Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Perpajakan II

Pajak Tangguhan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Ekonomi dan Bisnis Program 01510002 Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA
Studi Akuntansi S1 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Hj. Yati Mulyati, S.E., M.Ak., Ak., CA.
Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..
Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.

Abstract Kompetensi
Perbedaan yang terjadi akibat Mahasiswa memiliki kemampuan
perbedaan antara PPh Terutang menjelaskan dan mendemonstrasikan
dengan Beban Pajak dimaksud konsep Pajak Tangguhan
sepanjang yang menyangkut
perbedaan temporer, hendaknya
dilakukan pencatatan dan tercermin
dalam laporan keuangan komersial,
dalam akun pajak tangguhan.
Pajak Tangguhan

1 PAJAK TANGGUHAN (DEFERRED TAXES)

Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan

tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi

penghasilan dan biaya, namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan pepajakan tidak sekedar instrumen pentransfer

sumber daya (fungsi budgeter), akan tetapi acapkali pula digunakan untuk tujuan

mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain (fungsi

mengatur) yang kadang-kadang merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari

standar akuntansi keuangan

Di lain pihak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam tahun

pajak yang bersangkutan, baik subjek pajak orang pribadi maupun subjek pajak badan,

dikenakan Pajak Penghasilan dan untuk menghitung Pajak Penghasilan tersebut, subjek

pajak yang bersangkutan berkewajiban mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) yang disediakan

oleh Instansi Pajak.

Pada umumnya, bentuk dan isi yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan untuk

kepentingan perpajakan hampir tidak berbeda jauh dengan bentuk dan isi yang terdapat

dalam Laporan Keuangan untuk kepentingan komersial. Penghasilan Kena Pajak (PKP-

Taxable Income) dihitung berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

(KPPP), sedang Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- Accounting Income atau Pretax

Accounting Income atau Pretax Book Income) dihitung berdasarkan standar yang disusun

oleh profesi yang dikenal sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan Pajak

Penghasilan berbeda dengan basis penghitungan penghasilan untuk keperluan komersial, atau

dengan perkataan lain akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya, maka akan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut. Pajak Penghasilan

yang dihitung berbasis Penghasilan Kena Pajak yang sesungguhnya dibayar kepada

pemerintah, disebut sebagai PPh terutang – Income Tax Payable atau Income Tax Liability

sedang Pajak Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan Sebelum Pajak, disebut sebagai

Beban Pajak Penghasilan – Income Tax Expense atau Provision for Income Taxes.

Sebagian perbedaan yang terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan Beban

Pajak dimaksud sepanjang yang menyangkut perbedaan temporer, hendaknya dilakukan

pencatatan dan tercermin dalam laporan keuangan komersial, dalam akun pajak tangguhan

(deferred tax) baik aset pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya

Jones Sally M dan Rhoades-Catanach Shelley C. mengungkapkan bahwa perbedaan

temporer tidak berpengaruh terhadap perhitungan beban pajak (tax expense), tarif pajak

efektif atau rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dengan tarif pajak berdasarkan undang-

undang. Malahan perbedaan temporer tersebut akan menghasilkan baik aset pajak tangguhan

maupun kewajiban pajak tangguhan. Aset Pajak Tangguhan dapat disamakan semacam

lebih bayar pajak yang akan diganti di masa yang akan datang pada saat pemulihan

perbedaan temporer, sedang kewajiban pajak tangguhan dapat disamakan semacam kurang

bayar pajak yang akan dibayar di masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan

temporer. Kenaikan neto aset pajak tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak

perusahaan, sedang sebaliknya kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan

kenaikan beban pajak perusahaan.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Beban pajak menurut pembukuan dapat dihitung sebagai berikut:

Eksihibit 1

Pajak Penghasilan terutang

Tambah : Kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan

Kurang : Kenaikan neto aset pajak tangguhan

Beban pajak menurut pembukuan

Seperti telah diuraikan diatas, aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan

terjadi akibat perbedaan temporer antara pembukuan dan pajak, sedang perbedaan permanen

antara pembukuan dan pajak tidak mempunyai efek baik terhadap perhitungan beban pajak

menurut pembukuan maupun terhadap perhitungan pajak terutang. Oleh karena perbedaan

permanen tidak menghasilkan pajak tangguhan, maka perhitungan beban pajak menurut

pembukuan dapat juga dilakukan sebagai berikut:

Ekshibit 2

Penghasilan Sebelum Pajak menurut pembukuan

Tambah/ Kurang : Perbedaan permanen menurut pembukuan/pajak

Penghasilan menurut pembukuan setelah penyesuaian

dengan perbedaan permanen

Kali : Tarif Pajak

Beban pajak menurut pembukuan

Standar Akuntansi Keuangan mengatur masalah pajak tangguhan tersebut di PSAK 46-

Akuntansi Pajak Penghasilan, yang sama sekali tidak ada`kaitannya dengan perhitungan

Pajak Penghasilan Terutang, seperti yang diungkapkan oleh Kieso Donald E, Weygandt Jerry

J dan Warfield Terry D, bahwa akibat perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, pada umumnya terdapat pula

perbedaan antara Penghasilan Sebelum Pajak Menurut Pembukuan (Pretax Accounting

Income) dengan Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) dan dengan demikian akan

terdapat pula perbedaan antara beban pajak (tax expense) dengan pajak terutang (income

tax`payable) Selanjutnya disebutkan pula bahwa fundamen yang mendasar berkenaan dengan

Akuntansi Pajak Penghasilan adalah:

(1) Jumlah pajak masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future taxable amounts and

deferred taxes)

(2) Jumlah pengurangan masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future deductible

amounts and deferred taxes)

(3) Penyajian Laporan Laba/Rugi (Income Statement presentation)

(4) Perbedaan spesifik (Specific differences)

(5) Pertimbangan tarif (Rate considerations)

dengan catatan, bahwa menurut Statement of Financial Accounting Standards (SFAS)

109 yang juga didukung oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa

untuk menghitung pajak tangguhan hendaknya didasarkan kepada tarif efektif rata-rata

(the average effective tax rate) dari pada menggunakan tarif marjinal (marginal rates) atau

menggunakan tarif orisinal seperti yang diminta oleh SFAS 96 (GAAP 2003: hal.616)

Beberapa terminologi dan pengertian yang digunakan dalam pembahasan berkenaan

dengan akuntansi keuangan dan akuntansi pajak, terlihat sebagai berikut berikut :

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Ekshibit 3

Beban Pajak Penghasilan Jumlah Pajak Penghasilan yang dialokasikan

(Income Tax Expense) -BP untuk periode yang bersangkutan yang dihitung

berdasarkan Tarif Orisinil X Penghasilan

Sebelum Pajak

Pajak Penghasilan Terutang Jumlah Pajak Penghasilan yang dihitung

(Income Tax Liability) – PT berdasarkan Tarif Orisinil X Penghasilan Kena

Pajak, sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan

Penghasilan Sebelum Pajak Penghasilan akuntansi sebelum dikurangi

(Pretax Accounting Income – dengan Beban Pajak Penghasilan.

Pretax Book Income) – PSP

Penghasilan Kena Pajak Penghasilan yang menjadi objek Pajak

(Taxable Income) – PKP Penghasilan dikurangi dengan Biaya Fiskal

yang boleh dikurangkan

Efek Pajak Selisih antara PPh Terutang dengan Beban PPh

(Tax Effects) – EP akibat dari:

(a). Perbedaan waktu yang disebabkan oleh

perhitungan PPh terutang dan Beban PPh

(b).Kompensasi kerugian

(c). Penyesuaian yang dilakukan sebelumnya

PPh Tangguhan: Efek Pajak yang diakui pada saat diadakan

( Deferred Income Taxes) penyesuaian dengan Beban Pajak Penghasilan

Kewajiban Pajak Tangguhan - periode yang akan datang

KPT

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Aktiva Pajak Tangguhan – APT

Alokasi PPh Interperiode Alokasi Beban Pajak Penghasilan ke berbagai

(Interperiod Income Tax periode akuntansi

Allocation)

Alokasi PPh Intraperiode Proses membagi Beban Pajak Pen ghasilan

(Intraperiod Income Tax pada periode yang bersangkutan, berkenaan

Allocation) dengan beberapa komponen yang terdapat pada

Penghasilan sebelum Pajak yang terkait dengan

Efek Pajak Penghasilan akibat penyesuaian

yang dilakukan sebelumnya dengan komponen

tersebut

2 METODE ALOKASI PAJAK INTERPERIODE

Metode alokasi pajak interperiode dapat dilakukan dengan 3(tiga) cara, yaitu:

 Defferal method (metode pajak tangguhan)

 Liability method (metode kewajiban)

 Net-of-tax method (metode pajak neto)

Menurut Standar Akutansi Keuangan (PSAK 46) diantara ketiga metode tersebut,

hanya defferal method (metode pajak tangguhan) yang diperkenankan digunakan. Terpilihnya

metode pajak tangguhan untuk digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, karena

secara umum dapat dikatakan bahwa metode ini memasukkan alokasi perbedaan temporer

yang komprehensif dan bukan alokasi perbedaan temporer yang parsial. Selain dari pada itu,

keunggulan dan kelemahan dari metode ini adalah:

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
(1) Metode pajak tangguhan lebih menekankan pada pengukuran berapa besar

penghematan pajak kini akibat perbedaan temporer tersebut yang dialokasikan pada

periode mendatang, sedang dilain pihak metode kewajiban tekanannya pada berapa

besar pengeluaran kas yang akan dilakukan di masa mendatang untuk keperluan pajak

penghasilan terutang.

(2) Metode pajak tangguhan lebih objektif bila dibandingkan dengan metode kewajiban,

karena tidak menggunakan estimasi atau asumsi berkenaan dengan waktu pemulihan

Penghasilan Kena Pajak kini maupun pada periode pemulihan atau tarif pajak

(3) Baik metode pajak tangguhan maupun metode kewajiban mengungkapkan secara

terpisah berkenaan dengan pajak tangguhan di neraca dan laba-rugi perusahaan dan

tidak tergabung dalam nilai individu aset atau kewajiban, penghasilan atau biaya,

seperti halnya pada metode pajak neto.

(4) Kelemahan yang serius dari metode pajak tangguhan adalah tidak terdapatnya konsep

mendasar atau teori yang rasional yang mempermasalahkan kredit pajak tangguhan.

Kredit tersebut tidak memiliki atribut yang lazimnya sebagai utang menurut akuntansi,

dan malahan seolah-olah merupakan klaim pemilik atas aset perusahaan. Para direksi

lebih menfokuskan pada masalah laporan laba-rugi dan objektivitas pengukuran beban

pajak dalam metode pajak tangguhan, dibandingkan dengan perhatiannya terhadap

neraca perusahaan dan konsistensi teori kredit pajak tangguhan dengan ekuitas lainnya.

3 DEFFERAL METHOD (METODE PAJAK TANGGUHAN)

Dengan menggunakan metode pajak tangguhan, maka akan terdapat semacam tabungan

pajak penghasilan, karena Penghasilan Sebelum Pajak lebih besar dari Penghasilan Kena

Pajak yang akan terlihat sebagai kredit pajak tangguhan pada neraca perusahaan. Kredit

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
pajak tanguhan ini kemudian dialokasikan pada tahun-tahun berikutnya dan pada saat

perbedaan temporer terpulihkan, akan terjadi penurunan beban pajaknya.

Perhitungan pajak tangguhan dengan menggunakan metode pajak tangguhan,

cenderung penekanannya kepada berapa besar pajak yang dapat dihemat pada saat ini. Tarif

pajak yang digunakan adalah tarif pajak pada saat munculnya perbedaan temporer tersebut,

untuk selanjutnya dihitung berapa besar beban pajaknya. Apabila terjadi perubahan tarif

pajak pada periode berikutnya atau adanya pengenaan pajak baru, hal ini tidak akan

mengubah jumlah pajak tangguhan yang telah dihitung tersebut.

Sebagai contoh, Ekshibit 9 - 1 memperlihatkan jumlah pajak tangguhan yang dapat

dihemat pada tahun ke-1 dan ke-2 adalah sebesar Rp 750 juta yang perhitungannya

didasarkan kepada tarif 30%. Jumlah Rp 750 juta tersebut kemudian dikreditkan dalam akun

pajak tangguhan pada tahun yang bersangkutan. Walaupun kemudian terjadi kenaikan tarif

pajak, misalnya 35% pada tahun ke-3 dan ke-4, hal ini tidak meningkatkan jumlah pajak

tangguhan akan tetapi tetap sebesar Rp 750 juta yang akan didebet pada akun pajak

tangguhan pada saat perbedaan temporer tersebut terpulihkan.

Dapat disimpulkan, apabila telah dilakukan perhitungan pajak tangguhan dengan

menggunakan tarif orisinil yang berlaku pada saat munculnya perbedaan temporer, maka tarif

tersebut tetap berlaku untuk alokasi pajak interperiode periode-periode berikutnya.

4 KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN DAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN

Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahaan untuk menghitung

dan mengakui pajak tangguhan (deferred taxes) atas “future tax effects” dengan

menggunakan pendekatan “the asset and liability method”, yang berbeda dengan pendekatan

“ income statement liability method” yang sebelum ini lazimnya digunakan oleh perusahaan

dalam menghitung pajak tangguhan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
GAAP Handbook of Policies and Procedures, (2001- hal.783) menyebutkan bahwa

penggunaan “the asset and liability method” (selanjutnya disebut the liability method),

mengharuskan pendekatannya berorientasi pada neraca, karena pada dasarnya sasaran yang

ingin diperlihatkan disini, berapa sesungguhnya taksiran pajak yang akan dibayar pada

periode yang akan datang. Untuk keperluan ini hendaknya diterapkan akuntansi pajak

tangguhan yang komprehensif (comprehensive deferred tax accounting), yang berarti bahwa

harus dipertimbangkan semua efek pajak terhadap semua penghasilan, biaya/pengeluaran,

keuntungan maupun kerugian, dan hal-hal lain yang menimbulkan perbedaan antara laporan

keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal, sehingga dengan demikian yang

dimaksud dengan beban pajak (tax expense) mencakup jumlah pajak yang terutang (taxes

payable) ditambah dengan impak pajak akibat perbedaan temporer (temporary differences)

atau dengan perkataan lain:

Jumlah seluruh taksiran pajak penghasilan (provision for income taxes) adalah jumlah pajak

kini (tax currently payable – current tax expense) dan perubahan neto antara aktiva pajak

tangguhan(deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities)-

deferred tax expense or benefit

PSAK 46 mendefinisikan beban pajak (tax expense), yang dimaksudkan sama dengan

taksiran pajak penghasilan tersebut diatas, sebagai berikut:

Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agrerat pajak

kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam

penghitungan laba tau rugi pada satu periode

Baik Kewajiban Pajak Tangguhan, maupun Aset Pajak Tangguhan dapat terjadi dalam

hal-hal sebagai berikut:

(1) Apabila Penghasilan Sebelum Pajak {(PSP) - Pretax Accounting Income} lebih besar

dari Penghasilan Kena Pajak {(PKP) - Taxable Income }, maka Beban Pajak {(BP) –

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Tax Expense} pun akan lebih besar dari Pajak Terutang { (PT) – Tax Payable },

sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT – deferred tax

liability). Kewajiban Pajak Tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan

temporer dengan tarif pajak yang sesuai.

(2) Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) lebih kecil dari Penghasilan Kena

Pajak (PKP), maka Beban Pajaknya (BP) akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang

(PT), sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (APT – deferred tax

assets). Aktiva Pajak Tangguhan adalah sama dengan perbedaan temporer dengan tarif

pajak pada saat perbedaan tersebut terpulihkan.

Dengan rumus dapat dituliskan sebagai berikut:

Ekshibit 5

Perbedaan Perbedaan Temporer Hasilnya:

Temporer X Tarif

Kewajiban

PSP > PKP BP > PT Pajak Tangguhan

(KPT)

Aktiva

PSP < PKP BP < PT Pajak Tangguhan

(APT)

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Sari, Diana. 2013. Perpajakan Lanjutan. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai