Anda di halaman 1dari 7

Nama: Ni Putu Ratna Dewi

NIM: 2257021012

Prodi: D4 Akuntansi Sektor Publik

Kelas: 3A

Mata Kuliah : Pratikum Akuntansi Sektor Publik

1. Standar Akuntansi Pemerintah

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32


mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi
pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen
dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
Badan Pemeriksa Keuangan.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan (due
process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban profesional
KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III.

Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, yang


merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan
merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan,
pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah
yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, Pemerintah telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar
Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan,
belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena
itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.

Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan
SAP Berbasis Akrual.

Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.
Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis
Akrual.

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk
memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun
pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini
sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.

Selain mengubah basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual, Peraturan Pemerintah ini
mendelegasikan perubahan terhadap PSAP diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Perubahan terhadap PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika pengelolaan
keuangan negara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP tetap harus
melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan dari BPK.

2. Perkembangan Standar Akuntansi Pemerintah

Akuntansi pemerintah di Indonesia telah dikembangkan dan menemukan bentuknya di tahun


2005 yang ditandai dengan disahkannya PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sebelum itu Indonesia telah mengalami banyak pengalaman dengan
pengembangan akuntansi pemerintah. Penggunaan basis kas, pendekatan single fund, dan
pencatatan transaksi keuangan dengan metode pendekatan tunggal (single entry) mewarnai era
perkembangan akuntansi pemerintah di Indonesia. Sejak merdeka sampai tahun 2003
pengelolaan keuangan negara masih didasarkan pada sebuah aturan yang diterbitkan oleh
Belanda pada tahun 1864 yaitu Indonesische Comptabiliteitswet Stbl. 1864 No. 106, dan
perubahannya sampai dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1968. Berikut ini beberapa fase
penting dalam perkembangan akuntansi pemerintah di Indonesia (Suryanto, 2018):

 Tahun 1975

Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru sebatas sistem administrasi atau
dikenal dengan istilah tata usaha keuangan daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan
pemerintahan khususnya pemerintah daerah mendasarkan pada:

Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.


Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.

 Tahun 1979-1980

Sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual dan belum dikenal sistem
komputerisasi yang terintegrasi. Pada tahun tersebut sistem administrasi pemerintahan belum
memiliki Standar Akuntansi Pemerintah. Satu-satunya laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah kepada DPR berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disajikan
berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran dari Departemen/Lembaga yang disusun secara
manual dan single entry. Pada penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR ini
dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun. Pada tahun tersebut juga Departemen Keuangan mulai
membuat rencana studi modernisasi sistem akuntansi pemerintah dan hingga akhirnya
Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-099 Tahun
1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA), yang menjadi pedoman
pencatatan keuangan daerah yang pada dasarnya sebatas tata buku bukan merupakan suatu
sistem akuntansi.

 Tahun 1986

Pada tahun 1986 dibuat desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi
Instansi dengan mengusulkan disusunnya bagan akun standar dan standar akuntansi
pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan yang
memegang fungsi akuntansi dan pelaporan. Sistem yang disetujui Departemen Keuangan pada
saat itu adalah menyusun alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan daftar transaksi sebagai
dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.

 Tahun 1987-1988

Pada tahun ini mulai dilakukan simulasi sistem manual pada Departemen Pekerjaan Umum,
Sosial, Perdagangan pada wilayah Jakarta, Medan, dan Surabaya. Pada saat bersamaan, timbul
pemikiran penggunaan komputer untuk proses akuntansi dan pada tahun 1989. Usulan
pengembangan sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer akhirnya disetujui Departemen
Keuangan dan Bank Dunia dalam bentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah
tahap I, tetapi sistem fungsional masih berdasar pada desain manual sebelumnya, belum sampai
proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan keuangan.

 Tahun 1992
Dibentuk Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang mempunyai fungsi sebagai
Central Accounting Office, yang bukan sekadar “membukukan” namun memerlukan adanya
standar akuntansi pemerintahan dan selanjutnya melaksanakan implementasi sistem yang telah
dirancang.

 Tahun 2001-2002

Pada 1 Januari 2001 otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serentak dilaksanakan di Indonesia.
Terdapat perubahan format anggaran dan pelaporannya hingga dikeluarkan Kepmendagri No. 29
Tahun 2002 yang mulai mengenalkan penggunaan akuntansi basis kas modifikasian (modified
cash basis) serta pembukuan berpasangan (double entry book keeping) untuk pencatatan
keuangan pemerintah daerah.

 Tahun 2003-2004

Reformasi akuntansi sektor publik dimulai dengan diterbitkannya 3 Undang-undang Keuangan


Negara, yaitu:

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.

 Tahun 2005

Pada tahun ini Komite Standar Akuntansi Pemerintahan – KSAP (Standard Setter Body)
dibentuk dengan Keppres No. 84 tahun 2004, diubah dengan Keppres No. 2 Tahun 2005,
Keppres No. 3 Tahun 2009. Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. PP No. 24 Tahun 2005
menggunakan pendekatan cash towards accrual (CTA) dalam sistem pencatatan akuntansinya.
Mulai tahun 2005, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (Simanjuntak, 2005).

 Tahun 2010

Dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 pemerintah pusat dan
daerah harus menerapkan akuntansi akrual penuh (full accrual accounting), tidak lagi cash
towards accrual selambat-lambatnya tahun 2015.

3. Penambahan yang terjadi pada standar akuntansi pemerintah

1. Menimbang :
a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi
Pemerintahan, ketentuan mengenai standar akuntansi pemerintahan dinyatakan dalam bentuk
pernyataan standar akuntansi pemerintahan;

b. bahwa untuk mengatur laporan keuangan atas peristiwa setelah tanggal pelaporan, perlu diatur
ketentuan mengenai pengakuan, pengukuran, danpengungkapan atas peristiwa setelah tanggal
pelaporan dalamsuatupernyataan standar akuntansi pemerintahan;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan PemerintahNomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dalamhal diperlukan perubahan terhadap Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan, baik berupa penambahan, · penghapusan, ataupenggantian,
perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan
dari Badan PemeriksaKeuangan;

d. bahwa Ketua Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat Nomor 114/S/I/7/2019 tanggal 2 Juli
2019, telah memberikan pertimbangan atas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan tentang
Peristiwa SetelahTanggal Pela po ran;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf asampai dengan huruf d,


perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangantentang Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 15 tentang Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan;

2. Mengingat :

a. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara(Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);

d. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2020 tentang KementerianKeuangan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217 /PMK.01/2018 tentangOrganisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1862)
sebagaimana telahbeberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor
229/PMK.01/2019 tentang Perubahan Kedua atas PeraturanMenteri Keuangan Nomor 217
/PMK.01/2018 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara
Republik IndonesiaTahun 2019 Nomor 1745);

3. Menetapkan/Memutuskan :
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERNYATAANSTANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUALNOMOR 15 TENTANG PERISTIWA
SETELAH TANGGAL PELAPORAN.

Pasal 1

Setiap entitas pelaporan melakukan proses akuntansi dan pelaporankeuangan atas peristiwa
setelah tanggal pelaporan berdasarkan prinsipakuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Pasal 2

Proses akuntansi dan pelaporan keuangan atas peristiwa setelah tanggal

pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan berdasarkanPernyataan Standar


Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 15 tentang Peristiwa Setelah Tanggal
Pelaporan.

Pasal 3

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 15tentang Peristiwa


Setelah Tanggal Pelaporan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2, tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 15tentang Peristiwa


Setelah Tanggal Pelaporan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Lampiran I PeraturanPemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 5

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 15tentang Peristiwa


Setelah Tanggal Pelaporan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2, digunakan untuk menyusun
laporan keuangan atas

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun 2021.

Pasal 6

Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

4. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan,dan
kewajibanyang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakannya. Entitas akuntansi mengacu pada sebuah entitas yang dikukuhkan
untuk tujuanakuntansi untuk aktivitas-aktivitas tertentu.Contoh :

1. Kantor wilayah

2. Satuan kerja

3. Eselon II

4. Eselon I

Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

(a) Pemerintah pusat;

(b) Pemerintah daerah;

(c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

(d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi
tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai