“Transparansi dan Pelaporan Keuangan dalam Pengelolaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara"
RENGGA SURYA PRATAMA
042697291
FAKULTAS ILMU HUKUM DAN ILMU POLITIK
ADMINISTRASI NEGARA UPBJJ MALANG 2022 Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Transparansi anggaran adalah keterbukaan informasi tentang sektor keuangan publik. Transparansi anggaran mengacu pada sejauh mana publik dapat memperoleh informasi atas aktivitas keuangan pemerintah dan implikasinya secara komprehensif, akurat, dan tepat waktu. Transparansi anggaran dapat diukur melalui beberapa aspek, selain kemudahan akses pada informasi, mekanisme dan akses masayarakat dalam penyampaian pendapat juga harus diperhatikan. Keterbukaan (openness) mengacu kepada terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan . Permasalahan mengenai kualitas laporan keuangan kini semakin hangat untuk diperbincangkan, banyaknya kasus-kasus buruknya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia masih menjadi isu hangat yang perlu dikaji lebih dalam. Hal ini merupakan bukti dari kurangnya pemahaman standar akuntansi pemerintah dan buruknya sistem pengelolaan keuangan daerah, kurangnya kompetisi yang dimiliki staf akuntansi serta buruknya sistem pengendalian intern sehingga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Permasalahan ini dibuktikan dengan diperolehnya opini disclaimer dibeberapa instansi pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Opini disclaimer diberikan terhadap laporan keuangan mengalami kesulitan dalam menerapkan prosedur audit pada beberapa pos yang disajikan. Rendahnya kualitas laporan keuangan, secara umum disebabkan penyusunan laporan keuangan yang belum memenuhi standar akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah, penyelenggaraan sistem pengendalian internal yang belum memadai dan kurangnya kompetensi staf akuntansi yang ada. 1.2 TUJUAN Berdasrkan analisis tersebut terdapat tujuan sebagai berikut: 1. Membahas tentang pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance 2. Melakukan perbandingan antara Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) yang berdasar PP No. 24 Tahun 2005 (sebagaimana terdapat pada modul 9 BMP ADPU4333), dengan SAP yang berdasar PP No. 71 Tahun 2010 Bab II. TINJAUAN PUSTAKA Pertanggungjawaban pemimpin daerah atas kinerjanya dan atas pengambilan keputusan penting mereka kepada rakyat dan bangsa merupakan bagian penting dalam penerapan good governance. Pengungkapan secara transparan dilakukan kepada rakyat, DPRD, pemerintah pusat maupun auditor pemerintah. Akuntabilitas pemerintah daerah kepada para stakeholders tidak dapat dijalankan tanpa pengungkapan informasi pemerintah daerah yang transpara. Pengungkapan informasi yamg transparan menjadi salah satu sarana untuk pengendalian internal pemerintah daerah. Dengan sistem pengendalian intern yang efektif,, pemerintah daerah dapat terhindar dari kerugian dan malapetaka besar yang sebelumnya tidak disangka. Tanpa pengendalian internal yang efektif, kendala dan resiko yang menyebabkan kerugian besar dapat terjadi dapat terdeteksi oleh manajemen pemerintah daerah dalam waktu yang lama. Jika ada salah satu oknum yang memanipulasi laporan keuangan pemerintahan, maka kerugian besar akan terjadi pada pemerintah dan rakyat. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 ditegaskan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pemerintah daerah wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja.
Bab III. PEMBAHASAN
Pelaporan keuangan merupakan sarana paling penting dalam transparansi sebgai penerapan dari prinsip Good Governance dalam pemerintah. Dalam pelaporan keuangan terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi untuk kesempurnaan laporan ataupun pemenuhan syarat-syarat berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib membuat laporan keuangan yang terdiri dar Neraca, Laporan realisasi anggaran, Laporan arus kas, Catatan atas laporan keuangan. Neraca menyajikan asset, utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan dengan periode sebelumnya. Laporan realisasi anggaran menyajikan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dibandingkan dengan anggaran dan dengan realisasi periode sebelumnya. Laporan arus kas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi non keuanga, aktivitas pembiayaan dan arus kas dari aktivitas non-anggaran yang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, catatan atas laporan keuangan antara lain membahas tentang kebijakan akutansi dan informasi lain yang diperlukan dan tidak tercantum dalam ketiga laporan lainnya. Kepala satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran Menyusun laporan keuangan dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pejabat pengelola keuangan daerah. Laporan keuangan SKPD dan Badan Usaha Daerah (BUD) disampaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Penyelenggara teknis akutansi dan penyusunan laporan keuangan SKPD dapat dilakukan langsung oleh satuan kerja pengguna anggaran atau dibantu oleh satuan kerja/pihak lain yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota berdasrkan pertimbangan sumber daya yang tersedia. Namun demikian, tanggung jawab atas laporan tersebut berada pada satuan kerja pengguna anggaran yang bersangkutan. Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) Menyusun laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota. Selanjutnya, laporan keuangan pemerintah daerah tersebut disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat- lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Gubernur/bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemda serta koreksi lain berdasarkan Standar Akutansi Pemerintah. PPKd Menyusun rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui Bersama dengan DPRD, untuk tingkat pemprov disampaikan kepada mendagri dan untuk tingkat pemkab/pemkot disampaikan kepada gubernur. Secara umum, siklus akutansi dimulai dari perjunalan bukti dokumen sumber baik SPM, STS, SP2D maupun dokumen anggaran serta transaksi lainnya. Setelah penjurnalan kemudian dilakukan posting ke buku besar yang sesuai. Setelah itu, pada akhir periode pelaporan dibuatkan neraca saldo untuk mengecek dan meringkas buku besar yang ada untuk selanjutnya dibuat laporan keuangan. Stamdar akutansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005. Isi PP No. 24 tahun 2005 secara garis besar adalah sebagai berikut. a) Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan b) PSAP 01 penyajian laporan keuangan c) PSAP 02 laporan realisasi anggaran d) PSAP 03 laporan arus KAS e) PSAP 04 catatan atas laporan keuangan f) PSAP 05 akuntansi persediaan g) PSAP 06 akuntansi investasi h) PSAP 07 akuntansi aset tetap i) PSAP 08 akuntansi konstruksi dalam pengerjaan j) PSAP 09 akuntansi kewajiban k) PSAP 10 koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa l) PSAP 11 laporan keuangan konsolidasian Plus: Buletin Teknis tentang Penyusunan Neraca Awal Buletin Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Pemda. Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah maupun SKPD wajib menggunakan PP ini sebagai acuan. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010, maka PP Nomor 24 Tahun 2005 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lambat Tahun Anggaran 2015. Selain mengatur SAP Berbasis Akrual, PP Nomor 71 Tahun 2010 juga mengatur SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang saat ini masih digunakan oleh seluruh entitas. Basis Akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh dan beban diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi. Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010): a) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; b) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; c) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; d) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; e) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; f) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; g) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; h) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pekerjaan; i) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; j) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa k) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; l) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. Komponen Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 tahun 2010 yaitu: a) Laporan Realisasi Anggaran b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) c) Neraca d) Laporan Arus Kas e) Laporan Operasional f) Laporan Perubahan Ekuitas g) Catatan atas Laporan Keuangan Dengan diberlakukannya SAP Berbasis Akrual, peraturan pelaksanaan dan sistem akuntansi sudah pasti akan berubah, demikian juga dengan kapasitas dan kemampuan SDM harus ditingkatkan, karena SAP Berbasis Akrual memang memberikan informasi keuangan yang lebih baik tetapi implementasinya lebih rumit dibandingkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Bab IV. KESIMPULAN Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib membuat laporan keuangan yang terdiri dar Neraca, Laporan realisasi anggaran, Laporan arus kas, Catatan atas laporan keuangan. Sementara itu, catatan atas laporan keuangan antara lain membahas tentang kebijakan akutansi dan informasi lain yang diperlukan dan tidak tercantum dalam ketiga laporan lainnya. Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) Menyusun laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota. Stamdar akutansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005. Isi PP No. 24 tahun 2005 secara garis besar adalah sebagai berikut. Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan, PSAP 01 penyajian laporan keuangan, PSAP 02 laporan realisasi anggaran, PSAP 03 laporan arus KAS, PSAP 04 catatan atas laporan keuangan, PSAP 05 akuntansi persediaan, PSAP 06 akuntansi investasi, PSAP 07 akuntansi aset tetap, PSAP 08 akuntansi konstruksi dalam pengerjaan, PSAP 09 akuntansi kewajiban, PSAP 10 koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa, PSAP 11 laporan keuangan konsolidasian. Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010): PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pekerjaan; PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa: PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. DAFTAR PUSTAKA MODUL ADMINISTRASI KEUANGAN ADPU4333 MODUL 9 DOKUMEN SAP MATERI PENGAYAAN