Anda di halaman 1dari 18

BAB 6

LAPORAN KEUANGAN 1 : LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN


KOMPREHENSIF LAIN

Hal 1-18

⮚ KONSEKUENSI EKONOMI DARI PELAPORAN KEUANGAN


Pengukuran pendapatan dan pelaporan keuangan yang juga melibatkan konsekuensi-
konsekuensi ekonomi termasuk diantaranya:
● Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan di kalangan investor.
● Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat risiko yang diterima oleh suatu
perusahaan.
● Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat pembentukan modal dalam
perekonomian dan menghasilkan realokasi kekayaan diantara konsumsi dan investasi
dalam perekonomian
● Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan
antarperusahaan

⮚ ELEMEN-ELEMEN LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN


KOMPREHENSIF LAIN
Statement of financial Accounting Concepts (SFAC) no. 8 dari FASB menunjukan bahwa
tujuan utama pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan tentang entitas
pelaporan yang berguna bagi para investor ekuitas, pemberi pinjaman, dan kreditur lain yang
ada saat ini maupun yang potensial terkait pengambilan keputusan atas penyediaan sumber
daya bagi entitas.
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain adalah yang paling penting dalam
upaya ini karena nila prediksinya, karekteristik kualitatif juga didefinisikan didalam SFAC
No.8. Pelaporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain juga memiliki nilai sebagai
ukuran atas arus kas masa depan dan efisiensi manajemen, serta sebagai pedoman untuk
mencapai tujuan-tujuan manajerial.
Elemen-elemen laporan keuangan ini telah didefinisikan dalam SFAC No. 6 sebaggai
berikut:
● Pendapatan (Revenue)
● Keuntungan (Gain)
● Beban (Expense)
● Kerugian (Loss)
Perbedaan penting diantara pendapatan dan keuntungan serta beban dan kerugian adalah
apakah komponen-komponen tersebut terkait atau tidak dengan operasi yang sedang berjalan.

❏ FORMAT LAPORAN
Para pendukung konsep laba kinerja operasi saat ini (current operating performance
concept of income) menasarkan agrumen-agrumenya pada keyakinan bahwa hanya
perubahan dan pristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen yang mana hal tersebut
dihasikan dari keutusan periode saat ini, yang harus disertakan dalam laba rugi.
Asumsi yang mendasari dibalik kontrivensi konsep kerja operasi saat ini versus konsep
inklusif adalah bahwa cara penyajian informasi keuangan itu penting, intinya kedua sudut
pandang tersebut sepakat terkait informasi yng akan disajikan tetapi tidak sepakat terkait
dimana mengungkapkan pendapatan , beban, keuntungan, dan kerugian tertentu.
paragraf paragraf berikut meninjau historis permasalahan ini

APB OPINION NO. 9

salah satu permasalahan pertama yang dipelajari APB adalah hal-hal yang harus
disertakan ke dalam laba neto. sebuah kajian APB mengungkapkan bahwa para manajer
perusahaan melakukan banyak pertimbangan saat menentukan pendapatan dan beban serta
keuntungan dan kerugian yang akan disertakan di dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehnsif lain atau pada laporan saldo laba.
kajian APB tentang penyalahgunaan pelaporan ini dan tinjauan umumnya terkait seluruh
sifat laba rugi membuat dikeluarkannya APB Opinion No. 9, pelaporan hasil hasil operasi
(Reporting the Results of Operations) pendapat ini mengambil posisi tengah di antara konsep
kinerja operasi saat ini dan konsep inklusif dengan menyatakan bahwa laba neto harus
mencerminkan semua komponen laba rugi yang diakui selama periode tersebut, dengan
pengecualian dan penyesuaian periode sebelumnya selain itu format lain yang ditentukan
APB termasuk dua angka laba, yakni laba neto dari operasi dan laba neto dari operasi
ditambah pos-pos luar biasa (extraordinary items).

Laba dari Operasi yang Berkelanjutan

jumlah yang diungkapkan untuk memperoleh laba dari operasi yang berkelanjutan adalah
pendapatan dan beban perusahaan yang normal dan berulang. Angka laba yang dihasilkan
mempresentasikan jumlah yang diperkirakan akan terulang di masa depan, seringkali disebut
sebagai pendapatan perusahaan yang berkelanjutan. pendapatan berkelanjutan (sustainable
income) adalah jumlah yang seharusnya digunakan oleh investor sebagai titik awal untuk
memprediksi laba di masa depan. selain itu jumlah pajak penghasilan yang diungkapkan
dibagian awal laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain ini adalah jumlah pajak
penghasilan yang akan dilaporkan perusahaan jika tidak ada komponen pendapatan yang
tidak berulang yang terjadi.

komponen Pendapatan Yang Tidak Berulang

dua komponen pendapatan dan tidak berulang juga dapat ditimbulkan oleh perusahaan.
komponen-komponen ini adalah operasi yang dihentikan dan perubahan akuntansi

● Operasi yang dihentikan


pada tanggal 3 februari 2010 setelah mengkaji komentar komentar yang diterima atas draft
exposur, dewan memutuskan bahwa operasi dihentikan harus disajikan di bagian terpisah
pada bagian awal laporan keuangan entitas dan mencapai kesepakatan terkait hal-hal
berikut:
1. Definisi operasinya dihentikan. Operasi yang di hentikan adalah komponen yang
telah dilepaskan atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan
a. mempresentasikan lini bisnis utama atau area operasi geografis utama yang
terpisah
b. sebagai bagian dari suatu rencana berkoordinasi untuk melepaskan lini bisnis
utama atau area operasi geografis yang terpisah
c. sebagai bisnis yang memenuhi kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di
paragraf 360-10-45-9 untuk diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual pada
saat akuisisi.
2. pengungkapan. persyaratan pengungkapan untuk operasi yang dihentikan akan
diuraikan sebagai berikut: entitas harus memberikan sejumlah pengungkapan berikut terkait
pelepasan komponen entitas yang memenuhi definisi operasi yang dihentikan untuk periode
berjalan dan periode sebelumnya yang disajikan di laporan keuangan
a. komponen-komponen pendapatan dan beban utama yang merupakan keuntungan
atau kerugian dari operasi yang dihentikan
b. kelompok arus kas utama (operasi, investasi, dan pembiayaan) dari operasi yang
dihentikan
c. keuntungan atau kerugian yang terkait dengan perusahaan induk jika operasi yang
dihentikan tersebut termasuk kepentingan nonpengendali
d. rekonsiliasi kelompok aset dan liabilitas utama dari operasi yang dihentikan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual yang diungkapkan di dalam catatan atas
laporan keuangan menjadi total aset dan total liabilitas dari operasi yang dihentikan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual yang disajikan secara terpisah pada
bagian awal laporan posisi isi keuangan
e. rekonsiliasi komponen-komponen pendapatan dan beban utama dari operasi yang
dihentikan yang diungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan menjadi laba
atau rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan yang disajikan di bagian awal
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
meskipun standar yang direvisi tidak memberikan setiap aturan yang terdefinisi secara
jelas namun hal ini mencakup 5 contoh perubahan strategis yang dimiliki atau akan memiliki
pengaruh besar pada operasi dana hasil keuangan entitas yang pada gilirannya akan
menghasilkan pelaporan komponen atau kelompok komponen yang dilepaskan sebagai
operasi yang dihentikan contoh contohnya adalah
● penjualan lini produk yang mempresentasikan 15 persen dari total pendapatan
entitas
● penjualan area geografis yang mempresentasikan 20 persen dari total aset entitas
● penjualan semua toko yang dimiliki entitas dalam salah satu dari dua jenis format
toko yang secara historis memberikan 30 sampai 40 persen dari laba neto entitas
dan 15 persen dari laba neto periode berjalan
● penjualan komponen yang merupakan investasi metode ekuitas yang
mempresentasikan 20 persen dari total aset entitas
● penjualan 80 persen dari lini produk yang menyumbang 40 persen dari total
pendapatan tetapi penjualan tetap memiliki 20 persen dari hak kepemiliknnya.

● Pos-pos Luar Biasa


sebelum tahun 2016 kategori khusus dari pos-pos yang tidak bertulang disebut sebagai
pos-pos luar biasa yang dilaporkan pada laporan keuangan korporat pos-pos luar biasa
awalnya didefinisikan di awal APB Opinion No. 9 sebagai peristiwa dan transaksi yang
berdampak material yang tidak diperkirakan akan sering terjadi dan tidak akan dianggap
sebagai faktor-faktor berulang dalam setiap evaluasi dari proses operasi bisnis yang biasa
pernyataan ini memberikan contoh-contoh peristiwa dan transaksi berikut: keuntungan atau
kerugian dari penjualan atau ditinggalkannya pabrik atau segmen bisnis yang penting
keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi yang tidak dimiliki untuk dijual kembali
penghapusan goodwill karena peristiwa yang tidak biasa selama periode tersebut upaya
mengancam atau mengambil alih propertii dan devaluasi mata uang utama di negara asing
tempat dimana perusahaan beroperasi.
APB No. 30 "pelaporan hasil-hasil operasi (Reporting the Results of Operations)"
(menggantikan FASB ASC 225-20-45) mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai peristiwa
dan transaksi yang dibedakan berdasarkan sifatnya yang tidak biasa dan jarang terjadi.
karakteristik-karakteristik ini didefinisikan sebagai berikut:
● sifat yang tidak biasa (unusual nature) peristiwa atau transaksi harus memiliki
tingkat abnormallintas yang tinggi dan tidak terkait atau hanya tiba-tiba terkait
dengan aktivitas-aktivitas biasa
● jarang terjadi (infrequency of occurrnce) peristiwa atau transaksi tidak dapat
diharapkan akan terjadi di masa mendatang
dalam APB Opinion No. 30 beberapa jenis transaksi didefinisikan karena tidak memenuhi
kriteria ini termasuk diantaranya penurunan nilai dan penghapusan piutang, persediaan,
peralatan yang disewakan kepada pihak lain, biaya riset dan pengembangan yang
ditanggungkan, atau aset tak berwujud lainnya; keuntungan atau kerugian dari transaksi
atau devaluasi valuta asing; keuntungan atau kerugian dari pelepasan segmen bisnis;
keuntungan atau kerugian dan lain dari penjualan atau ditinggalkannya properti, pabrik, dan
peralatan yang digunakan dalam bisnis dampak pemogokan dan penyesuaian akrual pada
kontrak jangka panjang
penyajian pos-pos luar biasa yang terjadi baru-baru ini didasarkan pada tinjauan
tambahan yang mana pada tanggal 9 januari 2015, FASB mengeluarkan Accounting
Standards Update (ASU) 2015-01,laporan laba rugi dan penghasilan konferehensif lain pos-
pos luar biasa dan tidak biasa (Income Statement Extraordinary and Unusual Item) sebagai
bagian dari inisiatif penyederhanaan. ASU ini menghilangkan konsep pos-pos luar biasa dari
GAAP AS. konsep ini dikeluarkan setelah FASB mendengar dari para pemangku
kepentingan bahwa konsep pos-pos luar biasa menyebabkan adanya ketidakpastian karena
tidak jelas kapan suatu komponen harus dianggap tidak biasa dan jarang terjadi.

● Perubahan Akuntansi
APB awalnya mempelajari masalah ini dan menerbitkan ketemuannya dalam APB No. 20
perubahan akuntansi (accounting changes) digantikan pernyataan ini mengidentifikasi tiga
jenis perubahan akuntansi membahas pertanyaan umum terkait kesalahan-kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan serta mendefinisikan perubahan dan kesalahan tersebut
sebagai berikut:
1. perubahan dalam prinsip akuntansi. jenis perubahan ini terjadi ketika entitas
mengadopsi GAAP yang berbeda dari yang sebelumnya digunakan untuk tujuan
pelaporan.
2. perubahan dalam entitas akuntansi. perubahan ini merupakan hasil dari
konsekuensi kebutuhan terhadap penyajian secara berkala
3. perubahan dalam entitas pelaporan. jenis perubahan ini disebabkan oleh perubahan
dalam unit pelaporan, yang bisa jadi merupakan hasil konsolidasi, perubahan pada
anak perusahaan tertentu atau perubahan dalam jumlah perusahaan yang akan di
konsolidasikan
4. kesalahan. kesalahan tidak dipandang sebagai perubahan akuntansi sebaliknya hal
ini merupakan hasil dari kelalaian atau kekeliruan seperti penggunaan metode
akuntansi yang tidak tepat atau kesalahan perhitungan secara matematis.
dewan kemudian menetapkan perlakuan akuntansi yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan pengungkapan dalam setiap contoh. pernyataan dasarnya adalah kelayakan
penyajian retroaktif paragraf-paragraf berikut mengikhtisarkan persyaratan akuntansi dari
APB opinion no 20
● perubahan dalam prinsip akuntansi (Changes in an Accounting Principle-CAP)

berdasarkan ketentuan awal dari APB Opinion no 20 ketika prinsip akuntansi diubah
maka hal tersebut akan diperlakukan baru-baru ini hal ini berarti perusahaan
menyajikan laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya sesaat sebelum
perubahan terjadi dengan pengaruh perubahan sebelumnya yang bersifat kumulatif
bersama sebagaimana yang ditujukan sebagai komponen dari laba neto untuk
priodei di mana perubahan tersebut terjadi. persyaratan ini dibutuhkan untuk
memenuhi perubahan tahunan dalam laba neto atas periode sebelumnya yang
terkait dengan perubahan dari satu GAAP ke yang lain.

● perubahan dalam estimasi

perubahan dalam estimasi ditangani secara prospektif. Mereka tidak memerlukan


penyesuaian atas laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya. Perubahan-
perubahan ini dicatat pada periode terjadinya perubahan atau jika lebih dari satu
periode dipengaruhi baik dalam periode terjadinya perubahan maupun di masa
mendatang.

● perubahan dalam entitas pelaporan

pelaporan perubahan dalam entitas pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif


dengan menyertakan kembali semua laporan keuangan yang disajikan seolah-olah
unit pelaporan baru telah ada pada saat laporan tersebut pertama kali disusun. Hal
ini berarti laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya disusun kembali untuk
mencerminkan hasil dari perubahan entitas pelaporan. Laporan keuangan juga harus
menunjukkan sifat perubahan dan alasan perubahan

● kesalahan

kesalahan didefinisikan sebagai penyesuaian periode sebelumnya oleh FASB ASC


250. Pada periode di mana kesalahan ditemukan sifat kesalahan dan pengaruhnya
terhadap laba operasi, laba neto dan jumlah perlembar saham yang terkait harus
diungkapkan. Terkait periode sebelumnya yang terpengaruh akan dilaporkan untuk
tujuan komparatif yang mana informasi yang diperbaiki harus diungkapkan untuk
periode dimana hal tersebut terjadi. Pernyataan ini adalah perpanjangan yang logis
dari perlakuan retroaktif yang diperlukan terkait perubahan akuntansi
berikut adalah contoh contoh kesalahan
1. perubahan dari praktek akuntansi yang secara umum tidak dapat diterima ke
pabrik yang secara umum dapat diterima
2. kesalahan yang bersifat matematis
3. kegagalan untuk menambah atau menunda pendapatan dan beban pada
akhir dari setiap periode akuntansi
4. klasifikasi biaya dan beban yang tidak tepat

● Laba Per Lembar Saham


Analis, investor, dan kreditur seringkali mencari sejumlah cara untuk mengikhtisarkan
kinerja perusahaan ke dalam satu angka beberapa cara yang tepat dan cepat dan efisien
untuk membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan. Perhitungan dan pengungkapan
laba per saham (Earning Per Share-EPS) memenuhi tujuan ini dengan memungkinkan para
pengguna laporan keuangan mengevaluasi kinerja perusahaan melalui satu angka. Selain
itu pengguna laporan laba rugi dan penghasilan konprehensif laini sebagai sumber
informasi yang utama oleh para pengambil keputusan telah menghasilkan kebutuhan untuk
mengungkapkan jumlah laba yang didapatkan oleh berbagai kelompok investor yang
berbeda. Jumlah laba yang diperoleh pemegang utang dan saham preferen disebut
sekuritas senior umumnya tepap. Pemegang saham biasa yang dianggap sebagai pemilik
yang tersisa. Klaimnya atas keuntungan korporat tergantung pada tingkat pendapatan dan
beban terkait yang tersisa setelah klam pemegang sekuritas senior dipenuhi. hal ini berarti
laba yang tersisa setelah distribusi bunga dan dividen peferen yang tersedia untuk dibagikan
kepada pemegang saham biasa merupakan fokus dari penentuan laba akuntansi. Jumlah
laba korporat yang dipegang yang diperoleh pemegang saham biasa akan dilaporkan pada
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dengan basis per lembar saham.

Hal 19-28

Ketika lebih dari satu kelompok saham biasa yang beredar, atau ketika sekuritas yang
beredar memiliki hak dividen partisipasi, atau ketika sekuritas yang beredar jelas
memperoleh sebagian besar nilainya dari hak konversi atau karakteristik saham biasa
yang dimiliki, sekuritas semacam itu harus dipertimbangkan sebagai “sekuritas sisa" dan
bukan “sekuritas senior" untuk keperluan perhitungan laba per lembar saham.
Ketentuan APB Opinion No. 9 ini hanya "sangat dianjurkan" dan tidak diwajibkan,
tetapi pengembangan konsep membentuk kerangka untuk APB Opinion No. 15, "Laba
per Lembar Saham (Earnings per Share). Pendapat terakhir mencatat pentingnya
penempatan informasi per lembar saham oleh investor dan pasar, serta menyimpulkan
bahwa metode perhitungan yang konsisten diperlukan untuk membuat jumlah EPS yang
dapat diperbandingkan di semua segmen dari lingkungan bisnis.
APB Opinion No. 15 mewajibkan penyajian angka EPS untuk laba sebelum pos-pos
luar biasa dan laba neto. Persyaratan ini digantikan dengan SFAS No. 128 (lihat FASB
ASC 260) yang mensyaratkan angka EPS" untuk laba dari operasi yang berkelanjutan dan
laba neto disajikan di bagian awal laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
SelainSelain itu, angka EPS untuk operasi yang dihentikan. pos-pos luar biasa," dan
dampak kumulatif dari perubahan akuntansi perlu diungkapkan.
Berdasarkan ketentuan dari APB Opinion No. 15. perusahaan memiliki struktur modal,
baik yang sederhana maupun yang kompleks. Struktar modal yang sederhana (simple
capital striuctere) hanya terdiri atas saham biasa atau sekuritas lain yang mana
pelaksanaan atau konversinya tidak akan secara agregat mendilusi EPS sebesar 3 persen
atau lebih.
Perusahaan-perusahaan dengan struktur modal yang kompleks--complex capital
structures (struktur modal yang menyertakan sekuritas yang berpotensi terdilusi, seperti
obligasi konversi) yang diminta mengungkapkan dua angka EPS, yakni: EPS primer dan
EPS yang sepenuhnya terdilusi. EPS primer (primary EPS) dimaksudkan untuk
memaparkan pengaruh yang paling mungkin terdilusi dari pelaksanaan atau konversi pada
EPS. Ini hanya mencakup pengaruh dilusi dari sekuritas yang setara dengan saham biasa
APB Opinion No. 15 menggambarkan sekuritas yang setara dengan saham biasa
(common stock equivalents) sebagai sekuritas yang tidak dalam bentuk saham biasa,
melainkan yang memuat ketentuan yang memungkinkan pemegang sekuritas tersebut
menjadi pemegang saham biasa dan untuk berpartisipasi dalam setiap apresiasi nilai
saham biasa. Sebagai contoh, waran saham, opsi, dan hak yang dianggap sekuritas yang
setara dengan saham biasa karena keberadaannya hanya memberi hak untuk memperoleh
saham biasa bagi pemegang sekuritasnya. Penyajian ganda mengharuskan EPS disusun
kembali dengan asumsi bahwa pelaksanaan atau konversi sekuritas yang berpotensi
terdilusi (sekuritas yang setara dengan saham biasa untuk EPS primer dan semua
sekuritas untuk EPS yang penuhnya terdilusi) benar-benar telah terjadi.
Ketentuan-ketentuan dalam APB Opinion No. 15 dikritik karena sifatnya yang
sewenang-wenang, terlalu rumit, dan tidak logis. Kritik difokuskan terutama pada
persyaratan untuk menentukan apakah sekuritas konversi adalah sekuritas yang setara
dengan saham biasa. Dengan APB Opinion No. 15, sekuritas konversi dianggap sebagai
sekuritas yang setara dengan saham biasa jika, pada saat emisinya, pengembaliannya
kurang dari dua pertiga dari pengembalian obligasi korporat. Persyaratan ini tidak
mencerminkan versi di pasar sekuritas yang dinamis. Akibatnya, perubahan harga pasar
setelah emisinya, yang dapat mengubah sifat konvertibel dari sekuritas senior ke sekuritas
yang kemungkinan akan dikonversi, menjadi diabaikan. Dengan demikian sekuritas yang
serupa yang diterbitkan oleh perusahaan yang berbeda kemungkinan telah
diklasifikasikan secara berbeda, untuk tujuan kesetaraan dengan saham biasa.
Selain itu, kebutuhan untuk penyajian ganda sebagaimana yang disyaratkan dalam
APB Opinion No. 15 dipertanyakan. Para kritikus dari penyajian EPS primer dan EPS
yang sepenuhnya terdilusi berpendapat bahwa perbedaan penting dari tidak ada dilusi
sampai sepenuhnya terdilusi adalah titik akhir pada rangkaian potensi dilusi, tetapi
banyak pengguna berpendapat bahwa penyajian EPS dasar (utik akhir tanpa dilusi) akan
lebih berguna daripada EPS primer karena menunjukkan hal-hal yang sebenarnya terjadi.
Selain itu, sebuah kajian riset menunjukkan bahwa EPS primer jarang berbeda dengan
EPS yang sepenuhnya terdilusi." Di sisi lain, Jennings, dkk. menemukan bahwa EPS
primer menjelaskan lebih banyak variasi dalam harga saham daripada EPS dasar. Mereka
berpendapat bahwa temuan ini menunjukkan kalau ketentuan dalam APB Opinion No 15
untuk mengukur EPS primer sedikit banyak berhasil mencerminkan potensi dilusi dari
saham biasa yang dapat diterbitkan secara kontingensi. Mereka juga menemukan bahwa
EPS yang sepenuhnya terdilusi menjelaskan lebih banyak variasi dalam harga saham
daripada EPS dasar atau EPS primer dan berpendapat bahwa hasil ini menunjukkan kalau
ketentuan dalam APB Opinion No. 15 mengklasifikasikan terlalu sedikit saham yang
dapat diterbitkan secara kontingensi sebagai sekuritas yang setara dengan saham biasa,
relatif terhadap penilaian yang dilakukan oleh para analis dan investor.
Pada tahun 1991, FASB berencana membuat laporan keuangan yang lebih berguna
bagi para investor dan kreditur dengan meningkatkan keterbandingan informasi keuangan
secara internasional. Selanjutnya, FASB melakukan proyek pada perhitungan dan
penyajian informasi EPS International Accounting Standards Committee telah memulai
proyek yang serupa pada tahun 1989. Kedua proyek dilakukan sebagai respons terhadap
kritik yang dilontarkan terkait sifat kompleksitas dan kesewenang-wenangan perhitungan
EPS sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Meskipun kedua badan sepakat
untuk saling bekerja sama dalam berbagi informasi, masing-masing badan mengeluarkan
pernyataan yang terpisah tetapi serupa, yakni: IAS No. 33 dan SFAS No. 128 (lihat FASB
ASC 260)
FASH memutuskan untuk mengganti EPS primer dengan EPS dasar menggunakan
alasan-alasan berikut:
1. Data EPS dasar dan EPS terdilusi akan memberikan para pengguna berbagai
kemungkinan EPS yang paling didukung secara faktual.
2. Penggunaan statistik EPS internasional secara umum adalah penting karena
analisa keuangan berorientasi pada basis data, serta internasionalisasi bisnis dan
pasar modal.
3. Gagasan sekuritas yang setara dengan saham biasa tidak dijalankan secara efektif
dalam praktiknya.
4. Perhitungan EPS primer dinilai kompleks dan mungkin tidak dapat dipahami
secara baik atau diterapkan secara konsisten.
5. Penyajian EPS dasar akan menghilangkan sejumlah kritik mengenai penentuan
sewenang-wenang terkait apakah suatu sekuritas adalah sekuritas yang setara
dengan saham biasa.
FASB ASC 260 mensyaratkan adanya penyajian EPS oleh semua perusahaan yang
telah menerbitkan saham biasa atau sekuritas lainnya, yang pada saat pelaksanaan atau
konversi akan menghasilkan emisi saham biasa ketika sekuritas tersebut diperdagangkan
publik. Perusahaan-perusahaan dengan struktur modal yang sederhana hanya akan
melaporkan angka EPS dasar. FASB ASC 260-10-45 mendefinisikan struktur modal yang
sederhana sebagai perusahaan yang hanya memiliki saham biasa yang beredar, Sementara
semua perusahaan lainnya wajib menyajikan jumlah EPS dasar dan EPS yang terdilusi.
EPS Dasar
Tujuan EPS dasar (basic EPS) adalah mengukur kinerja perusahaan selama periode
pelaporan dari perspektif pemegang saham biasa. EPS dasar dihitung dengan membagi
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah rata-rata tertimbang atas
jumlah saham yang beredar selama periode tersebut. Berikut rumus perhitungannya:
EPS Dasar =
Laba neto-Dividen Preferen
Jumlah Rata-Rata Tertimbang atas Jumlah Saham yang Beredar
EPS yang Terdilusi
Tujuan dari EPS yang terdilusi (diluted EPS) adalah mengukur kinerja proforma
perusahaan selama periode pelaporan dari perspektif pemegang saham biasa seolah-olah
pelaksanaan atau konversi sekuritas yang berpotensi terdilusi benar-benar telah terjadi.
Penyajian ini konsisten dengan tujuan kerangka konseptual, yakni memberikan informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, yang berguna dalam menilai prospek-prospek
perusahaan. EPS dasar bersifat historis. EPS tersebut melaporkan segala hal yang menjadi
kinerja perusahaan selama periode tersebut. EPS yang terdilusi mengungkapkan segala
hal yang bisa terjadi pada EPS jika dan ketika dilusi terjadi. Secara bersamaan, kedua
ukuran ini memberikan informasi untuk memproyeksikan informasi historis ke masa
depan dan menyesuaikan proyeksi tersebut terkait pengaruh dari potensi dilusi bagi para
pengguna. Dampak dilutif dari opsi beli (call options) dan waran (warrants) tercermin
dalam EPS dengan menerapkan metode saham treasuri (treasury stock). Dampak dilutif
dari opsi jual (put options) tertulis, yang mana mengharuskan entitas pelaporan untuk
membeli kembali bagian saham yang dimilikinya, dihitung menggunakan kebalikan dari
metode saham treasuri (reverse treasury stock). Sementara dampak dilutif dari sekuritas
konversi dihitung dengan menerapkan metode jika dikonversi (if-converted method).
Masing masing metode ini dijelaskan di bagian selanjutnya.
Sekuritas yang mana saat pelaksanaan atau konversinya bersifat antidilutif
(pelaksanaan atau konversi menyebabkan EPS meningkat) dikecualikan dari perhitungan
EPS yang terdilusi. EPS yang terdilusi harus melaporkan potensi maksimum dari dilusi.
Ketika terdapat lebih dari satu sekuritas yang berpotensi terdilusi, maka pengaruh masing-
masing sekuritas yang berpotensi terdilusi ditentukan terlebih dahulu dengan menghitung
laba per lembar saham tambahan. Sekuritas kemudian disertakan secara berurutan dalam
perhitungan EPS yang terdilusi. Sekuritas yang memiliki laba per lembar saham
tambahan yang terendah (misalnya, sekuritas dengan pengaruh yang berpotensi terdilusi
tertinggi) disertakan terlebih dahulu.
Opsi Beli dan Waran
Opsi beli dan waran memberi hak kepada pemegang untuk membeli bagian saham
perusahaannya dengan harga opsi (pelaksanaan atau kesempatan) yang ditentukan
sebelumnya. Dalam pelaksanaan opsi saham dan waran tertentu, pemegang menerima
bagian saham biasa dalam bentuk uang tunai. Pemegang akan menggunakan opsinya
hanya ketika harga pasar dari saham biasa melebihi harga opsi. Ketimbang membuat
asumsi kompleks terkait bagaimana perusahaan menggunakan hasil tunai dari
pelaksanaan opsi beli atau waran yang diasumsikan FASB, perlu menggunakan metode
saham treasuri (treasury stock method) untuk menentukan pengaruh dilusi pada EPS.
Dengan pendekatan ini, saham treasuri dianggap dapat dibeli menggunakan asumsi hasil
dari pelaksanaan opsi pada rata-rata harga pasar yang terjadi selama periode akuntansi
tersebut. Perbedaan di antara jumlah saham yang diasumsikan akan diterbitkan pada
pelaksanaan opsi dan jumlah saham treasuri yang diasumsikan telah dibeli disebut
sebagai saham tambahan (incremental shares). Saham tambahan ditambahkan ke jumlah
rata-rata tertimbang atas saham yang beredar selama periode tersebut untuk menentukan
pengaruh dilusi dari pelaksanaan opsi atau waran.
Opsi Jual Tertulis
Opsi jual tertulis dan kontrak beli serah (Gorward purchase contracts) mengharuskan
entitas pelaporan untuk membeli kembali bagian saham yang dimilikinya pada harga
yang telah ditentukan sebelumnya. Sekuritas ini bersifat dilutif ketika harga pelaksanaan
di atas rata-rata harga pasar selama periode tersebut. Oleh karena itu, dampak dilutifnya
dihitung menggunakan kebalikan metode saham treasuri (reverse treasury stock method).
Prosedur ini pada dasarnya adalah kebalikan dari metode saham treasuri yang digunakan
untuk opsi beli dan waran.
Dengan menggunakan kebalikan dari metode saham treasuri, terdapat anggapan bahwa
perusahaan telah menerbitkan saham biasa dalam jumlah yang memadai pada rata-rata
harga pasar untuk menghasilkan kecukupan kas demi memenuhi kontrak. Selanjutnya,
terdapat asumsi bahwa hasil dari emisi saham dapat digunakan untuk melakukan
pembelian (membeli kembali saham berdasarkan kontrak). Saham tambahan (selisih di
antara jumlah saham yang diasumsikan akan diterbitkan dengan jumlah saham yang akan
diterima ketika pembelian dilakukan) akan ditambahkan ke penyebut untuk menghitung
EPS yang terdilusi.
Sekuritas konversi
Sekuritas konversi adalah sekuritas (biasanya obligasi atau saham preferen) yang dapat
dikonversi menjadi sekuritas lain (biasanya saham biasa) pada nilai tukar yang telan
ditentukan sebelumnya. Untuk menentukan apakah sekuritas konversi terdilusi diperlukan
perhitungan EPS seolah-olah konversi telah terjadi. Angka “seolah-olah dikonversi-a-if-
convert” kemudian dibandingkan dengan EPS tanpa konversi. Jika konversi membuat
EPS menurun, maka sekuritas terdilusi. Jika tidak, sekuritas akan dianggap antidilutif,
dan pengaruh konversi pada proformanya tidak akan disertakan di dalam EPS yang
terdilusi. Berdasarkan metode jika dikorversi (if-converted method),
1. Jika perusahaan memiliki saham preferen konvertibel, dividen preferen yang
berlaku untuk saham preferen konvertibel tidak dikurangkan dari laba neto dalam
pembilang EPS. Jika saham preferen telah dikonversi, maka saham preferen tidak
akan beredar selama periode tersebut dan dividen preferen tidak akan dibayarkan.
Oleh karenanya tidak akan ada klaim pemegang saham preferen konvertibel
terhadap laba neto.
2. Jika perusahaan memiliki utang konversi, maka beban bunga yang berlaku untuk
utang konvertibel setelah pengaruh pajaknya ditambahkan ke pembilang. Jika
utang konvertibel dapat dikonversi, bunganya tidak akan dibayarkan kepada
kreditur. Pada saat yang sama, tidak akan ada manfaat pajak yang terkait.
Akibatnya, laba neto, dan oleh karenanya laba untuk pemegang saham biasa, akan
menjadi lebih tinggi dengan jumlah beban bunga yang diminimalkan dikurangi
manfaat pajaknya.
3. Jumlah saham yang seharusnya diterbitkan pada konversi sekuritas konversi akan
ditambahkan ke penyebut dalam perhitungan EPS.
Saham yang Dapat Diterbitkan secara Kontingensi
Saham yang dapat diterbitkan secara kontingensi adalah saham yang emisinya bergantung
pada pemenuhan kondisi tertentu, seperti mencapai tingkat laba tertentu atau harga pasar
dari saham biasa di masa depan. Jika semua kondisi yang diperlukan belum terpenuhi
sampai akhir periode pelaporan, FASB ASC 260 mensyaratkan bahwa saham yang dapat
diterbitkan secara kontingensi disertakan ke dalam perhitungan EPS yang terdilusi
berdasarkan jumlah saham yang akan dikutsertakan, jika ada, jika periode pelaporan
adalah akhir dari periode kontingensi. Sebagai contoh, jika saham dapat diterbitkan
setelah tingkat laba neto tertentu terpenuhi, maka perusahaan harus mengasumsikan
bahwa tingkat laba saat ini akan berlanjut sampai akhir kesepakatan. Dengan asumsi ini,
jika laba saat ini setidaknya sama besar dengan tingkat laba yang ditargetkan, maka
saham yang dapat diterbitkan secara kontingensi harus disertakan ke dalam EPS yang
terdilusi jika sifatnya dilutif.
Kegunaan dari Laba per Lembar Saham
Tujuan data EPS secara keseluruhan bagi para investor adalah memberikan indikasi nilai
perusahaan dan perkiraan dividen di masa depan. Masalah teoretis utama penyajian EPS
adalah apakah informasi ini harus didasarkan pada informasi historis atau perkirraa
(forecast). Badan akuntansi yang berwenang umumnya mengambil posisi informasi
keuangan seharusnya hanya didasarkan pada data histori. Pandangan umumnya
diungkapkan oleh APB Opinion No. 15 dan saat ini dimuat di FASB ASC yang se 60
yang konsisten dengan kecenderungan ini.
EPS telah dikenal sebagai ringkasan indikator (summary indicator)-komponen tunggal
Perusahaan lmengomunikasikan berbagai informasi mengenai kinerja atau posisi
keuangan cenderungan yang terus berlanjut terhadap kompleksitas dalam pelaporan elan
menyebabkan banyak pengguna laporan keuangan menggunakan ringkasan indikator,
EPS sangat populer karena dianggap memuat informasi yang berguna dalam memprediksi
deviden dan harga saham di masa depan, dan sering kali digunakan sebagai ukuran
efisiensi manajemen. Namun, kebutuhan para investor mungkin lebih baik dipenuhi
dengan ukuran-ukuran yang memprediksi arus kas di masa depan (Seperti Keuangan yang
telah menyet di Bab 7, data arus kas mungkin memberikan informasi yang lebih relevan
bagi para investor daripada data, laba yang menggunakan laba akuntansi berbasis akrual.
LABA KOMPREHENSIF
Masalah- masalah mengenai pelaporan laba telah dikarakterisasi secara luas terkait
perbedaan di antara kinerja operasi saat ini dan konsep laba inklusif. Meskipun FASB
umumnya telah mengikuti konsep laba inklusif, pihaknya telah membuat beberapa
pengecualian khusus atas konsep tersebut. Beberapa standar akuntansi mengharus
komponen-komponen tertentu yang memenuhi syarat sebagai komponen lat komprehensif
dikecualikan dari laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Komponen-
komponen lain perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Alasan untuk
perlakuan ini adalah karena proses perolehan laba tidak lengkap. Contoh komponen-
komponen yang saat ini tidak diungkapkan pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain konvensional dan dilaporkan di bagian lain, yaitu,
1. Penyesuaian translasi mata uang asing (lihat Bab 16).
2. Keuntungan dan kerugian dari transaksi mata uang asing yang ditetapkan sebagai
dan berlaku efektif sebagai, lindung nilai ekonomi atas investasi neto dalam
entitas asing (lihat Bab 16).
3. Keuntungan dan kerugian dari transaksi mata uang asing antarperusahaan yang
dikategorikan sebagai investasi jangka panjang (yaitu, penyelesaian yang tidak
direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang), ketika entitas dihadapkan
dengan transaksi yang dikonsolidasikan, digabungkan, atau dicatat dengan metode
ekuitas dalam laporan keuangan entitas pelaporan (lihat Bab 16).
4. Perubahan nilai pasar dari kontrak berjangka (futures contract) yang memenuhi
syarat Sebagai lindung nilai atas aset yang dilaporkan pada nilai wajar kecuali jika
pengakuan lebih awal atas keuntungan atau kerugian dari penghasilan diperlukan
karena tingginya korelasi belum terbukti (lihat Bab 16).
5. Kelebihan liabilitas pensiun tambahan atas biaya layanan sebelumnya yang tidak
diakui (lihat Bab 14).
Pada tahun 1996, FASB memprakarsai proyek yang dirancang untuk meminta
pengungkapan atas semua komponen laba komprehensif dari usaha bisnis. Proyek ini
dilakukan sebagai respons terhadap berbagai kekhawatiran, termasuk meningkatnya
penggunaan pembiayaan di luar laporan posisi keuangan, praktik pelaporan beberapa
komponen laba komprehensif secara langsung ke dalam ekuitas pemegang saham, dan
pengakuan terhadap perlunya mengembangkan harmonisasi standar-standar akuntansi
internasional. Hasil dari proyek ini adalah SFAS No. 130, "Pelaporan Laba Komprehensif
(Reporting Comprehensive Income)" (lihat FASB ASC 220).
Masalah-masalah yang dipertimbangkan dalam proyek ini disusun dengan lima
pertanyaan umum: apakah laba komprehensif harus dilaporkan, apakah penyesuaian
akuntansi secara kumulatif harus disertakan ke dalam laba komprehensif, bagaimana
komponen-komponen laba komprehensif harus diklasifikasikan untuk pengungkapan.
apakah laba komprehensif harus diungkapkan dalam satu atau dua laporan kinerja
keuangan, dan apakah komponen-komponen dari penghasilan komprehensif lain (Other
Comprehensive Income-OC) harus ditampilkan sebelum atau setelah pengaruh pajak
yang terkait.
Laba komprehensif (comprehensive income) didefinisikan scbagai "perubahan dalam
ekuitas (aset neto) perusahaan selama periode dari transaksi, serta peristiwa dan keadaan
sumber nonpemilik."Ini mencakup semua perubahan ekuitas selama periode tersebut
kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik. Istilah laba
komprehensif digunakan untuk menggambarkan total dari semua komponen laba
komprehensif, termasuk laba neto. FASB ASC 220-10-20 menggunakan istilah
Penghasilan komprehensif lain untuk merujuk pada pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian yang disertakan di dalam perhitungan laba komprehensif tetapi dikecualikan
dari laba neto. Tujuan yang ditetapkan dari pelaporan laba komprehensif adalah
melaporkan ukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan dengan mengungkapkan
semua perubahan dalam ekuitas perusahaan yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa
ekonomi lainnya yang diakui pada periode tersebut selain transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya scbagai pemilik.
ASB ASC 220 mensyaratkan pengungkapan laba komprehensif dan membahas cara
melaporkan dan mengungkapkan laba komprehensif, beserta komponen-komponennya,
termasuk laba neto. Namun, FASB tidak menentukan waktu pengakuan atau cara
mengukur komponen-komponen yang membentuk laba komprehensif. FASB
menunjukkan bahwa standar akuntansi yang ada dan yang akan datang akan memberikan
pedoman terkait komponen-komponen yang perlu disertakan dalam laba komprehensif
dan komponen-komponennya. Ketika digunakan bersamaan dengan pengungkapan dan
informasi yang terkait dalam laporan keuangan lainnya, maka informasi yang diberikan
oleh pelaporan laba komprehensif harus membantu para investor, kreditur, dan pihak
pinak lainnya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, beserta waktu dan besarnya
arus kasnya di masa depan.
Dalam menyikapi komponen-komponen yang harus disertakan di perhitungan laba
komprehensif, masalah utamanya adalah apakah pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu
dari periode sebelumnya, seperti dampak kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi,
harus dilaporkan sebagai bagian dari laba komprehensif. Dalam upaya memperoleh
kesimpulan awal, FASB mempertimbangkan definisi laba komprehensif yang awalnya
dimuat di SFAC No. 5. yang menunjukkan bahwa konsep tersebut mencakup semua
perubahan yang diakui dalam ekuitas (aset neto), termasuk penyesuaian akuntansi secara
kumulatif, Dewan memuluskan untuk mengikuti definisi itu, dan kemudian menyertakan
penyesuaian akuntansi secara kumulatif sebagai bagian dari laba komprehensif. Pada
tahun 2005, FASB mengesampingkan keputusan ini dan sekarang mewajibkan adanya
penyajian retroaktif terkait pengaruh perubahan dalam prinsip akuntansi.
Sehubungan dengan komponen-komponen dari laba komprehensif, FASB ASC 220
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan jumlah laba neto yang harus diberikan
kedudukan yang sama dengan jumlah yang diungkapkan untuk laba komprehensif. Ketika
laba komprehensif hanya mencakup laba neto, maka laba komprehensif dan laba neto
nilainya sama. Standar ini tidak mengubah komponen-komponen laba neto maupun
klasifikasinya dalam laporan laba rugi penghasilan komprehensif lain. Sebagaimana yang
dibahas sebelumnya. total laba neto termasuk laba dari operasi yang berkelanjutan dan
operasi yang dihentikan. Komponen-komponen yang termasuk dalam penghasilan
komprehensif lainnya akan diklasifikasikan berdasarkan sifatnya.
Total penghasilan komprehensif lainnya, untuk elemen-elemen yang tidak dilaporkan
sebagai bagian dari laba neto konvensional untuk suatu periode, harus ditransfer ke
komponen ekuitas yang terpisah dalam laporan posisi keuangan pada akhir periode
akuntansi. Judul deskriptif, seperti akumulasi penghasilan komprehensif lainnya
(accumulated other conprehensive income) akan digunakan untuk komponen ekuitas
tersebut. Perusahaan juga harus mengungkapkan akumulasi saldo untuk setiap klasifikasi
dalam komponen ekuitas yang terpisah di bagian awal dari laporan posisi keuangan.
laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan yang menyertai laporan
keuangan tersebut. Klasifikasi tersebut harus sesuai dengan klasifikasi yang digunakan
untuk komponen-komponen penghasilan komprehensif lainnya dalam laporan kinerja
keuangan.
Pertanyaan utama mengenai pengungkapan laba komprehensif pada laporan keuangan
korporat adalah, “Apakah jumlah ini memberikan informasi tambahan yang
memungkinkan adanya prediksi yang lebih baik bagi para investor?" Buktinya sejauh ini
beragam. Kajian yang dikutip sebelumnya oleh Hirst dan Hopkins menemukan bahwa
penyajian laba komprehensif memengaruhi estimasi para analis keuangan atas nilai
perusahaan yang terlibat dalam upaya manajemen laba. Namun. Dhaliwal, Subramanyam,
dan Trezevant tidak menemukan bahwa laba komprehensif terkait dengan nilai pasar dari
saham perusahaan atau bahwa hal itu merupakan prediktor yang lebih baik atas arus kas
masa depan daripada laba neto. Riset tambahan diperlukan untuk menilai hubungan ini
lebih lanjut.
Penyesuaian Periode Sebelumnya
Terkadang, perusahaan membuat kesalahan dalam catatan akuntansinya. Kadang- kadang
"kesalahan" ini terjadi karena kesalahan penerapan aturan, prinsip, atau estimasi
akuntansi, baik yang disengaja maupun yang mengandung kecurangan. Sebagai contoh,
pada musim semi tahun 2002, auditor internal di WorldCom mengungkapkan kecurangan
akuntansi secara besar-besaran. yang mana perusahaan mengapitalisasi beban operasi dan
mulai menyusutkannya daripada membebankannya pada tahun terjadinya. Dalam kasus
seperti ini, perusahaan harus menyajikan kembali laporan keuangannya dan
menyesuaikan banyak akun untuk membersihkan pembukuannya.
Umumnya, kesalahan tidak disengaja dan muncul karena kesalahan dalam aritmatika,
pencatatan berganda, jumlah yang ditransposisikan, atau kegagalan untuk mencatat
transaksi atau penyesuaian. Jika perusahaan nmenemukan kesalahan pada periode
terjadinya kesalahan tersebut, maka penyesuaian perlu dibuat pada akun-akun yang
terpengaruh untuk memperbaikinya. Namun. jika kesalahan tidak ditemukan sampai
periode berikutnya, perusahaan perlu membuat penyesuaian periode sebelumnya.
Penyesuaian periode sebelumnya (prior period adjustments) termasuk menyesuaikan nilai
saldo laba awal dan melaporkan adanya penyesuaian. baik dalam laporan perubahan
ekuitas pemegang saham maupun laporan saldo laba yang terpisah.

Hal 29-49
INSIATIF PENYEDERHANAAN

Pada bulan juni 2014,FASB mengumumkan rencana untuk mengurangi kompleksitas standar
stndar akuntansi. Rencana yang disebut sebagai insiatif penyederhanaan (simplefication intiative) ini
termasuk menambahkan proyek proyek dengan cangkupan sempit ke agenda FASB yang telah
didentifikasi oleh berbagai pemangkau kepentingan sebagai peluang untuk menyederhanakan GAAP
dalam periode waktu yang relatif singkat.

USULAN FORMAT UNTUK LAPORAN LABA KOMPREHENSIF

Pada tahu 2001,FASB dan IASB menambahkan ke masing masing agenda proyekpelaporan
kinerja keuangannya, mereka awalnya melakukan proyek proyek tersebut secara independen, tetapi
pada tahun 2004, dewan memutuskan bahwa mereka harus melakukan proyek bersama untuk
mengembangkan konvergensi standar standar akuntansi.

Tujuan dari proyek gabungan ini adalah menetapkan sejumlah pedoman bagi organisasi dan
penyajian informasinya dalam laporan keuangan.tujuan dewan adalah meningkatkan kegunaan
informasi yang disediakan didlam laporan keuangan entitas untuk membantu para pengguna
mengambil keputusan dalam kapasitasnya sebagai penyedia modal.
Pada bulan oktober 2010, dewan menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk
menyediakan waktu yang diperluka untuk membahas masalah masalah proyek.

NILAI LABA KORPORAT

Analisis keuangan dari laporan laba rugi dan penghasilan komprehensip lain perusahaan berfokus
pada kinerja operasi perusahaan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan sbg:

1. Apakah sumber sumber pendapatan perusahaan yang utama ?


2. Apakah pendapat perusahaan berkelanjutan?
3. Apakah rasio laba bruto perusahaan ?
4. Apakah margin laba operasi perusahaan?
5. Apakah hubungan diantara laba dan harga padar dari saham perusahaan?

SUMBER PENDAPATAN

Banyak korporasi terbesar sangat terdiversifikasi, yang mana berarti mereka menjual
berbagai produk. Setiap produk tersebut memiliki masing masing tingkat profitabilitas, pola
pertumbuhan yang diharapkan, dan tingkat resiko.salah satu tingkat risiko adalah ketergantungan
perusahaan pada para pelanggan utama.jika pendapatan perusahaan dari satu pelanggan sama
dengan atau lebih besar 10 persen dari total pendapatanya,maka fakta tersebut harus diungkapkan.

KEBERLANJUTAN PENDAPATAN

Keberlanjutan pendapatan perusahaan dapat dinilai dengan menganalisis tren


pendapatanya dari waktu dan meninjau diskusi dan analisis manajemen.

Diskusi dan analisis manajemen

Bagian diskusi dan analisis manajemen dalam laporan tahunan perusahaan dapat
memberikan informasi yang berharga terkait berkelanjutan laba perusahaan dan biaya biaya yang
terkait dengannya.SEC mewajibkan perusahaan perusahaan untuk mengungkapkan setiap
perubahan atau potensi perubahan dalam pendapatan dan beban agar dapat membantu
mengevaluasi kemungkinan adanya penyimpangan dari periode ke periode.

Analisis laba bruto

Analisis laba bruto berfokus pada upaya menjelaskan variasi dalam penjualan, beban pokok
penjualan, dan pengaruhnya terhadap laba bruto. Analisis ini dapat ditinggatkan dg memisahkannya
ke dalam beberapa lini produk.perubahan tahunan dalam laba bruto disebabkan oleh perubahan
volume penjualan, perubahan harga jual perunit, dan perubahan biaya per unit.

● Persentase laba bruto perusahaan dihitung sebagai berikut:

Persentase laba bruto = laba bruto/penjualan neto

Penilaian laba dan arus kas dimasa depen memengaruhi harga pasar saham perusahaan.
Selama tiga dekade terakhir, peneliti akuntansi telah meneliti hubungan diantara laba korporat dan
harga saham perusahaan. Salah satu ukuran yang diketahui berguna dalam menilai hubungan ini
adalah rasio harga terhadap laba perusahaan (company’s price-to-earining ratio-P/E ratio) yang
dapat dihitung sebagai berikut:

● Rasio harga terhadap laba perusahan = harga pasar per lembar saham saat ini/laba per
lembar saham

INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS

Selain menerbitkan IAS No.33 tentang laba per lembar saham, international accounting
standards board juga:

1. Mendefinisikan kinerja dan laba di dalam “kerangka untuk penyusun dan penyajian laporan
keuangan .
2. Membahas tujuan dan informasi yang akan disajikan pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensip lain di dalam IAS No. 1, “penyajian laporan keuangan”
3. Membahas beberapa komponen laporan laba rugi dan penghasilan komprehensip lain di
dalam amandemen IAS No.8, yang saat ini berjudul “kebijakan akuntansi,perubahan estimasi
akauntansi, dan kesalahan.
4. Amandeman IAS No.33.
5. Membahas penyajian dan pengungkapan yang diperluakan atas operasi yang dihentikan
dalam IFRS No.5, “aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan
(non-current asset held for sale and discontinued operation).”
6. Menerbitkan amademen untuk IAS No.1 yang terkait dengan laba komprehensif.

KERANGKA UNTUK PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Dalam pembahasan mengenai kinerja,IASB mencatat bahwa keuntungan digunakan untuk


mengukur kinerja atau sebagai dasar untuk tindakan lain,seperti imbal hasil atas investasi (return on
investment ) atau laba per lembar saham (earning per share). Elemen elemen yang terkait dengan
pengukuran laba adalah penghasilan dan beban, tetapi pengukuran penghasilan dan beban, dan
akhirnya laba bergantung pada konsep modal dan pengelolaan modal yang digunakan oleh
perusahaan dalam menyusun laporan keungannya. Konsep pengelolaan modal, pengelolaan modal
fisik, dan pengelolaan modal keuangan didefinisikan oleh IASB dalam cara yang mirip dengan
bagaimana konsep konsep tersebut didefinisikan sebelumnnya Di bab ini.

IAS No.1

IAS No.1 “penyajian laporan keuangan (presentation offinancaial statements)” awalnya


diterbitkan pada tahun 2003 dan kemudian diubah pada tahun 2007. Standar ini juga dipengaruhi
oleh proyek perbaikan dan beberapa interpretasi sejak awal diterbitkannya. Tujuan IAS No.1 adalah
menentukan dasar penyajian bagi laporan keuangan bertujuan umum memastikan adanya
keterbandingan. Baik dengan laporan keuangan entitas priode sebelumnya mauapun dengan
laporan keuangan entitas lain.

IAS NO.8
IAS No.8 menunjukkan bahwa dalam membuat penilaian tersebut sumber sumber berikut
harus dipertimbangkan secara berurutan.

1. Persyaratan dan pedoman dalam standar dan interpretasi IASB sehubungan dengan masalah
yang serupah dan terkait.
2. Definisi,kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, pendapatan dan
beban dalam kerangka penyajian laporan keungan.
3. Pernyataan terbaru dari lembaga pembuat stndar lainya yang menggunakan kerangka
konseptual yang serupa untuk mengembangkan standar akuntansi.
4. Literatur akuntansi lainya dan praktik praktik industri yang dapat diterima.

IAS No.33

IAS No.33 menguraikan pengungkapan dan pedoman berikut:

1. EPS dasar dan EPS yang terdilusi harus disajikan untuk (a) keuntungan atau kerugian dari
operasi yang berkelanjutan dan (b) keuntungan atau kerugian neto pada bagia awal laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensip laim untk setiap kelompok saham biasa dimasing
masing periode disajikan
2. Potensi saham biasa bersifat dilutif hanya jika konfersinya kesaham biasa akan menurunkan
EPS dari operasi yang berekelanjutan
3. Kontrak kontrak yang dapat diselesaikan dalam bentuk kas atau saham termasuk anggapan
yang dapat dibantah bahwa kontrak akan diselesaikan dalam bentuk saham.
4. Jika suatu entitas membeli (untuk membatalkan) saham preferensinya sendiri lebih dari
jumlah tercatatnya, maka kelebihan (premi) harus diperlakukan sebagai dividen preferen
dalam menghitung EPS dasar (dikurangkan dari pembilang dalam perhitungan EPS ).
5. Pedoman diberikan terkait cara memperhitungkan dampak dari saham yang dapat
diterbitkan secara kontinggensi; potensi saham biasa dari anak perusahaan, ventura
bersama, atau rekanan;sejumlah sekuritas yang berpatisipasi;opsi jual tertulis ; serta opsi
beli dan opsi jual yang dibeli/diperoleh.

IFRS No.5

IFRS NO.5 melarang klasifikasi retroaktif sebagai operasi yang dihentikan ketikakriteria
dihentikan dipenuhi setelah tanggal laporan posisi keuangan selain itu, pengungkapan berikut
diperlukan:

1. Penyesuaian yang dilakukan pada periode berjalan dengan jumlah yang diungkapkan sebagai
operasi yang dihentikan pada periode sebelumnya harus diungkapakan secara terpisah
2. Jika entitas berhenti mengklasifikasikan komponen sebagai dimiliki untuk dijual,hasil dari
komponen yang sebelumnya sesajikan dalam operasi yang dihentikan harus direklasifikasi
dan disertakan dalam penghasilan dari operasi yang berkelanjutan untuk semua periode
yang disajikan.

AMANDEMEN IAS No.1

Pada tahun 2011, IASB menerbitkan amandemen untuk IAS No.1 “penyajian laporan
keuangan (presentation of finansial statement,”yang berkaitan dengan penyajian laba
komprehensip. Sebelumnya telah diterbitkan draf eksposur yang mengusulkan keharusan
menyajikan penghasilan komprehensip lainya dalam saru laporan keungan, tetapi para responden
dari draf eksposur tersebut berpendapat bahwa perubahan itu terlalu IAS konvresial untuk
disertakan dalam amandemen akhir.

Anda mungkin juga menyukai