NIM: 2257021012
RESUME
Kegiatan bisnis dikatakan etis atau tidak, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang etika:
2. Etika Hak dan Kewajiban: Hak merupakan klaim atau kepemilikan individu atau sesuatu,
sedangkan kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan apabila jika tidak dilaksanakan
maka seseorang akan melakukan kesalahan.
3. Etika Keadilan dan Kesetaraan: Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan
secara sebanding dan diberikan kebebasan atas haknya.
4. Etika Memberi Perhatian: Etika ini menekankan bahwa tugas moral sebaiknya menerima dan
menanggapi Tindakan orang lain dalam suatu hubungan sosial.
5. Etika Kebaikan atau Etika Keutamaan: Etika kebaikan mencakup semua karakteristik dalam
bertindak, merasakan, dan berpikir dengan cara -cara tertentu yang digunakan oleh seseorang
sebagai pedoman dalam memilih antara pribadi-pribadi atau keberadaan diri di masa depan.
Tri Hita Karana tidak saja berlaku di luar diri manusia, tetapi berlaku pula pada dalam diri
manusia. Keberlakukan ini tercermin pada aspek parahyangan, pawongan, dan palemahan.
1. Parahyangan: Parahyangan mengacu pada atman yang ada di dalam diri manusia.
2. Pawongan: Pawongan mengacu pada pikiran (akal budi manusia), sebagaimana manusia
sebelum melakukan tindakan pasti berpikir terlebih dahulu.
3. Palemahan: Palemahan mengacu pada unsur yang ada dalam diri manusia yang disebut
sebagai Panca Mahabhuta yang terdiri dari unsur tanah, air, udara, api, dan eter.
Manusia merupakan makhluk yang kompleks yang ditandai oleh adanya berbagai dualitas dalam
dirinya yang disebut Rwa Bhineda. Tujuan hidup manusia dibumi adalah untuk mencapai
kebahagiaan atau moksa.
Karyawan merupakan manusia yang ber Tri Hita Karana yang memiliki tubuh , akal budi, dan
roh. Manusia pada hakikatnya merupakan homo complecus yang mengartikan manusia adalah
makhluk yang kompleks yang ditandai dengan dualitas dalam dirinya (Rwa Bhineda). Dualitas
paling umum adalah manusia sebagai persona terdiri dari tubuh fisik dan tubuh rohaniah.
Dualitas menimbulkan implikasi, bertindak etis terhadap karyawan wajib memperhatikan
ketubuhan dan kejiwaan serta keunikan manusia. Manusia juga dapat disebut sebagai homo
socius yakni bersosialisasi. Dualitas manusia berdasarkan karakter sangat penting bagi penataan
linggih manut sesana, sesana manut linggih. Hukum karma merupakan hukum sebab akibat
sebagai keniscayaan.
Sebagai karyawan, memiliki hak dan kewajiban terhadap tempat kerja merupakan suatu hal yang
perlu dipahami baik. Hak dan kewajiban ini berkaitan dengan kewenangan, tugas, dan tanggung
jawab yang harus dipenuhi selama bekerja di sebuah perusahaan. Tidak hanya karyawan, pada
dasarnya perusahaan pun memiliki hak dan kewajiban yang perlu dipenuhi juga.
- Hak Karyawan
Hak dan kewajiban bersifat timbal balik sehingga keduanya harus hidup dalam konteks pada
payu. Antara hak dan kewajiban perusahaan secara esensial saling berkomplementer. Mereka
membentuk persahabatan guna menjadikan perusahaan beroperasi secara maksimal dan
memperoleh keuntungan.
6.5 Kehidupan Keluarga Karyawan dan ABGG
Pada sub materi sebelumnya seorang karyawan wajib mendapat imbalan berupa upah yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya. Dalam Agama Hindu
mengenal teori kebutuhan dasar yang disebut sebagai 5W wareg, wastra, waras, wisma, dan
wastika). Gagasan Maslow (dalam Kasali, 2005: 62-63; Yuswohady dan Gani, 2015: 65-66)
mengatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkhi yang terdiri dari kebutuhan dasar fisik,
kebutuhan rasa dan kebutuhan sosialisasi, kebutuhan ego, dan kebutuhan aktualisasi diri. ABGG
(Anak Baru Gede Galau) cenderung bersifat konsumerisme dikarenakan gaya hidup gengsi. Pola
hidup yang konsumtif dapat mempengaruhi seseorang sehingga mereka selalu merasa
kekurangan.
Konflik kepentingan lain yang memerlukan pencermatan adalah kolusi dengan perusahaan lain.
Keinginan pengusaha/petinggi dalam mencari untung dengan instan dapat menimbulkan
penyuapan sehingga muncul korupsi. Cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi korupsi adalah
dengan membenahi manusia dari aspek karakternya. Nilai-nilai kejujuran sangat penting untuk
diterapkan. Hanh (2007: 140-150) menjelaskan beberapa cara untuk penguatan karakter, yakni:
Hanh (2007: 140-150) menjelaskan beberapa cara untuk penguatan karakter, yakni: pertama,
manusia harus berusaha mengatur/mengendalikan dirinya. Kedua, mengubah pasak dalam
mengelola diri. Ketiga, menumbuhkan rasa kebaikan yang ada dalam diri keempat, memelihara
benih-benih kebajikan berbentuk teori dan praktik agar lebih kuat.
Untuk menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang baik, diperlukannya melakukan
pengendalian musuh yang ada dalam diri yang disebut sebagai sad ripu (enam musuh yang ada
dalam diri manusia).
2. Lobha (tamak)
3. Krodha (amarah)
4. Moha (kebingungan)
5. Mada (mabuk)
Pencapaian tujuan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin
memiliki tanggung jawab dalam keefektifan organisasi, pemimpin menjadi tempat berlindung,
dan pemimpin merupakan inti dari integritas kelembagaan. Pemimpin wajib memiliki kelebihan
dari pada bawahannya sehingga lebih dipercaya, yakni menjadi kepala atau menempati linggih
dan sesana sebagai kepala pada suatu perusahaan.
Anak buah memberikan dirinya untuk dikelola, diatur, diberikan motivasi dalam konteks
penyelenggaraan hak dan kewajiban, karena mereka menilai kepala/pemimpinnya memiliki
kelebihan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin yang baik harus memperhatikan
keinginan pada tiap karyawan agar terciptanya kondisi kerja yang kondusif dalam suatu
organisasi.
1. Seorang pemimpin mengacu kepada orang yang memiliki kelebihan daripada bawahannya,
yang tersimpan dibenak kepalanya yaitu nawang, bisa, anleh, bikas, dadi, seken, seleg, dan saja.
3. Kepala disebut sebagai swah (alam atas) sehingga gagasan ini berimplikasi pemimpin disebut
sebagai atasan.
4. Dilengkapi dengan otak (akal budi) dan berbagai indera (symbol rasa).
5. Makna dan pemaknaan pemimpin = kepala = atasan berkitan dengan posisinya diatas sehingga
pemimpin dilihat sebagai model