Anda di halaman 1dari 27

Pasar Modal (Capital Market) :

Merupakan pasar yang dipergunakan oleh penerbit


maupun investor dalam bertransaksi berbagai
instrument keuangan baik surat hutang (obligasi), efek
(saham), reksadana, instrument derivative dan lainnya.
Merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lainnya dan memfasilitasi kegiatan
perdagangan instrumen keuangan yang bersifat jangka
Panjang (saham, obligasi, waran, right, reksadana)
STRUKTUR PASAR MODAL :
 OJK
 Bursa dalam hal ini Bursa Efek Indonesia
 LPP (Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian) di Indonesia
dilaksanakan oleh PT. KSEI sebagi administrasi rekening
efek, distribusi hasil corporate action, penyelesaian transaksi
efek.
 LKP (Lembaga Kliring dan Penjaminan) di Indonesia
dilaksanakan olek PT. KPEI sebagai penyedia jasa kliring
 PP atau Profesi Penunjang ada 4 yaitu Notaris, Penilai,
Akuntan dan Konsultan Hukum
 Profesi Penunjang lainnya : BAE, Wali Amanat, Penasehat
Investasi, Pemeringkat Efek
PERUSAHAAN EFEK :
1. Perantara Pedagang Efek
Pihak yang melakukan jual beli efek
2. Penjamin Emisi Efek
Pihak yang melakukan kontrak dgn emiten untuk
melakukan penawaran umum
3. Manajer Investasi Efek
Pihak yang mengelola portofolio efek nasabah
TRANSAKSI EFEK

Efek Bersifat Hutang


Efek bersifat hutang ini dapat disebut sebagai surat hutang, obligasi atau surat
berharga komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo
pembayarannya ataupun ciri-ciri lain. Pemegang efek bersifat hutang ini secara
khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta bunganya beserta hak-
hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam persyaratan penerbitan
surat hutang seperti misalnya hak untuk memperoleh informasi tertentu.

Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo
yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh tempo efek.
Efek ini dapat disertai jaminan ataupun tanpa disertai jaminan, dan apabila
tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan dalam penerbitan efek bahwa
pemegang efek adalah memiliki peringkat yang tertinggi dibandingkan
peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya dalam hal terjadinya
kepailitan.
Efek Bersifat Ekuitas
adalah saham dari suatu perusahaan (yang biasanya merupakan
saham biasa namun termasuk juga saham preferen). Pemegang
efek bersifat ekuitas ini merupakan pemegang saham.
Tidak seperti pada surat hutang yang mensyaratkan adanya
pembayaran bunga secara teratur kepada si pemegang efek, pada
efek bersifat ekuitas ini si pemegang efek tidak berhak atas
pembayaran apapun.
pemegang efek bersifat ekuitas ini memiliki suatu hak secara pro
rata atas kendali perseroan di mana pemegang saham mayoritas
biasanya dapat memimpin dan mengendalikan perseroan.
TRANSAKSI EFEK BERSIFAT
EKUITAS

 Initial Public Offering


 Penawaran Umum Terbatas/Right Issue
a. HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu)
b. Non HMETD
 Warran
INITIAL PUBLIC OFFERING

IPO disebut sebagai Penawaran Saham Perdana.


Dengan demikian IPO adalah saham suatu perusahaan
yang pertama kali dilepas untuk ditawarkan atau
dijual kepada masyarakat/publik. Karena itu
perusahaan yang melakukan IPO sering disebut "GO
PUBLIC".
 Proses IPO : Mengadakan RUPS, Menunjuk Penjamin
emisi (Under writer), Menyiapkan Laporan Keuangan,
Mengajukan Pendaftaran, Penawaran Saham,
Pencatatan Saham di Bursa Efek.
AKTA-AKTA TERKAIT IPO

 Akta Perjanjian Penjamin Emisi Efek, antara Emiten


dan Penjamin emisi Efek, termasuk akta sindikasi
(apabila ada)
 Akta Perjanjian Pengelolaan Administrasi Efek, antara
Emiten dan BAE (Biro Administrasi Efek)
 Akta Perjanjian Pencatatan Efek, antara Emiten
dengan BEI (bursa Efek Indonesia)
 Akta Pendaftaran Efek, antara Emiten dengan KSEI
(Kustodian Sentral Efek Indonesia)
PENAWARAN UMUM TERBATAS/ RIGHT
ISSUE

 Dalam right issue/Penawaran Umum Terbatas


(PUT), perseroan yang sdh menawarkan hak
(right) kepada pemegang saham yg sudah ada
untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja
berarti menyetor modal dengan rasio tertentu (dlm
istilah perseroan meningkatkan Modal Setor ).

 Rights issue dikeluarkan oleh perusahaan yang


sudah terdaftar di bursa efek/sudah go public.
PUT/RIGHT ISSUE HMETD

Rights Issue ada dua jenis, yaitu


Pertama, Rights Issue dengan Hak Memesan Efek
Terlebih dahulu (HMETD) merupakan hak bagi
pemegang saham lama untuk membeli saham baru
yang akan dikeluarkan emiten. Hak dalam right issue
sering disebut dengan preemptive right
Kedua, Rights Issue without pre-emptive rights
(Penambahan Modal Tanpa HMETD / PMT-HMETD),
biasanya penerbitan saham baru melalui private
placement kepada investor tertentu.
 Preemptive right, yaitu suatu hak untuk menjaga
proporsi persentase kepemilikan saham bagi pemegang
saham lama disuatu perusahaan sehubungan dengan
pengeluaran saham baru.
 Apabila pemegang saham lama tidak menggunakan
haknya untuk membeli, atau memesan efek maka dia
akan mengalami penurunan persentase kepemilikan atau
dikenal dengan istilah dilution.
 Hak ini juga dapat diperjual belikan kepada pemegang
saham lain dengan menggantikan sejumlah uang yang
telah disepakati. Jadi otomatis porsi kepemilikan saham
atas pemegang saham lama akan berkurang yang tadinya
100% menjadi 70 %. Hal ini hanya berkaitan dengan porsi
kepemilikan bukan nilai saham yang dimiliki.
 Contoh Right Issue dengan HMETD :
Lima lembar saham lama berhak untuk membeli satu lembar
saham baru, atau dengan rasio 5:1 dengan harga
pelaksanaan right issue Rp. 1.000 per lembar dimana harga
pasar saat itu Rp.1.500 per lembar (hrg yang didapat
pemegang saham lama lebih rendah dari harga pasar)
Satu Sertifikat Bukti Right yang terkecil memuat 500 bukti
right kolektif. Biasanya tujuan pemecahan Sertifikat Bukti
Right ini untuk diperdagangkan di Bursa Efek, karena
pemecahan Sertifikat Bukti Right yang berupa I lot bukti
right (500 bukti right) dengan mudah dapat diperdagangkan
PMTHMETD/PRIVATE PLACEMENT

Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih


Dahulu (private placement) atau disingkat PMTHMETD
adalah corporate action penambahan modal dengan cara
menerbitkan saham baru oleh emiten yang penjualannya
langsung ditargetkan ke investor baru, tanpa melalui
transaksi di bursa efek.

Sama seperti HMETD pada rights issue, tujuan utama


PMTHMETD atau private placement adalah menambah
modal emiten. Private placement juga bisa digunakan untuk
merekrut investor strategis yang dapat membantu jalan dan
perkembangan emiten.
• Perbedaan mendasar dari rights issue dan private
placement adalah tidak adanya hak bagi pemegang
saham lama untuk membeli saham baru yang akan
diterbitkan pada private placement. Jumlah maksimal
saham baru yang bisa diterbitkan oleh perusahaan
pada aksi private placement adalah 10% dari total
modal ditempatkan dan disetor penuh. Sedangkan nilai
yang dipakai untuk menentukan harga dari saham baru
adalah harga rata - rata penutupan 25 hari aktif bursa
berturut - turut.
Saham PBRX memiliki total jumlah saham 1.000.000 lembar dengan harga rata – rata
25 hari Rp 1.000,-
Tercatat pemilik saham PBRX adalah berikut:
Budi memiliki 500.000 lembar = 50% saham PBRX
Kurnia memiliki 200.000 lembar = 20% saham PBRX
Publik memiliki 300.000 lembar = 30% saham PBRX

PBRX akan melakukan private placement 10% dari total modal ditempatkan dan
disetor yaitu 100.000 lembar saham baru dengan harga rata – rata penutupan 25 hari
aktif bursa yaitu Rp 1000,-.

Total dana yang bisa dihasilkan dari aksi ini adalah 100.000 lembar X Rp 1000,- = Rp
100.000.000,-. (Diasumsikan aksi private placement ini telah mendapat persetujuan
dari para pemegang saham saat RUPS/RUPSLB dilakukan)
Saham baru yang diterbitkan ditawarkan ke Budi, dan Budi akan menyerap seluruh saham baru
tersebut senilai Rp 100.000.000,-.

Kurnia dan publik tidak mendapat hak untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan, karena
penawaran hanya ditawarkan perusahaan ke Budi.

Setelah proses private placement ini selesai dilakukan maka kepemilikan saham yang tercatat
akan menjadi sebagai berikut:

Total jumlah saham PBRX yang tercatat meningkat dari 1.000.000 lembar menjadi 1.100.000 lembar.
Budi memiliki 600.000 lembar = 54,5% saham PBRX (meningkat 4.5%)
Kurnia memiliki 200.000 lembar = 18.2% saham PBRX (terdilusi 1.8%)
Publik memiliki 300.000 lembar = 27,3% saham PBRX (terdilusi 2.7%)
AKTA-AKTA TERKAIT HMETD DAN
PMTHMETD

Akta RUPS Pengeluaran Saham dengan HMETD


 Perjanjian Pembelian Sisa Saham/Standby Buyer
dibuat antara Emiten dan Pembeli Siaga
 Akta Perjanjian Pengelolaan Adminstrasi Efek, dibuat
antara Emiten dengan BAE
 Akta RUPS Pengeluaran Saham dengan PMTHMETD
 Akta PKR turunan dar Akta RUPS
WARRANT

Warrant adalah sebuah hak yang diberikan kepada pemegang


saham untuk membeli lembar saham pada harga yang telah
ditentukan (harga eksekusi) oleh emiten yang menerbitkannya
dalam jangka waktu tertentu.

Warrant merupakan suatu hak, dan bukanlah kewajiban. Investor


boleh menebusnya dan setelah menebusnya, akan berubah menjadi
induk, namun tidak wajib ditebus.

Investor juga bisa menjual warrant (hak tebus) tersebut kepada


investor lainnya yang ingin menebusnya. Bila sebuah Warrant tidak
ditebus, maka akan hangus.
Untuk menarik minat investor agar lebih tertarik untuk
membeli saham. Biasanya diterbitkan oleh perusahaan
ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal
saham baru.

Warrant yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan


publik di pasar modal, pada umumnya bersifat
detachable. artinya, produk tersebut dapat dipisahkan
dari saham induk yang diterbitkan dan dapat
diperdagangkan pada papan tersendiri di bursa efek.
Diterbitkan oleh perusahaan terbuka yang mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Harga pelaksanaan setinggi-tingginya sebesar 125% dari harga
saham terakhir pada hari diputuskannya penerbitan di rapat
umum pemegang saham perusahaan tercatat.
Pemegang hak tidak wajib melaksanakan haknya sampai pada
jatuh tempo.
Tujuan penerbitannya adalah untuk menambah modal
perusahaan.
Jumlahnya diterbitkan dan yang telah beredar tidak melebihi
35% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor
penuh.
Masa berlakunya selama 6 bulan atau lebih sejak
diterbitkannya.
Contoh :
Misalnya PT ABCD akan melakukan IPO sebanyak 2 miliar lembar
saham dengan harga penawaran Rp1.000 per lembar saham.
Bersamaan dengan itu, PT ABCD juga menerbitkan 1 miliar lembar
warrant sebagai hak untuk menebus lembar saham baru di harga
tebus yang ditentukan. Karena itu, saat IPO, bila setiap pemegang
saham yang memegang 2 lembar saham akan mendapat 1 hak
warrant secara cuma-cuma.
ketika seorang investor membeli waran dengan harga Rp. 200,00
per lembar dengan harga pelaksanaan Rp. 1.500,00 dan pada
tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan telah naik menjadi
Rp. 1.800,00 per saham, itu akan membeli saham perusahaan hanya
dengan Rp. 1.700,00 (Rp. 1.500,00 + Rp. 200,00). Jika ia segera
membeli saham perusahaan di pasar sekunder, ia harus
menghabiskan RP. 1,800.00 per saham.
PERBEDAAN WARRANT DAN RIGHT

Mencari keuntungan besar merupakan tujuan seseorang


melakukan trading dan investasi di pasar modal. Keuntungan
di pasar modal dapat diperoleh dalam bentuk capital gain
atau kenaikan harga jual saham yang telah mereka beli.
Tidak hanya capital gain, dividen atau laba yang dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham setiap tahunnya
juga merupakan bentuk keuntungan yang banyak diincar para
investor di pasar modal.
Warrant dan right issue juga telah membawa beberapa
investor maupun trader untuk memperoleh profit yang cukup
besar
• Warrant merupakan pemanis pada saat suatu emiten
melakukan IPO atau mengeluarkan right issue.
• Jadi warrant adalah derivative Saham IPO dan Saham
HMETD/Right
• Warrant tidak memperoleh deviden sebagaimana
saham baik IPO maupun saham HMETD/Right
• Warrant tidak mempunyai hak suara, karena bukan
pemegang saham publik
• Periode perdagangan warrant lebih lama daripada
bukti right
AKTA-AKTA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENERBITAN WARRANT

 Akta Pernyataan Penerbitan Warran, oleh


Emiten
 Akta Perjanjian Pengelolaan Warran, antara
emiten dengan BAE
 Akta Perjanjian Penjamin Emisi Efek, antara
Emiten dengan KSEI
 Berita Acara RUPS
TIDAK ADA BATAS USIA YANG DAPAT MENGHENTIKAN
BELAJAR

SEMOGA DAPAT BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai