Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penjualan Konsinyasi

Konsinyasi merupakan penjualan barang dengan cara pemilik barang menitipkan barang
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual dengan memberikan komisi. Pihak
yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat, sedangkan pihak
yang menerima barang disebut consignee atau komisioner.

Adapun pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli, antara lain menurut
Halim (2015:65) “Penjualan konsinyasi adalah penjualan dengan perjanjian, dimana pihak
pemilik barang/consignor/pengamanat menyerahkan barangnya kepada pihak lain, yaitu
consignee/komisioner untuk dijual kepada pihak luar dan pihak consignee mendapatkan
sejumlah komisi dari pihak consignor.”

Sedangkan menurut Yunus dan Harnanto (2013:141) “Konsinyasi adalah suatu perjanjian
dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang tertentu untuk
dijualkan dengan memberikan komisi (tertentu)”.

Menurut Maria (2011:16) “Konsinyasi adalah pihak yang memiliki barang menitipkan
barangnya kepada pihak lain untuk dijualkan dengan adanya perjanjian tertentu”.

Menurut Aliminsyah dan Padji (2008:77) Consignment (Konsinyasi) adalah barang-


barang yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan dimasa
mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak
pengirim (Consignor). Penerimaan titipan barang tersebut selanjutnya bertanggung jawab
terhadap penanganan barang sesuai kesepakatan.

Menurut Yendrawati (2008:89) “Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik


menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah
diatur dalam perjanjian”.

Menurut Arifin (2002:147) “Konsinyasi merupakan suatu jenis penjualan dengan cara
menitipkan barang dagangan ke pihak lain untuk dijualkan”.

Berdasarkan beberapa pengertian penjualan konsinyasi di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa penjualan konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan oleh pemilik barang
(konsinyor) dengan cara menitipkan barang kepada pihak kedua (konsinyi) untuk dijualkan
dengan memberikan komisi kepada konsinyi yang menjualkan barang tersebut kepada
konsumen.

Karakteristik Transaksi Konsinyasi

Menurut Yunus dan Harnanto (2013:142), karakteristik transaksi konsinyasi adalah


sebagai berikut:

1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka barang-

1
barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-
barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak
komisioner (consignee).
2. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang
konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat consignee berhasil menjualnya
kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah
pihak yang bersangkutan.
3. Pihak penerima barang dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk
menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu.

Alasan-alasan pengamat (consignor) untuk mendapatkan perjanjian konsinyasi yaitu :


1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen,pabrikan, atau distributor.
2. Barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak
komisioner sehingga risiko kerugian dapat ditekan.
3. Mungkin pengamat ingin mendapatkan penjualan khusus dalam perdagangan
barang.
4. Harga jual eceran dapat dikendalikan .

Beberapa alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi,antara lain :


1. Komisioner dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk memasarkan barang-barang
atau keharusan menjual dengan rugi.
2. Risiko rusaknya barang dan adanya flutuasi harga dapat dihindarkan.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi ,sebab adanya barang-barang konsinyasi
yang diterima atau dititipkan oleh pengamat

Keuntungan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor)

Menurut Yunus dan Harnanto (2013:142) ada beberapa alasan pihak pengamanat
(consignor) memilih penjualan konsinyasi, yaitu:
1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila:
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak
tertentu dan belum terkenal.
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak
menguntungkan.
c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi
pihak dealer apabila harus membeli barang-barang yang bersangkutan.
2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak consignee. Jadi,
lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.
3. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh
pengamanat, demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan
dan stok barang-barang tersebut.

2
Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban berhubungan dengan perjanjian konsinyasi

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara


tertulis yang menekankan hubungan kerja sama antar kedua pihak. Selain ketentuan
dalam perjanjian, ada juga ketentuan umum yang diatur oleh undang-undang (hukum)
yang berlaku dalam dunia perdagangan, antara lain:

1. Tentang hak-hak komisioner


a. Komisioner berhak mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan
untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumnlah yang diatur dalam
perjanjian diantara dua pihak.
b. Dalam batasan-batasan tertentu biasanya kepada kuosioner diberikan hak untuk
memberikan jaminan terhadap kualitas barang yang dijualnya.
c. Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner berhak
memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku
pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis, mskipun pengamanat dapat
mengadakan pembatasn-pembatasn yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

2. Tentang Kewajiban-kewajiban komisioner


a. Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak
pengamat.
b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik
pengamat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian.
c. Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratip terhadap
barang-barang milik pengamat, sehingga identitas barang-barang tersebut tetap
dapat diketahui setiap saat.
d. Membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang-barang
yang berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta
mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.

2. Contoh Ilustrasi

Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan took XYZ, isi perjanjian
tersebut antara lain :

1. PT ABC akan menitipkan barang kepada Toko XYZ


2. Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan
3. Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4. Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan

Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut untuk bulan Januari 1991
adalah :

1. PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke Toko XYZ. Harga pokok
barang tersebut Rp 300.000 sedangkan harga jual ditentukan RP 500.000
2. PT ABC membayar biaya angkut sebesar RP 500.000

3
3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar RP
200.000
4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangannya secara tunai
5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu ;
 Penjualan : 100% x Rp 500.000 = Rp 50.000.000
 Komisi 15% = Rp 7.500.000
 Biaya = Rp 200.000
 Kas yang dikirim Rp 42.300.000

1) Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah :


a) Metode Terpisah
1. Barang Konsinyasi Rp 30.000.000
Persediaan Rp 30.000.000
2. Barang Konsinyasi Rp 500.000
Kas Rp 500.000
3. Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
4. Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
5. Piutang-Komisioner Rp 42.300.000
Barang Konsinyasi Rp 7.200.000
Barang Konsinyasi Rp 50.000.000
6. Kas Rp 42.300.000
Piutang Komisioner Rp 42.300.000

b) Metode Tak Terpisah


1. Transaksi ini tidak dicatat
2. BiayaTransaport Rp 500.000
Kas Rp 500.000
3. Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
4. Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
5. Piutang-Komisioner Rp 42.300.000
Biaya Rp 7.200.000
Penjualan Rp 50.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 30.000.000
Persediaan Rp 30.000.000
6. Kas Rp 42.300.000
Piutang-Komisioner Rp 42.300.000
2) Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ
a) Metode Terpisah
1. Transaksi ini tidak dicatat
2. Transaksi ini tidak dicatat
3. Barang komisi Rp 200.000
Kas Rp 200.000
4. Kas Rp 50.000.000
Barang Komisi Rp 50.000.000

4
5. Barang Komisi Rp 42.300.000
Utang-pengamanat Rp 42.300.000
6. Utang-pengamanat Rp 42.300.000
Kas Rp 42.300.000
b) Metode Tak Terpisah
1. Transaksi ini tidak dicatat
2. Transaksi ini tidak dicatat
3. Utang-pengamanat Rp200.000
Kas Rp 200.000
7. Kas Rp 50.000.000
Penjualan Rp 50.000.000
8. Harga Pokok Penjualan Rp 42.500.000
Utang-pengamanat Rp 42.500.000
9. Transaksi ini tidak dicatat
10. Utang-pengamanat Rp 42.300.000
Kas Rp 42.300.000

5
DAFTAR PUSTAKA

Aliminsyah. Padji. 2008. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan. Bandung: Yrama Widya .

Arifin. 2002. Pokok-pokok Akuntansi Lanjutan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Liberty.

Hadori Yunus dan Harnanto. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta : BPFE.

Halim, Abdul. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Maria. 2011. Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai