Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Dan Instrumen Pasar Modal

A. Pengertian Pasar Modal


Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga
berarti pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umurnya lebih dari satu tahun seperti
saham dan obligasi, dimana tempat untuk memperjualbelikannya disebut bursa efek.
1. Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada
investor umum untuk pertama kalinya. Perusahaan emiten akan mengeluarkan
prospektur yang merupakan informasi tentang kondisi perusahaan kepada calon
investor sehingga dengan informasi tersebut investor akan mengetahui prospek
perusahaan di masa depan dan tertarik untuk membeli sekuritas tersebut.

Proses perdagangan di pasar modal dimulai dari penjualan sekuritas dipasar


perdana yang salah satunya dilakukan oleh penjamin. Penjamin berguna untuk
membantu penentuan harga perdana saham dan memasarkan sekuritas kepada calon
investor. Selain itu ada juga lembaga penunjang pasar modal lain yang berperan dalam
proses penawaran umum yaitu akuntan publik, notaris dan konsultan hukum.
Setelah dokumen lengkap emiten akan menyerahkan pernyataan pendaftaran
kepada BAPEPAM. BAPEPAM akan mempelajari dan mengevaluasi kelengkapan
dokumen, kejelasan, kecukupan informasi dan pengungkapan aspek manajemen
keuangan, akuntansi seta legalitas. Setelah mendapatkan pernyataan pendaftaran
efektif dari BAPEPAM maka emiten bersama profesional dan lembaga penunjang pasar
modal lain bisa melakukan penawaran umum dipasar perdana
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham
preferen, obligasi, waran, maupun sekuritas derivatif. Perdagangan dalam pasar
sekunder dapat dilakukan pada dua jenis pasar yaitu :
a. Pasar Lelang : pasarsekuritas yang melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada
sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara
broker yang mewakili penjual atau pembeli.
b. Pasar Negosiasi : terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan pasar
tersendiri diluar lantai bursa bagi sekuritas dengan cara membeli dari dan menjual
ke investor. Di pasar negosiasi pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dapat
berhubungan langsung melalui komunikasi, sehingga harga yang terjadi merupakan
hasil negosiasi antara pembeli dan penjual secara langsung.
B. Instrumen Pasar Modal
1. Saham : surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Terdiri atas saham preferen dan saham biasa. Saham preferen adalah saham yang
memiliki kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa karena
saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga
mendapatkan hak kepemilikan seperti saham biasa. Sedangkan saham biasa adalah
sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa mempunyai hak
kepemilikan atas aset-aset perusahaan namun belum tentu akan mendapatkan
pendapatan tetap dari perusahaan karena saham biasa tidak mewajibkan perusahaan
untuk membayar sejumlah kas kepada pemegang saham. Sebagai contoh jika investor
membeli saham A Rp 1.500 dan menjual dengan harga Rp 1.700 maka investor dikatakan
memperoleh capital gain Rp 200 (Rp 1.700-Rp1.500). Harga saham biasa yang terjadi di
pasar (harga pasar saham) akan sangat berarti bagi perusahaan karena harga tersebut
akan menentukan besarnya nilai perusaaan. Nilai perusahaan dapat dihitung dengan
mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar.
2. Obligasi : sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada
pemiliknya. Investor obligasi akan mengetahui berapa pembayaran bunga yang akan
diperoleh secara periodik dan pembayaran kembali nilai par saat jatuh tempo. Pada
obligasi jenis zero coupon bond penerbit tidak memberikan pembayaran bunga tetap,
namun pembeli membayar dengan harga kurang dari nilai par yang telah ditetapkan
(dengan discount) dan saat jatuh tempo menerima sejumlah nilai par (tanpa discount).
Potongan harga pembelian obligasi ini menjadi keuntungan pembeli. Selain itu terdapat
obligasi yang dapat dilunasi oleh penerbit sebelum jatuh tempodan akan ditukarkan
dengan sejumlah saham. Jika terjadi penurunan tingkat bunga mka pelunasan obligasi
sebelum jatuh tempo akan menguntungkan penerbit obligasi. Namun investor dapat
mengalami kerugian jika penerbit melunasi obligasi saat nilai obligasi lebih besar dari
nilai pas. Karena hal itu saat melunasi obligasi sebelum jatuh tempo, penerbit harus
membayar call premium dan biaya administratif. Perusahaan juga dapat mengeluarkan
obligasi konvensi yaitu obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham di perusahaan yang
sama tanpa biaya tambahan. Fruktuasi harga obligasi konversi dipengaruhi oleh tingkat
bunga pasar yang terjadi dan fruktuasi harga saham perusahaan.
3. Reksadana : sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana
kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar
modal maupun pasar uang. Perusahaan reksadana akan menghimpun dana dari investor
kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk manajer investasi.

Reksadana terdiri atas reksadana tertutup dan reksadana terbuka. Pada reksadana
tertutup ketika dana yang terhimpun telah mencapai jumlah tertentu maka reksadana
tersebut akan ditutup sehingga investor tidak dapat menarik kembali dana yang telah
diinvestasikan. Sedangkan reksadana terbuka investor dapat menginvestasikan dananya
dan/ menarik dananya setiap saat selama reksadana tersebut masih aktif.
Berdasarkan struktur kelembagaan reksadana terdiri atas reksadana berbentuk
perusahaan (reksadana tertutup dan terbuka) dan kontrak investasi kolektif (reksadana
terbuka). Pada reksadana berbentuk perusahaan investor mendapatkan saham yang
diperjualbelikan dipasar sekunder. Sedangkan pada kontrak investasi kolektif tidak
diperjualbelikan dipasar sekunder sehingga investor tidak mendapat saham. Bagi
investor pemegang reksadana selain memberikan manfaat berupa pembentukan
potofolio juga memiliki keuntungan sebagai berikut :
 Memperoleh deviden/ bunga dari perusahaan reksadana
 Memperoleh capital gain dari hasil penjualan portofolio reksadana
 Memperoleh peningkatan nilai aktiva bersih dengan menjual reksadana di pasar
sekunder/menjual kembali kepada perusahaan reksadana yang menerbitkannya.
Nilai aktiva bersih adalah selisih antara total nilai investasi yang dilakukan
perusahaan reksadana dengan total volume reksadana yang diterbitkannya.
4. Instrumen Derivatif : Sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas
lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang
ditetapkan sebagai patokan. Beberapa jenis instrumen derivatif yaitu :
a. Waran : opsi yang diterbitkan oleh perusahaan untuk membeli saham dalam jumlah
dan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Penerbitan waran
biasanya disertakan pada sekuritas obligasi ataupun saham untuk menarik investor.
b. Right issue : memberikan hak bagi pemiliknya untuk membeli sejumlah saham baru
yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan harga tertentu. Perusahaan mengeluarkan
right issue untuk tidak mengubah proposal kepemilikan pemegang saham dan
mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru
c. Opsi : hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham tertentu pada harga yang
telah ditentukan. Opsi dapat berupa call option atau put option. Call option (penerbit
mengharapkan harga saham turun, penjual mengharapkan harga naik saat jatuh
tempo) memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham yang telah
ditentukan dalam jumlah dan harga tertentu dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Sedangkan put option (penerbit mengharapkan harga saham naik,
penjual mengharapkan harga turun saat jatuh tempo) memberikan hak untuk
menjual saham yang ditunjuk pada harga dan jumlah tertentu pada jangka waktu
yang telah ditetapkan sehingga penerbit dan pembeli opsi memiliki harapan yang
berbeda.
d. Futures : hampir sama dengan opsi hanya saja pembeli harus melaksanakan kontrak
perjanjian yang telah disepakati. Meskipun pembayaran dilakukan saat jatuh tempo
namun pada awal kontrak pembeli diminta memberikan sejumlah dana (margin)
untuk mengurangi risiko atas kegagalan kontrak saat jatuh tempo

GAMBARAN UMUM PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Pengertian dan Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia


1. Pengertian Pasar Modal Di Indonesia
Pasar modal secara umum adalah pasar yang memperjualbelikan produk
berupa dana dalam bentuk lembar surat berharga di bursa efek. Pasar modal
bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki dana dengan
pihak perusahaan yang memerlukan dana. Pasar modal Indonesia diharapkan
mampu memberikan alternatif sumber dana ekternal yang berasal dari
masyarakat (investor) bagi perusahaan, sehingga nantinya kredit sektor
perbankan dapat dialihkan untuk pembiayaan usaha industri kecil dan menengah.
Terdapat tiga aspek yang ingin dicapai pasar modal Indonesia yaitu :
1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan
saham-saham perusahaan
2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham
3. Menggairahkan masyarakat dalam mengarahkan dan penghimpunan dana
untuk digunakan secara produktif
B. Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia
Perdagangan sekuritas dimulai dengan pendirian bursa di Batavia pada 14
Desember 1912. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi
perusahaan belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan
pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas Belanda lainnya. Perkembangan yang pesat
membuat Belanda mendirikan bursa di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925
dengan investor selain orang belanda ada juga orang Arab dan orang Cina.
Perang Dunia II 1939 membuat Bursa Efek di Indonesia ditutup pada tahun 10
Mei 1940. Kemudian pada 23 Desember 1940 bursa efek dibuka, walaupun ditutup
kembali ketika jepang masuk ke Indonesia. Pasar modal kembali digatkan dengan
dibukanya Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 3 Juli 1952. Pembukaan BEJ tersebut
didorong penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia tahun 1950. Perkembangan
pasar modal terus berlangsung hingga 1958 namun krisis terjadi hingga orde lama
karena banyaknya orang Belanda yang meninggalkan Indonesia dan dilakukan
nasionalisme pada perusahaan Belanda.
Pada masa orde baru pasar modal Indonesia kembali diaktifkan dengan
dibentuknya Badan Pasar Modal Indonesia (BAPEPAM) dan pembukaan pasar modal
pada 10 Agustus 1977. BAPEPAM dan PT Danareksa diberikan prioritas membeli
sedikitnya 50% saham yang ditawarkan. Banyaknya campur tangan pemerintah dan
deregulasi perbankan pada 1983 menyebabkan tingkat suku bunga deposito naik
sehingga dalam kurun waktu 1977-1988 hanya 24 perusahaan saja yang melakukan
investasi di bursa efek. Kemudian pemerintah mengeluarkan beberapa deregulasi
yaitu :
a. Paket Kebijaksanaan Desember 1987 : kebijakan menyederhanakan proses
emisi sekuritas, membuka kesempatan yang lebih luas bagi investor asing,
memperkenalkan adanya saham atas tunjuk dan memberi kesempatan
perusahaan baru yang belum memperoleh laba untuk mencari modal di
Bursa Pararel Indonesia (BPI)
b. Paket Oktober 1988 : penetapan pajak yang sama bagi bunga deposito dan
dividen saham sebesar 15% serta ketentuan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK)
c. Paket Desember 1988 : kebijakan pemerintah untuk memberi kesempatan
bagi swasta nasional untuk menyelenggarakan bursa swasta dan
menerapkan sistem company listed.
d. Paket September 1997 : berisi kebijakan pemerintah untuk menghapus
penentuan batas maksimum pembelian saham oleh investor asing kecuali
bagi saham perbankan, guna mendorong investor asing melakukan
paerdagangan di pasar modal Indonesia
Pergerakan IHSG menjelang awal 1990 cenderung mengalami kenaikan
kemudian memasuki akhir 1990 pergerakan IHSG menurun hingga awal 1992.
Memasuki 1994 terjadi pelonggaran kebijakan moneter diiringi oleh kecenderungan
peningkatan IHSG di BEJ mencapai diatas 600 poin. Meningkatnya suku bunga
pertengahan tahun 1994, muncul krisis Meksiko pada 1994-1995 dan penyerbuan
kantor PDI 27 Juli 1996 menyebabkan anjloknya IHSG di BEJ.
Untuk mendukung perkembangan pasar modal yang sehat dan kuat
diperlukan usaha pembenahan secara terus menerus. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan Jakarta Autometed Trading System (JATS) sehingga perdagangan
menjadi lancar dan efisien. Sistem otomatisasi mrningkatkan keamanan dalam
melakukan transaksi dan membuat dagangan menjadi lebih transparan karena
pemodal memperoleh kesempatan yang sama dalam melakukan order. Kemudian BEJ
juga mengembangkan sistem perdagangan tanpa warkat yang merupakan sistem
perdagangan dengan penyelesaian transaksi hanya dengan pemindahbukuan. Artinya
tidak diperlukan sertifikat sekuritas yang secara fisik berpindah tangan dari penjual ke
pembeli sehingga diharapkan meningkatnya efisiensi proses transaksi dengan risiko
lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai