kualitas
pertanggungjawaban
kinerja
pemerintah.
Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya
penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah,
termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan
akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Perubahan
basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya sudah
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu
pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:
1. Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Dari penjelasan tersebut diatas dijelaskan bahwa pendapatan dan
belanja sebenarnya sudah berbasis akrual yang akan mempengaruhi
kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari tahun 2003,
pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk
berbasis akrual.
Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang
dijelaskan pada pasal 36 ayat (1) di Undang-Undang yang sama
bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam
5 (lima) tahun.
pelaksanaan
anggaran
berdasarkan
basis
yang
Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
menjelaskan bahwa:
a. Penerapan
SAP
Berbasis
Akrual
dapat
dilaksanakan
secara
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
disusun
Nomor
08
tentang
Akuntansi
Konstruksi
Dalam
Pengerjaan;
9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10) PSAP
Nomor
10
tentang
Koreksi
Kesalahan,
Perubahan
Accounting
Standards
Board (2011),
mengatakan
bahwa
keuangan
memungkinkan
pemangku
kepentingan
pada
level
yang
lebih
detil
dalam Study
Nomor
bagaimana
pemerintah
membiayai
aktivitas-
pengguna
laporan
untuk
mengevaluasi
dan
untuk
memenuhi
kewajiban-kewajian
dan
komitmen-komitmennya;
c. menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi
keuangannya;
d. memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan
keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya;
e. bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
efisiensi dan efektifivitas penggunaan sumber daya.
C. POKOK-POKOK SAP BERBASIS AKRUAL
Laporan keuangan yang baik adalah yang disusun berdasarkan SAP.
Pokok-pokok SAP berbasis akrual tercakup dalam kerangka konseptual
dan penyajian laporan keuangan (PSAP Nomor 01). Beberapa pokok SAP
tersebut yang perlu diketahui untuk menyusun laporan keuangan
berbasis akuntansi:
1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan
Pada paragraf 21 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 terdapat penjelasan mengenai Entitas Akuntansi
disamping Entitas Pelaporan. Pada paragraf tersebut dijelaskan
bahwa entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
mengelola
anggaran,
kekayaan,
dan
kewajiban
yang
perundang-undangan
pertanggungjawaban,
berupa
wajib
laporan
menyajikan
keuangan
laporan
yang bertujuan
pemerintah,
dijelaskan
pada
dimana
paragraf
28
komponen-komponen
Kerangka
Konseptual
tersebut
Peraturan
PP 71/2010 : ACCRUAL
Paragraf 28 Kerangka Konseptual:
Konseptual:
Laporan Keuangan Pokok
-
Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)
Neraca
Neraca
Keuangan (CaLK)
Paragraf 26 Kerangka
Konseptual:
Laporan yang Bersifat optional
-Laporan Kinerja Keuangan
(LKK)
-Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
dijelaskan
bahwa
Bendahara
Umum
Negara
dan
entitas
pelaporan
yang
sebagai
bendahara
umum
negara/daerah
dan/atau
b. Paragraf
PSAP
01
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
yang
menyelenggarakan
akuntansi
berbasis
akrual,
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis Akuntansi
Basis Akuntansi
Basis
Akuntansi
pada Basis
Kerangka Konseptual:
Akuntansi
belanja
akrual
untuk
dan pendapatan-LO,
Kerangka
Konseptual:
pada
pengakuan
beban,
aset,
akrual
ekuitas
dalam
Neraca maka
(Paragraf 39)
LRA
disusun
berdasarkan
basis kas.
Bilamana anggaran disusun dan
dilaksanakan
akrual,
berdasarkan
maka
LRA
basis
disusun
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis
akuntansi
digunakan
keuangan
dalam
yang dalam
laporan pemerintah
pemerintah
laporan
yaitu
keuangan
basis
akrual
yaitu (Paragraf 5)
aset,
kewajiban,
dan
10
bahwa
untuk
memenuhi
tujuan
umum,
laporan
PP 71/2010 : ACCRUAL
(Paragraf 11)
11
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Finansial
12
yang
menggambarkan
perbandingan
antara
anggaran
yang
bersangkutan
yang
menjadi
hak
tidak
akan
diperoleh
pembayarannya
kembali
oleh
pemerintah.
3) Transfer pengeluaran adalah pengeluaran uang oleh suatu
entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya misalnya
bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota (dan sebaliknya),
kabupaten/kota ke desa (dan sebaliknya), bantuan keuangan
dari provinsi ke kabupaten/kota, dan kabupaten ke desa.
4) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran
yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang
perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik
13
dimaksudkan
memanfaatkan
surplus
untuk
anggaran.
menutup
defisit
Penerimaan
atau
pembiayaan
pembiayaan
antara
lain
digunakan
untuk
Penyajian
Laporan
Keuangan
merupakan
selisih
Lebih/Kurang
Pembiayaan
Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
adalah
pendapatan-LRA
selisih
dan
lebih/kurang
belanja,
serta
antara
realisasi
penerimaan
dan
14
PP 71/2010 : ACCRUAL
(Paragraf 58)
b. Laporan Perubahan SAL
15
5) Lain-lain; dan
6) Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran ini tidak diminta untuk
disajikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
c. Neraca
Pada paragraf 64 kerangka konseptual SAP menjelaskan bawah
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Unsur yang dicakup oleh neraca dijelaskan pada paragraph 65
yaitu terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing
unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah.
3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Khusus untuk ekuitas, paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang
Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa Ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan
kewajiban
pemerintah
pada
tanggal
laporan.
Kemudian
16
PP 71/2010 : ACCRUAL
Neraca
Aset
Aset
Kewajiban
Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas
(Paragraf
Konseptual)
-
59
Kerangka (Paragraf
Konseptual)
64
Kerangka
17
d. Laporan Operasional
Laporan
Operasional
pemerintahan,
namun
merupakan
sebenarnya
laporan
sudah
baru
untuk
diperkenalkan
di
18
setelah
diperhitungkan
surplus/
defisit
dari
kegiatan
non
PP 71/2010 : ACCRUAL
Laporan
Finansial:
Laporan
Operasional (LO)
Bersifat optional
Merupakan
Laporan
Keuangan Pokok
(Paragraf 20 PSAP Nomor 01)
Disusun
oleh
entitas
berikut:
a)
Sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos:
a)
kegiatan operasional;
b)
c)
b) Beban berdasarkan
Surplus/defisit dari
Kegiatan Non
Pendapatan-LO dari
klasifikasi ekonomi;
d)
e)
Surplus/defisit-LO.
19
Ekuitas
menyajikan
informasi
kenaikan
atau
PSAP
menyajikan
Nomor
01
tentang
Penyajian
sekurang-kurangnya
Laporan
pos-pos
Keuangan
Ekuitas
awal,
Perubahan
Ekuitas
pada
PSAP
Nomor
01
tentang
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Laporan
Perubahan
Ekuitas
(LPE)
Bersifat optional
(Paragraf 20 PSAP Nomor 01)
Laporan Finansial:
Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
Merupakan
Laporan
Keuangan Pokok
(Paragraf 14 PSAP Nomor 01)
Sekurang-kurangnya
Sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos:
menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
a) Sisa
Lebih/Kurang
b) Surplus/defisit-LO
pada
Pembiayaan Anggaran;
periode bersangkutan;
b) Setiap pos pendapatan dan
c)
Koreksi-koreksi
yang
belanja
beserta
totalnya
langsung
seperti diisyaratkan dalam
menambah/mengurangi
standar-standar
lainnya,
ekuitas, misalnya: koreksi
yang diakui secara langsung
kesalahan mendasar dari
dalam ekuitas;
persediaan yang terjadi
c) Efek
kumulatif
atas
pada
periode-periode
perubahan
kebijakan
sebelumnya
dan
akuntansi
dan
koreksi
perubahan nilai aset tetap
kesalahan yang mendasar
karena
revaluasi
aset
diatur dalam suatu standar
tetap.
terpisah.
d) Ekuitas akhir.
(Paragraf 101 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 95 PSAP Nomor 01)
20
PP 71/2010 : ACCRUAL
21
Pemerintahan
untuk
serta
menghasilkan
ungkapan-ungkapan
penyajian
laporan
yang
keuangan
informasi
tentang
dasar
penyusunan
laporan
diterapkan
atas
transaksi-transaksi
dan
kejadian-
22
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
KEUANGAN
KEUANGAN
Disajikan
secara
Setiap
LAK
Laporan
harus
referensi
mempunyai
silang
informasi
terkait
Catatan
atas
pos
dalam
LRA,
Perubahan
SAL,
dengan
dalam
Laporan
Keuangan.
silang
dengan
informasi
atas
Laporan
atau
daftar
terinci
atau
Perubahan
SAL,
105
&
106
PSAP
Nomor 01)
basis
kas.
Dengan
demikian,
pemerintah
akan
menerapkan 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis akrual dan basis kas.
23
Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk adalah Neraca
dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari basis akrual yang
melengkapi
informasi
Laporan
Keuangan
Primer
adalah
Laporan
keempat
laporan
keuangan
sebelumnya
maka
Tabel 1
Accrual
Cash
Konseptual
SAP
dijelaskan
bahwa
pengakuan
dalam
24
pemungutan
setiap
unsur
penerimaan
tersebut
sangat
sampai
penyetorannya
ke
Rekening
Kas
Umum
25
2. Pengakuan Kewajiban
Pengakuan
kewajiban
dijelaskan
oleh
paragraf
93
Kerangka
PP 71/2010 : ACCRUAL
Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Pengakuan Pendapatan (Paragraf
88)
Pendapatan menurut basis akrual
diakui pada saat timbulnya hak
atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi.
Pendapatan menurut basis kas
diakui pada saat kas diterima di
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan.
Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Pengakuan Pendapatan (Paragaf
95)
Pendapatan-LO diakui pada saat
timbulnya hak atas pendapatan
tersebut atau ada aliran masuk
sumber daya ekonomi.
Pendapatan-LRA diakui pada
saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau
oleh entitas pelaporan
26
paragraf
97
menyatakan
bahwa
belanja
diakui
Kas Umum
pengeluaran
pengakuannya
terjadi
pada
saat
Unsur
PP 71/2010 : ACCRUAL
Laporan Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Keuangan
Belanja
menurut
diakui
pada
kewajiban
basis
saat
atau
timbulnya Beban
pada
diperoleh manfaat.
diakui
pada
saat
manfaat
ekonomi
Rekening
Negara/Daerah
pelaporan
Kas
atau
Umum Belanja
entitas terjadinya
diakui
berdasarkan
pengeluaran
Rekening
Negara/Daerah
Kas
atau
dari
Umum
entitas
pelaporan
27
bahwa
pengukuran
pos-pos
laporan
keuangan
28
BAB II
KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI
A. KONSEP AKUNTANSI
1. Definisi
Akuntansi
didefinisikan
pencatatan,
sebagai
pengukuran,
sebuah
proses
pengklasifikasian,
identifikasi,
pengikhtisaran
atas
Pemerintah
yang
merupakan
acuan
dasar
dalam
yang
pengambilan
akan
digunakan
keputusan
dalam
manajerial
proses
yang
evaluasi
kemudian
dan
akan
berikutnya.
Jadi,
input
dari
proses
akuntansi
adalah
yang
menyajikan
berkewajiban
laporan
menyelenggarakan
keuangan
atas
dasar
akuntansi
akuntansi
dan
yang
29
(tidak
berpasangan).
Transaksi
yang
berakibat
berakibat
berkurangnya
kas
akan
dicatat
pada
sisi
beberapa
kelebihan,
yaitu
sederhana
dan
mudah
kurang
lengkap
unuk
pelaporan
karena
hanya
dapat
30
dan
kredit
menjadi
dasar
dari
sistem
pembukuan
31
merupakan
kekayaan
bersih
pemerintah
daerah
yang
sedangkan
adanya
Beban
akan
mengurangi
Ekuitas.
32
untuk transaksi
(ASET+BEBAN)
=
(BELANJA+PENGELUARAN
PEMBIAYAAN)
(KEWAJIBAN+EKUITAS
+PENDAPATAN-LO)
(PENDAPATAN LRA+PENERIMAAN
PEMBIAYAAN)
suatu
kebiasaan,
atau
aturan
akuntansi
(seperti
33
sisi dibandingkan, suatu akun akan memiliki saldo debit jika total
jumlah debit melebihi jumlah kredit. Suatu akun akan memiliki saldo
kredit jika jumlah kredit melebihi jumlah debit.
Debit berarti sisi kiri dan yang berada pada sisi kiri persamaan
akuntansi adalah kelompok Aset. Dengan demikian, akun yang
masuk ke dalam kelompok Aset akan dicatat di sisi debit dengan
syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Aset tersebut
negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu kredit.
Kredit berarti sisi kanan dan yang berada pada sisi kanan persamaan
akuntansi
adalah
kelompok
Kewajiban
dan
Ekuitas.
Dengan
sebelumnya. Saldo
unsur-unsur laporan
34
Akun
Saldo
Bertambah
Berkurang
Aset
Debit
Kredit
Debit
Kewajiban
Kredit
Debit
Kredit
Ekuitas
Kredit
Debit
Kredit
Pendapatan LO
Kredit
Debit
Kredit
Beban
Debit
Kredit
Debit
Perubahan SAL
Normal
menyesuaikan
Pendapatan-LRA
Kredit
Debit
Kredit
Penerimaan Pembiayaan
Kredit
Debit
Kredit
Belanja
Debit
Kredit
Debit
Pengeluaran Pembiayaan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Pendapatan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Penerimaan
Debit
Kredit
Debit
Apropriasi Belanja
Kredit
Debit
Kredit
Apropriasi Pengeluaran
Kredit
Debit
Kredit
Pembiayaan
Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL
Menyesuaikan
35
di tingkat
sendiri,
akuntansi
adalah
bukti-bukti
transaksi
dalam
bentuk
36
Yang
dimaksud
dengan
siklus
akuntansi
adalah
laporan
keuangan.
Siklus
akuntansi
secara
sederhana
Catatan
Ditetapkan
DPRD
APBD
Jenis2 transaksi
keuangan Pemda
Pencatatan &
Penggolonga
Dokumen Sumbern:
- SP2D
- SPJ
- Bukti Memorial
Laporan
Realisasi
APBD
Pelaporan
Peringkasan
Jurnal
Buku
Besar
Buku
Pembantu
Bukti Penerimaan
Bukti Pengeluaran
Bukti memorial
Jurnal LRA
Jurnal LO &
Neraca
Kumpulan
Rekening
(Ringkasan
& Rincian)
Laporan
Keuangan
Kertas
Kerja
Laporan Keuangan :
LRA
Lap.Perubahan
SAL
LO
Lap.Perbhan
Ekuitas (LPE)
Neraca
Lap.Arus Kas
CALK
Kebijakan Akuntansi
37
dicatat
secara
kronologis
didalam
jurnal
sebelum
pembayaran
dimuka/pendapatan
diterima
dimuka
38
dalam
memahami
ayat-ayat
jurnal
baik
yang
misalnya
surat
ketetapan
pajak/retribusi
daerah
transaksi
adalah
SKPD-PBB.
Ditetapkan
sebesar
39
Pendapatan
(+) 50 juta
Debit
Kredit
b. Jurnal
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh
transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan
transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double-entry dimana
setiap transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit.
Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan yang telah
menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu:
1) Jurnal
dicatat
secara
kronologis
berdasarkan
tanggal
Nomor
Bukti
Kode
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
40
LO
dan
Neraca
digunakan
untuk
mencatat
Pajak
Daerah
(SKPD)-PBB
sebesar
Rp50.000.000,00
Pendapatan
(+) 50 juta
kredit
41
Nomor
Bukti
Tanggal
Kode
Rekening
12-Jan-13
1.1.3.01.15
Uraian
Debit
Piutang PBB
8.1.1.15.01
Kredit
50.000.000
Pendapatan PBB LO
50.000.000
Beban
(+) 500ribu
kredit
debit
Nomor
Bukti
Tanggal
Kode
Rekening
12-Jan-13
9.1.2.01.01
Uraian
Debit
1.1.1.03.01
Kredit
500.000
Kas
di
Bendahara
Pengeluaran
500.000
2) Jurnal Anggaran
Jurnal
Anggaran
adalah
langkah
opsional.
Pemda
bisa
melaksanakan
akuntansi
anggaran,
masing-masing
Pembiayaan
akun
sisi
Apropriasi
Pembiayaan
dan
di
akun
di
debit
Belanja
sisi
dan
kredit
Estimasi
sebesar
nilai
Apropriasi
sebesar
nilai
Perubahan
SAL
42
dan
pengeluaran
pembiayaan
sebesar
Rp200.000.000,00.
Tanggal
Nomor
Bukti
01-Jan-13
Kode
Rekening
Uraian
Debit
500.000.000
200.000.000
Kredit
100.000.000
0.1.3.00.00
Aprosiasi Belanja
400.000.000
0.1.4.00.00
Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan
200.000.000
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
01-Jan-13
Debit
0.1.1.00.00
Estimasi Pendapatan
40.000.000
0.0.0.00.00
Perubahan SAL
10.000.000
0.1.3.00.00
Pencatatan
Uraian
atas
Apropriasi Belanja
anggaran
ini
Kredit
50.000.000
dilakukan
setelah
43
3) Jurnal LRA
Jurnal LRA merupakan jurnal berbasis kas. Jurnal LRA
digunakan untuk mengakui adanya realisasi anggaran atas
Pendapatan-LRA, Penerimaan Pembiayaan, Belanja, Transfer
dan Pengeluaran Pembiayaan. Jurnal LRA ini nantinya akan
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan
Perubahan SAL. Jurnal LRA ini digunakan untuk menjurnal
realisasi anggaran selama periode berjalan.
Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat
menggunakan jurnal LRA jika transaksi tersebut memenuhi
dua syarat berikut:
a) terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan
b) merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan.
Adanya realisasi anggaran, baik realisasi Pendapatan, realisasi
Penerimaan Pembiayaan, realisasi Belanja, maupun realisasi
Pengeluaran Pembiayaan akan mempengaruhi nilai Perubahan
SAL. Dengan demikian, setiap terjadi penjurnalaan atas
realisasi
anggaran,
maka
akun
lawannya
adalah
akun
Perubahan SAL.
Dengan adanya Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA, maka
setiap kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, Fungsi
Akuntansi di setiap entitas harus mencatatatnya sehingga
dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk menyusun LO,
Neraca, dan LRA. Berikut beberapa catatan penting ketika
hendak melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal:
a) Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat
menggunakan Jurnal LO dan Neraca, kecuali pencatatan
realisasi anggaran hanya dilakukan menggunakan Jurnal
LRA.
44
b) Apabila
suatu
transaksi
atau
aktivitas
keuangan
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
:
:
:
:
:
Uraian
Debit
Kredit
45
46
SKPD
Nama Rekening
Kode Rekening
Pagu APBD
Pagu Perubahan APBD
Tanggal
1
1-Jan
9-Sep
31-Des
: SKPD R
: Kendaraan Dinas
1.3.02.04.01
: Rp 250.000.000
: Rp 350.000.000
Uraian
2
Ref
3
Saldo Awal
Pembelian Mobil Dinas
Debit (Rp)
4
Kredit (Rp)
5
250.000.000
Saldo (Rp)
6
125.000.000
375.000.000
375.000.000
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
No.
1
2
3
4
5
6
Kode Rek.
1.1.01.02.01
1.1.01.03.01
1.1.03.01.06
1.1.06.02.02
1.1.07.01.01
1.3.02.04.01
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
0
22.000.000
0
27.000.000
150.000
375.000.000
Uraian
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang pajak
Sewa Dibayar Dimuka
Persediaan ATK
Kendaraan
e. JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi agar
pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui
pada saat terjadinya. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk
memastikan
diterapkannya
prinsip
pengakuan
pendapatan
Meskipun
penandingan
ini
dalam
tidak
akuntansi
mendapat
pemerintah
penekanan
prinsip
sebagaimana
47
berisikan
seluruh
data
yang
dibutuhkan
untuk
48
opsional
jika
neraca
lajur
(WORKSHEET)
BAS
Uraian
Neraca
Saldo
Jurnal
Penye
suaian
Neraca
Saldo
setelah
Penye
suaian
Laporan
Realisasi
Anggaran
Laporan
Operasion
al
Neraca
10
11
12
13
14
sebelumnya
menjadi
dasar
dalam
penyusunan
49
Laporan Keuangan
Kode Akun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Akun
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pendapatan - LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Pendapatan - LO
Beban
NERACA
LRA
LO
2) Penyusunan LRA
LRA disusun dengan cara memasukkan nilai saldo akun-akun
Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Total
Pendapatan-LRA dikurangi total Belanja dan Transfer akan
menghasilkan Surplus/Defisit-LRA. Kemudian Surplus/DefisitLRA ditambah dengan Penerimaan Pembiayaan dan dikurangi
dengan Pengeluaran Pembiayaan akan menghasilkan SiLPA
atau SiKPA.
Perlu diperhatikan bahwa dalam format LRA sebagaimana yang
diilustrasikan
dalam
SAP
berbasis
akrual
tidak
dirinci
dalam
mengelompokkan
Pendapatan-LRA,
50
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
No. Kode Rek.
Uraian
i.
Anggaran
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
180.000.000
17.000.000
18.000.000
2.500.000
36.000.000
500.000
250.000.000
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap lainnya
Belanja Aset lainnya
Jumlah Belanja Modal
JUMLAH BELANJA
Realisasi
215.000.000
39.000.000
254.000.000
0
250.000.000
0
0
0
0
250.000.000
504.000.000
akun
Pengeluaran
Pembiayaan,
akun
Estimasi
Perubahan SAL. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit.
Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LRA.
51
Kredit
800.000.000
15.000.000
Belanja
504.000.000
Surplus/Defisit LRA
311.000.000
815.000.000
815.000.000
Kredit
200.000.000
Pengeluaran Pembiayaan
150.000.000
Pembiayaan Neto
50.000.000
200.000.000
200.000.000
Kredit
311.000.000
50.000.000
SiLPA
361.000.000
361.000.000
361.000.000
Kredit
361.000.000
Ekuitas SAL
361.000.000
361.000.000
361.000.000
52
Kredit
361.000.000
Perubahan SAL
361.000.000
361.000.000
361.000.000
Kredit
Saldo
504.000.000
361.000.000
800.000.000
pendapatan pajak
Dari transaksi
15.000.000
pendapatan retribusi
Dari transaksi belanja
(Dr)
Jurnal penutupan
361.000.000
NOL
53
Gambar 1
NERACA SALDO
JURNAL
PENUTUP
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LRA
j.
Penyusunan LO
LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun
Pendapatan-LO dan Beban ke dalam format LO. Total PendapatanLO
dikurangi
dengan
Surplus/Defisit-LO.
total
Beban
Surplus/Defisit-LO
akan
ini
menghasilkan
nantinya
akan
seperti
format
LRA,
format
LO
sebagaimana
yang
54
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penutupan LRA
Tahun n
No. Kode Rek.
104
105
106
107
108
109
9.1.01.01.01
9.1.01.01.02
9.1.01.01.03
9.1.02.01.01
9.1.02.02.30
9.1.02.02.38
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
180.000.000
17.000.000
18.000.000
2.350.000
9.000.000
500.000
Uraian
Beban Gaji Pokok
Beban Tunjangan Keluarga
Beban Tunjangan Jabatan
Beban ATK
Beban Jasa Sewa Eskavator
Beban Makan Minum Rapat
BEBAN
Beban Pegawai
Beban Persedian
Beban Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan Dinas
JUMLAH BEBAN
Tahun n-1
215.000.000
2.350.000
9.500.000
0
0
226.850.000
Penutup
LO
untuk
menutup
akun-akun
terkait
Pendapatan-LO
lebih
besar
daripada
Beban,
maka
55
Debit
Pendapatan Pajak-LO
Kredit
1.200.000.000
Pendapatan Retribusi-LO
15.000.000
Beban
540.000.000
Surplus/Defisit-LO
675.000.000
1.215.000.000
1.215.000.000
setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masingmasing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang
dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo
akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari
Surplus/Defisit LO. Proses penyusunan LO yang telah dijabarkan
dapat dilihat dalam bagan berikut.
Gambar 2
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LRA
Menutup
Pendapatan LO dan
Beban ke
Surplus/Defisit LO
L O
JURNAL
PENUTUP
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LO
56
k. Penyusunan Neraca
Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok
akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ke dalam format Neraca. Total
Aset harus sama dengan total Kewajiban ditambah dengan
Ekuitas. Surplus/Defisit-LO akan menambah Ekuitas jika nilainya
positif (surplus) dan akan mengurangi Ekuitas jika nilainya negatif
(defisit).
Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk
dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan
dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO.
Sama seperti format LRA dan LO, format Neraca sebagaimana
yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci
berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu
berhati-hati
dalam
mengelompokkan
Aset,
Kewajiban,
dan
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penutupan LO
Tahun n
No.
18
19
20
21
22
23
Kode Rek.
1.3.1.11.04
1.3.1.11.05
1.3.2.04.01
1.3.2.04.02
1.3.2.16.02
1.3.2.16.02
Uraian
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Tanah Kosong
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Kendaraan Bermotor Penumpang
Komputer Unit/Jaringan
Personal Komputer
Debit
1.300.000.000
2.000.000.000
150.000.000
500.000.000
50.000.000
150.000.000
Kredit
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
Tahun n-1
3.300.000.000
850.000.000
2.350.000.000
0
0
0
(500.000.000)
6.000.000.000
Akhir
ini
berfungsi
untuk
memasukkan
unsur
57
Kredit
675.000.000
Ekuitas
675.000.000
675.000.000
675.000.000
Menutup
Surplus/Defisit LO
ke Ekuitas
NERACA
JURNAL
PENUTUP
NERACA
AWAL
TAHUN
58
Kredit
Saldo
361.000.000
Perubahan SAL
Dari jurnal penutupan LRA-
361.000.000
675.000.000
675.000.000
(CR)
Pememerintah
Daerah
sebesar
Rp675.000.000,00
dibentuk dari transaksi kas yang berasal dari saldo akhir SAL
sebesar Rp361.000.000,00 dan dari transaksi akrual murni
sebesar Rp341.000.000,00 sehingga total saldo Ekuitas adalah
sebesar Rp675.000.000,00
l.
Penyusunan LPE
LPE disusun dengan cara memasukkan nilai awal Ekuitas yang
diperoleh dari Neraca Awal
Tahun
ke dalam format
LPE,
awal
tahun
yang
merupakan
nilai
SAL
akhir
tahun
59
Berjalan.
Hasilnya
SiLPA/SiKPA
tahun
kemudian
berjalan
diakumulasikan
yang
diperoleh
dari
dengan
LRA,
60
BAB III
LAPORAN KEUANGAN
A. Definisi
Berdasarkan PSAP 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010,
laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas.
1. Tujuan umum
Tujuan umum laporan keuangan adalah :
a. menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
b. realisasi anggaran,
c. saldo anggaran lebih,
d. arus kas,
e. hasil operasi, dan
f.
dalam
membuat
dan
mengevaluasi
keputusan
61
Arus
Kas
(LAK)
hanya
disajikan
oleh
entitas
yang
mengenai
alokasi
sumber-sumber
daya
ekonomi,
62
Realisasi
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
Surplus/Defisit LRA
xxx
xxx
Penerimaan Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
Pendapatan LRA
Belanja
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
Keuangan(Transfer)
Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto
SiLPA/SiKPA
C. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan informasi keuangan terkait dengan
kegiatan
operasional
entitas.
Pengguna
laporan
keuangan
dapat
berguna
dalam
memprediksi
pendapatan-LO
yang
akan
penurunan
ekuitas
(bila
defisit
operasional),
dan
63
Tahun n-1
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Surplus/Defisit-LO
xxx
xxx
Kegiatan Operasional
Pendapatan
Beban
Surplus/defisit dari operasi
Kegiatan Non-Operasional
Surplus/defisit dari kegiatan non
operasional
64
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
SKPD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Lain-lain PAD yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (4 s.d 7)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Pegawai
Beban Barang/ Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penysutan
Beban Lain-lain
JUMLAH BEBAN (12 s.d 19)
SURPLUS/ DEFISIT - LO (8 20)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
URAIAN
65
PEMERINTAH PROVINSI............
PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 6)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (11 s.d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s.d 19)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (23 s.d 24)
JUMLAH PENDAPATAN (7+21+27)
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (32 s.d 35)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (39 s.d 42)
JUMLAH BEBAN (36+43)
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
66
(Dalam Rupiah)
NO
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (49 s.d 51)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (55 s.d 57)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (52 +58)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(46+60)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (65)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (69)
67
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA................
PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
URAIAN
(Dalam Rupiah)
KENAIKAN/
%
PENURUNAN
20X1
20X0
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (39 S.D 42)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan
(12 s.d 15)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20)
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi
(24 s.d 25)
PENDAPATAN TRANSFER (16+21+26)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 s.d 32)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (46 S.D 49)
JUMLAH BEBAN (43+50)
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (35 51)
68
(Dalam Rupiah)
NO
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (55 s.d 57)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (61 s.d 63)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (58 +64)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(52+66)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (71)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (75)
69
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (12 s.d 15)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (16+21)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (26 s.d 27)
JUMLAH PENDAPATAN (8+22+28)
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (34 s.d 37)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (41 s.d 44)
JUMLAH BEBAN (38+45)
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (30 46)
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
70
(Dalam Rupiah)
NO
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (51 s.d 53)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (57 s.d 59)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (54 +60)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(48+62)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (67)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (71)
71
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Anggaran
20x1
Realisasi
20x1
(%)
Realisasi
20x0
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Pegawai
Beban Barang/ Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penysutan
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (38 s.d 45)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
URAIAN
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 6)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (11 s.d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Lainnya (18 s.d 19)
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi
(23 s.d 24)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20+25)
LAIN-LAIN PENDPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s.d 31)
72
(Dalam Rupiah)
NO
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Anggaran
20x1
Realisasi
20x1
(%)
Realisasi
20x0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
URAIAN
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (48 s.d 50)
JUMLAH BEBAN (46+51)
73
D. NERACA
Sebuah
neraca
menggambarkan
posisi
keuangan
suatu
entitas
Jumlah Aset
xxx
xxx
Kewajiban
xxx
Ekuitas
xxx
xxx
Tahun n-1
Aset Lancar
xxx
xxx
xxx
xxx
Jumlah Aset
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Jumlah Kewajiban
xxx
xxx
____
xxx
xxx
____
xxx
xxx
Jumlah Ekuitas
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET
KEWAJIBAN
EKUITAS
74
Uraian
1 ASET
2
3
ASET LANCAR
4
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
5
Piutang Pajak Daerah
6
7
Piutang Retribusi Daerah
8
Penyisihan Piutang
9
Belanja di Bayar di muka
10
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
11
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian
12
Piutang Lainnya
13
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
14
15
ASET TETAP
16
Tanah
17
Peralatan dan Mesin
18
19
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
20
21
Aset Tetap Lainnya
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
23
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
24
25
26
ASET LAINNYA
27
Tagihan Penjualan Angsuran
28
Tuntutan Ganti Kerugian
29
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
30
Aset Tak Berwujud
31
Aset Lain-lain
32
Jumlah Aset Lainnya
33
34
JUMLAH ASET
35
36 KEWAJIBAN
37
38
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
39
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
40
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Belanja
41
Utang Jangka Pendek Lainnya
42
43
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
44
JUMLAH KEWAJIBAN
45
46 EKUITAS
47
48
EKUITAS
49
Ekuitas
50
RK RKPPKD
51
JUMLAH EKUITAS
52
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
53
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
75
Uraian
1 ASET
2
ASET LANCAR
3
Kas di Kas Daerah
Investasi Jangka Pendek
4
Penyisihan Piutang
5
6
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
7
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
8
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
9
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
10
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
11
Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
12
Piutang Lainnya
13
RK SKPD
Jumlah Aset Lancar
14
15
INVESTASI JANGKA PANJANG
16
Investasi Nonpermanen
17
Pinjaman Jangka Panjang
18
Investasi dalam Surat Utang Negara
19
20
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
21
Jumlah Investasi Nonpermanen
22
23
Investasi Permanen
24
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
25
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
26
Jumlah Investasi Jangka Panjang
27
28
29
DANA CADANGAN
30
Dana Cadangan
31
Jumlah Dana Cadangan
32
33
ASET LAINNYA
34
Tagihan Jangka Panjang
35
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
36
Aset Tidak Berwujud
37
Aset Lain-laim
38
Jumlah Aset Lainnya
39
JUMLAH ASET
40
41
42 KEWAJIBAN
43
44
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
45
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
46
Utang Bunga
47
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
48
49
Utang Jangka Pendek Lainnya
50
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
51
52
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan
53
Utang Dalam Negeri - Obligasi
54
Premium (Diskonto) Obligasi
55
Utang Jangka Panjang Lainnya
56
57
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
58
59
JUMLAH KEWAJIBAN
60
61 EKUITAS
62
63
EKUITAS
64
Ekuitas
65
Jumlah Ekuitas
66
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
67
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
76
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-laim
Jumlah Aset Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Jangka Panjang
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Belanja
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan
Utang Dalam Negeri - Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS
Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
77
Perubahan
penurunan
SAL
SAL
tahun
menyajikan
pelaporan
informasi
dibandingkan
kenaikan
dengan
atau
tahun
URAIAN
Saldo Anggaran Lebih Awal
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan
Pembiayaan Tahun Berjalan
Sub Total (1+2)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
Sub Total (3+5)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun
Sebelumnya
Lain-lain
Saldo Anggaran Lebih Akhir (6+8+9)
20X1
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
78
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA......
SKPD
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA
PPKD
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
79
Tahun n-1
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
Kenaikan/Penurunan kas
xxx
xxx
Saldo Awal
xxx
xxx
xxx
xxx
kas
yang
cukup
untuk
membiayai
aktivitas
80
81
dan/atau
pelunasan
utang
jangka
panjang
yang
82
mutasi
kas
antar
rekening
kas
umum
negara/daerah.
Berikut adalah format Laporan Laporan Arus Kas yang diberikan
oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013:
83
PEMERINTAH PROVINSI
(Dalam Rupiah)
20X1
20X0
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
84
XXX
XXX
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
Perolehan Tanah
Perolehan Peralatan dan Mesin
Perolehan Gedung dan Bangunan
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
Perolehan Aset Tetap Lainnya
Perolehan Aset Lainnya
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus Masuk Kas
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris
Kenaikan/Penurunan Kas
Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
85
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
(Dalam Rupiah)
20X1
20X0
Daerah
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX 86
XXX
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
87
laporan
keuangan; dan
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
88