Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan dalam rangka


mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan
modal, diantaranya adalah dengan cara utang atau menambah jumlah kepemilikan
saham dengan menerbitkan saham baru. Untuk menambah jumlah kepemilikan
saham perusahaan dapat dilakukan dengan menjual kepada pemegang saham yang
sudah ada, menambah saham yang tidak dapat dibagi, menjual langsung kepada
pemilik tunggal atau dengan melakukan penawaran saham kepada masyarakat
umum.
Proses penawaran sebagian saham kepada masyarakat melalui bursa efek
disebut dengan istilah go public. Istilah go public yaitu proses sebuah perusahaan
menjadi perusahaan terbuka (sahamnya bisa dimiliki oleh publik) beserta produk
derivatifnya. Selain itu akan dibahas juga mengenai kewajiban (utang) jangka
panjang. Sebuah perusahaan yang akan go public dimana perusahaan tersebut
melakukan initial public offering (IPO) sahamnya melalui perusahaan sekuritas
yang menjadi penjamin emisi dan melalui agen-agen penjual yang ditunjuk.
Investor bisa melakukan pembelian dengan memesan melalui penjamin emisi
ataupun agen penjual. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya saham-saham
pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua.

Kegiatan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana disebut IPO
(Initial Public Offering). Dalam rangka IPO, ada yang disebut dengan prospektus
yaitu salah satu media informasi yang digunakan untuk penyebaran informasi ke
masyarakat. Menurut UUPM No. 8/1995, “prospektus adalah setiap informasi
tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain
membeli efek”.

1
Perusahaan yang memutuskan untuk menjual sahamnya ke masyarakat memiliki
beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan di samping manfaat
yang diperoleh. Dengan melakukan penawaran umum berarti perusahaan dituntut
untuk lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik
pemasukan maupun pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk perusahaan yang go public, tuntutan untuk meningkatkan pertumbuhan
perusahaan akan semakin kuat karena pemilik menginginkan keuntungan yang
semakin meningkat juga sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya dividen
yang akan dibagikan. Selain itu, dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
bagus, citra perusahaan akan meningkat sehingga harga saham di pasar sekunder
juga akan semakin meningkat.
Di samping konsekuensi di atas, perusahaan yang go public juga akan menerima
manfaat. Dengan melakukan penawaran umum (saham), perusahaan akan
memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus jika dibandingkan
dengan perolehan dana melalui pinjaman di lembaga keuangan. Proses go public
juga relatif lebih mudah dan biayanya juga relative lebih murah. Konsekuensinya
adalah kerelaan untuk memberikan kepemilikan perusahaannya kepada masyarakat
luas.
Dana hasil penawaran umum biasanya digunakan untuk melakukan ekspansi,
memperbaiki struktur permodalan, atau untuk melakukan divestasi. Melalui go
public, emiten sebagai penerbit saham akan dikenal oleh masyarakat, sehingga
proses ini bisa dianggap promosi tidak langsung bagi perusahaan maupun bagi
produk dan jasa yang dihasilkannya.
Penawaran umum dilakukan di pasar perdana atau disebut dengan periode pasar
perdana di mana efek ditawarkan kepada masyarakat pemodal oleh penjamin emisi
melalui para agen penjual yang sudah ditunjuk. Masyarakat bisa memulai membeli
saham yang ditawarkan pada harga perdana yang sudah ditetapkan. Harga perdana
ini merupakan harga kesepakatan antara penjamin emisi (lead underwriters) dan
calon emiten dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, seperti permintaan

2
masyarakat pemodal, kebutuhan emiten, pesaing dalam indutri yang sama dan lain-
lain.
Untuk tahap berikutnya emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa efek dengan
mengajukan pendaftaran, sebagai kelanjutan dari kontrak pendahuluan yang telah
dilakukan sebelumnya. Setelah pencatatan saham di bursa efek, maka perdagangan
di pasar sekunder bisa dimulai, dan saham tersebut dapat mulai ditransaksikan.
Pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO (first issue)
jumlahnya sekitar 10%-40%. Saham inilah yang dicatatkan di bursa efek (listed),
sedangkan sisanya masih pemilik pendiri/pemegang saham lama.
Setelah masuk ke bursa efek, maka harga saham akan ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Pada saat permintaan
meningkat, maka harga saham cenderung naik, sebaliknya penawaran saham
meningkat,

Biasanya perusahaan tersebut akan merekrut seorang bankir investasi untuk


menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu
menulis prospektus. Pada umumnya jumlah saham yang di dapatkan biasanya
cenderung lebih sedikit dari pesanan. Hal ini karena minat investor untuk membeli
saham saat IPO biasanya sangat besar sehingga dilakukan penjatahan. Pada saat
IPO, perusahaan bisa juga memberikan “pemanis” untuk lebih menarik minat
investor dengan menambahkan produk derivatif yaitu warrant. Serta pilihan-
pilihan lain para investor untuk melakukan invetasi melalui penerbitan kewajiban
jangka panjang biasanya terkait dengan protective covenant, sinking fund, call
provision, dan bond refunding.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penerbitan
sekuritas ekuitas (saham, right, warrant) khususnya terkait dengan Initial Public
Offering (IPO), Secondary Public Offering (SPO), right, dan warrant serta
kewajiban jangka panjang yang terkait dengan positive covenants, sinking fund, call
provision, dan bond refunding.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerbitan Sekuritas Ekuitas (Saham, Right, Warrant)


2.1.1 Initial Public Offering (IPO)
a. Pengertian Initial Public Offering
Initial public offering (IPO) adalah penjualan pertama saham umum sebuah
perusahaan kepada investor umum. Menurut UU No. 8 Tahun 1995,
penawaran umum (emisi/go public/initial public offering) adalah kegiatan
penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tatacara yang diatur dalam undang-undang Pasar
Modal dan peraturan pelaksanaannya. Perusahaan tersebut akan
menerbitkan hanya saham-saham pertama, namun bisa juga menawarkan
saham kedua. Biasanya perusahaan tersebut akan merekrut seorang bankir
investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara
korporat untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur oleh
pihak berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan, sebuah bursa
saham. Biasanya menjadi sebuah persyaratan untuk mengungkapkan
kondisi keuangan dan prospek sebuah perusahaan kepada para investor.
Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat
tinggi ketika perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena
informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor.
Ketika perusahaan melakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan
informasi dari prospektus. Menurut Rao (1993) dalam Teoh et al. (1998a)
tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang
sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas
Pasar Modal. Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO, memaksa
investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber
informasi mengenai perusahaan. Padahal prospektus hanya menyediakan
laporan keuangan selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non

4
keuangan (Teoh et al. 1998a). Kondisi ini memberikan kesempatan bagi
manajemen untuk melakukan manajemen laba supaya meningkatkan
kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan tinggi pada saat
IPO.
b. Manfaat Penawaran Umum
Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat
diperoleh perusahaan, di antaranya :
 Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Dana untuk pengembangan, baik untuk penarnbahan modal kerja
rnaupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi
kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala
pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan melalui hasil
penjualan saham kepada publik. Dengan cara ini, perusahaan dapat
memperoleh dana dalam jumlah yang besar dan diterima sekaligus
dengan costoffund yang relatif lebih kecil dibandingkan perolehan dana
melalui perbankan. Selain itu di masa mendatang, dengan telah menjadi
perusahaan publik, perusahaan juga dapat melakukan secondary
offering tanpa batas.
 Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha
Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh
banyak competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa
yang akan datang melalui penjualan saham kepada publik perusahaan
berkesernpatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok
(supplier) dan pernbeli (buyer) untuk turut rnenjadi pemegang saham
perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan terjadi tidak hanya
sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang
lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan
karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan
komitmen yang lebih tinggi untuk turut serta membantu pengembangan
perusahaan di masa depan.
 Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain

5
Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu
cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengernbangan
skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan
di bursa rnemiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi
perusahaan publik yang saharnnya diperdagangkan di bursa,
pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih rnudah dilakukan
yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger
atau akuisisi tersbut.
 Peningkatan Kemarnpuan Going Concern
Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kernampuan untuk
tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun terrnasuk dalam kondisi yang
dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya
kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di
antara para pernegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya
perubahan dinamika pasar yang dapat rnempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk tetap dapat bertahan di bidang usahanya. Dengan
menjadi perusahaan publik, kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya akan jauh lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan tertutup.
 Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian
media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan
tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat
meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan
memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan.
Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil
menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya
diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan banyak
perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan
pengalaman historis yang lama.
 Meningkatkan Nilai Perusahaan

6
Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di
Bursa, setiap saat dapat diperoleh evaluasi terhadap nilai perusahaan.
Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya
akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada
akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
c. Tujuan Penawaran Umum
Tujuan dari Penawaran Umum yang dilakukan oleh perusahaan adalah :
 Perluasan usaha
 Memperbaiki atau mengoptimalkan struktur keuangan dan permodalan
 Menimbulkan rasa kepemilikan (sense of belonging) dari stakeholder
 Menjaga kelangsungan usaha dari kemungkinan perpecahan antar
founders
 Meningkatkan produktivitas karyawan
 Meningkatkan profesionalisme manajemen
 Meningkatkan company image dan company value
d. Konsekuensi Penawaran Umum
Perusahaan yang memutuskan untuk menjual sahamnya ke masyarakat
memiliki beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan di
samping manfaat yang diperoleh. Dengan melakukan penawaran umum
berarti perusahaan dituntut untuk lebih terbuka dan harus mengikuti
peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik pemasukan maupun
pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Berbagi Kepemilikan
Hal ini dapat diartikan bahwa prosentase kepemilikan akan berkurang.
Banyak perusahaan yang hendak go public/merasa enggan karena
khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal
ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang
dipersyaratkan untuk dijual kepada publik rnelalui proses Penawaran
Umum (Initia Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan

7
pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali
perusahaan.
 Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku
Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan, namun semua
ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan mernbantu perusahaan
untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang.
Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu
khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup
banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk
membantu.
e. Proses Penawaran Umum
Pasar saham bisa dibedakan menjadi Pasar Perdana dan Pasar Sekunder.
Pada saat IPO yang terjadi adalah Pasar Perdana seperti terlihat pada skema
di bawah ini.

efek PENJAMIN EMISI efek

EMITEN INVESTOR
dana AGEN PENJUAL dana

Pasar Perdana

 Tahap sebelum emisi


Tahap ini merupakan tahap awal atau tahap persiapan. Pada tahap inilah suatu
perusahaan yang akan melakukan penawaran umum mempersiapkan diri
dengan melengkapi semua persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi atas
rencana penawaran umum tersebut.
Tahap ini dibagi dua yaitu tahap persiapan intern perusahaan dan tahap proses
di Bapepam.
a. Persiapan Intern Perusahaan
Menurut Isandar Z. Alwi (2003), hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan
dalam tahap ini antara lain:

8
1. Manajemen perusahaan harus membuat dan memutuskan rencana untuk
memperoleh dana melalui public.

2. Rencana ini harus diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham


(RUPS) dan harus disetujui oleh RUPS tersebut.

3. Perusahaan yang bersangkutan harus melibatkan lembaga-lembaga


pendukung pasar modal untuk membantu mereka dalam penyediaan
dokumen-dokumen yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut:

a) Penjamin Emisi (Underwriter), merupakan pihak yang paling


banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka
penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara
lain menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan
prospectus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.

b) Auditor Independen, bertugas untuk melakukan audit atau


pemeriksaan atas Laporan Keuangan calon emiten.

c) Penilai, bertugas untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap


perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.

d) Konsultan Hukum, bertugas untuk memberikan pendapat dari segi


hukum.

e) Notaris, bertugas untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran


Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum,
dan juga notulen-notulen rapat.

4. Mempersiapkan semua dokumen dalam rangka penawaran umum.


5. Melakukan konfirmasi dengan agen penjual oleh penjamin emisi.
6. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa efek.
7. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan
rencana penawaran umum.
8. Mengumumkan kepada public.
9. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya ke Bapepam.
b. Registrasi di Bapepam
Adapun hal-hal yang harus dilakukan perusahaan pada tahap ini, antara lain:
1. Menyampaikan pernyataan pendaftaran dengan memenuhi semua
persyaratan yang terkait dengan penawaran umum.
2. Setelah Bapepam menerima dokumen pendaftaran awal ini maka
Bapepam melakukan penelaahan atas kelengkapan dokumen tersebut,

9
khususnya menyangkut aspek hukum, keuangan, dan aspek keterbukaan
lainnya. Kemudian Bapepam akan memberikan tanggapan atas
dokumen pendaftaran tersebut dalam waktu 45 hari.
3. Setelah Bapepam memberikan pernyataan efektif atas pendaftaran
tersebut maka perusahaan dimaksud dapat mempersiapkan langkah-
langkah penawaran lebih lanjut dengan menyusun jadwal penawaran
umum.

 Tahapan Saat Emisi

Menurut Irsan Nasarudin dan Indra Surya (2003), hal-hal yang dilakukan oleh
suatu perusahaan yang go public dalam tahap ini antara lain:
a. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di pasar primer.

b. Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten di


pasar primer.

c. Penyerahan efek kepada pemodal di pasar primer.

d. Emiten mencatatkan efeknya di pasar sekunder (Bursa).

e. Perdagangan efek di pasar sekunder (Bursa).

Tahap ini merupakan masa dilakukannya penawaran umum hingga saham-


saham yang telah ditawarkan akan dicatat di Bursa.
a. Tahap di Pasar Perdana (Primary Market)
Primary market atau pasar perdana ini adalah masa dilakukannya penawaran
umum dimana penjamin emisi melakukan penawaran saham baik secara
sendiri maupun bersama dengan agen penjual. Dalam periode ini, penjamin
emisi dan sindikasi melakukan promosi kepada calon pemodal (public
expose). Setelah masa promosi ini, akan diikuti dengan penjualan dan
penjatahan saham kepada masyarakat yang membeli saham. Bagi
masyarakat atau pemodal yang mendapatkan penjatahan tersebut, penjamin
emisi harus menyerahkan sahamnya sesuai dengan jadwal penyerahan yang
ditetapkan.
b. Tahap di Pasar Sekunder (Secondary Market)
Tahap pasar sekunder adalah masa pencatatan saham di Bursa dan sekaligus
saham tersebut diperdagangkan. Pada masa ini para pemilik saham yang
telah membeli saham di pasar perdana dapat memperjualbelikan sahamnya
dengan mekanisme perdagangan yang berlaku di Bursa. Pemilik saham atau
pemodal dapat melakukan jual atau beli atas saham yang dimilikinya

10
melalui perusahaan efek yang bergerak sebagai perantara pedagang efek
atau pialang saham. Pada secondary market ini menjadi menarik karena
saham perusahaan yang dijual oleh emiten tersebut akan diuji apakah saham
ini memiliki prospek atau kinerja bagus atau tidak. Suatu saham yang
memiliki kinerja baik, maka harga sahamnya akan memiliki kecenderungan
naik karena diminati oleh pemodal. Sebaliknya, saham yang kurang baik
akan memiliki kecenderungan harga menurun.

 Tahapan setelah emisi


a. Menyerahkan laporan hasil Penawaran Umum ke BAPEPAM maksimal 5
hari kerja setelah tanggal penjatahan Jangka waktu efektifnya pernyataan
pendaftaran sampai dengan disampaikannya laporan hasil Penawaran
Umum kepada BAPEPAM maksimal 15 hari kerja
b. Menyampaikan laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan
tengah tahunan
c. Menyampaikan laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi dan
pergantian direksi.

Persiapan go public
Untuk dapat memasarkan saham yang akan dilakukan dalam
penawaran umum, sebelumnya perusahaan harus mengajukan
pernyataan pendaftaran go public kepada Bapepam. Bapepam akan
menanggapi pernyataan pendaftaran ini dalam waktu 45 hari. Jika dalam
waktu 45 hari tersebut tidak ada tanggapan yang disampaikan oleh
Bapepam, maka pendaftaran dinyatakan efektif.
UUPM No. 8/1995 pasal 70 menyatakan :
1. Yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang
telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam
untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan
pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi


pihak yang melakukan :

a) penawaran efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak


lebih dari satu tahun.
b) Penerbitan sertifikat deposito.
c) Penerbitan polis asuransi.

11
d) Penawaran efek yang diterbitkan dan dijamin pemerintah
Indonesia, atau
e) Penawaran efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam.

Sedangkan pasal 74 berbunyi :


1. Pernyataan pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 sejak
diterimanya pernyataan pendaftaran secara lengkap atau pada
tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.
2. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Bapepam dapat meminta perubahan dan atau tambahan informasi
dari emiten atau perusahaan publik.

Selama pengajuan pernyataan pendaftaran go public ke Bapepam,


perusahaan dapat melakukan pemasaran atau public expose kepada
masyarakat. Dalam public expose ini, perusahaan mengundang calon
investor yang dianggap potensial. Perusahaan perlu menjelaskan tentang
pertumbuhan perusahaan, prospek ke depan, serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan perusahaan yang pada intinya berusaha menarik
masyarakat untuk bersedia menanamkan modalnya.

Dokumen utama sehubungan dengan go public :


1. Akuntan : Laporan keuangan dan Audit opinion
2. Konsultan hukum : Dokumen legal audit dan Legal opinion
3. Penilai (appraisal) : Hasil penilaian
4. Notaris : Perubahan-perubahan Anggaran Dasar dan Pengesahan-
pengesahan perjanjian

12
13
Proses dan Tahapan Go Public
Setelah pemasaran dilakukan serta pernyataan pendaftaran
dinyatakan efektif oleh Bapepam, maka perusahaan bisa melakukan go
public. Penawaran umum ini dilakukan di pasar perdana atau sering
disebut dengan periode pasar perdana di mana efek ditawarkan kepada
masyarakat pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual
yang sudah ditunjuk. Masyarakat bisa mulai membeli saham yang
ditawarkan pada harga perdana yang sudah ditetapkan. Harga perdana
ini merupakan harga kesepakatan antara penjamin emisi (lead
underwriters) dan calon emiten dengan mempertimbangkan faktor-
faktor tertentu, seperti permintaan masyarakat pemodal, kebutuhan
emiten, pesaing dalam industri yang sama, dan lain-lain.

Proses lain yang perlu diperhatikan adalah adanya penjatahan


saham. Hal ini untuk menghindari kekecewaan dari masyarakat karena
tidak mendapatkan saham yang diinginkannya. Untuk menjamin prinsip
keadilan, dilakukan penjatahan, sehingga alokasi efek pesanan dari
masyarakat pemodal akan disesuaikan dengan jumlah efek yang

14
tersedia. Penjatahan ini dilakukan oleh sindikasi penjamin emisi dan
emiten. Setelah itu, efek bisa diserahkan kepada pemodal.

Untuk tahap berikutnya, emiten dapat mencatatkan sahamnya di


bursa efek dengan mengajukan pendaftaran, sebagai kelanjutan dari
kontrak pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah
pencatatan saham-saham emiten di bursa efek, maka perdagangan di
pasar sekunder bisa dimulai, dan saham tersebut dapat mulai
ditransaksikan.

Hal lain yang perlu diperhatikan setelah melakukan emisi saham


adalah masalah pelaporan. Pelaporan di sini menyangkut laporan
tahunan maupun laporan tengah tahun. Di samping itu juga kejadian-
kejadian yang bersifat materiil juga perlu dipublikasikan atau
diinformasikan kepada masyarakat.

Pencatatan saham yang ditawarkan kepada public pada saat IPO


(first issue) jumlahnya sekitar 10%-40%. Saham inilah yang dicatatkan
di bursa efek (listed), sedangkan sisanya masih milik pendiri/pemegang
saham lama. Selama belum dicatatkan, saham ini belum bisa
diperdagangkan di bursa. Pencatatan saham bisa pada satu bursa yang
disebut dengan single listing atau bisa pada dua bursa yang disebut
dengan dual listing.

Untuk selanjutnya, jika sisa saham ini kemudian dicatatkan di bursa


sekaligus, maka cara ini disebut dengan company listing. Sedangkan jika
sisa saham dicatatkan secara sebagian-sebagian (partial), cara ini
disebut dengan partial listing.

Menurut Peraturan No. I-A Kep-305/BEJ/07-2004 tentang


Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang
Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat, untuk dapat mencatatkan
sahamnya di bursa baik di Papan Utama maupun di Papan
Pengembangan, Calon Perusahaan Tercatat wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
b. Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam telah
menjadi efektif.
c. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari
jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu

15
melalui RUPS sebelum Pencatatan dan mulai efektif bertindak
sebagai Komisaris Independen setelah saham perusahaan tersebut
tercatat.
d. Memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya 1 orang dari
jajaran anggota Direksi yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui
RUPS sebelum Pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai
Direktur tidak terafiliasi setelah saham perusahaan tersebut tercatat.
e. Memiliki Komite Audit atau bagi Calon Perusahaan Tercatat yang
belum memiliki Komite Audit wajib membuat pernyataan untuk
membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah perusahaan
tersebut tercatat.
f. Memiliki Sekretaris Perusahaan.
g. Nilai nominal saham Calon Perusahaan Tercatat sekurang-
kurangnya Rp 100.
h. Direksi dan Komisaris Calon Perusahaan Tercatat harus memiliki
reputasi baik, yang harus dapat dibuktikan.

Persyaratan Pencatatan di Papan Utama


a. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana
paragraf di atas.
b. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business)
yang sama sekurang-kurangnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan
berturut-turut.
c. Laporan Keuangan Calon Perusahaan Tercatat telah diaudit
sekurang-kurangnya 3 tahun buku terakhir, dengan ketentuan
Laporan Keuangan Auditan 2 tahun buku terakhir dan Laporan
Keuangan Auditan Interim terakhir (jika ada) memperoleh pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
d. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aset
Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp
100.000.000.000 (seratus miliar)
e. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan
merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders)
setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di
Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik yang belum tercatat di
Bursa Efek lain dalam periode 5 Hari Bursa sebelum permohonan
Pencatatan sekurang-kurangnya 100.000.000 saham atau sekurang-
kurangnya 35% dari modal disetor, mana yang lebih kecil.

16
f. Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 pemegang saham
yang memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek.

Persyaratan Pencatatan di Papan Pengembangan


a. Memenuhi persyaratan umum pencatatan saham sebagaimana
paragraf di atas.
b. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business)
yang sama sekurang-kurangnya selama 12 bulan berturut-turut.
c. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang mencakup
sekurang-kurangnya 12 bulan dan Laporan Keuangan Auditan
Interim terakhir (jika ada) memperoleh pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
d. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aset
Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp
5.000.000.000 (lima miliar)
e. Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang mengalami rugi usaha atau
belum membukukan keuntungan atau beroperasi kurang dari 2
tahun, wajib :
 Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak tercatat
sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih berdasarkan
proyeksi keuangan yang akan diumumkan di Bursa
 Khusus bagi Calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam
bidang yang sesuai dengan sifat usahanya memerlukan waktu
yang cukup lama untuk mencapai titik impas, seperti
infrastruktur, perkebunan tanaman keras, atau bidang usaha lain
yang berkaitan dengan pelayanan umum), maka berdasarkan
proyeksi keuangan Calon Perusahaan Tercatat tersebut
selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-6 sejak tercatat
sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih.
f. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan
merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders)
setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di
Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik yang belum tercatat di
Bursa Efek lain dalam periode 5 Hari Bursa sebelum permohonan
Pencatatan sekurang-kurangnya 100.000.000 saham atau sekurang-
kurangnya 35% dari modal disetor, mana yang lebih kecil.
g. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 pemegang saham yang
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek.

17
Dalam perdagangan di bursa efek, nama perusahaan emiten tidak ditulis
secara lengkap, tetapi menggunakan kode yang terdiri dari 4 karakter
alfabetik. Kode ini disebut dengan ticker symbol. Karakter terakhir Q
digunakan untuk warrant, sedangkan karakter terakhir Z digunakan
untuk bukti right.

Setelah masuk ke bursa efek maka harga saham akan ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.

2.1.2 Secondary Public Offering (SPO)


Secondary Public Offering (SPO) adalah pasar sekunder dimana harga
berfluktuasi sesuai kekuatan pasar, dibebankan komisi untuk pembelian maupun
penjualan, pemesanan dilakukan melalui Anggota Burs, dan jangka waktu tidak
terbatas. Tahap secondary market merupakan tahap masa pencatatan saham di bursa
Efek dan sekaligus saham tersebut di perdagangkan. Pada masa ini para pemilik
saham yang telah membeli saham di pasar perdana dapat memperjualbelikan
sahamnya dengan mekanisme perdagangan yang berlaku di Bursa Efek. Pemilik
saham atau pemodal dapat melakukan jual ataupun beli atas saham yang
dimilikinya melalui perusahaan efek yang bergerak sebagai perantara pedagang
efek atau pialang saham. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Saham perusahaan yang dijual oleh emiten tersebut akan diuji apakah saham ini
memiliki prospek atau kinerja bagus atau tidak. Suatu saham yang memiliki kinerja
baik, maka harga sahamnya akan memiliki kecenderungan naik karena diminati
oleh pemodal. Sebaliknya, saham kurang baik akan memiliki kecenderungan harga
menurun.
2.1.3 Right
Right dapat didefinisikan sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada

18
proporsi dan harga tertentu. Hak dalam right sering disebut sebagai preemptive
right, yaitu suatu hak untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang
saham lama di suatu perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.
Biasanya right muncul ketika emiten melakukan penawaran saham kedua (second
issue). Dampak jika pemegang saham tidak menggunakan preemptive right adalah
:
a. Dilusi (berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak
menggunakan haknya).
b. Mengurangi ROI (Return on Investment) dengan bertambahnya saham
beredar.
c. Mengecilnya DPS (Dividend Per Share) karena harus dibagikan kepada
pemegang saham.
Harga saham yang ditentukan dalam right untuk membeli saham baru dengan
proporsi sesuai ketentuan, harganya ditentukan sama dengan atau di atas nilai
nominal saham tapi nilai nominal saham tetap di bawah harga pasar. Harga
penebusan saham baru ini disebut dengan exercise price atau subscription price.
Dalam kaitannya dengan right, ada istilah right issue, yang didefinisikan sebagai
kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka
penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Untuk penerbitan hak memesan efek
terlebih dahulu dibutuhkan persetujuan dari pemegang saham mayoritas. Right
issue ini pun harus mendapatkan persetujuan efektif dari Bapepam.
Rumus untuk menghitung harga teoritis rights :
Pr = Ps − Pe
Pr = harga teoritis right
Ps = harga teoritis saham ex right
Pe = harga saham baru (harga tebus right)
Dengan adanya right issue akan terjadi penambahan saham baru yang akan
menyebabkan adanya dilusi kepemilikan saham. Untuk menghitung harga teoritis
saham sesudah right issue digunakan rumus berikut :
RR. Pc + PE
Ps =
RR + 1

19
Ps = harga teoritis saham ex right
Pc = harga penutupan saham pada cum-right
RR = rasio rights issue
PE = exercise price (harga penebusan rights)
Periode perdagangan right tidak selamanya, melainkan hanya sementara saja.
Biasanya antara 5 hingga 10 hari bursa. Dengan sifatnya yang berupa hak ada
beberapa keistimewaan dan keuntungan yang bisa diperoleh investor dengan right.
Investor yang menjadi pemegang saham lama memiliki hak istimewa untuk
membeli saham baru pada harga yang telah ditetapkan dengan menukarkan right
yang dimilikinya. Hak istimewa tersebut memungkinkan investor untuk
memperoleh keuntungan dengan membeli saham baru dengan harga yang lebih
murah.
Contoh :
Emiten ABC melakukan right issue dengan harga Rp. 1.500 per lembar. Right
dari saham itu dijual pada harga Rp. 200. Itu artinya bagi pemegang saham lama
untuk dapat membeli saham baru emiten senilai Rp. 1.500, dia harus menebus
right (yang menjadi hak untuk membeli saham) senilai Rp. 200 per saham.
Dengan demikian modal yang dikeluarkan investor untuk membeli saham baru
emiten itu adalah Rp. 1.700 per saham. Kalau pada saat pelaksanaan harga
saham di pasar naik menjadi Rp. 2.000 per saham, berarti pemegang saham
sudah menikmati keuntungan sebesar Rp. 300 per saham.
Di samping memiliki keuntungan, right juga memiliki risiko. Salah satu contoh
risiko yang sering terjadi adalah apabila harga saham pada periode pelaksanaan atau
yang biasa disebut dengan exercise date lebih rendah. Dalam kondisi ini dengan
sendirinya investor tidak akan mengkonversikan right tersebut, sementara itu
investor akan mengalami kerugian atas harga beli right. Misalkan seorang investor
membeli right di pasar sekunder pada harga Rp. 200 dengan harga pelaksanaan Rp.
1.500. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham turun menjadi Rp. 1.200
per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan menukarkan right yang
dimilikinya, karena jika dia melakukannya, maka dia harus membayar Rp. 1.700
(Rp. 1.500 harga pelaksanaan + Rp. 200 harga right). Sebagai konsekuensi tidak

20
dilakukannya penukaran saham tersebut akan terjadi dilusi pada kepemilikan saham
investor. Dilusi atau berkurangnya kepemilikan saham investor itu akan terjadi
secara proporsional. Misalnya emiten yang melakukan right issue itu sebelumnya
memiliki saham sebanyak 200 juta. Ketika emiten itu mengeluarkan right issue
dengan perbandingan (rasio) 1:1 artinya setelah right issue saham emiten itu akan
bertambah jumlahnya menjadi 400 juta lembar saham. Dengan kata lain tiap satu
pemegang saham lama akan diberi hak untuk membeli 1 saham baru. Kalau
kemudian right tidak ditebus oleh pemegang saham lama (yang mendapatkan hak
untuk membeli terlebih dulu), dengan sendirinya jumlah kepemilikan sahamnya
akan terpangkas (dilusi) sebesar 50 persen. Artinya jika sebelum right issue seorang
investor memiliki 1 juta saham, maka setelah right issue jumlah sahamnya tinggal
500 ribu lembar saja.
2.1.4 Warrant
Waran adalah hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah
ditetapkan pada waktu yang telah ditetapkan pula. Waran biasanya melekat sebagai
daya tarik (swetener) pada penawaran umum saham perdana (IPO) ataupun
obligasi. Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar saham.
Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat
diperdagangkan secara terpisah. Periode perdagangan waran sekitar 3 - 5 tahun.
Waran merupakan suatu pilihan (option), di mana pemilik waran mepunyai pilihan
untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat
menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh
emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan di pasar
sekunder. Untuk menghitung harga suatu waran digunakan rumus berikut :
Pw = Ps − Pe
Pw = harga/nilai fundamental suatu waran
Ps = harga pasar yang berlaku pada saham biasa yang terkait dengan waran.
Pe = exersice price waran untuk penebusan saham.
Yang menjadi keistimewaan waran ini antara lain :
a. Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan
harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut di pasar sekunder dengan

21
cara menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan
tersebut melebihi harga pelaksanaan. Misalnya seorang investor membeli
waran pada harga Rp. 200,- per lembar dengan harga pelaksanaan Rp.
1.500,-. Kalau pada saat tanggal pelaksanaan (penukaran waran menjadi
saham), harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp. 1.800,- per saham,
maka investor dapat dikatakan hanya membeli saham perusahaan tersebut
dengan harga hanya Rp. 1.700 (Rp. 1.500,- + Rp. 200,-). Jelas hal itu sangat
menguntungkan membeli saham secara langsung di pasar sekunder yang
harganya Rp. 1.800,- per saham.
b. Karena sifatnya yang bisa diperdagangkan itu waran ini juga memberikan
keuntungan berupa capital gain. Karakteristik yang demikian itu sekaligus
juga menjadi faktor yang merugikan bagi investor apabila harga waran jatuh
dari harga belinya. Begitu pula apabila harga saham pada periode
pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaan, maka
investor akan mengalami kerugian atas harga beli waran.
Misalnya investor membeli waran seharga Rp. 200,- dengan harga
pelaksanaan Rp. 1.500,-. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham
turun menjadi Rp. 1.200,- per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan
menukarkan waran yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya, maka ia
harus membayar Rp. 1.700,- (Rp. 1.500,- harga pelaksanaan + Rp. 200,-
harga waran). Oleh karena itu investor akan mengalami kerugian sebesar
harga pembelian waran Rp. 200,-.
Sesuai dengan peraturan Bapepam, jumlah waran yang diterbitkan dan waran
yang telah beredar tidak melebihi 15% dari modal disetor pada saat waran
diterbitkan.
Proses penebusan waran akan mengakibatkan peningkatan jumlah saham yang
diterbitkan, sehingga akan terjadi dilusi persentase kepemilikan saham. Harga
teoritis saham setelah redemption waran dapat dihitung sebagai berikut :
Ss. Pc + WR. PE
Ps =
S + WR
Ps = harga teoritis saham yang baru sesudah redemption waran

22
Ss = jumlah saham sebelum terjadinya redemption waran
Pc = harga penutupan yang tersedia pada saat terjadinya redemption waran
PE = exercise price waran
WR = banyaknya saham biasa yang ditebus dengan waran

2.2 Kewajiban Jangka Panjang

Salah satu sumber modal jangka panjang adalah obligasi. Obligasi diterbitkan
oleh perusahaan, disebarluaskan, ditawarkan kepada publik dan dibeli oleh beragam
investor. Dengan membeli obligasi artinya antara perusahaan dan investor yang
membeli obligasi terdapat perjanjian bahwa perusahaan akan melakukan
pembayaran atas pokok pinjaman beserta bunganya (bisa berbentuk fixed rate atau
floated rate), pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi. Perjanjian inilah
yang disebut indenture, yang didalamnya memuat hak dan kewajiban baik
pemegang saham atau perusahaan. Tebal indenture bisa beratus halaman, memuat
berbagai hal seperti mengatur kemungkinan pelunasan obligasi sebelum jatuh
tempo, tingkat rasio kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dalam tiap
tahunnya (Times Interest Earned/TIE ratio) yang harus dipertahankan jika
perusahaan menjual obligasi tambahan, dan pembatasan pembayaran deviden jika
laba tidak mencapai jumlah tertentu.
Terdapat banyak dimensi lain dari kewajiban (utang) jangka panjang, termasuk
hal-hal seperti jaminan, karakteristik penebusan kembali (call), dana pelunasan
(sinking fund), peringkat, dan perjanjian perlindungan (protective covenant).
Karakterisik-karakterisitik tersebut dirinci di dalam perjanjian obligasi (indenture).
Biasanya, suatu pengawas keuangan (trustee) misalnya sebuah bank, ditunjuk oleh
perusahaan untuk mewakili para pemegang obligasi. Perusahaan pengawas harus :
a. Memastikan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian telah dipatuhi.
b. Mengelola dana pelunasan
c. Mewakili pemegang obligasi dalam kegagalan pembayaran yakni jika
perusahaan gagal bayar.

23
Indenture obligasi adalah dokumen legal yang biasanya memuat persyaratan-
persyaratan berikut :
a. Persyaratan dasar obligasi
b. Jumlah total emisi obligasi
c. Uraian tentang harta yang digunakan sebagai jaminan
d. Kesepakatan pelunasan
e. Rincian perjanjian perlindungan

2.2.1 Protective Covenant (Akad-akad obligasi)


Protective covenant adalah bagian dari indenture atau perjanjian pinjaman yang
membatasi tindakan-tindakan tertentu yang mungkin akan diambil oleh perusahaan
selama jangka waktu pinjaman. Protective covenant dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Positif covenant
Positif covenant adalah jenis janji “Anda dilarang”. Janji ini membatasi atau
melarang tindakan-tindakan yang mungkin diambil oleh perusahaan.
Berikut adalah contoh umum di antaranya :
 Perusahaan harus membatasi jumlah dividen yang dibayarkan menurut
suatu rumus tertentu.
 Perusahaan tidak dapat menjaminkan asetnya kepada pemberi pinjaman
lain.
 Perusahaan tidak dapat bergabung dengan perusahaan lain.
 Perusahaan tidak dapat menjual atau menyewakan semua asset utama
tanpa persetujuan dari pemberi pinjaman.
 Perusahaan tidak dapat menerbitkan utang jangka panjang tambahan.
b. Negatif covenant
Negatif covenant adalah jenis perjanjian “Anda harus”. Janji ini
menyebutkan satu tindakan yang oleh perusahaan disetujui untuk diambil
atau suatu persyaratan yang harus dipatuhi oleh perusahaan. Berikut
beberapa contohnya :
 Perusahaan harus menjaga modal kerjanya pada atau di atas suatu
tingkat minimum yang telah ditentukan.

24
 Perusahaan harus memberikan laporan keuangan yang telah diaudit
kepada pemberi pinjaman secara berkala.
 Perusahaan harus menjaga semua agunan atau jaminan dalam kondisi
yang baik.
Beberapa contoh di atas hanya sebagian daftar covenant. Suatu indenture
tertentu mungkin memiliki banyak janji yang berbeda.

2.2.2 Sinking Fund (Dana Pelunasan)


Secara umum metode pembayaran hutang yang dikenal saat ini adalah metode
sinking fund, yaitu pembayaran hutang yang dilakukan secara berkala dengan
jumlah tertentu ke dalam suatu dana yang disebut dana pelunasan sinking fund.
Metode sinking fund pada dasarnya sama saja dengan metode amortisasi, bedanya
adalah pembayaran oleh debitur kepada kreditur dilakukan satu kali, pada ujung
periode berlakunya hutang. Dengan metode ini, kreditur tidak membuatkan
angsuran cicilan kepada debitur melainkan menerima dana pengembalian sesuai
dengan suku bunga yang disepakati, sehingga dalam banyak kasus, debitur akan
membuat suatu alokasi dana pribadi yang dapat dicicilnya setiap interval waktu
tertentu dengan harapan pada ujung periode hutangnya, dana pelunasan telah
tersedia.
Pasar Modal kita umumnya menawarkan obligasi dengan tingkat bunga tertentu
yang nilainya sedikit lebih besar dari tingkat bunga yang ditetapkan Bank Indonesia
atau yang berlaku umum tergantung perjanjian perwaliamanatan. Adanya
kecenderungan gagal bayar pada saat jatuh tempo oleh Emiten penerbit obligasi
kepada pemegang obligasi, umumnya terjadi karena belum adanya ketentuan yang
mewajibkan pembentukan dana cadangan dalam rangka memenuhi kewajiban
pokok pinjaman dan pembayaran bunga yang dikelola tersendiri dalam akun khusus
pada sisi aktiva. Pembentukan dana cadangan dalam upaya menanggulangi
kesulitan likuiditas perusahaan saat jatuh tempo obligasi kita kenal sebagai sinking
fund. Pencadangan dana tersebut dapat digunakan pada saat pelunasan pokok
pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo obligasi maupun pada saat penarikan

25
kembali obligasi yang beredar dengan cara membeli kembali obligasi yang beredar
di Bursa. Sinking fund umumnya diawasi pengelolaannya oleh Wali Amanat.
Sinking fund digunakan untuk menentukan jumlah uang yang harus ditabung
setiap periode untuk mencapai sejumlah uang yang diinginkan pada nilai periode
yang akan datang. Jumlah uang pada nilai periode ini merupakan akumulasi
pembayaran tetap setiap periode selama waktu yang diinginkan, misalnya 5 tahun
atau 10 tahun. Dengan demikian kita dapat mengetahui jumlah uang yang ditabung
di bank setiap tahunnya dengan tingkat bunga tertentu untuk mencapai jumlah yang
diinginkan pada akhir tahun ke-5.
Boardman dan McEnally (1981) dalam Foster (1986) membuat model
penelitian untuk menguji faktor penentu harga dan return obligasi pada tiap
kategori rating secara time series. Ia menggunakan salah satu variabel independen
yaitu ada tidaknya sinking fund pada penerbitan obligasi. Hasilnya menyatakan
bahwa obligasi berkualitas rendah (tidak menyediakan sinking fund) harga dan
return-nya kurang homogen dibanding yang berkualitas tinggi. Dalam hal ini bila
terdapat sinking fund maka peringkat obligasi akan semakin tinggi. Obligasi yang
memberikan penyisihan dana atau memberi ketetapan sinking fund pada saat
mengemisi dipandang relatif lebih aman dibanding obligasi tanpa adanya sinking
fund.
Terdapat berbagai jenis kesepakatan dana pelunasan di mana rinciannya akan
diuraikan di dalam indenture. Contohnya :
a. Beberapa dana pelunasan dimulai sekitar 10 tahun setelah penerbitan awal.
b. Beberapa dana pelunasan akan meminta pembayaran dengan jumlah yang
sama sepanjang umur obligasi.
c. Beberapa emisi obligasi berkualitas tinggi memiliki pembayaran kepada
dana pelunasan yang tidak mencukupi untuk menebus keseluruhan emisi.
Sebagai konsekuensinya, ada kemungkinan terdapat pembayaran yang
besar saat jatuh tempo.

26
2.2.3 Call Provision (Opsi Tarik)
Salah satu hal yang termuat dalam perjanjian obligasi tersebut adalah ada
tidaknya ketentuan penarikan (call provision/call feature), yaitu hak perusahaan
sebagai penerbit untuk menebus obligasinya sebelum waktu jatuh temponya.
Ketentuan penarikan tersebut biasanya menetapkan bahwa penerbit harus
membayar kepada investor/pemegang obligasi suatu jumlah yang lebi besar dari
pada nilai pari (nominal) obligasi jika obligasi tersebut ditarik. Jumlah tambahan
tersebut disebut sebagai premi penarikan/call premium.
Ketentuan penarikan sering kali tidak dioperasikan selama paruh pertama umur
suatu obligasi. Hal ini membuat para pemegang obligasi tidak perlu
mengkhawatirkan ketentuan penebusan dalam tahun-tahun pertama obligasi.
Contohnya, sebuah perusahaan mungkin melarang obligasinya ditebus selama 10
tahun pertama. Ini disebut ketentuan penebusan yang ditangguhkan (deffered call
provision). Selama periode pelarangan ini, obligasi tersebut dikatakan diproteksi
dari penebusan (call protected). Dalam beberapa tahun terakhir, ada satu jenis
ketentuan penebusan baru yang disebut penebusan “make-whole”, dengan
karakteristik penebusan ini pemegang obligasi akan menerima kurang lebih nilai
obligasi jika obligasi tersebut ditebus. Karena pemegang obligasi tidak mengalami
kerugian jika terjadi penebusan maka dikatakan sebagai “made whole” atau
“impas”.
Contoh soal:
PT Hijau Rindang mengeluarkan obligasi 20 tahun yang memiliki nilai pari
sebesar $100.000 bunga 10%. Obligasi tersebut dijual dengan harga 95%.
Empat tahun setelah obligasi dikeluarkan, perusahaan menarik obligasi tersebut
dengan call price sebesar $102.000 maka call premium obligasi tersebut adalah:
Call price = $102.000
Nilai pari = $100.000
Call premium = $ 2.000

27
Dengan kata lain, dalam kasus tersebut, call premium obligasi sebesar 2% (dari
102% - 100%) dari nilai nominal obligasi (2% x $100.000 = $2.000), dan call price
= nilai pari + call premium.

2.2.4 Bond Refunding (Mengganti Obligasi Lama dengan Obligasi Baru)

Jika manajemen memprediksi bahwa tingkat suku bunga di pasar modal


(market rate) obligasi sejenis di masa mendatang akan turun, maka perusahaan
akan mempertimbangkan untuk membeli kembali obligasi (buy back) yang tingkat
bunganya tinggi, dan menerbitkan obligasi dengan tingkat suku bunga yang lebih
rendah. Dalam hal ini disebut bahwa obligasi didanai ulang (refunded). Jadi, kapan
perusahaan perlu melakukan pendanaan ulang obligasinya tergantung dari
ekspektasi tingkat suku bunga di masa mendatang.
Keputusan pendanaan ulang menyangkut dua pertanyaan yang berbeda, yaitu
apakah menguntungkan untuk menarik obligasi yang sedang beredar pada periode
berjalan dan menggantinya dengan obligasi baru? dan jika bond refunding saat ini
menguntungkan, apakah tidak lebih baik/menguntungkan lagi jika pendanaan ulang
ditangguhkan dulu untuk sementara? Untuk menjawab pertanyaan tersebut pada
prinsipnya perusahaan menganalisis sama halnya pada saat mengkaji tentang
penganggaran barang modal (capital budgeting). Dengan melakukan bond
refunding artinya terdapat arus kas keluar. Biaya atas pendanaan ulang (sama
halnya dengan pengeluaran investasi, karena perusahaan mengeluarkan dana untuk
membeli kembali obligasi) terdiri atas:
a. Premi penarikan (call premium) yang dibayarkan pada pemegang obligasi
yang ditarik
b. Biaya penjualan obligasi baru
c. Bunga (coupon rate) yang harus dibayar ketika kedua obligasi sedang
sama-sama beredar (disebut sebagai overlap interest). Ada kalanya obligasi
baru dijual lebih dahulu sebelum dilakukan penarikan obligasi lama, ini
untuk memastikan ada/tersedia dana bagi membayar pokok pinjaman dari
obligasi lama

28
Seluruh pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan arus kas masuk, yang
dalam hal ini berupa penghematan biaya atas ditariknya obligasi lama.
Penghematan dapat terjadi karena ada selisih beban bunga antara obligasi lama dan
obligasi baru, serta amortisasi atas biaya-biaya terkait dengan kedua obligasi
tersebut. Penghematan biaya diperhitungkan setelah pajak. Penghematan biaya
yang terjadi setiap tahun (karena biaya bunga dibayarkan tiap tahun) kemudian
dipresent value-kan dengan menggunakan tingkat bunga obligasi baru sebagai
discount factor. Perusahaan lebih baik melakukan pendanaan ulang obligasi jika
nilai sekarang (present value) dari penghematan melebihi biaya pendanaan ulang.
Contoh Soal :
PT Artha Finance, Tbk pada tahun 2000 mengeluarkan 1.000 lembar obligasi
berumur 20 tahun dengan coupon rate 15% per tahun, nilai nominal Rp.
200.000/lembar dan laku dijual pada tingkat 98%. Pada saat emisi, perusahaan
mengeluarkan biaya emisi Rp. 10.000.000 dan akan diamortisasi dengan dasar garis
lurus selama umur obligasi. Pada tahun 2005, perusahaan mempertimbangkan
untuk menarik obligasi tersebut karena dalam beberapa tahun mendatang
diprediksikan obligasi sejenis memiliki market rate yang lebih rendah dibandingkan
obligasi yang dikeluarkan PT Artha Finance, Tbk.
Obligasi lama ditarik dengan call premium 10% (atau sebesar 10% x Rp. 200.000
= Rp. 20.000) per lembar obligasi. Untuk mengganti obligasi lama, perusahaan akan
mengeluarkan obligasi baru dengan nilai pari dan jumlah lembar yang dikeluarkan
sama dengan obligasi lama. Akan tetapi, tingkat bunga (coupon rate) obligasi baru
adalah 10% dengan umur 15 tahun (sisa umur obligasi lama). Biaya emisi atas
penerbitan obligasi baru sebesar Rp. 12.000.000.
Manajemen memperhitungkan proses penarikan obligasi lama membutuhkan
waktu 3 bulan, sehingga akan terjadi overlap interest selama 3 bulan. Tingkat pajak
perusahaan adalah 30%. Dengan informasi tersebut di atas, Anda diminta untuk
menganalisa apakah keputusan bond refunding menguntungkan bagi perusahaan
atau tidak.
Jawab :

29
Obligasi lama dijual pada kurs 98%, jadi diskon yang ditanggung perusahaan
adalah 2% atau sebesar 2% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr = Rp. 4.000.000. Biaya diskon
ini harus diamortisasi atau disusutkan selama umur obligasi supaya dapat diakui
sebagai biaya pada setiap tahunnya. Jadi pengakuan biaya diskon setiap tahun
adalah Rp. 4.000.000/20 th = Rp. 200.000/th.
Dengan cara yang sama, biaya emisi obligasi lama juga harus diamortisasi agar
setiap tahunnya dapat diperhitungkan besarnya biaya emisi yang dibebankan
pada tahun tersebut.
Untuk obligasi baru:
Amortisasi biaya emisi adalah = Rp. 12.000.000/15 thn = Rp. 800.000/thn.
Artinya setiap tahun (selama 15 tahun) perusahaan mengakui sebesar Rp.
800.000 sebagai biaya emisi. Dengan cara yang sama biaya diskon juga
diamortisasi = diskon Rp. 250 per lembar x 1.000 lbr = Rp. 250.000, sehingga
amortisasi per tahun adalah Rp 250.000/15 thn = Rp. 16.666.67. Jadi biaya
diskon per tahun yang dibebankan setiap tahun adalah Rp. 16.666,67.
Berikut tahap perhitungan kelayakan bond refunding.
a. Hitung arus kas keluar (Initial cash outlay)
 Biaya penarikan obligasi lama
Nominal obligasi lama Rp. 200.000 x 1.000 lbr = Rp. 200.000.000
Call premium 10% x Rp. 200.000.000 = Rp. 20.000.000
Call price = Rp. 220.000.000
 Biaya penerbitan obligasi baru = Rp. 12.000.000
 Interest Overlap
3/12 x 15% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr = Rp. 7.500.000
Arus kas keluar = Rp. 239.500.000
b. Hitung arus kas masuk/penghematan (Initial cash inflow)
Penjualan obligasi baru
(Rp. 200.000,00 - Rp. 250) x 1.000 lbr = Rp. 199.750.000
Penghematan pajak dari biaya-biaya:
 Call premium 10% x Rp. 200.000.000 = Rp. 20.000.000
 Amortisasi diskon (obligasi lama) = Rp. 3.000.000

30
15/20 x 2% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr
 Amortisasi biaya emisi (obligasi lama) = Rp. 7.500.000
15/20 x 2% x Rp. 10.000.000
 Interest overlap (obligasi lama) = Rp. 7.500.000
3/12 x 15% x Rp 200.000 x 1.000 lbr -
Total penghematan pajak = Rp. 38.000.000
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp. 11.400.000
Arus kas masuk = Rp. 211.150.000

c. Hitung arus kas keluar bersih (Net Initial Cash Outlay)


Arus kas keluar = Rp. 239.500.000
Arus kas masuk = Rp. 211.150.000
Arus kas keluar bersih = Rp. 28.350.000
d. Hitung penghematan biaya per tahun
Obligasi lama :
Biaya bunga 15% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr = Rp. 30.000.000
Dikurangi :
 Biaya bunga = Rp. 30.000.000
 Amortisasi diskon = Rp. 200.000
(2% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr)/20th
 Amortisasi biaya emisi = Rp. 500.000
Rp. 10.000.000/20th -
= Rp. 30.700.000
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp. 9.210.000
Penghematan (karena ada biaya) setelah pajak per tahun adalah Rp.
20.790.000
Obligasi baru :
Biaya bunga 10% x Rp. 200.000 x 1.000 lbr = Rp. 20.000.000
Dikurangi :

31
 Biaya bunga = Rp. 20.000.000
 Amortisasi diskon = Rp. 16.667
(Rp. 250 x 1.000 lbr)/15 th
 Amortisasi biaya emisi = Rp. 800.000
Rp. 12.000.000/15 th -
= Rp. 20.816.667
Dikalikan tingkat pajak 30% x 0,3
Penghematan pajak = Rp. 6.245.000
Penghematan (karena ada biaya) setelah pajak per tahun adalah Rp.
13.755.000
Penghematan biaya setelah pajak/tahun (dengan penarikan obligasi lama) :
Obligasi lama = Rp. 20.790.000
Obligasi baru = Rp. 13.755.000
Penghematan dengan obligasi baru = Rp. 7.035.000
e. Perhitungan NPV
Cost of debt setelah pajak = 10% (1-0,3) = 7%. Inilah yang digunakan
sebagai discount factor untuk menghitung present value penghematan biaya
dengan obligasi baru.
NPV = PV penghematan biaya (dengan obligasi baru) – arus kas
keluar
setelah pajak
= Rp. 7.035.000 x PVIFA 7%, 5th – Rp. 28.350.000
= Rp. 64.074.175,03 – Rp. 28.350.000
= Rp. 35.724.175,03
Jadi bond refunding dapat dilaksanakan karena nilai NPV penghematan
biaya setelah pajak dengan penggunakan obligasi baru bernilai positif.

32
BAB III
KASUS

Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan akhirnya menjatuhkan vonis atas


gugatan perdata nasabah kepada PT Sarijaya Permana Sekuritas. Kemarin (27/1),
majelis hakim memutuskan mengabulkan gugatan 134 nasabah agar Sarijaya
Sekuritas mengganti dana investasi nasabah senilai Rp 14,82 miliar.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim yang diketuai Sudarwin


menyatakan, jajaran komisaris dan direksi Sarijaya telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena melakukan transaksi saham dengan menggunakan rekening
atas nama orang lain tanpa sepengetahuan pemilik rekening yang bersangkutan.
Akibat aksi itu, Sarijaya mengalami kesulitan melunasi kewajiban kepada
nasabahnya.

Meski menang, Kuasa Hukum nasabah, Leo Famli mengaku tidak begitu
puas. Soalnya, gugatan tambahan berupa pembayaran bunga sebesar 6% per tahun
sejak Bursa Efek Indonesia (BEI) mensuspensi aktivitas perdagangan Sarijaya pada
6 Januari 2009, tidak dikabulkan hakim. Padahal, menurutnya, permintaan ganti
rugi bunga dari dana investasi nasabah itu sudah sesuai dengan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata.

Cuma, Leo mengaku belum bisa menentukan langkah hukum selanjutnya.


"Untuk banding, kami harus bicarakan dulu dengan klien," lanjutnya.
Adapun Kuasa Hukum Sarijaya Permana Sekuritas, Sonny Martakusuma,
keberatan dengan vonis hakim tersebut. Pasalnya, vonis itu menetapkan komisaris
dan direksi Sarijaya sebagai tergugat II, III, IV, dan V kasus ini, harus ikut tanggung
renteng mengganti dana nasabah.

Padahal, dalam perkara pidana kasus ini, mereka tidak dianggap bersalah
menggelapkan uang nasabah. "Saya cenderung menganjurkan banding. Tapi ini
harus dibicarakan dengan klien," katanya.

Kasus Sarijaya Sekuritas berawal dari tindakan Presiden Komisaris Utama


dan pemiliknya, Herman Ramly yang secara ilegal menggunakan dana milik 8.700
nasabahnya. Dana sebesar Rp 240 miliar tersebut dia pergunakan untuk membeli
saham dan memberi pinjaman dana melalui 17 rekening baru yang fiktif.

Modus yang dilakukannya adalah menggunakan dana nasabah yang


seharusnya dibelikan saham sesuai instruksi nasabah dan dicatat oleh Kustodian
Sentral Efek Indonesia, sebagai dana pribadi. Pemilik Sarijaya Sekuritas lalu
menggunakan dana para nasabahnya untuk melakukan transaksi pribadi. Herman
sendiri akhirnya divonis penjara 26 bulan.

33
BAB IV
KESIMPULAN

Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal


dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam
perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan.
Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur
berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau dengan penerbitan surat-surat utang,
maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity).
Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan
menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go
publik. Sebuah perusahaan yang akan go public dimana perusahaan tersebut
melakukan initial public offering (IPO) sahamnya melalui perusahaan sekuritas
yang menjadi penjamin emisi dan melalui agen-agen penjual yang ditunjuk.
Pada saat IPO, perusahaan bisa juga memberikan “pemanis” untuk lebih
menarik minat investor dengan menambahkan produk derivatif yaitu warrant.
Setelah perusahaan menjadi perusahaan terbuka, tidak jarang pula perusahaan
melakukan penjualan saham lagi melalui mekanisme Second Public Offering atau
dengan Right Issue. Investor bisa melakukan pembelian dengan memesan melalui
penjamin emisi ataupun agen penjual. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya
saham-saham pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua.
Serta pilihan-pilihan lain para investor untuk melakukan opsi investasi-invetasi
melalui penerbitan Kewajiban jangka panjang biasanya berbentuk obligasi atau
bond. Obligasi atau bond menjadi salah satu alternatif pembiayaan jangka panjang
selain menjual saham ke publik (IPO, SPO atau Right Issue). Terdapat banyak
dimensi lain dari kewajiban (utang) jangka panjang, termasuk hal-hal seperti
jaminan, karakteristik penebusan kembali (call), dana pelunasan (sinking fund),
peringkat, dan perjanjian perlindungan (protective covenant). Karakterisik-
karakterisitik tersebut dirinci di dalam perjanjian obligasi (indenture).

34
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Nuzula, Nila Firdausi. Pendanaan Ulang Obligasi (Bond Refunding). Bahan ajar :
Manajemen keuangan Bisnis II.
Ross, Stephen A.; Westerfield, Randolph W.; Jordan, Bradford D. Alih bahasa : Ali
Akbar Yulianto, Rafika Yuniasih, dan Christine. 2009. Pengantar
Keuangan Perusahaan. Buku 1. Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
www.google.com
http://id.scribd.com/doc/183006461/Penerbitan-Sekuritas-Ekuitas-dan-Kewajiban-
Jangka-Panjang-doc
http://kelas-be2012.blogspot.com/2013/04/materi-pasar-modal-dan-
manajemen.html
http://darkzone7.blogspot.com/2013/01/go-public-organisasi-yang-
berkembang.html
http://nadyarahmini.blogspot.com/2012/12/tugas-soal-pasar-modal.html

35

Anda mungkin juga menyukai