muka yang diberikan oleh komisioner kepada pengamanat atau biaya-biaya yang
telah lebih dahulu dibayar komisioner dan oleh karenanya harus disajikan sebagai
piutang kepada pengamanat di dalam kelompok aktiva lancar.
Sedang saldo kredit rekening “barang-barang komisi”, biasanya timbul dari selisih
lebih antara hasil penjualan dibanding dengan jumlah uang muka yang diberikan
oleh komisioner, biaya-biaya yang telah dibayar dan komisi penjualan yang
diperhitungkan dan oleh sebab itu disajikan di dalam neraca sebagai hutang
kepada pengamanat.
Contoh :
Pada akhir tahun buku 19A rekening buku besar barang-barang konsinyasi :
menunjukkan saldo kredit sebesar Rp. 100.000 dengan perincian sebagai berikut :
- Barang-barang komisi dari perusahaan X Rp. 50.000 (K)
- Barang-barang komisi dari perusahaan Y Rp. 25..000 (D)
- Barang-barang komisi dari perusahaan Z Rp. 75.000 (K)
Jumlah Rp. 100.000 (K)
Piutang dagang (Fa. Baru) Rp. 7.450.000 piutang dagang (Fa. Baaru) Rp. 7.450.000
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA