PENDAHULUAN
Adapun yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial adalah segala perselisihan
yang meliputi:
1) Perselisihan hak
2) Perselisihan kepentingan
3) Perselisihan PHK
4) Perselisihan antar serikat pekerja/ serikat buruh dalam suatu perusahaan. Perusahaa
beroperasi didasarkan atas asas tidak diskriminasi, menghormati HAM dan
kebebasan individu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja hak dan kewajiban karyawan?
1.2.2 Apa yang dimaksud etika kerja?
1.2.3 Apa yang dimaksud Whistle Blowing dalam praktek etika bisnis?
BAB 2
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa hal yang bisa mendorong pekerja berperilaku etis dalam
pekerjaannya, yaitu :
1) Komunikasi yang baik, karena tanpa memperhatikan dimana kita berada saat ini
dalam hirarki manajemen, kita tidak dapat membuat komunikasi yang efektif.
2) Ketentuan atau standar
3) Keteladanan
Dengan menggunakan etika bisnis sebagai dasar berperilaku dalam bekerja,
perusahaan akan mempunyai SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas adalah
memiliki kesehatan moral dan mental, punya semangat dalam meningkatkan kualitas
kerja di segala bidang, mampu beradaptasi dan memiliki kreativitas tinggi, ulet dan
pantang menyerah, serta berorientasi pada produktivitas kerja.
Untuk memiliki SDM yang berkualitas diperlukan dalam pemberdayaan karyawan
seoptimal mungkin, dengan menciptakan lingkungan kerja dimana orang-orang merasa
dihargai. Sehingga setiap karyawan akan melakukan pekerjaan dengan penuh rasa
tanggung jawab dan jujur.
Dari hasil penelitian yan dilakukan oleh Lee dan Yoshihara (1997) bahwa terdapat
3 alasan yang mendorong mereka melakukan tindakan tidak etis dalam dunia bisnis,
walaupun dengan nilai pribadinya, yaitu :
a. Untuk mencapai keuntungan perusahaan.
b. Sudah berlaku umum di masyarakat.
c. Karena keinginan atasan.
Dave Ulrich (1996) menyebutkan bahwa terdapat 4 aspek untuk meraih keunggulan
yang harus dilakukan oleh sumber daya manusia, yaitu :
1) Strategic partner (bagaimana manajemen mengelola SDM sehingga dapat menjadi
mitra)
2) Administratif expert (bagaimana manajemen menciptakan afisiensi administrasi)
3) Employee champion (bagaimana manajemen dapat meningkatkan konstribusi
karyawan)
4) Agent of Change (bagaimana manajemen mendorong karyawannya untuk berubah)
Sesuatu yang bisa kita terapkan dalam etika bekerja adalah sistem reward and
punishment, agar pelaku bisnis punya batasan dalam perilakunya. Hal ini bisa diterapkan
saat awal kita mulai menegakkan dan mensosialisasikan pilar-pilar etika bisnis dalam
sebuah organisasi, paling tidak kita sudah memulainya daripada tidak sama sekali.
Salah satu alat yang dapat digunakan perusahaan untuk menciptakan iklim beretika
dalam perusahaan adalah dengan menciptakan kode etik. Kode etik berfungsi sebagai
inspirasi dan panduan dalam bekerja, pencegahan dan disiplin, memelihara dan tanggung
jawab, memelihara keharmonisan dan memberikan dukungan. Dengan kode etik
perusahaan berharap setiaporang di dalam perusahaan memahami bahwa manajemen
tingkat atas berpegang kepada perilaku etis dan mengharapkan para pegawainya juga
berperilaku etis.
Dalam bekerja setidaknya kita bisa mendasarkan pada prinsip dalam bekerja, yaitu:
1) Bekerja dengan ikhlas. Bekerja dengan ikhlas berarti bekerja dengan penuh kerelaan.
Pekerja akan melakukan pekerjaannya, dan tentu saja pihak perusahaan akan membayar
apa yang telah menjadi kewajibannya kepada pekerja berupa upah dengan tepat waktu.
2) Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab. Dengan ketekunan, serumit apapun
jenis pekerjaannya, pasti akan terselesaikan dengan baik. Pekerja yang bertanggung
jawab akan melaksanakan tugasnya dengan bersungguh-sungguh, professional, dan
serta patuh dalam melaksanakan tugasnya.
3) Bekerja dengan semangat dan disiplin. Bersemangat berarti mempunyai dorongan
yang tinggi. Disiplin berarti tertib dalam tindakan, patuh, dan taat kepada peraturan.
Dengan disiplin akan menjamin produktivitas kerja.
4) Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya. Memenuhi janji dan secara tetap
memenuhi patokan kejujuran, ketulusan hati atas segala tindakan kita.
5) Berkemampuan dan bijaksana. Meningkatkan keterampilan untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain. Bijaksana berarti terbuka dan responsive kepada perubahan,
sanggup menerima dan memberikan kritikan yang membangun, dan tenang
menghadapi tekanan.
6) Bekerja dengan berpasangan. Kita bekerja tentu tidak bisa sendiri. Sifat kerjasama
juga dapat mengeratkan hubungan antara anggota organisasi dan mewujudkan sinergi
yang amat penting terhadap peningkatan kualitas dan oroduktivitas.
7) Bekerja dengan memperhatikan kepentingan umum. Kita mendukung peraturan
hukum dan memenuhi tanggungjawab kita kepada masyarakat, kita tidak boleh
merugikan kepentingan umum.
Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja yaitu
berupa diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan sumber-sumber perusahaan.
Biasanya masalah yang timbul dalam ketenagakerjaan erat kaitannya dengan
ketidakadilan.
Diskriminasi terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama, misalkan karena
perbedaan ras, etnis, agama, usia, status perkawinan atau jenis kelamin. Diskriminasi
dapat terjadi pada saat seleksi, kenaikan pangkat, kondisi pekerjaan, pemutusan
hubungan kerja.
Konflik kepentingan. Konflik kepentingan muncul saat kepentingan pribadi
pegawai mendorongnya melakukan tindakan yang mungkin bukan merupakan tindakan
yang terbaik bagi perusahaan, dan tidak melulu selalu berkaitan dengan masalah uang.
Valasques (2005) menjelaskan bahwa konflik kepentingan bisa bersifat aktual atau
potensial. Konflik kepentingan aktual terjadi saat seseorang melaksanakan kewajibannya
dalam suatu cara yang mengganggu perusahaan dan melakukannya demi kepentingan
pribadi. Sedangkan konflik kepentingan potensial terjadi saat seseorang, karena didorong
oleh kepentingan pribadi, bertindak dalam suatu cara yang merugikan perusahaan.
3.1 Kesimpulan
Dalam sebuah perusahaan, tentunya kita tidak akan pernah lepas dari karyawan atau
pegawai. Untuk dapat mengembangkan perusahaan haruslah ada sikap saling
berkesinambungan antara top manager dan karyawan. Melalui peranan top manager atau
atasan yang mempunyai etika yang baik, maka karyawan atau pegawai dapat diarahkan
sesuai kemauan atau keputusan perusahaan. Agar para karyawan melakukan sesuai dengan
kehendak perusahaan, haruslah perusahaan terlebih dahulu memahami hak-hak karyawan
yang diantaranya hak atas upah yang adil dan layak, hak atas kesejahteraan, hak untuk
berserikat dan berkumpul, hak untuk mendapat perlindungan dan jaminan kesehatan, dan
hak atas rahasia pribadi. Namun, hal tersebut harus diimbangi oleh kewajiban-kewajiban
yang harus dilakukan oleh karyawan seperti kewajiban ketaatan, kewajiban
konfidensialitas, kewajiban loyalitas.
Setelah hak dan kewajiban karyawan terpenuhi dan karyawan dengan top manager
saling berkesinambungan maka akan tercipta budaya perusahaan yang baik, terbangunnya
suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya, dan terbentuknya manajemen
hubungan antar pegawai. Sehingga hubungan di dalam perusahaan dapat meningkatkan
sikap moral pegawai maupun top manager dan konflik antara atasan dan karyawan tidak
akan terjadi. Namun, kita tetap harus berhati-hati pada kecurangan-kecurangan yang
terjadi diluar maupun di dalam perusahaan. Untuk mencegah tersebut harus melakukan
tindakan Whistle blowing, agar tidak merugikan perusahaan maupun masyarakat sekitar.
3.2 Saran
Banyaknya dan seringya masalah yang terjadi dalam perusahaan karena perlakuan
yang tidak adil mengakibatkan konflik antara karyawan dan atasan bahkan sampai
tindakan karyawan yang anarkis. Oleh karena itu Karyawan maupun top manager harus
mematuhi kode etik yang berlaku dalam perusahaan dengan catatan kode etik tersebut
harus memiliki moral, Perusahaan maupun karyawan harus bertanggung jawab atas
kepatuhan keseluruhan, mengembangkan dan menyebarluaskan standar organisasi
kebijakan dan pedoman tentang pengambilan keputusan yang etis.
DAFTAR PUSTAKA