Anda di halaman 1dari 23

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Cici Olvianita Bartas


Nosa Wisma Dewi
Putri KurniasI
Riko Syaputra

Audit B
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri
Pekanbaru-Riau
2015/2016

Defenisi Standart Pemeriksaan Keuangan


Negara (SPKN)
Spkn meru[pakan patokan bagi para pemeriksa dalam
melakukan tugaspemeriksaannya, seiring dengan perkembangan
teori pemeriksaan, dinamika masyarakat yang menuntut adanya
transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan akan hasil
pemeriksaan
yang
bernilaitambah
menuntut
BPK
menyempurnakan standar audit pemerintahan (SAP) 1995.
SAP 1995 dirasa tidak dapat memenuhi tuntutan dinamika saat
kini. Terlebih lagi saat adanya reformasi konsstitusi dibidang
pemeriksaan maka untuk memenuhi amanat pasal 5 UU N0. 15
th. 2004 ttg pemeriksaan pengelolaan dan dan tanggung jawab
keuangan negara dan pasal 9 ayat 1 huruf e UU No.15th.2006 ttg
BPK, BPK harus mampu menyusun standar pemeriksaan yang dpt
menampung hal tsb.
SPKN ini ditetapkan dengan peraturan BPK no. 01 th. 2007
sebagaimana amanat UU yang ada..
SPKN ini akan mengikat BPK maupun pihak lain yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas

Macam macam
1.PemeriksaanPemeriksaan
Keuangan
2.Pemeriksaan Kinerja
3.Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)


1. PSP 01 : STANDAR UMUM

I.

Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan


standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan
pada pernyataan standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini
harus diikuti oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara.
Beberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai
berikut:

Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang


memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan;
II. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya;
III. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksawajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama;
IV. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
SPKN harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu ekstern).

2. PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga
pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI,
berikut ini:
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya;
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit;
SPKN juga memberikan standar pelaksanaan tambahan sebagai
berikut:
d. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan,
dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa
dan atau pihak yang meminta pemeriksaan;

c. Ada 2 Standar Pemeriksaan yang di lakukan :


1. Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang
memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Jika
informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut
memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak
langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan,
pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk
memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangundangan telah atau akan terjadi;
2. Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa
yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan apabila
timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur
pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau
ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan;
.
.

d. Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan


untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan;
e. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.

3. PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat
standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara
komprehensif (PSAP).
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya;
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit;
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya
harus Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:


a. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan SPKN;
b. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan;
c. Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam
pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi
yang dapat dilaporkan;
d. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan;
e. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan
hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut;
f. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk

4. PSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA


.

a.
b.
c.

Untuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar


sebagai berikut:

Pekerjaan harus direncanakan secara memadai;


Staf harus disupervisi dengan baik;
Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa;
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang
cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan,
simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

5. PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA


Untuk pelaporan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:
a.
b.

Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap hasil
pemeriksaan;
Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup :

i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.

pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN ,


tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan ,
hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi ,
tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan,
pelaporan informasi rahasia apabila ada ,
Pernyataan bahwa Pemeriksaan Dilakukan Sesuai dengan SPKN;

c.

Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan
seringkas mungkin;
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang
mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

d.

6. PSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN


TUJUAN TERTENTU
Untuk
pemeriksaan
dengan
tujuan
tertentu,
SPKN
memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya;
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar
rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan
.

SPKN juga memberi standar pelaksanaan tambahan sebagai


berikut:

1. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan


dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang
direncanakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada
manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan;
2. Pemeriksa
harus
mempertimbangkan
hasil
pemeriksaan
sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan

4. Kelanjutannya ada 3 bagian yaitu :


a. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat
berdampak material terhadap hal yang diperiksa.
b. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada terhadap
situasi atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila
ditemukan indikasikecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang secara material mempengaruhi hal
yang diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telah
terjadi dan menentukan dampaknya terhadap halyang diperiksa.
c. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan
apabila ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah
terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan;
5.
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.

dokumentasi

7. PSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN


TERTENTU
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan
empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam
SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat
perikatan atestasi yang bersangkutan;
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur;
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi;
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan
untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu
pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihakpihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
.

SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:

a. Laporan hasil pemeriksaan harus


dilakukan sesuai dengan SPKN;

menyatakan

bahwa

pemeriksaan

b. Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:


i.
ii.

kelemahan pengendalian internal yang berkaitan dengan hal yang diperiksa,


kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangantermasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan
perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana yang
terkait dengan hal yang diperiksa,
iii. ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa;
c.

d.

e.

Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam


pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan;
Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan
hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut;
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Kedudukan dan peran SPKN terhadap tugas dan peran


BPK
SPKN merupakan patokan bagi pemeriksa. Pemeriksa adalah profesi yang
bernaung dibawah organisasi pemeriksa. Organisasi pemeriksa dijalankan oleh
manajemen organisasi. Inilah karakter khusus dari suatu organisasi pemeriksa
sebagai organisasi profesi yaitu dibangun dengan dualisme jalur. Jalur pertama
yang menjalankan peran utama keberadaan organisasi selanjutnya kita sebut
sebagai jalur profesi, sedangkan jalur kedua adalah jalur pengerak/ manajemen
organisasi yang selanjutnya kita sebut sebagai jalur struktur. Kedua jalur ini jelas
berbeda namun tetap saling beririsan sehingga sulit untuk dipisahkan ibarat
seperti dua sisi mata uang. Namun, ketika dua jalur ini sudah berbaur dan tidak
lagi dapat dibedakan maka organisasi profesi berada pada titik kronis.
Lahirnya SPKN diperuntukkan bagi BPK. BPK merupakan organisasi Profesi.
Dengan demikian baik jalur profesi dan jalur struktur yang ada di BPK harus
mengacu pada SPKN. Peruntukkan menjadikan SPKN sebagai patokan diantara
dua jalur ini jelas sangat berbeda. Bagi jalur profesi, SPKN jelas menjadi
patokannya dalam melaksnakan tugas pemeriksaan. Namun bagi jalur struktur,
SPKN ini harus dijadikan patokan untuk mengarahkan kegiatannya agar dapat
mendukung dan menunjang tugas utama organisasi yaitu pemeriksaan. Dengan
demikian, SPKN haruslah menjadi poros dalam gerak sentrifugal yang harus
terbentuk dari semua elemen organisasi BPK yang tugas utamanya sebagai
pemeriksa keuangan negara.

Kedudukan dan peran SPKN terhadap tata peraturan perundangundangan


SPKN terlahir sebagai amanat eksplisit dari UU Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Sebagaimana maksud UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Tata Peraturan
Perundang-undangan maka SPKN ditetapkan dengan Peraturan BPK yang
memiliki kekuatan hukum mengikat. Oleh karena itu, SPKN ditetapkan
dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007. Peraturan BPK tentang
SPKN ini merupakan peraturan BPK perdana pasca reformasi peraturan
perundang-undangan yang ada.
Dengan demikian, sejak ditetapkannya Peraturan BPK ini dan
dimuatnya dalam Lembaran Negara, SPKN ini akan mengikat BPK maupun
pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan
atas nama BPK. Inilah tonggak sejarah dimulainya reformasi terhadap
pemeriksaan yang dilakukan BPK setelah 60 tahun pelaksanaan tugas
konstitusionalnya. Dengan demikian, diharapkan hasil pemeriksaan BPK
dapat lebih berkualitas yaitu memberikan nilai tambah yang positif bagi
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selanjutnya akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia
seluruhnya.

Kedudukan dan peran SPKN terhadap


standar profesi
Lahirnya SPKN menjadi warna sehingga melengkapi standarisasi
pelaksanaan tugas profesi yang ada. Selama ini sektor swasta telah lebih
maju di bandingkan sektor publik. Dalam pengelolaan keuangan sektor
privat (atau lebih banyak swasta yang terlibat) telah dikenal Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan di bidang pemeriksaannya telah dikenal
Standar profesional Akuntan Publik (SPAP) yang keduanya telah
diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagi organisasi profesi
yang ada dan diakui sampai saat ini.
Di sektor publik, dalam pengelolaan keuangan khususnya
pemerintahan, pemerintah telah menerbitkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 24 Tahun 2005. oleh karenanya dengan ditetapkannya SPKN
dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 melengkapi satandar yang
ada tersebut. Terhadap penggunaan standar-standar tersebut dapat
digambarkan bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya
menggunakan dualisme standar yaitu SAP digunakan untuk pengelolaan
sektor publik di pemerintahan sebagai kekayaan negara yang tidak
dipisahkan. Sedangkan kekayaan negara yang dipisahkan yang dikelola
oleh BUMN/ BUMD/ pihak lain tetap menggunakan SAK demi menjaga

Pemahaman SPKN untuk pelaksanaan


pemeriksaan
Hal yang terpenting dari sebuah proses penyusunan SPKN bukanlah
terletak pada kualitas SPKN-nya melainkan terletak pada kesuksesan
dalam penerapannya. Oleh karenanya segala kegiatan yang dapat
memungkinkan terlaksananya SPKN ini secara benar dan konsekuen
harus dilakukan. Inilah tugas kita bersama. Untuk impelementasi itulah
dibutuhkan pemahan yang utuh dan tidak parsial atas SPKN. Media
sederhana yang dapat dilakukan untuk memulai suatu pemahaman
terhadap SPKN adalah melalui sosialisais. Namun, kadang kala sosialisais
tidak berjalan efektif karena hanya sekedar penyampaian. Untuk itu,
perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat membuat pihak memahami
makna SPKN tersebut sehingga tahu apa yang akan dilaksnakaan.
Sosialisasi tidak hanya diperuntukkann bagi :
1. auditor BPK yang bertujuan agar SPKN dapat diaplikasikan dalam
pemeriksaan sehingga outputnya seuai SPKN;
2. auditee BPK bertujuan untuk membantu auditee agar dapat
membantu dalam memahami hasil pemeriksaan Auditor BPK;
3. akademisi/ profesi/ dan pemerhati bertujuan untuk mendapat
masukan dalam pengembangan baik bersifat koreksi maupun bersifat
beradaptasi dengan kondisi terkini.

Selain itu, penerapan atas SPKN kadang memungkinkan


terjadi pebedaan interpretasi dalam memahami SPKN. Dari
semua perbedaan yang taerjadi maka pendapat atau interpretasi
pihak penyusunalah yang harus diunggulkan. Oleh karenanya
diterbitkan interpretasi atas SPKN. Terhadap kondisi yang sedang
berkembang dan belum diatur dalam SPKN, sambil menunggu
perbaikan atau tambahan untuk SPKN, dapat dibuatkan dulu
Buletin atas hal ini.
Beberapa karakteristik SPKN, yakni:
1. Merupakan harmonisasi dari berbagai peraturan perundangan
yang berkaitan dengan keuangan negara.
2. Bukan sesuatu yang langsung benar, atau hanya bersifat
benar
sementara,
sehingga
mengalami
pembaharuan
sepanjang waktu
3. Menggunakan paradigma multidimensi.

Ruang Lingkup SPKN hanya Berlaku bagi pemeriksa BPK ataupun


kantor akuntan public yang melakukan kegiatan pemeriksaan pengelolaan
keuangan negara. Kegiatan yang diatur oleh SPKN yaitu :
a. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
b. Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas.
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
.
i.
ii.
iii.
iv.
v.

Standar pelaksanaan SPKN yang di gunakan yaitu :

adanya perencanaan dan supervisi


pemahaman atas SPI
perolehan bukti yang kompeten
pengkomunikasian infomasi oleh pemeriksa
pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnyamerancang pemeriksaan
untuk mendeteksi adanya penyimpangan, kecurangan dan ketidakpatutan
vi. pengembangan temuan
vii. pendokumentasian proses pemeriksaan

Kendala Penerapan SPKN

Dalam penerapannya ada beberapa kendala yang ditemui oleh penulis,


antara lain :
1.Pelaksanaan peer review yang diatur dalam standar umum belum
direncanakan secara konsisten dan hasilnya tidak dipublikasikan secara luas
2.Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atas nama BPK akan
mengalami kesulitan karena adanya dua standar yang mengikat
3.Penetapan kriteria pelaksanaan pemeriksaan kinerja ditetapkan oleh
pemeriksa pada saat menjelang proses pemeriksaan bisa mengakibatkan
pemeriksaan menjadi tidak obyektif karena bisa terjadi ketidaksingkronan
dengan sasaran kinerja yang ditetapkan oleh obyek pemeriksaan
4.Standar pelaporan informasi rahasia belum didukung dengan sanksi yang
tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas pembocoran infomasi
tersebut. Contoh terbaru adalah kebocoran hasil temuan audit investigasi
atas kasus bank century tidak jelas proses pencarian pihak yg
bertanggungjawab atas kebocoran informasi tersebut.

Daftar Pustaka
Gogle tentang SPKN
http://kapswd.blogspot.com/2012/08/apakah-yang-dimaksud-spap-danspkn.html
https://www.academia.edu/7252646/Perbandingan_Standar_Profesional
_Akuntan_Publik_SPAP_dan_Standar_Pemeriksaan_Keuangan_Negara_SPKN
https://www.academia.edu/6101734/perbedaan_spap_dan_spkn
Standar Audit Pemerintahan Badan Pemeriksa Keuangan RI Tahun
1995.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).

HANKS FOR WATCHING

Anda mungkin juga menyukai