Anda di halaman 1dari 8

Kritikal Review Mengenai Sistem Akuntansi

Sektor Publik

OLEH

DESAK PUTU ARDE SUARI 1917051062

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
UTS Akuntansi Publik

Gambaran umum akuntansi sector publik


Akuntansi sector public merupakan proses akuntansi dalam lembaga public. Tujuan
dari akuntansi sector public adalah agar terciptanya transaparansi kepada publik
untuk memenuhi hak-hak publik. Laporan dari akuntansi ini dapat digunakan untuk
melihat transparansi anggaran, pertanggungjawaban, dan melihat bagaimana
kinerja lembaga publik.selain itu terdapat standar akuntansi yang diberlakukan
untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan laporan keuangan. Standar
Akuntansi merupakan pedoman yang dibuat untuk mengatur perlakuan akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk pelaporan kepada para
pengguna laporan keuangan. Di Indonesia perkembangan akuntansi pemerintahan
secara pesat dipengaruhi oleh era reformasi yang pada akhirnya menghasilkan tiga
paket undang-undang di bidang keuangan negara :
1. UU No.17 th 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU No.1 th 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
3. UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara
Ketiga UU tersebut akan mendorong pemerintah untuk mengelola keuangan negara
dengan lebih baik dan membuat pertanggung jawabannya berupa laporan keuangan
yang disusun berdasarkan suatu standar akuntansi pemerintahan.
Sistem akuntansi pemerintahan merupakan serangkaian prosedur baik manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Dengan perkembangan era reformasi mendorong adanya transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya yaitu yang tertuang di
dalam PP 105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi
pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Pada tahun 2002
Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan
daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002. UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban
APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang
indenden dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali
mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan
daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan
pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan
dengan keputusan presiden. Dalam penyusunan standar harus melalui langkah-
langkah tertentu termasuk dengar pendapat atau hearing, dan meminta
pertimbangan mengenai substansi kepada BPK sebelum ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
Dalam kesatuan dana yang dipakai dalam sector public, maka dana dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Dana yang Bisa Dibelanjakan (Expendable Fund)yaitu dana yang
disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business
yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sector public
2. Dana yang Tidak Bisa Dibelanjakan (Nonexpendable Fund) yaitu dana yang
dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund
Dalam laporan keuangan sector public terdapat komponen-komponen yaitu :
1. Laporan Realisasi Anggaran yaitu laporan yang mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD. LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan basis
akuntansi kas. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-
kurangnya unsur Pendapatan LRA, Belanja, Transfer, Surplus/Defisit LRA,
Pembiayaan, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yaitu laporan yang ditujukan
untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan
pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan
rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.
3. Neraca yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
4. Laporan Operasional yaitu laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan
5. Laporan Arus Kas yaitu laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu
6. Laporan Perubahan Ekuitas yaitu laporan yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi
silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan
7. Catatan atas Laporan Keuangan yang meliputi penjelasan mengenai rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Keungan seperti Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Laporan Keuangan Pemerintah 27 Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan
informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapanungkapan yang diperlukan
untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Berikut merupakan analisis laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2019.


Dasar hukum standar akuntansi pemerintah mecangkup :
1. UU No 12 Tahun 2018 Pasal 23 ayat (1) UUD RI yang menyatakan bahwa
dalam hal anggaran diperkirakan melampaui target yang ditetapkan dalam
APBN maka pemerintah dapat menggunakan dana SAL, penarikan
pinjaman tunai, dan atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan.
Dalam penyajian LKPP 2019 dapat dikihat bahwa dalam membiayai deficit
dan pengeluaran pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2019, SAL
telah digunakan sebagai sumber penerimaan pembiayaan berjalan sebesar
Rp15.000.000.000.000 . Hal tersebut menunjukan bahwa LKPP tersebut
sesuai dengan UU No 12 Tahun 2018 Pasal 23 ayat (1) UUD RI
2. Untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan negara yang
diatur dalam UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU no 1
Tahun 2004, yang mensyaratkan isi laporan pertanggung jawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Hal ini
yang mendorong disusun dan disajikannya LKPP tahun 2019. Hal tersebut
menunjukan bahwa LKPP tersebut sesuai dengan UU no 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan UU no 1 Tahun 2004
3. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 2 tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden nomor 84 tahun 2004 tentang Komite
Standar Akuntansi Pemerintahaan. Keppres menguatkan KSAP dibentuk
oleh Menteri Keuangan dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
308/KMK.012/2002 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
dan Daerah tertanggal 13 Juni 2002. Dalam LKPP ini dapat dilihat bahwa
LKPP ini dibentuk oleh Menteri Keuangan yaitu Sri Mulyani Indrawati. Hal
tersebut menunjukan bahwa LKPP tersebut sesuai dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 2 tahun 2005
4. Berdasarakan peraturan pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah Lampiran menyatakan bahwa pernyataan standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual, dalam laporan keuangan
khususnya terdapat pada bagian catatan atas laporan keuangan LKPP 2019
telah dijelaskan pada bagian kebijakan akuntansi bahwa sejak tahun 2015
pemerintah telah menerapkan SAP berbasis akrual. Meskipun dalam
Laporan Realisasi APBN masih menggunakan SAP berbasi kas, namun
untuk penyajian asset, kewajiban, ekuitas dalam neraca, serta pendapatan -
L0, beban, dan surplus/deficit dari kegiatan non oprasional serta pos luar
biasa dalam laporan oprasional dibuat berdasarkan SAP berbasis akural. .
Hal tersebut menunjukan bahwa LKPP tersebut sesuai dengan peraturan
pemerintah No 71 Tahun 2010
Adapun komponen dalam laporan keuangan yang terdapat dalam LKPP tahun 2019
yaitu
1. PSAP No.02 yang mengatur mengenai Laporan Realisasi Anggaran.
Berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Pemerintahan 02, Laporan
Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan
berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan
pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Dalam laporan
keuangan yang terdapat pada LKPP tahun 2019 terdapat unsur pendapatan
negara dari pajak dan bukan pajak serta penerimaan hibah, belanja
negara,tranfer ke daerah seperti dana perimbangan,dana insentif daerah,
dana keistimewaan DIY, dana otonomi khusus dan dana desa, surplus dan
deficit serta pembiayaan-pembiayaan. Hal tersebut menunjukan bahwa
LKPP tersebut sesuai dengan PSAP No.2
2. PSAP No.03 yang mengatur tentang Laporan Arus Kas. Dimana laporan ini
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris. Dalam laporan keungan ini terdapat laporan arus
kas yang berisi informasi mengenai aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris. Sehingga laporan ini sesuai dengan PSAP No.03
3. PSAP No.04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam Catatan atas
Laporan Keuangan berisikan penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas, dimana dalam hal ini LKPP tahun 2019 juga membahas secara
rinci mengani Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas.
4. PSAP No.11 mengenai Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan
Keuangan Konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu
laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan
keuangan entitas pelaporan, atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai
satu entitas tunggal. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan. Semua elemen laporan keuangan tersebut tersedia
dalam LKPP tahun 2019

Dalam LKPP tahun 2019 terdapat informasi yaitu:


a. Mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah
b. Mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah
c. Mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
e. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
f. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya

Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa laporan keuangan tersebut sudah sesuai
dengan informasi yang seharusnya ada dalam laporan keuangan.
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang ada.
Referensi
Ramadhan,Ashari.2020. Akuntansi Pemerintahan .Termuat di
https://www.academia.edu/search?utf8=%E2%9C%93&q=review+lap
oran+keuangan+pemerintah+ppusat. (Diakses 19 oktober 2020)
Kemenkeu.2019.Laporan Keungan Pemerintah Pusat.Termuat di
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/laporan/laporan-keuangan-
pemerintah-pusat/ . (Diaskses 19 oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai