Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BAB II

AKUNTANSI KEUANGAN SISTEM PUBLIK

Oleh:
KELOMPOK 1

Putu Lindya Puspita Sari (01)


Ni Nengah Sundari (08)
I Gede Omy Wira Dharma (25)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2017
1.1.IPSAS (INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD)

1.1.1.Pengertian IPSAS
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar
akuntansi untuk entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International
Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan
yang bernaung di bawah International Federation of Accountants (IFAC),
organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977.
Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi
keuangan yang konsisten dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. IPSAS,
sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, diharapkan memainkan peran
kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut.

Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat mendorong


keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara melalui penyampaian
tanggapan/komentar atas proposal-proposal IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft.
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor
publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah
mengadopsi basis akrual (accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan
mengacu kepada International Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi
bisnis yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), sepanjang
ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian,
IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di
dalam IFRS.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan
meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas
sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-
ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati
hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam menetapkan standar dan
pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka masing-masing.
Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim telah
mematuhi IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua ketentuan yang berlaku di
dalam masing-masing standar
1.1.2.Standar Akuntansi Sektor Publik Yang Telah Dihasilkan Oleh IPSASB Hingga
Tahun 2010
1. IPSAS 1Presentation of Financial Statements
2. IPSAS 2Cash Flow Statements
3. IPSAS 3Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
4. IPSAS 4The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5. IPSAS 5Borrowing Costs
6. IPSAS 6Consolidated and Separate Financial Statements
7. IPSAS 7Investments in Associates
8. IPSAS 8Interests in Joint Ventures

1.2.STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)

1.2.1.Pengertian SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang
terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan
LKPD. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP
juga dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.


71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP dinyatakan
dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah,
baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah.
1.2.2.Laporan Keuangan Pokok Menurut SAP
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan

1.2.3.Proses Penyusunan SAP


Proses penyusunan (due process) yang digunakan ini adalah proses yang berlaku
umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang
mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar
yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi topik untuk dikembangkan menjadi standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset terbatas oleh kelompok kerja
4. Penulisan draf SAP oleh kelompok kerja
5. Pembahasan draf oleh komite kerja
6. Pengambilan keputusan draf untuk dipublikasikan
7. Peluncuran draf publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar pendapat terbatas (Limited Hearing) dan dengar pendapat
publik (Public Hearings)
9. Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draf publikasian
10. Finalisasi standar

1.2.4.Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama dengan
Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan
pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar
kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.
Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan
dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden
Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite
ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan
kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.

1.2.5.SAP yang Berlaku di Indonesia


1. Pada tanggal 13 Juni 2005 Presiden menandatangani Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Pada tahun 2010 diterbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, sehingga sejak saat itu PP No. 24 Tahun 2005 dinyatakan tidak
berlaku lagi. PP No. 71 Tahun 2010 mengatur penyusunan dan penyajian
laporan keuangan berbasis akrual.

1.2.6.PP No.71 Tahun 2010


SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
yaitu:
1. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis
Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang,
dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan
SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena
itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

2. SAP Berbasis Akrual


Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis
Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses
baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap
terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Yang
membedakan antara Laporan Keuangan Perusahaan dengan Laporan Keuangan
Pemerintahan adalah terletak pada jenis bidang usaha yaitu pelayanan publik
serta nomor rekening perkiraan yang digunakan.

1.3.TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik,
yaitu :
1. Akuntansi Anggaran
2. Akuntansi Komitmen
3. Akuntansi Dana
4. Akuntansi Kas
5. Akuntansi Akrual
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually
exclusive.Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak
penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik
akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan kelima teknik tersebut secara
bersama-sama.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen berbeda satu dengan yang
lainnya karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapat dan biaya. Dalam hal
pengakuan pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi pencatatan,
yaitu pada saat barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan
faktur bayar.

1.3.1.Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan
jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan
(double entry). Akuntansi anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak
digunakan organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan
menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya. Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang
sesuai kemudian apabila belanja tersebut direalisasikan, makan akun tersebut
didebit kembali.Saldo yang ada dengan demikian menunjukkan jumlah anggaran
yang belum dibelajankan.Teknik akuntansi anggaran dapat membandingan secara
sistematik dan kontinyu jumlah anggaran dengan realisasi anggaran.Tujuan utama
teknik ini adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus perencanaan,
pengendalian, dan akuntabilitas.
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa
anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi apabila terdapat varians (selisih).Namun, akuntansi anggaran
lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari
akun itu sendiri.
Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini
sangat kompleks.Akan lebih mudah dan lebih komprehensif apabila akun-akun
yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya akutual, dan anggaran
menunjukkan pendapatan dan biaya dianggarkan.
1.3.2.Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitemen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan
mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui
biaya pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur
dikeluarkan.Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan
akuntansi kas dan akuntansi akrual.Akunatnsi komitmen terkadang hanya
menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama yang dipakai organisasi.Akuntansi
komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan transaksi tersebut. Hal
ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima,
tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang
lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar
anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order
yang telah dikeluarkan. Dengan menerima akun atas faktur yang diterima atau
dibayarkan, ia dapat dengan mudah menghabiskan anggaran ( overcommit). Tentu
saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun-akun tidak memasukan order yang
dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan oleh karena itu ia membuat
catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran ( over-commit the
budget ).
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang
diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur
dikirimkan. Meskipun akuntansi komitmen dapat memperbaiki pengendalian
anggaran, namun terdapat masalah dalam pengadopsian sistem tersebut ke dalam
akun-akun keuangan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang
dikeluarkan. Pada umumnya tidak ada kewajiban hukum ( legal liability ) untuk
patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah
dibatalkan. Hal ini menjadikan sulit untuk mengakui biaya-biaya untuk periode
akuntansi yang bersangkutan yang mana hanya mendasarkan pada order yang
dikeluarkan.

1.3.3.Akuntansi Dana ( Fund Accounting )


Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah
pencarian sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran
sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan
akuntansi dana, pengertian dana (fund) dimaknai sebagai dana kas (cash fund).
Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci ( cash drawer ) secara
terpisah; beberapa tahihan harus diambilkan dari satu laci dan tagihan lain dari
laci lainnya. Namun saat ini, dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan
entitas akuntansiyang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang
diperhitungkan di dalamnya.
Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep
dana, memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting
entity) dan entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan
akuntansi dana merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi
pemerintahan dengan akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk
memastikan bahwa uang publik dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Dana dapat dikeluarkan apabila terdapat otorisasi dari dewan legislatif, pihak
eksekutif, atau karena tuntunan peraturan perundangan. Sistem akuntansi dana
adalah metode akuntansi yang menekankan pada pelaporan pemanfataan dana,
bukan pelaporan organisasi itu sendiri.

Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu :

1. Dana dapat dibelanjakan (expandable fund):digunakan untuk mencatat


nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis
akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan
(govermental fund).
2. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (noexpendable fund): untuk
mencatat pendapatan biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan
yang sifatnya mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi
bisnis (proprietary funds).

1.3.4.Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan
pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah
mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan obyektif. Namun demikian,
GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan
baik.
Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai
pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut,
kebanyakan sistem akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga
aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi transaksi kas. Namun demikian,
koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu,
obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang
dikeluarkan tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo
yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal tersebut dapat menyebabkan
pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).

1.3.5.Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas.Teknik
akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang
lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik.Basis akrual doterapkan agak berbeda
antara proprietary fund (full accrual) dengan govermental fund (modified
accrual) karena biaya (expense) diukur dalam propietary fund, sedangkan
expenditure difokusnya pada general fund.Expense adalah jumlah sumber daya
yang dikonsumsi selama periode akuntansi.Expenditure adalah jumlah kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena govermental
fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat/dikategorikan dalam aktiva
tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur, bukanexpense.
Berbeda dengan govermental fund, yang menjadi kepentingan proprietary
fund dan juga organisasi bisnis adalah net income.Full accrual accounting
digunakan untuk mencatat revenue ketika diperoleh (earned) dan biaya (expense)
pada saat terjadi (incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjadi
tanpa memandang kapan pembayaran dilakukan.
Pada govermental fund, hendaknya digunakan modified accrual basis.
Expenditure di-accrued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas basis, yaitu pada
saat diterima, bukan ketika diperoleh.Pendapatan seperti PPN, PPh, dan fee
(retribusi) dihitung pada saat diterimakasnya.Salah satu pengecualian adalah
property tax (PBB) yang di-accrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara
lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya
adalah untuk menentukan cost of service dan charging for services, yaitu untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mrnghasilakn pelayanan
publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini
berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta
orientasi lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit
oriented), sedangkan dalam sektor publik orientasi disokuskan pada optimalisasi
pelayanan publik (public service oriented).

Perbedaan antara akuntansi berbasi kas dengan akuntansi berbasis akrual dapat
dilihat sebagai berikut:

1. Basis kas: Penerimaan kas Pengeluaran kas = Perubahan kas


2. Basis akrual: Pendapatan (income) Biaya-biaya
=Rugi/laba(surplus/defisit)
3. Pendapatan (income): Penerimaan kas selama satu periode akuntansi
saldo awal piutang + saldo akhir piutang
4. Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi saldo awal
utang + saldo akhir utang.

Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak


untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk
membayarkan kas.Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya
diakui pada saat diperoleh (earned) atau terjadi (incurred), tanpa memandang
apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan.

Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik di


lingkungan mereka, terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual
basis.New Zealand merupakan contoh negara yang sukses menerapkan sistem
accrual basis yang sudaj dilakukan sejak tahun 1991.Sistem akuntansi yang telah
diterapkan di negara ini telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam
menghasilakn informasi yang lebih komprehensif dibandingkan dengan sistem
cash basis dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Tujuan pengenalan accrual basis
ini adalah untuk memfasilitasi transparasi yang lebih besar pada organisasi
pemerintah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sementara itu, beberapa
negara Uni Eropa lainnya masih mengendalikan pengeluarannya dengan
menggunakan cash basis.
Namun, beberapa kasus menunjukkan bahwa reformasi ke arah accrual
basis ternyata tidak seluruhnya menjamin keberhasilan. Kasus yang terjaid i
Italia menunjukkan bahwa pengenalan terhadap accrual basis memberikan
kontribusi yang kurang signifikn terhadap transparasi, efisiensi, dan efektivitas
organisasi publik di negara tersebut. Perubahan dari cash basis menjadi accrual
basis memang tidak dapat dilakukan secara terburu-buru. Perlu analisis yang
mendalam dan kompleks terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor sosiologi masyarakat negara
tersebut ( Yamamoto, 1997).

Daftar Pustaka

http://anggunfreeze.blogspot.com/2012/11/standar-akuntansi-pemerintahan.html.
http://suryani-unis.blogspot.com/2013/06/standar-akuntansi-pemerintahan.html.
http://www.ksap.org/sap/standar-akuntansi-pemerintahan/.
http://www.warsidi.com/2010/07/international-public-sector-accounting.html.

Anda mungkin juga menyukai