Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal adalah sebuah aktivitas yang hampir sama dengan pasar pada umumnya.

Yang membadakan dalam pasar modal aktivitas pertemuan antara para pemilik modal dan

pihak yang membutuhkan modal, dengan perantaraan broker atau pialang efek. Pemilik modal

adalah mereka atau pihak yang memiliki modal atau yang lazim disebut sebagai investor,

sedangkan yang membutuhkan modal adalah perusahaan atau pihak yang akan menjual saham,

obligasi dan instrumen pasa modal lainnya.

Pada pasar modal terdapat instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan seperti

saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk

turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Karena pasar modal merupakan sebuah pasar

dari instrumen keuangan jangka panjang, memiliki peranan yang sangat penting bagi

perekonomian suatu negara. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar

modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak

yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana. Maka dari itu para

investor harus mengenal semua instrumen yang ada pada pasar modal.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui instrument-instrumen

keuangan yang diperjualbelikan seperti right, warrant, convertible bonds, efek beragun asset

dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Opsi

Opsi adalah “hak” kepada pemegangnya (pembelinya) untuk melakukan sesuatu, pada

waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan perjanjian yang tertera dalam opsi tersebut. Hak

ini bermacam-macam, bisa hak membeli, menjual, didahulukan pembelian atau penjualannya

dan lain sebagainya. Opsi juga termasuk kategori kontrak berjangka, karena opsi terdapat

proses fembuatan kontrak sekarang untuk membeli atau menjual aset dimasa yang akan datang.

Kontrak opsi merupakan kontrak untuk meqrberikan hak (bukan kewajiban) untuk membeli

atau menjual suatu aset tertentu pada harga tertentu pula.

Jenis-jenis Opsi

Dalam praktiknya- jenis-jenis opsi meliputi :

a) Opsi call (call option)

Put dan call merupakan dua pmduk derivatif menganut sistem kontrak berjangka,

dimana dalam kontrak disebutkan bahwa pemegang opsi dapat menjual dan membeli suatu

aset finansial dengan volume dan harga yang ditentukan sebelum sewaktu-waktu berubah

di masa yang akan datang.

Dikatakan derivasi karena hanya memiliki nilai-nilai selagi terhubung ke aset

finansial yang bersangkutan. Setiap opsi memiliki masa hidup pasar tertentu, sehingga jika

masa hidup pasarnya sudah habis, maka efek dari derivasi tersebur sudah tidak ada nilainya

lagi Tujuan dari derivasi modal adalah selain untuk merangsang dan memberikan insentif

pemegang saham dan obligasi lama juga memacu peningkataa pasar modal.
Kontrak opsi saham yang diperdagangkan di BEI disebut KOS (Kontrak Opsi

Saham). Dalam perdagangan KOS, jatuh tempo atau hari berakhimya setiap seri KOS pada

setiap bulan adalah hari bursa terakhir pada bulan yang bersangkutan.

b) Opsi put (put option)

Opsi put merupakan instrumen negosiasi yang memungkinkan pemiliknya untuk

menjual suatu efek tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di sini, Opsi put tidak lain adalah

efek yang memberikan hak (rights) kepada pemiliknya untuk menjual efek tertentu

(saham), dengan harga tertentu, pada waktu tertentu.

2.2 Right

Kata "right" pada "right issue" adalah bahasa Inggris yang artinya adalah hak bukan

"right" yang berarti "kanan" serta bukan pula "right," yang artinya benar atau betul. "Issue"

artinya menerbitkan. Jadi kalau diterjemahkan kata per kata dari bahasa Inggris, "right issue"

artinya menerbitkan hak. Scara terminologi right issue adalah penerbitan surat hak kepada

pemegang saham lama perusahaan publik untuk membeli saham baru yang hedak diterbitkan.

Selain itu juga ada yang menyebutkan bahwa right adalah hak yang diperoleh para

pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu perseroan

terbatas untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani

proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham portopel atau saham simpanan. Hak

tersebut diberikan dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan

dan jumlah yang berhak diambil seimbang dengan jumlah saham yang mereka miliki secara

proporsional.

Right diterbitkan oleh perusahaan setelah mendapat persetujuan dari mayoritas

pemegang saham. Artinya, right issue adalah aksi yang dipilih dilakukan oleh pemegang saham
mayoritas. Jika di asumsikan seseorang sebagai pemegang saham dalam jumlah yang kecil,

maka orang tersebut mau tidak mau harus ikut keputusan mayoritas pemegang saham. Yang

diterbitkan adalah hak (right) memesan saham baru yang akan dijual oleh perusahaan. Yang

boleh membeli saham baru ini adalah orang-orang yang memiliki "right." Tidak punya right,

tidak bisa beli saham baru. Dengan kata lain, yang boleh membeli saham baru (menyetor modal

tambahan) adalah pemegang saham lama. Kalau anda bukan pemegang saham, anda tidak

boleh ikut membeli saham baru. Yang mendapat right adalah pemegang saham yang memiliki

saham sampai hari EX right issue. Persentase "right" yang mereka miliki adalah sama dengan

persentase kepemilikan saham mereka pada perusahaan.

Tujuan Right Issue

Pada umumnya tujuan dilakukannya right issue adalah untuk menghimpun dana segar

yang akan digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman atau untuk modal kerja.

Beberapa tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham atau

meningkatkan jumlah saham yang beredar. Jadi dengan adanya right issue, kapitalisasi pasar

saham akan meningkat dalam jumlah yang lebih kecil dari pada presentase jumlah lembar

saham yang beredar. Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar saham di pasar akan

meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut atau dengan kata lain dapat

meningkatkan likuiditas saham. Inti tujuan dari right issue bagi sebuah perusahaan adalah

untuk menambah modal perusahaan

Dampak Right Issue

Right Issue berdampak pada persentase kepemilikan saham. Bagi investor, right issue

berdampak positif kalau tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sebaliknya, berdampak

negatif kalau menyebabkan menurunnya harga. Secara umum, dampak right issue bisa

dirasakan oleh semua pemodal. Right issue merupakan hak bagi pemodal untuk membeli
saham baru yang dikeluarkan oleh emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat

harus membelinya. Investor boleh mengabaikan haknya dengan konsekuensi berkurangnya

kepemilikan saham atas emiten tersebut. Hal ini, karena pada dasarnya perusahaan

menawarkan right sama dengan mengeluarkan saham baru. Akibatnya akan mempengaruhi

presentase kepemilikan bila tidak membeli secara proporsional.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu penerbitan right, antara lain :

waktu, harga, dan rasio. Bagi investor informasi waktu penerbitan sangat penting untuk

mengambil keputusan. Apakah dia akan melaksanakan haknya membeli right atau tidak, sebab

right mempunyai masa berlaku yang sangat singkat sama.

Istilah-istilah yang terkait dengan right issue:

 Cum Date, yaitu tanggal terakhir / batas akhir seorang investor mendapatkan haknya

untuk memesan efek terlebih dahulu.

 Ex Date, yaitu batas dimana investor sudah tidak mempunyai hak lagi akan suatu

penawaran / corporate action (right issue).

 Daftar Pemegang Saham (DPS), adalah daftar nama orang atau investor yang berhak

atas suatu corporate action, biasanya diumumkan dalam tanggal yang dikenal dengan

nama DPS Date.

 Trading Period of Right Certificate, adalah periode pelaksanaan right tersebut

dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya.

 Exercise Date, adalah tanggal jatuh tempo atas pelaksanaan right issue.

 Allotment Date, adalah tanggal penentuan jatuh investor yang mendapatkan right dan

berapa besar tambahan saham baru akibat right issue.

 Listing Date, adalah tanggal right itu pertama kalinya diperdagangkan di bursa atau

tanggal dimana penambahan saham akibat right tersebut diperdagangkan di Bursa Efek.
2.3 Warrant

Warrant adalah suatu opsi untuk membeli sejumlah tertentu isntrumen keuangan

(saham) pada waktu tertentu dengan harga tertentu. Menurut UUPM penjelasan Pasal 1

angka 5 waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak

kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga setelah

6 (enam) bulan atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan. Selain itu ada juga yang

mengartikan Warrant dengan hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan

dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/perusahaan emiten.

Harga pasar saham dapat berubah-ubah setelah penawaran umum perdana. Ketika

harga tersebut naik menjadi lebih tinggi, maka pemilik warrant akan mendapat keuntungan

karena dapat membeli saham tersebut dengan harga awal. Sebaliknya jika harga pasar turun

menjadi lebih rendah dari harga awal, pemilik warrant akan mengalami kerugian sesuai

harga waran, karena warrant tersebut tidak dapat digunakan untuk membeli saham dengan

harga yang lebih rendah dari harga pasar.

Warrant umumnya dapat diperdagangkan juga di bursa, sehingga pemilik warrant

dapat juga mendapat keuntungan (capital gain) jika bisa menjual warrant tersebut lebih

tinggi dari harga beli. Right issue maupun warrant merupakan hak untuk membeli sejumlah

(jumlah ini berdasarkan ratio) saham tertentu pada harga yang tertentu di dalam jangka

waktu tertentu ke depan (sejak mulai conversion period s.d. expiration date). hak tersebut

diperjualbelikan. masa tugas warrant jauh lebih panjang dibanding right (expiration date

dari warrant di IDX minimal 3 tahun sejak warrant tersebut mulai diperdagangkan). secara

teoretis:

 makin mahal harga saham makin mahal harga warrant tersebut


 makin hebat gejolak harga saham makin mahal harga warrant tersebut

 makin mendekati pensiun/expiration date makin murah harga warrant tersebut

 makin tinggi tingkat suku bunga makin mahal harga warrant.

Manfaat dari Warrant

Diantara manfaat yang dapat diperoleh dari waran:

1. Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga

yang lebih rendah daripada harga saham tersebut di Pasar Sekunder. Caranya adalah

dengan menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan

tersebut melebihi harga pelaksanaan. Contohnya, Jika seorang investor membeli

waran pada harga Rp200,00 per lembar dengan harga pelaksanaan Rp1.500,00 dan

pada tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp1.800,00

per saham, maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya

Rp1.700,00 (Rp1.500,00 + Rp200,00). Jika ia langsung membeli saham perusahaan

tersebut di Pasar Sekunder, ia harus mengeluarkan Rp1.800,00 per saham.

2. Apabila waran diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran mempunyai

kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain), yaitu apabila harga jual

waran tersebut lebih besar dari pada harga beli.

Risiko Memiliki Warrant

Jika harga saham pada periode pelaksanaan (exercise period) jatuh dan menjadi

lebih rendah daripada harga pelaksanaannya, investor tidak akan menukarkan waran yang

dimilikinya dengan saham perusahaan, sehingga ia akan mengalami kerugian atas harga beli

waran tersebut. Contohnya, Seorang investor membeli waran di Pasar Sekunder dengan

harga Rp200,00 serta harga pelaksanaan Rp1.500,00. Pada tanggal pelaksanaan, harga
saham perusahaan yang bersangkutan turun menjadi Rp1.200,00. Pada saat itu investor

tidak akan menukarkan waran yang dimilikinya karena ia harus mengeluarkan Rp1.700,00

(Rp1.500,00 harga pelaksanaan + Rp200,00 harga waran). Jika ia tidak menukarkan waran

yang dimilikinya maka kerugian yang ditanggung hanya Rp200,00; yaitu harga beli waran

tersebut. (2) Karena sifat waran hampir sama dengan saham dan dapat diperdagangkan di

bursa, maka pemilik waran juga dapat mengalami kerugian (capital loss) jika harga beli

waran lebih tinggi daripada harga jualnya.

2.4 Convertible Bonds

Dalam istilah akuntansi, Convertible bonds masuk sebagai kategori instrumen

keuangan majemuk (compound financial instruments). Obligasi konversi atau yang dikenal

juga dengan nama convertible bond, adalah suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan

menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang

sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Obligasi konversi

merupakan sekuriti hibrida yaitu suatu sekuriti yang terdiri dari dua unsur yaitu utang

dan ekuitas.

Penerbitan obligasi dari sisi penerbit (dalam hal ini perusahaan) pada dasarnya

merupakan penerbitan surat hutang. Istilah yang biasa digunakan oleh pelaku-pelaku dalam

obligasi konvesi, yakni “IOU” (I OWE YOU : SAYA BERHUTANG KEPADA ANDA),

artinya perusahaan dengan menjual dan menerima dana obligasi, menyatakan bahwa

pembeli atau investor surat hutang tersebut, menjadi kreditur perusahaan (penerbit obligasi

konversi), dan perusahaan berhutang dengan syarat dan kondisi sebagaimana tertuang

dalam perjanjian surat hutang tersebut kepada pihak investor atau pembeli surat hutang

tersebut. Obligasi ini pada umumnya merupakan surat hutang jangka panjang.
Walaupun jenis obligasi ini merupakan jenis obligasi hibrida, biasanya obligasi

konversi ini memiliki tingkat suku bunga kupon yang rendah dimana pemegang obligasi

diangap telah menerima kompensasi berupa suatu kesempatan untuk menukarkan atau

mengkonversikan obligasinya dengan saham biasadengan harga yang lebih rendah dari

harga saham tersebut di pasaran. Dari sisi penerbit obligasi konversi maka keuntungan yang

diperolehnya yaitu pembayaran bunga yang lebih rendah, namun sebagai kompensasi

keuntungan tersebut maka penerbit juga akan mengalami dilusi saham sewaktu pemegang

obligasi melakukan konversi obligasinya ke saham baru.

Obligasi konversi, awalnya murni sebagai surat hutang dengan kewajiban pada

perusahaan untuk melakukan pelunasan pokok pinjaman dan pembayaran kupon bunga

secara periodik, kemudian ditambahkan fitur, dimana dalam bentuk obligasi konversi. Fitur

ini berarti obligasi diterbitkan dengan memberikan hak untuk mengkonversi ke dalam

saham biasa perusahaan penerbit obligasi konversi kepada pemegang atau investor obligasi

tersebut. Dapat dikatakan obligasi semacam ini mengandung “written call option” yang

diterbitkan oleh perusahaan dan dibeli oleh investor.

Adapun fitur-fitur yang biasanya ditambahkan ke obligasi konversi meliputi:

a. Zero-Coupon Bonds, dimana pengalihan atas instrumen dimaksud tidak

diberlakukan pembebanan bunga melainkan dengan tingkat diskonto tertentu.

b. Mandatorily Convertible Bonds, dimana konversi hutang menjadi saham wajib

dilakukan berdasarkan syarat yang diatur menurut perjanjian

pengeluaran convertible bond. Syarat tersebut dilakukan pada saat jatuh tempo

pembayaran seluruhnya (ketika kreditur berhak meminta hal itu), atau bisa juga atau

tanggal dimana debitur wajib melaksanakan pembayaran hutang seluruh dan

seketika karena satu dan lain hal.


c. Non-Mandatorily Convertible Bonds, konversi hutang tidak saham wajib dilakukan.

Faktor Penyebab Perusahaan Menerbitkan Obligasi Konversi

Perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi memberikan petunjuk terkait

mengapa obligasi ini lebih digunakan dibandingkan obligasi biasa atau saham biasa. Berikut

ini dipaparkan faktor-faktor yang mendorong perusahaan menerbitkan obligasi konversi

a. Adanya matching cash flows

Yaitu menyelaraskan arus kas. Arus Kas harus pertama-tama dilihat terlebih

dahulu. Banyak keputusan pembiayaan dan investasi, akan selalu didorong motivasinya

oleh profil arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (hipotesa atau teori

Modigliani-Miller) terkait struktur kapital. Munculnya aspek pajak dalam teori M&M

yang memiliki pengaruh atas pemilihan penerbitan surat hutang atau saham biasa,

adalah adanya penghematan arus kas pajak yang dibayarkan ke kantor pajak, yang

sekarang bisa dinikmati oleh penyedia kapital.

b. Sinergi Resiko (Synergy Risk)

Obligasi konversi atau obligasi dengan waran tentunya lebih menarik bagi

investor. Hal ini disebabkan obligasi konversi mengandung “asuransi” yaitu, walaupun

memang belum tentu akan dikonversi, namun, kalau kondisi bisnis atau arus kas

perusahaan tidak terlalu baik di kemudian hari (artinya bisnis yang dijalankan

perusahaan terbukti memilik resiko yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan),

pemegang obligasi konversi (invesotr) tetap dapat meminta pengembalian penuh atas

nilai nominal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo. Sebaliknya, kalau ternyata bisnis

dan arus kas perusahaan terbukti naik tinggi (artinya bisnis yang dijalankan perusahaan

terbukti memilik resiko yang lebih rendah daripada yang diperkirakan), maka pemegang
obligasi konversi dapat ikut “berpartisipasi”, dengan menukar obligasi tersebut menjadi

saham biasa.

c. Biaya Agensi (Agency Cost)

Pembiayaan dari pihak eksternal, yang merupakan financial contracting (artinya

perusahaan mengadakan kontrak keuangan dengan pihak eksternal) akan memunculkan

isu biaya agensi antara pemegang saham perusahaan dan pihak kreditur perusahaan.

Dengan demikian dapat memunculkan konflik kepentangan antara pemegang saham

perusahaan di satu pihak, dan pemegang surat hutang perusahaan (yaitu pihak kreditur)

di sisi lainnya. penerbitan Obligasi Konversi bisa menjembatani konflik kepentingan ini

mengingat adanya komponen Ekuitas dan Liabilitas dalam paket Obligasi Konversi

yang memungkinan Obligasi Konversi berpola lebih mirip Hutang pada satu titik waktu

dan berpola lebih mirip Ekuitas pada titik waktu lainnya. Dan kalaupun kemungkinan

terjadi transfer nilai kekayaan dari pihak kreditur ke pihak pemegang saham, jumlah ini

tidak akan sebesar kalau diterbitkan obligasi biasa. Dengan demikian, penerbitan

Obligasi Konversi bisa mengurangi biaya agensi.

d. Adanya Backdoor Equity

Yakni pembiayaan ekuitas tidak langsung. perusahaan kemungkinan

mendapatkan bahwa Obligasi Konversi merupakan titik temu yang menarik antara

konsekuensi informasi negative terkait penerbitan saham biasa (ingat teori “Signaling

Information” seputar IPO perusahaan) dan kemungkinan terjadinya tekanan keuangan

bagi perusahaan dalam hal surat hutang diterbitkan. Situasi ini relevan bagi perusahaan-

perusahaan yang baru tumbuh dan kecil, namun memiliki prospek bisnis yang baik di

kemudian hari.
Jenis-jenis Obligasi Konversi

Adapun jenis-jenis obligasi konversi terdiri dari:

1. Obligasi tukar (exchangeable convertibles) adalah suatu obligasi dimana saham

yang menjadi aset dasar obligasi tersebut merupakan saham dari perusahaan yang

berbeda dari perusahaan penerbit obligasi.

2. Obligasi wajib konversi (Mandatory convertibles) adalah obligasi jangka pendek

dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib dikonversikan menjadi saham

biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku pada saat konversi.

3. Obligasi konversi bersyarat atau lebih dikenal dengan istilah (contingent

convertibles [co-co]) yang merupakan obligasi konversi dengan persyaratan

bahwa investor hanya diperkenankan untuk melakukan konversi obligasinya

menjadi saham perusahaan apabila harga saham yang berlaku di pasar modal

mencapai persentase tertentu di atas harga konversi.

4. Obligasi konversi saham preferen (convertible preferred stock); seperti obligasi

biasa namun memiliki peringkat senioritas lebih rendah dalam struktur permodalan.

Manfaat Obligasi Konversi

Pada dasarnya, obligasi konversi akan mendatangkan keuntungan bagi pihak-pihak

yang terlibat dalam obligasi ini, baik investor maupun perusahaan penerbit.

 Investor

Bagi investor obligasi konversi ini lebih aman dibandingkan

dengan investasi pada saham preferen ataupun saham biasa. Obligasi konversi ini dapat

diperdagangkan secara short, sehingga melemahkan nilai pasar suatu saham dan

menimbulkan kemungkinan bagi pemegang obligasi untuk mendapatkan saham lebih


banyak dengan cara menjual short. Cara ini dikenal sebagai pembiayaan spiral

kematian (death spiral financing).

 Perusahaan Penerbit

 Sweetener hypothesis (Hipotesa Pemanis)

Obligasi konversi bagi perusahaan penerbitnya merupakan pinjaman yang

berbiaya “lebih rendah” dibandingkan pinjaman kredit, karena tingkat kupon bunga

lebih rendah.

 Deferred Equity Hypothesis (Hipotesa Penerbit Saham yang Ditunda)

Jika kinerja bisnis dan arus kas perusahaan naik dengan baik, dan akhirnya

obligasi konversi tersebut ditukar menjadi saham biasa perusahaan penerbit, maka

dalam hal ini perusahaan penerbit obligasi konversi telah dapat menjual saham

biasanya pada “harga premium” di atas harga pasar saham biasa mereka pada saat

penerbitan obligasi konversi.

2.5 Efek Beragun Asset

Efek Beragun Aset (EBA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Asset-

backed security adalah efek(surat berharga) (yang terdiri sekumpulan aset keuangan

berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial seperti tagihan kartu kredit,

pemberian kredit, termasuk kredit pemilikan rumah, kredit mobil, efek bersifat utang yang

dijamin pemerintah, dan arus kas. Dalam prosesnya, kreditor awal (originator) mengalihkan

aset keuangannya kepada para pemegang EBA.


Aset keuangan yang dikumpulkan menjadi satu ini menjadikan aset yang kecil dan

tidak berharga menjadi bernilai, juga dengan adanya difersifikasi tersebut mengurangi

tingkat risiko. Sekuritisasi aset ini membuat aset-aset ini dapat menjadi sarana investasi dari

para investor.

Keterlibatan bank sentral dalam perdagangan EBA juga telah dilakukan

di Jepang dimana dengan likuiditas perbankan yang besar, tetapi dana tersebut hanya

berputar di perbankan saja tidak mengalir ke sektor riil, maka Bank of Japan (BOJ)

kemudian langsung membeli surat yang diterbitkan. Demikian pula dengan Bank

Indonesia yang melakukan satu terobosan besar dengan turut membeli EBA melalui pasar

sekunder dan hal ini tidak bertentangan dengan Undang-Undang Bank Indonesia (BI) yang

memperbolehkan BI membeli surat berharga di pasar sekunder.

Jenis EBA

1. EBA Arus Kas Tetap

Investor menerima pembayaran bunga yang besarnya tetap dalam jangka tertentu.

2. EBA Arus Kas Tidak Tetap

3. Investor menerima pembayaran bunga yang besarnya tidak tetap.

Untuk bisa menerbitkan EBA, harus didirikan suatu Special Purposes Vehicles

(SPV) atau PT Khusus. Suatu PT yang didirikan membatasi kegiatannya dengan hanya

untuk memiliki aset kredit, namun tidak mengelola aset kredit tersebut. Dengan pembatasan

ini dan pembatasan lainnya, SPV distruktur agar sulit dipailitkan.

Manfaat EBA bagi investor

Dari sisi investor ada beberapa manfaat yang didapatkan melalui pembelian instrumen ini

yakni
1. Sebagai suatu alternatif pendanaan jangka panjang yaitu untuk masa 3 tahun hingga 10

tahun, dimana Kontrak investasi kolektif EBA akan lebih menarik bagi investor

dibanding dengan surat utang yang lain seperti obligasi dan promes,karena didukung

dengan aset yang likuid dengan risiko yang relatif kecil.

2. Meski penerbit EBA (originator) pailit, tagihannya akan senantiasa tetap ada.Ini berbeda

dari pembeli obligasi atau promes, yang akan kehilangan dananya kalau perusahaan

penerbit obligasi atau promes yang bersangkutan mengalami kepailitan.

Beberapa keunggulan dari EBA

1. Biaya dana yang murah, para penerbit EBA akan mengeluarkan biaya yang lebih murah

dimana dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang dijaminkan yang berarti

terjaminnya pasokan arus kas dari EBA sehingga dapat ditawarkan dengan tingkat

pengembalian rendah untuk investor dan investornya menyukainya karena investasinya

lebih aman.

2. Efisiensi penggunaan modal dengan adanya EBA maka struktur neraca perusahaan akan

semakin besar daya ungkitnya (leverage) dimana pengelolaan manajemen keuangan

perusahaan akan semakin pruden, taat azas dan efisien dalam menggunakan dana yang

dimiliki karena relatif tingginya struktur daya ungkit (leverage) sebagai akibat dari

adanya EBA tersebut.

3. Diversifikasi sumber pembiayaan bukan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan besar

tetapi juga oleh perusahaan kecil atau perusahaan non-investasi.

4. Sumber likuiditas khususnya untuk perusahaan menengah kecil yang sering menghadapi

masalah peminjaman secara tradisional maka sekuritisasi sangat membantu

perkembangan perusaahaan tersebut.


5. Keterbukaan informasi publik yang lebih minim daripada metode pembiayaan lain,

dimana meskipun EBA ditawarkan untuk umum, sisi keterbukaan dari penerbit (issuer)

tidak dituntut seperti halnya tuntutan keterbukaan pada emiten dari efek yang lain.

Resiko yang mungkin ditimbulkan oleh EBA

1. Resiko suku bunga, dimana EBA akan mengalami fluktuasi harga akibat pengaruh dari

perubahan suku bunga, harga EBA akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.

2. Pelunasan lebih awal (early call) akan memengaruhi yield yang diterima bila terjadi

pelunasan lebih awal.

3. Gagal bayar, pemegang EBA akan mengalami kerugian apabila debitur dari asset jaminan

mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya atas bunga

dan pinjaman pokok.


BAB III

KASUS

Bayar Utang, BUMI Akan "Rights Issue" Rp 34,5 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com – Mayoritas pemegang saham PT Bumi Resources Tbk

(BUMI) yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)

kemarin, Selasa (7/2/2017), telah merestui perseroan untuk menerbitkan saham baru

(rights issue) serta menerbitkan obligasi konversi (mandatory convertible bonds/MCB),

untuk penyelesaian utang. “Agenda RUPSLB yang mengusulkan penerbitan saham baru

sudah disetujui oleh pemegang saham (sebanyak 99,96 persen). Ini merupakan tindak

lanjut dari proses PKPU,” kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resource, Dileep

Srivastava, ditemui wartawan seusai rapat. Jika dikonversi ke rupiah, saham baru yang

akan diterbitkan ditambah dengan MCB mencapai angka Rp 34,5 triliun (kurs 13.300).

Jumlah saham baru yang akan diterbitkan mencapai 37,8 miliar lembar saham. Dileep

menjelaskan, RUPSLB telah mencapai kuorum dengan dihadiri sebanyak 58-59 persen, di

mana syarat minimal rapat adalah dihadiri 50 persen ditambah satu persen pemegang

saham. Rapat menyetujui penyelesaian utang dengan dua skema. Pertama, yaitu rights

issue sebesar 1,99 miliar dollar AS. Kedua, penerbitan MCB sebesar 639 juta dollar AS,

yang merupakan bentuk lain dari ekuitas. “MCB dapat ditukar menjadi saham dalam

jangka waktu 7 tahun. Harga penukaran MCB Rp 926 per saham,” kata Dileep. Penerbitan

saham baru dan MCB rencananya akan dilakukan pada paruh kedua tahun ini, sekitar

bulan Juli 2017. Saat ini, perusahaan milik Grup Bakrie itu tengah menyelesaikan proses

audit laporan keuangan tahun 2016. “Setelah laporan keuangan selesai pada Maret 2017,

kami akan menyiapkan prospektus rights issue. Kemudian kami akan mengikuti tahap-

tahapan untuk menerbitkan saham baru,” imbuh Dileep. Selain menyetujui penerbitan
saham baru dan MCB, rapat kemarin juga menyetujui beberapa hal, di antaranya, belum

adanya pembagian dividen kepada semua pemegang saham karena BUMI masih

membukukan rugi bersih 2,1 miliar dollar AS.

Pada tanggal (17/42017)Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hari ini mengalami

kenaikan lebih dari 6 persen di perdagangan pasar modal Bursa Efek Indonesia.

Menurut anaalis saham dari MNC Securities Edwin Sebayang, naiknya harga saham BUMI

hari ini merupakan imbas sentimen positif karena hari ini BUMI mengeluarkan rencana

penerbitan kembali saham atau right issue melalui penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu (HMETD). Dalam right issue ini, akan diterbitkan sebanyak 28,7 miliar saham baru

atau sekira 38,59 persen dari total saham perseroan dengan nilai mencapai Rp 26,62 triliun.

“Alasan kenapa saham BUMI naik hari ini, karena BUMI submit prospektur rencana right

issue atau penerbitan mandatory convertible bonds atau MCB ke OJK,” kata Edwin

Sebayang dalam pesan tertulisnya, Senin, 17 April 2017.

Dari keterbukaan informasi yang diterbitkan perseroan, saham yang diterbitkan akan dibagi

dalam dua seri yakni seri A dan seri B dengan harga right issue sebesar Rp 926, dan

memililki rasio empat saham baru setiap lima saham lama.

Selain itu, BUMI juga menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) dengan jumlah pokok

sebesar Rp 8,45 triliun. Dengan demikian, total dana yang diperoleh dari right issue dan

penerbitan obligasi ini diperkirakan mencapai Rp 35,08 triliun. Nantinya, dana hasil right

issue dan obligasi ini akan digunakan untuk pelunasan kewajiban utang terakumulasi dalam

perjanjian perdamaian senilai Rp 35,08 triliun. Adapun utang perseroan per 31 Desember

2016, mencapai US$ 5,88 miliar atau sekitar Rp 76,44 triliun.


BUMI akan melakukan pencatatan pada 9 Juni, dan right issue di bursa saham pada 12 Juni,

dan mulai diperdagangkan pada 12-16 Juni. Sedangkan untk masa penjatahan, akan dimulai

pada 22 Juni.

Anda mungkin juga menyukai