Tentang
INSTRUMEN KEUANGAN
Oleh :
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU :
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat serta
taufik-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “INSTRUMEN KEUANGAN” ini
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I, Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang akan menjadi shafa’atul uthma
bagi kita semua di akhirat kelak. Amiin.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Elfina Yenti, SE. M. Si. AK yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini dan senantiasa membimbing
dan memberikan ilmunya kepada kami. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan makalah
kami selanjutnya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A. Latar Belakang……………………………………………………….….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….1
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………..….2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………........3
A. Instrumen Keuangan……………………………………………………..3
A. Kesimpulan……………………………………………………………...12
B. Saran………………………………………………………………..……12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……..13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang diketahui, setiap negara memiliki standar-standar akuntansi yang berbeda
yang dapat mempersulit pengguna laporan dalam memahami isi laporan keuangan. Sehingga
International Accounting Standards Board (IASB) menerbitkan standar-standar akuntansi
internasional yang dapat diterapkan oleh setiap negara yaitu Internasional Financial Reporting
Standard (IFRS). Oleh karena itu, setiap negara mulai melakukan konvergensi dari standar
akuntansi negara masing-masing dengan IFRS dan telah mulai diterapkan di Uni-Eropa pada 1
januari 2005 dan di Indonesia sudah ada beberapa PSAK yang diadopsi dengan IFRS yang telah
diterapkan pada tahun 2008.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan adalah setiap perjanjian yang menciptakan aset keuangan dari satu
entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain(paragraf 11, AASB 132).
Dengan demikian, penjualan barang oleh satu entitas keyang lain secara kredit akan
menimbulkan aset keuangan untuk penjual (piutang)dan kewajiban keuangan untuk pembeli
(hutang dagang). Adapun standar akuntansi yang mengatur instrumen keuangan adalah sebagai
berikut :
1. PSAK 50 (revisi 2010) instrumen keuangan merupakan penyajian adopsi dari IAS : Financial
Instruments Presentation
2. PSAK 55 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengakuan dan penilaian adopsi dari
IAS 39: Financial Instrument Recognition and Valuation
3. PSAK 60 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengungkapan adopsi dari IFRS 7:
Financial Instrument Disclosure
3
kas atau aset keuangan lainnya atau secara otomatis menjual kembali kepada penerbit pada
saat terjadinya peristiwa yang tidak pasti di masa depan.
➢ Instrumen Keuangan
IAS 32 ~ PSAK 50, membahas mengenai :
- Definisi
- Pemisahan liabilitas dan ekuitas
- Instrumen keuangan majemuk.
- Saham treasuri, bunga, dividen, kerugian/keunntungan
- Saling hapus atas aset dan liabilitas
4
➢ PSAK 50
- PSAK 50 merupakan adopsi dari IAS 32 Financial Instrument Presentation
- PSAK revisi 2006 baru berlaku 2008 ditunda penerapan 2010
- PSAK revisi 2010 merevisi PSAK 50 (sebelumnya mengenai instrumen keuangan: penyajian dan
pengungkapan yang diterbitkan tahun 2006).
- PSAK 50 (revisi 2010) diadopsi dari IAS 32 versi Oktober 2009.
- PSAK 50 (2014)
* Penghapusan pengaturan pajak penghasilan terkait dividen
* Penambahan persyaratan saling hapus aset dan liabilitas keuangan
* Penyesuaian definisi nilai wajar sesuai PSAK 68
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material :
- Merubah PSAK 50 Akuntansi investasi efek tertentu ~ mengatur penyajian dan pengukuran
- PSAK 50 (revisi 2006) mengatur tentang instrumen keuangan: penyajian dan pengungkapan.
- Perubahan menyeluruh instrumen keuangan karena sebelumnya hanya mengatur investasi efek
tertentu, tidak termasuk bentuk instrumen keuangan yang lain.
- PSAK 50 (revisi 2010) mengatur tentang penyajian instrumen keuangan.
- Pengaturan tentang pengungkapan instrumen keuangan diatur dalam
PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
● Ruang lingkup & Definisi ( puttable instrument)
● Penyajian :
○ Liabilitas dan ekuitas
○ Instrumen keuangan majemuk
○ Saham treasuri
○ Bunga, dividen, keuntungan dan kerugian
○ Saling hapus aset dan liabilitas keuangan
- Pengaturan baru : puttable instrumen; Kewajiban menyerahkan bagian aset neto secara prorata
saat likuidasi; Reklasifikasi dari liabilitas keuangan ke instrumen ekuitas dan sebaliknya. PSAK
50 (revisi 2014), berisi tentang : Tujuan, Ruang Lingkup dan Definisi
- Penyajian
● Liabilitas dan Ekuitas
● Instrumen Keuangan Majemuk
● Saham yang Diperoleh Kembali
● Saham, Deviden, Kerugian dan Keuangan
● Saling Hapus antar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan (revisi 2013)
- Pedoman Penerapan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PSAK 50
- Contoh Ilustrasi, melengkapi tetapi bukan merupakan bagian dari PSAK 50.
5
Prinsip dalam pernyataan ini melengkapi :
● Prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
● Pengungkapan informasi mengenai prinsip tersebut dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan.
6
D. Klasifikasi Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:
1. Aset Keuangan
a. Aset Keuangan Diukur dengan Nilai Wajar Melalui Laba Rugi
Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi adalah aset keuangan yang
dimaksudkan untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat. Aset keuangan ini
merupakan komponen utama aset perusahaan. Bagi entitas lainnya, aset keuangan ini
merupakan bentuk investasi sementara untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas perusahaan.
Entitas dapat memanfaatkan kelebihan kas yang dimiliki untuk membeli saham atau obligasi
yang diharapkan dapat memperoleh dividen, bunga, atau kenaikan nilai investasi (capital
gain). Menurut PSAK 55 (Revisi 2013) aset keuangan diklasifikasikan jika memenuhi salah
satu dari kondisi berikut :
- Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika :
● Diperoleh untuk dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat
● Bagian dari portofolio instrumen keuangan teridenifikasi yang dikelola bersama
dan yang ada bukti dari pola aktual pengambilan keuntungan jangka pendek
(short tern profit taking).
● Merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan instrumen lindung nilai
yang ditetapkan dan efektif).
- Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Dalam
melakukan penetapan ini akan menghasilkan informasi yang relevan karena :
● Melakukan selisih antara nilai tercatat dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan
akan dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komprehensif. Untuk itu investasi ini disebut sebagai nilai
wajar melalui laba rugi, karena selisih perubahan nilai wajar dilaporkan dalam
laba rugi.
b. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo Investasi dimiliki hingga jatuh tempo (held to
maturity-HTM) adalah aset non keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan dan kemampuan untuk memiliki
aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Investasi tersebut termasuk obligasi
pemerintah, obligasi perusahaan dan investasi dalam komersial tagihan, catatan, dan surat
utang. Investasi pada hold-to-maturity ini mengecualikan investasi yang :
- Ditetapkan sebagai pada nilai wajar melalui laba atau rugi
- Ditetapkan entitas sebagai tersedia untuk dijual
- Memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang.
Dalam hal ini entitas tidak diperbolehkan mengklasifikasikan aset keuangan sebagai
investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut :
- Dilakukan ketika aset keuangan mendekati jatuh tempo dimana suku bunga tidak
akan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai wajar aset tersebut.
- Terjadi setelah entitas memperoleh substansial seluruh jumlah pokok aset
keuangan sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah melakukan pelunasan.
7
- Kejadian tertentu diluar kendali entitas, tidak berulang dan tidak dapat
diantisipasi secara wajar oleh entitas.
Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Hampir semua
entitas memiliki piutang baik dengan transaksi penjualan/pendapatan maupun berasal dari
transaksi lainnya. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang muncul
adalah piutang dagang dan piutang lainnya. Piutang yang terkait dengan pendapatan
disebut piutang usaha. Untuk entitas perbankan, piutang adalah kredit yang disalurkan
kepada pihak lain, dalam laporan posisi keuangan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan. Adapun Klasifikasi piutang menurut jenis pembiayaan misalnya piutang
pembiayaan konsumen, piutang pembiayaan sewa, dan piutang pembiayaan kartu kredit.
Perjanjian utang piutang dapat dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis.
Piutang dagang muncul dari transaksi pendapatan dagang secara tunai maupun
secara kredit. Piutang dagang biasanya tidak ada bunga dan jangka waktu pelunasan
singkat tergantung kebijakan kredit yang diberikan. Jika piutang yang tidak terkait
dengan penjualan/pendapatan disebut piutang lainnya (non trade receivable) contoh :
piutang karyawan, pemegang saham, piutang pajak, piutang bunga, dividen dan piutang
jaminan pelanggan.
Piutang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun diklasifikasikan sebagai aset
lancar, sedangkan jatuh temponya lebih dari 1 tahun diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar. Rincian piutang yang dimiliki perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi
perusahaan. Untuk perusahaan perbankan semua pinjaman yang diberikan
diklasifikasikan dalam kredit yang disalurkan. Bank tidak mengklasifikasikan kredit
kedalam kelompok lancar maupun tidak lancar.
● Wesel Tagih
Wesel merupakan janji tertulis yang tidak bersyarat, ditandatangani oleh pihak
pembuatnya, untuk membayar sejumlah uang atau pada suatu tanggal yang
ditetapkan pada masa yang akan datang kepada pihak yang memerintahkan.
Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable), sedangkan penerima wesel
8
disebut wesel tagih (notes receivable) karena penerima memiliki hak klaim
menagih. Wesel tagih biasanya memiliki bunga, dan ada yang tidak berbunga.
Wesel tagih yang tidak berbunga biasanya dijual dengan diskon (lebih rendah
dari nilai nominal). diskon merupakan bentuk bunga yang diterima dimuka.
Wesel tagih dapat dijual oleh pemegangnya sebelum jatuh tempo. Perbedaan
obligasi dengan wesel tagih terletak pada keberadaan pasar. Obligasi biasanya
diterbitkan dalam jumlah yang besar, karena diperjualbelikan dipasar modal,
maka mensyaratkan suatu ketentuan khusus. Sementara wesel tagih tidak ada
regulasi khusus karena dasarnya lebih pada perjanjian antara pihak penerbit,
penerima, dan pembayar. Wesel tagih dapat diterbitkan untuk membayar
penjualan atau diterbitkan dalam rangka memperoleh pinjaman. Wesel tagih
dapat diterima setelah tanggal penerbitan, sehingga untuk wesel tagih berbunga
harus diperhitungkan pendapatan bunga dan perhitungannya akan menambah kas
yang harus dibayar pihak penerima.
● Pengakuan Awal
Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi
bagian dalam kontrak piutang. Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh
entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai
pertukaran antara kedua belah pihak. Pada saat perolehan, entitas seharusnya
mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas yang diterima di masa depan. Untuk
pengukuran piutang dagang dan piutang usaha jarang sekali memperhitungkan
komponen bunga. Jangka waktu antara piutang dan pembayaran relatif pendek
sehingga pendapatan bunga relatif kecil.
Misalnya :
Penjualan terjadi pada 1 Februari 2015 Rp. 1000.000, pembayaran dilakukan
pada 1 Mei 2015. Jika tingkat suku bunga 6%, maka nilai kininya Rp. 995.000,
jika membayarnya lebih cepat lagi maka nilai kininya akan semakin mendekati
Rp. 1000.000.
● Diskon Penjualan
Untuk transaksi penjualan, perusahaan seringkali memberikan diskon
atau potongan baik potongan harga maupun kuantitas. Potongan kuantitas
diberikan dengan memberikan bonus barang. Misalnya : beli 2 gratis 1. Diskon
dapat juga diberikan dalam potongan penjualan karena pembayaran dilakukan
pelanggan lebih cepat dari tg yg sudah ditentukan, dinyatakan dalam bentuk 2/10,
n/30 artinya akan diberikan diskon penjualan sebesar 2% jika membayar sampai
dengan 10 hari dan harus dilunasi dalam waktu 30 hari.
Diskon penjualan dicatat dengan menggunakan 2 metode yaitu:
- Metode piutang neto (net method), pencatatan ini diasumsikan diskon
diambil sehingga ketika mencatat penjualan dan piutang sudah dikurangi
diskon tersebut.
9
- Metode piutang bruto (gross method), dalam pencatatan ini nilai
penjualan akan disajikan sebesar nilai penjualan bruto dikurangi dengan
nilai diskon penjualan.
● Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang
dan pinjaman tidak lagi dicatat dalam laporan keuangan. Untuk piutang atau
pinjaman penghentian pengakuan baik seluruhnya atau sebagian, terjadi saat
piutang tersebut dilunasi.
10
pada nilai wajar melalui laba rugi, harus diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan metode bunga efektif.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Informasi akuntansi harus memiliki relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi yang akurat oleh pengguna
laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki peran yang besar yaitu sebagai
dasar pertimbangan apakah investasi yang akan dilakukan nantinya akan mendapatkan
keuntungan dan kerugian dari kegiatan investasi. Sehingga pada proses penyajian dan
pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku
yaitu PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan, PSAK No.55 tentang pengakuan dan
pengukuran instrumen keuangan dan PSAK No. 60 tentang pengungkapan instrumen keuangan.
Dengan adanya perubahan standar akuntansi yang mengatur tentang instrumen keuangan maka
terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan PSAK
No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60. Perbedaan tersebut diantara
tentang reklasifikasi dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan
dan piutang dan reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang.
Selain itu juga terkait dengan pengungkapan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai
wajar, pengungkapan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta
pengungkapan pengukuran nilai wajar.
B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis degan tangan terbuka menerima setiap saran dan kritikan dari pembaca guna
terciptanya makalah yang lebih baik kedepannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13