Anda di halaman 1dari 20

PSAP 01 – Penyajian Laporan Keuangan

mohammad fadly assagaf

1 tahun yang lalu

Iklan

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akuntansi adalah kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi keuangan dari suatu entitas yang
diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi di antara berbagai alternatif
tindakan. Output utama dari sistem akuntansi adalah informasi keuangan yang tersajikan dalam bentuk
seperangkat laporan keuangan. Informasi keuangan yang tersaji di dalam laporan keuangan tersebut
kemudian digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.

Pada akuntansi pemerintahan, output yang dihasilkan dari sistem akuntansi pemerintahan juga sama
yaitu berupa seperangkat laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pemerintah menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan,
baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Para pengguna laporan keuangan pemerintah meliputi
masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman dan pemerintah. Akan tetapi, masing-masing
pengguna laporan keuangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda-beda terhadap laporan
keuangan. Misalnya, masyarakat yang membutuhkan laporan keuangan pemerintah dalam rangka
menilai akuntabilitas pemerintah terhadap pengelolaan uang negara/daerah, wakil rakyat yang
membutuhkan laporan keuangan dalam rangka menilai pelaksanaan anggaran oleh eksekutif, lembaga
pemeriksa yang membutuhkan laporan keuangan pemerintah dalam rangka menjalankan tugasnya
sebagai auditor dan berbagai kebutuhan lainnya oleh pengguna yang berbeda. Oleh karena itu,
penyajian laporan keuangan pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan informasi dari semua
kelompok pengguna laporan keuangan.

Laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing
kelompok pengguna. Maka dari itu, pengaturan mengenai penyajian laporan keuangan untuk tujuan
umum perlu dirumuskan agar seluruh laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah dapat memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna dan informasi yang tersaji
dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh seluruh kelompok pengguna
laporan keuangan tanpa harus memiliki pengetahuan akuntansi yang mendalam.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini akan membahas secara rinci mengenai penyajian
laporan keuangan pemerintah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku,
meliputi:

Apa tujuan laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum berdasarkan SAP yang berlaku?

Apa dan bagaimana penyajian komponen-komponen laporan keuangan pemerintah sesuai dengan SAP
yang berlaku?

Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui dan memahami tujuan laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum
berdasarkan SAP yang berlaku.

Untuk mengetahui dan memahami penyajian komponen-komponen laporan keuangan pemerintah


sesuai dengan SAP yang berlaku.

BAB 2

PEMBAHASAN

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual No. 01 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
tertanggal 22 Oktober 2010 yang termuat dalam Lampiran I.02, Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah (PSAP) No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengatur mengenai penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan. Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah masyarakat,
termasuk Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR/DPRD) selaku lembaga
legislatif, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor (pemeriksa), lembaga pengawas, pihak yang
memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah pusat/daerah.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari
masing-masing kelompok pengguna.

PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan versi Lampiran I.02 berlaku efektif untuk laporan
keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010. Akan tetapi,
dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP tersebut, maka entitas pelaporan dapat
menerapkan PSAP No. 01 versi Lampiran II.02 (disebut PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual) adalah paling
lama empat tahun setelah Tahun Anggaran 2010 yaitu hingga Tahun Anggaran 2014. Perbedaan yang
mendasari PSAP No. 1 versi Lampiran I.02 dengan versi Lampiran II.02 adalah basis akuntansi yang
digunakan. Pada PSAP No. 01 versi Lampiran II.02, basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan
dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Sedangkan pada PSAP No. 01 versi
Lampiran I.02, basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual.
Oleh karena itu, entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset,
kewajiban dan ekuitas. Selain itu, pada PSAP No. 01 versi Lampiran I.02 dinyatakan bahwa Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) disajikan berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan tentang anggaran di mana hingga saat ini anggaran masih disusun berdasarkan basis kas. Akan
tetapi, paragraf standar ini dimaksudkan apabila terjadi perubahan basis anggaran maka penyajian LRA
dilakukan berdasarkan basis anggaran yang berlaku.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Bastian (2006), laporan keuangan merupakan representasi terstruktur dari posisi keuangan
akibat transaksi yang dilakukan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan (Darise, 2008). Oleh karena itu, laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan umum laporan keuangan pemerintah adalah menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya bagi para pengguna. Selain itu,
tujuan umum laporan keuangan pemerintah adalah mendemonstrasikan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;

menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi
kebutuhan kasnya;

menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan


pemerintahan;

menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam
mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan pemerintah mempunyai aspek prediktif dan prospektif dalam penggunaan uang.
Prediksi kualitas dan ragam sumber daya yang disyaratkan untuk operasi berkelanjutan dan sumber daya
yang dihasilkan dari operasi berkelanjutan akan mempengaruhi berbagai risiko ketidakpastian yang
terkait. Selain itu, laporan keuangan juga dapat menyediakan informasi untuk mengindikasikan apakah
sumber daya yang ada dapat digunakan secara legal sesuai dengan anggaran yang disahkan dan
mengindikasikan apakah sumber daya yang ada dapat digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk
batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Berdasarkan itu, pemerintah harus menyajikan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA (Laporan Realisasi Anggaran), belanja, transfer, pembiayaan, saldo
anggaran lebih, pendapatan-LO (Laporan Operasional), beban dan arus kas. Informasi tambahan,
termasuk laporan non keuangan, dapat dilaporkan bersama-sama laporan keuangan untuk memberikan
gambaran komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode. Adapun yang
bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian seluruh informasi dalam laporan keuangan suatu
entitas berada pada pimpinan entitas tersebut.

Komponen-komponen Laporan Keuangan Serta Struktur dan Isi

“Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan
anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan (Paragraf Standar No. 14 PSAP
No. 01 versi Lampiran I.02).”

Laporan keuangan pemerintah menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini
meliputi laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial. Laporan pelaksanaan anggaran adalah
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk
dalam laporan finansial adalah Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum, dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum
Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasinya. Entitas pelaporan yang
dimaksud adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, masing-masing kementerian negara atau
lembaga di lingkungan pemerintah pusat dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah
atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan. Sedangkan, unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah
unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara umum
negara/daerah.

“Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas dari informasi lainnya dalam dokumen
terbitan yang sama (Paragraf Standar No. 27 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Pernyataan standar di atas mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar muka (on the
face) laporan keuangan, mensyaratkan pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan
keuangan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Akan tetapi, PSAP ini hanya berlaku untuk laporan
keuangan dan tidak untuk informasi lain yang disajikan dalam laporan tahunan atau dokumen lainnya.
Oleh karena itu, setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas dan informasi
berikut harus dikemukakan secara jelas dan diulang pada setiap halaman laporan bilamana perlu untuk
memperoleh pemahaman yang memadai atas informasi yang disajikan:

nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau konsolidasian dari beberapa entitas
pelaporan;

tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang sesuai dengan komponen-
komponen laporan keuangan;

mata uang pelaporan;

tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada laporan keuangan.

Laporan keuangan pemerintah disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Selain itu, laporan
keuangan harus disajikan tepat waktu karena kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan
tidak tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-faktor yang
dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan alasan yang cukup atas
kegagalan pelaporan yang tepat waktu. Meskipun begitu, dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu
entitas dapat berubah dan laporan keuangan tahunan dapat disajikan dengan suatu periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun dengan mengungkapkan alasan penggunaan periode
pelaporan tidak satu tahun dan fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti
arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

Berikut penjelasan bagi masing-masing komponen laporan keuangan pemerintah menurut PSAP No. 01
versi Lampiran I.02.

Laporan Realisasi Anggaran

“Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang


menunjukkan ketaatan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)
(Paragraf Standar No. 35 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran meliputi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA). Tujuan
pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat
ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Darise, 2008). Maka dari itu, Laporan Realisasi Anggaran disebut sebagai laporan
pelaksanaan anggaran karena menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya
dalam satu pelaporan. Persyaratan untuk penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan pengungkapan
informasi terkait diatur lebih lanjut dalam PSAP No. 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

“Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun
anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan (Paragraf Standar
No. 8 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut:

Saldo Anggaran Lebih awal;

Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;

Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun sebelumnya; dan

Lain-lain;

Saldo Anggaran Lebih akhir.

Selain itu, entitas pelaporan dalam hal ini Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan konsolidasiannya harus menyajikan lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut format Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih berdasarkan ilustrasi PSAP 01 E dan 01 F.

Neraca
Unsur Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Unsur yang
dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan
asetnya dalam aset lancar dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan
kewajiban bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan. Oleh karena itu,
neraca menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:

Kas dan setara kas;

Investasi jangka pendek;

Piutang pajak dan bukan pajak;

Persediaan;

Investasi jangka panjang;

Aset tetap;

Kewajiban jangka pendek;

Kewajiban jangka panjang;

Ekuitas

Pos-pos selain yang disebutkan di atas dapat disajikan dalam Neraca jika SAP mensyaratkannya, atau jika
penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan,
misalnya dengan pertimbangan sifat, likuiditas dan materialitas aset, fungsi pos-pos tersebut dalam
entitas pelaporan, dan jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.

Aset

“Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (Paragraf Standar No. 8 PSAP No. 01 versi
Lampiran I.02).”
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar.

Aset Lancar

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:

diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu dua belas bulan
sejak tanggal pelaporan, atau;

berupa kas dan setara kas.

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Kas adalah
uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan. Kas meliputi Kas Daerah dan Kas Negara. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah
dan membayar seluruh pengeluaran daerah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Kas dicatat sebesar nilai nominal.
Sedangkan Setara Kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas
serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Menurut Darise (2008), Setara Kas dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Oleh karena itu, suatu
investasi baru memenuhi syarat sebagai Setara Kas bila mempunyai tanggal jatuh tempo yang pendek,
misalnya tiga bulan atau kurang.

Pos-pos Investasi Jangka Pendek meliputi deposito berjangka tiga sampai dua belas bulan dan surat
berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi Jangka Pendek dilakukan untuk memanfaatkan dana
yang belum digunakan dalam rangka manajemen kas (Darise, 2008). Investasi jangka pendek dicatat
sebesar nilai perolehan. Pengaturan lebih lanjut mengenai perlakuan akuntansi Investasi Jangka Pendek
diatur dalam PSAP No. 06 tentang Akuntansi Investasi.

Sementara pos-pos Piutang antara lain adalah piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran,
tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan. Seluruh pos Piutang dicatat sebesar nilai nominal.
Selain itu, aset lancar lainnya adalah Persediaan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah dan/atau untuk dijual dan/atau untuk diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Persediaan dicatat
sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri, dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Perlakuan akuntansi persediaan dijelaskan lebih rinci pada PSAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan.

Aset Non Lancar

Semua aset selain yang termasuk dalam aset lancar, diklasifikasikan sebagai aset non lancar. Aset non
lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset
non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya
untuk mempermudah pemahaman atas pos-pos aset non lancar yang disajikan di neraca.

Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen,
dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat. Investasi Jangka Panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki selama lebih dari dua belas bulan. Menurut Darise (2008), pemerintah melakukan investasi
jangka panjang dengan beberapa alasan antara lain memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh
pendapatan dalam jangka panjang. Investasi Jangka Panjang terdiri dari Investasi Permanen dan Investasi
Non Permanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan, seperti Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/perusahaan
daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan internasional dan badan hukum
lainnya bukan milik negara serta investasi permanen lainnya. Sedangkan Investasi Non Permanen adalah
investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan seperti Investasi
dalam Surat Utang Negara (SUN), penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga, dan investasi non permanen lainnya. Investasi Jangka Panjang dicatat sebesar biaya
perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut. Pengaturan mengenai perlakuan akuntansi investasi termasuk investasi jangka
panjang diatur dalam PSAP No. 06 tentang Akuntansi Investasi.

Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa lebih dari dua belas bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset Tetap terdiri dari tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi
dalam pengerjaan. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar
pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Perlakuan akuntansi aset tetap diuraikan secara rinci
pada PSAP No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dan PSAP No. 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam
Pengerjaan.

Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana
relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana Cadangan dirinci menurut
tujuan pembentukannya. Sedangkan aset non lancar lainnya diklasifikasikan sebagai Aset Lainnya,
termasuk aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempoh lebih dari dua belas bulan,
aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. Aset moneter
dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

Seluruh pos aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Perlakuan akuntansi bagi beberapa pos aset
diatur secara rinci di dalam PSAP yang berbeda, yaitu PSAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan, PSAP
No. 06 tentang Akuntansi Investasi, PSAP No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dan PSAP No. 08 tentang
Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan
tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban
muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi
karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas
yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai Kewajiban Jangka Pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu
dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya, utang transfer pemerintah atau utang kepada
pegawai yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya, bunga pinjaman, utang
jangka pendek dari pihak ketiga, utang perhitungan pihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka
panjang. Sedangkan semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai Kewajiban Jangka Panjang,
meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan jika:

jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari dua belas bulan;

entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan

maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau
adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
disetujui.

Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek bersama-sama dengan
informasi yang mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sementara
itu, kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat
dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Selain itu, kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Perlakuan akuntansi untuk kewajiban diatur
rinci dalam PSAP No. 09 tentang Akuntansi Kewajiban.

Ekuitas

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo ekuitas akhir pada Laporan
Perubahan Ekuitas. Pada SAP Berbasis Akrual, ekuitas tidak dibagi atas ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investas dan ekuitas dana cadangan seperti pada SAP Berbasi Kas Menuju Akrual.

Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan
“Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam Neraca maupun dalam Catatan atas Laporan
Keuangan subklasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi
entitas yang bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana perlu, sesuai dengan
sifatnya (Paragraf Standar No. 86 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di Catatan atas Laporan Keuangan tergantung
pada persyaratan dari SAP dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Pengungkapan akan
bervariasi untuk setiap pos. Berikut contoh format Neraca yang disajikan dalam ilustrasi PSAP 01 A dan
01 B serta format Neraca SKPD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 64
Tahun 2013.

Laporan Arus Kas

“Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada Bendahara Umum Negara/Daerah
(Paragraf Standar No. 8 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan
keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Oleh
karena itu, Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional,
investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. PSAP
No. 03 tentang Laporan Arus Kas mengatur lebih lanjut mengenai penyajian dan pengungkapan yang
berhubungan dengan arus kas.

Laporan Operasional

“Laporan finansial mencakup laporan operasional yang menyajikan pos-pos sebagai berikut: Pendapatan-
LO dari kegiatan operasional; Beban dari kegiatan operasional; Surplus/defisit dari Kegiatan Non
Operasional, bila ada; Pos luar biasa, bila ada; Surplus/defisit-LO (Paragraf Standar No. 92 PSAP No. 01
versi Lampiran I.02).”
Penambahan pos-pos, judul dan subtotal selain di atas dapat disajikan dalam Laporan Operasional jika
SAP mensyaratkannya atau jika diperlukan untuk menyajikan dengan wajar hasil operasi suatu entitas
pelaporan. Pada Laporan Operasional, kegiatan operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis
menurut klasifikasi ekonomi (sebagai contoh beban penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor,
beban transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai) atau klasifikasi fungsi/program untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyajian Laporan Operasional menurut klasifikasi fungsi
memberikan informasi yang lebih relevan bagi pengguna dibandingkan dengan Laporan Operasional
menurut klasifikasi ekonomi, walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi adakalanya bersifat
arbitrer dan atas dasar pertimbangan tertentu tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang-
undangan, serta hakikat organisasi. Karena penerapan masing-masing metode pada entitas yang
berbeda mempunyai kelebihan tersendiri, maka SAP memperbolehkan entitas pelaporan memilih salah
satu metode yang dipandang dapat menyajikan unsur operasi secara layak. Selain itu, pada Laporan
Operasional, surplus/defisit penjualan aset non lancar dan pendapatan/beban luar biasa dikelompokkan
dalam kelompok tersendiri.

Pada PSAP No. 01 versi Lampiran II.02, Laporan Operasional tidak dikenal melainkan Laporan Kinerja
Keuangan yang mana adalah laporan realisasi pendapatan dan belanja yang disusun berdasarkan basis
akrual. Laporan Kinerja Keuangan serupa dengan Laporan Operasional yang juga menyajikan informasi
mengenai pendapatan operasional, belanja berdasarkan klasifikasi fungsional dan ekonomi dan surplus
atau defisit. Meskipun begitu, untuk pelaporan keuangan Tahun Anggaran 2015 dan seterusnya, Laporan
Kinerja Keuangan ditiadakan dan diganti dengan Laporan Operasional. Laporan Operasional yang beban-
bebannya dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi diuraikan secara rinci pada PSAP No. 12 tentang
Laporan Operasional.

Laporan Perubahan Ekuitas

“Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal laporan (Paragraf Standar No. 84 PSAP No. 01 versi Lampiran I.02).”

Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
pada Pemerintah Daerah Lampiran II, Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan
ekuitas entitas pelaporan. Pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Kas Menuju Akrual,
istilah Ekuitas dikenal sebagai Ekuitas Dana yang mana terbagi atas Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana
Investasi dan Ekuitas Dana Cadangan. Selain itu, pos-pos yang disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas
versi SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang tercantum dalam PSAP No. 01 versi Lampiran II.02 berbeda
dengan SAP Berbasis Akrual pada PSAP No. 01 versi Lampiran I.02. Oleh karena itu, berdasarkan PSAP
No. 01 versi Lampiran I.02, Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

Ekuitas awal

Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;

Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak
kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
misalnya:

koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;

perubahan nilai aset karena revaluasi aset tetap.

Ekuitas akhir

Selain itu, suatu entitas pelaporan juga harus menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang
terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Adapun format
Laporan Perubahan Ekuitas disajikan pada ilustrasi PSAP 01.C dan 01.D.

Catatan atas Laporan Keuangan

“Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,
dan Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (Paragraf Standar No. 105 PSAP No. 01 versi Lampiran I. 02).”

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau daftar rincian atau analisis dari
angka/nilai suatu pos yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Catatan
atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh
entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen lainnya.
Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;

Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro;

Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;

Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih
untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan;

Informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.

Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:

dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa
transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan;

setiap kebijakan akuntansi tertentu diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

Adapun pengungkapan-pengungkapan lainnya yang belum diinformasikan dalam bagian manapun dari
laporan keuangan juga harus diungkapkan oleh entitas pelaporan, yaitu:

domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta juridiksi dimana entitas tersebut beroperasi;

penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.

Pedoman penyajian Catatan atas Laporan Keuangan disajikan lebih rinci pada PSAP No. 04 tentang
Catatan atas Laporan Keuangan.
Contoh Aplikasi Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAP dan Peraturan Perundang-undangan Yang
Berlaku

PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengatur mengenai penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum. Beberapa pembahasan pada PSAP No. 01 diatur secara rinci pada PSAP berikutnya,
meliputi PSAP No. 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas, PSAP No. 03 tentang Laporan
Arus Kas, PSAP No. 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan, PSAP No. 05 tentang Akuntansi
Persediaan, PSAP No. 06 tentang Akuntansi Investasi, PSAP No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, PSAP
No. 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, PSAP No. 09 tentang Akuntansi Kewajiban, PSAP
No. 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan disajikan contoh kasus mengenai perlakuan akuntansi terhadap
Piutang dan juga ilustrasi penyajian laporan keuangan pada tingkat pemerintah daerah, baik PPKD
(Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) maupun SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) berdasarkan PSAP
No. 01 dan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Piutang Pajak Daerah

Pada akhir tahun terdapat Surat Ketetapan Pajak yang belum dibayar oleh masyarakat. Bagaimana fungsi
akuntansi PPKD atau SKPD mencatatnya?

Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 Lampiran II tentang Sistem Akuntasi Pemerintah Daerah,
jika pada akhir tahun terdapat surat ketetapan pajak yang belum dibayar oleh masyarakat, maka nilainya
diakui sebagai penambah akun Pendapatan Pajak-LO. Sehingga, fungsi akuntansi PPKD/PPK-SKPD
mencatat “Piutang Pajak Daerah” di debit dan “Pendapatan Pajak-LO (sesuai rincian objek terkait)” di
kredit dengan jurnal:

Ketika masyarakat telah melunasi pajak tersebut pada tahun berikutnya, maka fungsi akuntansi PPKD
mencatat “Kas di Kas Daerah” di debit dan “Piutang Pajak Daerah” di kredit dengan jurnal:

Kas di Kas Daerah xxx

Piutang Pajak Daerah xxx

Sedangkan, PPK-SKPD akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut:


Atas pajak yang diterima tersebut, maka SKPD akan melakukan penyetoran ke Kas Daerah dengan
menggunakan Surat Tanda Setoran. Sehingga PPK-SKPD akan mencatat jurnal sebagai berikut:

Sebagai transaksi realisasi anggaran, fungsi akuntansi PPKD dan PPK-SKPD mencatat jurnal realisasi
anggaran sebagai berikut:

Piutang Pendapatan Transfer

Pengakuan pendapatan transfer dilakukan bersamaan dengan diterimanya kas pada Rekening Kas Umum
Daerah. Akan tetapi, pendapatan transfer yang diperoleh pemerintah daerah ternyata kurang salur.
Bagaimana perlakuan akuntansinya?

Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, pendapatan transfer dapat diakui pada saat terbitnya
dokumen resmi mengenai penetapan alokasi jika hal ini terkait dengan kurang salur sebagai dasar
pencatatan pengakuan pendapatan transfer. Fungsi akuntansi PPKD akan mencatat jurnal sebagai
berikut:

Apabila pemerintah daerah tersebut telah menerima dana transfer dari pemerintah pusat atas kurang
salur tersebut, maka Rekening Kas Umum Daerah akan mengeluarkan Nota Kredit untuk PPKD.
Berdasarkan Nota Kredit tersebut, maka fungsi akuntansi PPKD akan mencatat jurnal sebagai berikut:

Ilustrasi Proses Penyusunan Laporan Keuangan PPKD/SKPD dan Laporan Keuangan Konsolidasian

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan
PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengatur mengenai penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang memuat
informasi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Oleh karena itu,
laporan keuangan tida dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok
pengguna.

Berdasarkan PSAP No. 01 versi Lampiran I.02 atau SAP Berbasis Akrual, pemerintah pusat dan daerah
diwajibkan menyajikan tujuh komponen laporan keuangan meliputi, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini berbeda dengan PSAP No. 01 versi Lampiran II.02
atau SAP Berbasis Kas Menuju Akrual di mana komponen laporan keuangan hanya meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Akan tetapi, mulai
pelaporan pertanggungjawaban Tahun Anggaran 2015 dan seterusnya, SAP yang berlaku adalah SAP
berbasis Akrual sebagaimana dinyatakan dalam Paragraf Standar No. 115 PSAP No. 01 versi Lampiran
I.02.

Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka direkomendasikan agar pemerintah pusat dan daerah harus
mempersiapkan diri secara matang dalam hal pemahaman teoritis dan praktik mengenai SAP berbasis
Akrual, mengingat SAP berbasis Akrual berbeda dengan SAP berbasis Kas Menuju Akrual, khususnya
dalam hal penyajian laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). Jakarta: Indeks.

Rachmat. 2010. Akuntansi Pemerintahan. Bandung: Pustaka Setia.


Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai