Anda di halaman 1dari 12

Auditor

dalam melaksanakan tugasnya harus berpegang kepada kode etik


profesi dan jug
a
standar audit
ing, tetapi seringkali auditor mendapat tekanan
kerja misalnya dari atasannya.
Tekanan ketaatan terjadi karena adanya
kesenjangan ekspe
k
tasi yang dihadapi oleh auditor
dalam melakukan
pe
ke
r
jaan auditnya, yaitu perbedaan antara keinginan klien yang ingin
me
ndapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangannya dan
keinginan auditor yang harus bertindak sesuai dengan bukti audit yang
didapatkannya.
Disaat auditor
mendapatkan tekanan kerja dari atasannya untuk memenuhi
keing
inan atasannya atau harus
melakukan hal yang menyimpang dari
kode
etik dan standar auditing, di situasi inilah yang membuat auditor bimbang
atau dilema dalam mempertahankan independensinya.

margarethaetha
Senin, 04 November 2013
Penyimpangan Auditor/KAP dan sanksinya pada NPA saat orde baru

Kasus Enron
Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang
menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai
energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa
luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur
teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki
profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron
memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan
harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan
mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut
spark spread.
Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti Enron dan
Worldcom yang dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan Enron perusahaan
energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu meninggalkan hutang hampir
sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi akuntansi yang
melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen.
Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public yang disebut sebagai The
big five yaitu (pricewaterhouse coopers, deloitte & touch, KPMC, Ernest &
Young dan Anderson) yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron
Corp. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh
perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur Andersen, ternyata penuh dengan

kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat dengan pelanggaran


etika profesi.
Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang
dilakukan oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor)
sehingga berpengaruh terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron
ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %. Perusahaan
akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasil
melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai
eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan manajemen
Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur Andersen
menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap temuan auditnya
dengan klien mereka. KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan
dokumen yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal. Selain itu,
jika Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan pengadilan berkaitan dengan
perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang dimusnahkan. Namun
Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen,
tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur
Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan
dan Arthur Andersen pun ditutup. Penyebab kecurangan tersebut diantaranya
dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah,
dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Faktor tersebut adalah
merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate
governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern.
Begitu pula praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta
berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak
hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang

menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di


pasar modal pada umumnya (social impact).
Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga
saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory,
Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder
atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal.
Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk
kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Pada tanggal 25 Juni 2002, datang berita yang mengejutkan
bahwa perusahaan raksasa, WorldCom juga mengalami masalah keuangan.
Kemajuan dari kagagalan membuat dua pembuat undang-undang AS, Michael
Oxley dan Paul Sarbanes, menggabungkan usaha mereka dan mengemukakan
perundang-undangan perubahan tata kelola yang lebih dikenal sebagai SarbanesOxley Act of 2002 (SOX 2002).
Skandal keuangan yang terjadi dalam Enron dan Worldcom yang melibatkan KAP
yang termasuk dalam the big five mendapatkan respon dari Kongres Amerika
Serikat, salah satunya dengan diterbitkannya undang-undang (Sarbanex-Oxley
Act) yang diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes (Maryland) dan wakil rakyat
Michael Oxley (Ohio) yang telah ditandatangani oleh presiden George W. Bush.
Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa nonaudit kepada perusahaan yang di-audit. Berikut ini adalah sejumlah jasa nonaudit yang dilarang:
1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3. Jasa appraisal dan valuation.
4. Opini fairness.
5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen.

6. Broker, dealer, dan penasihat investasi.


Salah satu hal yang ditekankan pasca Skandal Enron atau pasca Sarbanes Oxley
Act ini adalah perlunya Etika Professi. Selama ini bukan berarti etika professi
tidak penting bahkan sejak awal professi akuntan sudah memiliki dan terus
menerus memperbaiki Kode Etik Professinya baik di USA maupun di Indonesia.
Etika adalah aturan tentang baik dan buruk. Kode etik mengatur anggotanya dan
menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak
boleh dilakukan sebagai anggota professi baik dalam berhubungan dengan kolega,
langganan, masyarakat dan pegawai. Kenyataannya konsep etika yang selama ini
dijadikan penopang untuk menegakkan praktik yang sehat yang bebas dari
kecurangan tampaknya tidak cukup kuat menghadapi sifat sifat selfish dan
egois, kerakusan ekonomi yang dimiliki setiap pelaku pasar modal, dan
manajemen yang bermoral rendah yang hanya ingin mementingkan keuntungan
ekonomis pribadinya.
Walaupun semakin banyak aturan yang dikeluarkan oleh Standard Setting Body
sepertiFASB (Financial Accounting Standard Board) atau Regulator pemerintah
seperti SEC (Security Exhange Commission) namun kecurangan selalu dapat
ditutupi dan dicari celah sehingga sampai pada puncaknya dimana kecurangan itu
terungkap dan menyebabkan kerugian semua pihak terutama investor dan
berakibat pada hilangnya kepercayaan masyarakat kepada professi akuntan dan
sistem pasar modal. Dari kisah ini dapat kita tarik pelajaran bahwa memang
dalam system sekuler dimana moral dinomor duakan maka akan besar peluang
munculnya godaan yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Di Amerika
dengan keluarnya UU Sarbanes Oxley (SOA) itu ternyata dapat mengerem
semakin terpuruknya kepercayaan publik terhadap profesi akuntan. Di Indonesia,
suap merupakan budaya yang telah turun temurun, namun kondisi terparah
dialami sejak zaman orde baru. Dengan dibukanya peluang investasi bagi pemodal
asing dan dalam negeri, menyebabkan suburnya lahan suap dan korupsi mulai dari

pemberian isin, pemberian proteksi berupa pembebasan bea masuk, penetapan


saat mualai berproduksi komersial, pemberian tax holiday, penetapan pajak,
bahkan saat audit suatu perusahaan oleh seorang auditor.
Dengan adanya penyimpangan yang dilakukan baik oleh individu maupun oleh
organisasi menuntut perlunya ditingkatkan penerapan etika dalam
bermasyarakat. Praktek dan budaya kerja organisasi juga mempunyai kontribusi
terhadap perilaku etika. Jika pimpinan utama suatu organisasi bersikap etis dan
pelanggaran etika diatasi secara langsung dan benar, maka setiap orang dalam
organisasi akan memahami bahwa organisasi mengharapkan mereka untuk
bersikap etis, membuat keputusan yang etis dan melakukan hal yang benar.
Kasus Akuntan yang menerima fee besar diluar nilai yang telah disebutkan dalam
kontrak sehingga mengurangi independensinya dalam memberi opini
Akuntan publik merupakan profesi yang dapat memberikan jasa audit atas
laporan keuangan yang dibuat manajemen. Melalui pemberian jasa audit ini
akuntan publik dapat membantu manajemen maupun pihak luar sebagai pemakai
laporan keuangan untuk menentukan secara obyektif dapat dipercaya tidaknya
laporan keuangan perusahaan. Profesi akuntan publik juga dapat mempengaruhi
pihak luar perusahaan dalam mengambil keputusan untuk menilai dipercaya
tidaknya laporan keuangan yang dibuat manajemen, sehingga akuntan publik
merupakan suatu profesi kepercayaan masyarakat. Atas dasar kepercayaan
masyarakat, maka akuntan publik dituntut harus tidak boleh memihak kepada
siapapun (independen), harus bersifat obyektif, dan jujur.
Dewan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) IAI melalui SPAP (2001:220.10)
menyatakan bahwa: Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen,
artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan didalam hal ia berpraktik sebaga auditor intern).
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun
sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan

kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk


mempertahankan kebebasan pendapatnya. Kode Etik Akuntan Indonesia BAB IV
pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa:
Setiap anggota profesi harus mempertahankan sikap independent. Ia harus
bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang sesuai dengan integritas dan
objektivitasnya. Tanpa tergantung efek kebenarannya dari kepentingan itu.
Independensi merupakan sikap yang tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun
dan juga tidak memihak kepentingan siapapun. Untuk diakui sebagai seorang yang
bersikap independen, akuntan publik harus bebas dari setiap interfensi pimpinan
dan pemilik perusahaan. Akuntan publik juga tidak hanya bersifat obyektif dan
tidak memihak tetapi harus pula mengindari keadaan-keadaan yang menyebabkan
hilangnya kepercayaan masyarakat atas sikapnya. Hal ini bertujuan agar akuntan
publik dapat memberikan opini yang obyektif dan jujur atas laporan keuangan
klien. Sehingga tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa independensi sangat penting bagi profesi akuntan
publik:
1. Merupakan dasar bagi akuntan untuk merumuskan dan menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diperika. Apabila akuntan publik tetap memelihara
independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan yang
telah diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan
bagi pihak yang berkepentingan.
2. Karena profesi akuntan publik merupakan profesi yang memegang
kepercayaaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat
bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang dalam menilai
kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen. Independensi akuntan
publik akan diragukan apabila ia menerima fee selain yang telah ditentukan di
dalam kontrak kerja, adanya fee bersyarat dan menerima fee yang jumlahnya
besar dari seorang klien yang diaudit. Hal ini dapat mengurangi kredibilitas

sebagai akuntan publik. Dalam Rule 302-Contigency fees, code of professional


Ethics AICPA melarang pemberian jasa dengan fee bersyarat. Dalam rapat
komisi Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1990 telah mempertegas bahwa
imbalan yang diterima selain fee dalam kontrak dan fee bersyarat tidak boleh
diterapkan dalam pemeriksaan. Kode etik tersebut menjelaskan: Dalam
melaksanakan penugasan pemeriksaan laporan keuangan, dilarang menerima
imbalan lain selain honorarium untuk penugasan yang bersangkutan. Honorarium
tersebut tidak boleh tergantung pada manfaat yang akan diperoleh kliennya
(Kode Etik IAI,1990 pasal 6, butir 5).
Pihak-pihak yang meragukan independensi akuntan publik yang menerima fee
diluar yang telah disebutkan dalam kontrak beralasan bahwa:
a. Kantor akuntan yang menerima audit fee besar merasa bergantung pada klien,
meskipun pendapat klien mungkin tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum atau mengakibatkan akuntan pemeriksa tidak dapat melaksanakan
norma pemeriksaan akuntan secukupnya.
b. Kantor akuntan yang menerima audit fee besar dari seorang klien takut
kehilangan klien tersebut karena akan kehilangan sebagian besar pendapatannya
sehingga kantor akuntan tersebut cenderung tidak independen.
c. Kantor akuntan cenderung memberikan Counterpart fee yang besar kepada
salah satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit, meskipun tindakan ini
cenderung menimbulkan hubungan yang tidak independen dengan kliennya
(Supriyono, 1988:60).
Kasus Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien,
menandatangani bukti kas keluar untuk pembayaran dan menyusun laporan
operasional berkala, sedangkan pada saat yang bersamaan dia juga melakukan
penugasan audit atas laporan keuangan klien tersebut
Seorang auditor yang mengaudit perusahaan dan ia juga memberi jasa lain selain
jasa audit kepada perusahaan yang diauditnya tersebut, meskipun ia telah

melakukan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan


masyarakat mempercayainya sebagai orang yang independen. Masyarakat akan
menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor independen
selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya di perusahaan tersebut.
Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan
yang cukup besar dalam perusahaan yang diauditnya, mungkin ia benar-benar
tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.
Namun bagaimanapun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap
jujur dan tidak memihak. Auditor independen tidak hanya berkewajiban
mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independennya.
1. Standar Profesi Akuntan Publik mengatur secara khusus mengenai
independensi akuntan publik dalam standard umum kedua (SA.220) yang
berbunyi: Dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Pemberian jasa lain selain
jasa audit kemungkinan dapat berakibat akuntan publik kehilangan
independensinya. Hal ini mungkin disebabkan beberapa alasan sebagai berikut:
Kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak
kepada klien cenderung memihak pada kepentingan kliennya sehingga dapat
kehilangan independensi di dalam melaksanakan pekerjaan audit.
2. Kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa selain jasa audit
tersebut, harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga
cenderung tidak independen di dalam melaksanakan audit.
3. Pemberian jasa lain selain jasa audit mungkin mengharuskan kantor akuntan
membuat keputusan tertentu untuk kliennya sehingga posisi akuntan publik
menjadi tidak independen dalam melaksanakan jasa audit.
4. Kantor akuntan yang melaksanakan pemberian jasa lain selain jasa audit
mungkin mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manajemen klien sehingga

kemungkinan kurang independen di dalam melaksanakan audit.


a. Terdapat tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum
diterima melaksanakan jasa pembukuan dan audit bagi klien
Klien harus menerima tanggungjawab penuh atas laporan keuangan tersebut.
Klien harus cukup mempunyai pengetahuan tentang aktivitas perusahaannya dan
posisi keuangan serta prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan sehingga ia dapat
menerima tanggung jawab tersebut dengan baik, termasuk secara kewajaran
penilaian dan penyajian serta kecukupan pengungkapannya. Jika diperlukan,
akuntan publik yang bersangkutan harus membicarakan masalah-masalah
akuntansi dengan klien untuk memastikan bahwa kliennya sudah memiliki tingkat
pemahaman yang dibutuhkan.
b. Akuntan public harus tidak memegang peranan sebagai pegawai atau
manajemen yang menjalankan operasi perusahaan. Sebagai contoh, akuntan publik
tidak boleh melakukan transaksi, penanganan aktiva, atau menjalankan wewenang
atas nama klien. Klien tersebut harus menyiapkan dokumen sumber semua
transaksi dengan rincian yang cukup guna mengidentifikasikan pengendalian
akuntansi atas data yang diproses oleh akuntan public, seperti pengendalian
terhadap total dan perhitungan di dalam dokumen.
c. Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan yang disiapkan dari catatan dan
buku klien yang sebagian atau seluruhnya dibuat oleh akuntan public, harus sesuai
dengan standar auditing yang berlaku umum. Kenyataan bahwa akuntan publik
tersebut yang memproses atau menyusun catatan-catatan itu tidak boleh
mengurangi kebutuhan melakukan pengujian audit yang memadai.
Diposkan oleh margaretha_etha di 05.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Gunadarma BAAK News

Perubahan Jadwal UTS ATA 2015/2016 tgl 31 Mei 2016 - 25/5/2016 -

Jadwal UTS Agama Semester ATA 2015/2016 - 24/5/2016 -

Jadwal UTS Manajemen Operasional 3EB16 - 16/5/2016 -

Pengurusan Ujian Bentrok UTS ATA 2015/2016 - 23/4/2016 -

Pengumuman Jadwal PENDIDIKAN AGAMA Kalimalang - 14/3/2016 -

studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php
src="http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php"eidth="100%"height="600"acrolling
="auto">

photo rating

Pengikut
Arsip Blog

2014 (15)

2013 (6)
o November (2)

Kerangka Isi NPA dan PAI

Penyimpangan Auditor/KAP dan sanksinya pada NPA sa...

o Oktober (1)
o Mei (2)
o Maret (1)

2012 (38)

2011 (33)

2010 (5)

Mengenai Saya

margaretha_etha
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Gambar template oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.

http://ethatha03.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai