TUGAS UTS
Oleh:
1502622010321
AKUNTANSI C
2016
BAB 1 PENDAHULUAN
negara memiliki kesamaan hak dan kedudukan didalam Pemerintahan, karena itu
setiap warga negara sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk memerintah.
Kekuasaan rakyat inilah yang menjadi sumber legitimasi dan legalitas kekuasaan
tolak ukur dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana
memberikan peluang bagi terpentalnya sejumlah partai politik dari parlemen pada
Undang tidak serta merta menjadikan partai politik yang berada di parlemen lupa
1. Apa peranan hak dan kewajiban warga negara pada Pemilu dalam
2. Masalah apa saja yang terjadi dalam penerapan hak dan kewajiban warga
2.1 Peranan Hak Dan Kewajiban Warga Negara Pada Pemilu Dalam
Dasar. Kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat itu antara lain tercemin dengan
adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam
rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah untuk
pemilu yaitu di bab VIIB Pasal 22E yaitu tentang Pemilihan Umum yang
berbunyi:
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. ***)
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.***)
Sesuai dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya itu harus
Wakil-wakil rakyat tersebut bertindak atas nama rakyat, dan wakil-wakil rakyat
tersebutlah yang menentukan corak dan cara pemerintahan, serta tujuan apa yang
hendak dicapai baik dalam waktu yang relatif pendek, maupun dalam jangka
sepenuhnya hanya mungkin terjadi pada negara yang wilayahnya dan jumlah
warganya sangat kecil, seperti di negara kota (polis) pada masa Yunani Kuno.Hal
ini melahirkan sistem demokrasi perwakilan yang bertujuan agar kepentingan dan
kehendak warga negara tetap dapat menjadi bahwa pembuatan keputusan melalui
maka wakil-wakil rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh rakyat.Asas langsung,
umum, bebas dan rahasia terkait dengan cara pemilih menyampaikan suaranya,
yaitu harus secara langsung tanpa diwakilkan berlaku umum bagi semua warga
negara, dilakukan secara bebas tanpa adanya paksaan, dan secara rahasia. Asas
jujur mengandung arti bahwa Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan aturan
untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang berhak dapat memilih sesuai
dengan kehendaknya, dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk
menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Sesuai dengan asas jujur, tidak boleh
ada suara pemilih yang dimanipulasi. Sedangkan asas adil, adalah perlakuan yang
sama terhadap peserta Pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun
Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu,
tetapi juga penyelenggara Pemilu. Asas jujur dan adil tidak hanya terwujud dalam
Dengan demikian, asas jujur dan adil menjadi spirit keseluruhan pelaksanaan
Pemilu.
Menurut Jimly Asshiddiqie, asas luber menyangkut sifat objektif yang harus
ada dalam proses pelaksanaan atau mekanisme Pemilu, terutama pada saat
dengan sikap subjektif penyelenggara dan pelaksana Pemilu yang harus bertindak
jujur dan adil. Untuk memastikan bahwa seluruh warga negara yang memiliki
hak pilih dapat menggunakan haknya tentu diperlukan prosedur tertentu, Prosedur
bertentang dengan asas Luber dan Jurdil, semisal kemungkinan seorang pemilih
menggunakan hak pilihnya lebih dari satu kali. Selain itu, prosedur juga
2.2 Masalah Yang Terjadi Dalam Penerapan Hak Dan Kewajiban Warga
Setiap orang memiliki hak yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam
pemerintahan, dimana hak tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia
sebagaimana diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
tentang Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang
melekat dalam diri setiap orang sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa
yang harus dihormati, dilindungi dan dijunjung tinggi baik oleh sesama manusia,
pemerintah maupun oleh negara. Bahkan, keberadaan hak asasi manusia ini
bersifat melekat dan tidak dapat dicabut maupun dikurangi dari diri setiap orang
Setiap warga negara mendapat jaminan untuk diperlakukan sama oleh negara. Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, Segala warga negara bersamaan
dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Lebih lanjut Pasal 28I ayat (2)
berbunyi, Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
memiliki kedudukan yang sama dan harus diperlakukan secara sama oleh negara.
Selanjutnya Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia juga memuat ketentuan tentang hak setiap orang untuk
diskriminasi.
Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights) melalui
and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik),
telah terikat secara hukum dan negara mempunyai suatu tanggung jawab
penegakan dan pemenuhan (to fullfil), serta penghormatan (to respect) terhadap
tentang hak setiap warga negara untuk ikut serta dalam penyelenggaraan urusan
publik, untuk memilih dan dipilih, serta hak akses berdasarkan persyaratan umum
termasuk hak memilih dalam pelaksanaan pemilihan umum. Hak pilih dimiliki
oleh setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan. Dalam sistem
demokrasi, ikut serta dalam pemilihan umum merupakan hak politik bagi setiap
yang ada dan hak untuk berpartisipasi dalam memutuskan siapa yang akan dipilih
Tidak semua manusia diciptakan secara sempurna, ada sebagian dari saudara kita
yang harus hidup dengan berbagai kekurangan, salah satunya adalah penyandang
disabilitas , yaitu setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental,
hilangnya harkat dan martabat penyandang disabilitas, atau menjadi alasan untuk
tidak mensejajarkan mereka dengan warga lain dalam segala bidang kehidupan,
Menjadi seorang penyandang disabilitas bukanlah sebuah pilihan hidup, tetapi hal
tersebut merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa.Oleh karena itu, terhadap
hak untuk memperoleh kesempatan dan perlakuan agar bisa bertindak dan
beraktivitas sesuai dengan kondisi mereka (Zainul Daulay, 2013: 1). Salah satu
Masih terjadi pengabaian hak politik penyandang disabilitas dalam Pemilu, antara
disabilitas.
Dalam hal ini beberapa masalah dalam memfasilitasi pemungutan suara bagi
penyandang disabilitas yaitu tempat pemungutan suara yang terlalu tinggi hingga
tidak cukup memudahkan para tunadaksa yang menggunakan kursi roda dan tidak
adanya kertas suara dalam huruf Braille bagi penyandang disabilitas netra.
Hal ini berdasar anggapan bahwa penyandang disabilitas tidak cukup punya
tidaklah rusak sistem kerja otak melainkan hanya sensorik dan cacat anggota
tubuh.
pemilu.
penyandang disabilitas.
Hak dan kewajiban kaum disabilitas juga diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD
dan DPRD.
pengenal TPS/TPSLN, tanda pengenal saksi, karet pengikat surat suara, lem,
kantong plastik, ballpoint, gembok, spidol, formulir untuk berita acara dan
sertifikat, sticker nomor kotak suara, tali pengikat alat pemberi tanda pilihan dan
1. Pemilih tuna netra, tuna daksa dan yang mempunyai halangan fisik lain saat
memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh orang lain atas permintaan
pemilih.
1. Pemilih tuna netra, tuna daksa dan yang mempunyai halangan fisik lain saat
memberikan suaranya di TPSLN dapat dibantu oleh orang lain atas permintaan
pemilih.
pasal 165 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan
dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan denda paling sedikit Rp.3.000.000.- dan
3.1 Kesimpulan
1.Peranan hak dan kewajiban warga negara sangat dominan dalam terlihat dalam
2.Penyelenggaraan hak dan kewajiban warga negara dalam Pemilu tak pernah
lepas dari yang namanya pro dan kontra serta diskriminasi sosial terlepas dari
kesetaraan hak dan kewajiban setiap warga negara dalam hukum seperti yang
3.2 Saran
sosial terhadap golongan tertentu serta mengurangi timbulnya masalah baru dan
eprints.uny.ac.id/23563/3/3.%20BAB%20I.pdf
online-journal.unja.ac.id/index.php/jimih/article/download/.../1516
kpu.go.id/dmdocuments/modul_1a.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42001/5/Chapter%20I.pdf