Anda di halaman 1dari 25

Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat diperjual-belikannya instrument keuangan jangka panjang seperti saham,
obligasi (surat utang), reksadana, dan produk derivatif lainnya (option, futures, dll). Tiap negara memiliki
pasar modal, untuk Indonesia ada Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX).

Manfaat dan Kegunaan Pasar Modal

 Tempat perusahaan yang go public untuk memperoleh tambahan modal perusahaan dengan cara
menjual sahamnya ke public.
 Saham yang dimiliki oleh public bisa dipindah-tangankan ke pihak lain (diperjual-belikan)
sehingga siapapun bisa memiliki saham public. Inilah demokratisasi pasar, di mana siapapun
memiliki hak yang sama untuk memiliki bagian modal dari perusahaan public manapun
 Perusahaan yang go public diwajibkan untuk melakukan transparansi dalam pengelolaan dan
pelaporan operasional perusahaan. Sehingga meningkatkan kualitas iklim perekonomi sebuah
negara

Manfaat dan alasan perusahaan melakukan Go Public

 Memperoleh sumber modal (pendanaan) baru


 Meningkatkan keunggulan kompetitif (Competitive Advantage)
 Semakin dekat dekat banyak alternatif sumber dana lainnya (Obligasi, Right Issue, Pinjaman Bank,
dll)
 Peningkatan kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (Survive)
 Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)
 Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value)

Struktur Pasar Modal Indonesia

Lihat gambar di atas untuk bagan Struktur Pasar Modal Indonesia. Terdiri atas lembaga-lembaga berikut
ini:

1. OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

Berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan (salah satunya pasar modal).

2. BEI (Bursa Efek Indonesia)


Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana dan prasarana untuk mempertemukan
penjual dan membeli dalam perdagangan efek.

3. KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia)

Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.

4. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia)

Pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral ( jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain) bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan pihak lain.

5. Perusahaan Efek

Pihak yang melakukan kegiatan usaha dan memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan sebagai Penjamin Emisi
Efek (PEE), Perantara Pedagang Efek (PPE), dan atau Manajer Investasi (MI). Lebih dikenal sebagai
perusahaan sekuritas.

 Penjamin Emisi Efek (underwriter):melakukan kontrak dengan calon Emiten dalam melaksanakan
Penawaran Umum Saham (Initial Public Offering/IPO), dengan atau tanpa kewajiban untuk
membeli sisa Efek yang tidak terjual.
 Perantara Pedagang Efek (Broker- Dealer): melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk
kepentingan sendiri atau pihak lain (seperti investor, reksa dana, perusahaan asuransi, dana pensiun,
dll).
 Manajer Investasi (Fund Manager, Investment Company): melakukan kegiatan usaha mengelola
portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok
nasabah (kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya).

6. Lembaga Penunjang

 Biro Administrasi Efek (BAE) : menyelenggarakan administrasi perdagangan Efek, baik pada saat
pasar perdana maupun pada pasar sekunder. BAE menyediakan jasa kepada Emiten dan Perusahaan
Publik dalam bentuk pencatatan dan pemindahan kepemilikan Efek.
 Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan
Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi
Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
 Wali Amanat merupakan Pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan pemegang Efek yang
bersifat utang.
 Perusahaan Pemeringkat Efek merupakan Perusahaan yang bertindak sebagai Penasihat Investasi
yang tugas utamanya adalah melakukan kegiatan pemeringkatan atas obyek pemeringkatan.

7. Profesi penunjang

 Akuntan, salah satu peran Akuntan di sektor Pasar Modal adalah memeriksa laporan keuangan
seperti Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, dan Pihak lain yang melakukan
kegiatan di sektor Pasar Modal serta memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut
 Penilai, menjalankan kegiatan usaha penilaian di sektor Pasar Modal. Ruang lingkup kegiatan
penilaian yang dilakukan Penilai Pasar Modal meliputi Penilaian Proper ti dan Penilaian Usaha.
 Konsultan Hukum, memberikan dan menanda tangani pendapat hukum mengenai Emiten pada
saat perusahaan akan melakukan proses penawaran umum (emisi) yang memberikan pendapat dari
segi hukum ( legal opinion) mengenai keadaan perusahaan/Emiten. Pada prinsipnya, jasa
Konsultan Hukum diperlukan untuk kepentingan semua pihak yang memerlukannya yang
memberikan pendapat hukum atas suatu masalah atau obyek tertentu.
 Notaris, adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan wajib terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan. Kegiatan Notaris diperlukan di Sektor Pasar Modal dalam rangka proses
Emisi Efek/Penawaran Umum serta membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dan menyusun pernyataan keputusan RUPS, baik untuk persiapan go public maupun RUPS setelah
go public dan melakukan penelitian terhadap anggaran dasar berikut dengan perubahannya.

8. Investor (Pemodal)

 Pemodal lokal maupun asing


 Berbentuk institusi (lembaga) ataupun perseorangan (retail)

9. Perusahaan public dan Emiten

 Emiten adalah pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu kegiatan penawaran Efek yang
dilakukan untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-
Undang dan peraturan pelaksanaannya.
 Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang- kurangnya oleh 300
pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang- kurangnya Rp 3 Milyar atau suatu jumlah
pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Instrumen Pasar Modal

1. Saham

Diartikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) pada suatu perusahaan atau
Perseroan Terbatas. Saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal pada suatu perusahaan dan
dengan bukti penyertaan tersebut pemegang Saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha
perusahaan tersebut.

2. Obligasi

Adalah surat pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon (bunga) pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Dengan
berinvestasi pada obligasi, berarti kita memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan
obligasi. Umumnya, obligasi diterbitkan oleh perusahaan dan Negara dengan tingkat kupon yang lebih
besar dibandingkan dengan bunga deposito. Selama obligasi belum jatuh tempo, kupon akan terus
dibayarkan sesuai dengan perjanjian, apakah bulanan, 3 bulanan (triwulan), atau 6 bulanan (semesteran).

3. Sukuk

Merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah (islamic bonds).
Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata “sakk” dalam bahasa Arab yang berarti
sertifikat atau bukti kepemilikan.

4. Reksa Dana

Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi

5. Instrumen Derivatif (Right, Opsi, Waran)

Derivatif (Right, Opsi, Waran) adalah kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya
terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets.

6. Efek Beragun Aset (EBA)


Merupakan Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif (KIK) EBA yang portofolionya terdiri
dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan
yang timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah,
efek berisifat utang yang dijamin pemerintah, Sarana peningkatan kredit (credit enhancement)/ Arus kas
(cash flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan
tersebut melalui proses sekuritisasi.

EBA ini pertama kali diperkenalkan di AS sebagai upaya pemerintah untuk mendukung sektor perumahan
melalui fasilitas pembiayan kredit kepemilikan rumah (Mortgage Backed Securities). Kemudian model
sekuritisasi aset ini terus berkembang ke sektor lainnya seperti perbankan hingga telekomunikasi seperti
yang dilakukan oleh Telmex (Mexico) pada 1987 yang melakukan sekuritisasi aset berupa
telephonereceivables, yaitu tagihan atas penggunaan pulsa telepon di masa mendatang. Di dunia
internasional instrumen EBA sangat populer dengan nama Aset Backed Securities (ABS).

7. Dana Investasi Real Estate (DIRE)

Dana Investasi Real Estat adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari pemodal untuk
diinvestasikan pada aset Real Estat dan atau aset yang berkaitan dengan Real Estat baik secara langsung
(dengan membeli gedung/apartemen di mana sewa dan hasil penjualan dari aset properti tersebut
dikembalikan ke pemodal sebagai dividen) maupun tidak langsung (dengan membeli saham/obligasi yang
diterbitkan perusahaan properti). Real Estat merupakan tanah secara fisik dan bangunan yang ada di
atasnya. Aset yang berkaitan dengan Real Estat adalah Efek Perusahaan Real Estat atau properti yang
tercatat di Bursa Efek dan atau diterbitkan oleh Perusahan Real Estat atau properti.
Cara Belajar Saham

Ja
lan Sukses Investasi Saham

Berikut ini daftar tulisan-tulisan di website ini. Sengaja saya susun agar lebih terstruktur menjadi panduan
cara belajar saham, sehingga membantu pembaca (khususnya pemula) untuk menelusuri alurnya. Untuk
menjadi investor yang sukses, belajar saham itu wajib dilakuan terus-menerus. Tidak ada cara yang cepat.
Bahkan investor yang sudah sangat berpengalaman pun masih tetap belajar. Setidaknya ada hal yang kita
dapatkan dari belajar, pertama adalah mengetahui hal-hal yang baru, kedua adalah mengingatkan hal-hal
yang kita sudah lupa, dan yang ketiga adalah meningkatkan semangat walaupun kita sudah tahu
sebelumnya.

Konsep Dasar Investasi

Pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh investor. Materi yang mudah, namun sangat bermanfaat.
Bahkan yang sudah berpengalamanpun tidak akan sia-sia membacanya lagi.

Tujuan Investasi: Keamanan dan Pertumbuhan

Buat saya, tujuan pertama investasi adalah untuk mengamankan masa depan saya. Keamanan masa depan
sangat ditentukan oleh kemampuan finansial di masa depan. Dengan menabung, menyisihkan sedikit demi
sedikit, maka lama-lama juga akan terkumpul banyak. Namun, menabung di bank, besarnya bunga yang
didapatkan lebih kecil dari inflasi; jadi secara nilai, akumulasi tabungan kita itu akan berkurang nilainya
karena tergerus oleh inflasi.

Mengapa investasi lebih baik daripada menabung di bank? Tentu saja, yang lebih baik adalah investasi
yang hasilnya melebihi bunga bank. Kalau hasil investasi lebih kecil daripada bunga bank, ya lebih baik
taruh saja uang di bank (deposito) tanpa berbuat apa-apa hanya menunggu saja. Berbagai macam investasi
memberikan resiko dan return yang berbeda. Tentu saja kita berharap bahwa investasi kita memberikan
hasil setinggi mungkin. Di antara pilihan yang ada, buat saya investasi saham adalah yang paling kecil
resikonya dan paling tinggi hasilnya.
Aktualisasi Diri

Jika kebutuhan akan keamanan masa depan sudah terpenuhi, lantas selanjutnya apa? Kalau bisa
memberikan manfaat kepada orang lain, kenapa tidak? Inilah yang saya sebut dengan aktualisasi diri,
sebagai tujuan kedua dari investasi.

Investasi pilihan saya adalah investasi di bursa saham Indonesia. Saya memilih ini setelah melakukan
perbandingan di antara peluang-peluang investasi yang ada. Selama proses investasi, saya selalu merasa
senang. Ini adalah passion saya. Saya sangat menikmati prosesnya:

 Ketika menganalisa perusahaan-perusahaan yang ada di bursa


 Melakukan filtering untuk mengambil beberapa perusahaan pilihan dan memasukkannya ke dalam
watchlist (daftar pantau)
 Menunggu sampai mendapatkan kesempatan yang bagus untuk mulai membeli saham yang ada di
watchlist, ataupun menambah jumlah saham yang sudah dibeli.
 Diam dan menunggu market meningkatkan nilai saham-saham yang sudah dipegang.
 Menjual saham kalau sudah waktunya. Waktu menjual saham adalah ketika rencana (ekspektasi) sudah
tidak sesuai lagi dengan planning (misalnya mencapai target, atau ketika harga saham sudah kemahalan,
ataupun ketika harga saham jatuh karena fundamental perusahaan yang semakin rusak parah).

Hobby dan Passion

Selalu senang. Senang ketika harga saham-saham sedang naik (market bullish) karena aset investasi juga
naik. Dan juga senang ketika harga saham-saham sedang turun (market bearish) karena itu berarti saya bisa
menambah jumlah saham investasi dengan harga yang murah. Inilah yang saya sebut sebagai tujuan ketiga
investasi, bersenang-senang melakukan hobby dan passion.

Bahaya Inflasi bagi Investor

Dampak Inflasi sangat berhabaya bagi nilai aset kita. Ini menjadi resiko terbesar dalam menabung dan
investasi. Oleh karena itu, hasil dari investasi harus lebih besar daripada nilai inflasi. Namun kalau
menabung, hampir dipastikan bahwa besarnya bunga bank itu lebih kecil daripada angka inflasi. Investor
harus sadar akan hal ini.

Berikut ini gambaran Dampak Inflasi terhadap penurunan nilai aset selama 50 tahun, untuk besaran inflasi
1%, 5%, 7%, 10%, dan 15%.
Tabel penurunan nilai aset dalam jangka panjang akibat
inflasi

Ilustrasi akan tampak semakin dramatis bila digambarkan dalam bentuk grafik.

Grafik penurunan nilai aset dalam jangka panjang


akibat inflasi

Jika kita menyimpan uang 1 juta. Dengan inflasi 7% per tahun, maka di tahun ke 50 nilai uang setara
dengan 30 ribu (1 juta x 0.03). Untuk menjaga agar nilai harta kita tidak turun nilainya, maka harus ditaruh
di sarana investasi yang hasilnya lebih besar dari inflasi.
Pertumbuhan Investasi bagai Tabungan dengan Bunga Berbunga

Nasib anda di masa depan, ditentukan oleh tindakan anda masa sekarang. Sebagaimana nasib anda
sekarang yang ditentukan oleh tindakan anda di masa lalu. Jadi, andalah yang menentukan nasib masa
depan anda sendiri. Be the master of your self! Sekarang, saya akan menggambarkan pada anda,
bagaimana investasi yang sangat ringan sekarang, akan berdampak yang sangat besar di masa depan anda.

Misalkan sekarang anda punya uang 1 juta rupiah. Kemudian anda meng-invest-kan uang tersebut (dengan
membeli saham) di bursa Indonesia. Seandainya kinerja investasi anda sama dengan kinerja index (IHSG),
katakanlah rata-rata return per tahun (CAGR) 18%. Maka dalam 30 tahun saham anda diamkan saja, maka
nilai investasi anda akan menjadi 143,4 juta.

Kalau anda mau berusaha lebih [dengan memilih saham yang bagus], yang kinerjanya melebihi index,
katakanlah return per tahun 20%, maka nilai investasi anda dalam 30 tahun akan menjadi 237,4 juta.
Wow, 237 kali! Angka yang fantastis, bukan? Menurut saya, investasi saham di bursa Indonesia dengan
return CAGR 20%, itu tidak sulit.

Konsep Bunga Majemuk

Mari kita bahas apa itu Bunga Majemuk, bunga berbunga, atau laju pertumbuhan majemuk tahunan yang
dalam bahasa Inggris disebut Compound Annual Growth Rate (CAGR).

Jika kita menabung 1 juta dengan bunga 5% per tahun, maka di akhir tahun total uang menjadi 1 juta +
(5% x 1 juta) sama dengan 1.050.000. Jika uang 50 ribu sebagai hasil bunga itu tidak diambil, maka di
akhir tahun kedua total uang menjadi 1.050.000 + (5% x 1.050.000) sama dengan 1.102.500. Jadi, hasil
bunga tahun ini tidak diambil sehingga menjadi tambahan modal buat tahun depan, itulah yang disebut
dengan bunga berbunga (atau bunga majemuk).

Kalau istilah bunga dipakai dalam menabung, maka dalam investasi dipakai istilah pertumbuhan, atau
growth, atau hasil, atau return. Sementara itu, bunga berbunga itu kalau dalam investasi sering disebut
sebagai CAGR.

Rumus Bunga Majemuk


N0 = N0 * (1+CAGR)^0
N1 = N0 * (1+CAGR)^1
N2 = N0 * (1+CAGR)^2
Nn = N0 * (1+CAGR)^n

Di mana N0 adalah Modal awal. N1 adalah total nilai di akhir tahun ke 1. N2 adalah total nila di akhir
tahun ke 2. Dan Nn adalah total nilai di akhir tahun ke n. Dari persamaan di atas kita bisa menyelesaikan
berbagai perhitungan:

1. Menghitung Hasil investasi (Nn)

Berapa nilai total akhir dari investasi dengan modal sekian rupiah, CAGR sekian persen, dan jangka waktu
sekian tahun.

Nn = N0 * (1+CAGR)^n

2. Menghitung Profit investasi dalam % per tahun (CAGR)

Berapa CAGR yang diharapkan jika ingin nilai akhir berlipat sekian kali dari modal awal.

CAGR = ((Nn/N0)^(1/n)) - 1
Catatan penting: Jika nilai awal (N0) negatif, maka penghitingan CAGR tidak akan make sense karena
hasil akhirnya negatif walaupun sebenarnya naik. Jadi gunakan work around berikut ini:

CAGR = (((Nn-N0+ABS(N0))/ABS(N0))^(1/n)) - 1

3. Menghitung Periode/Jangka waktu investasi (n)

Berapa tahun investasi harus dilakukan agar dengan CAGR sekian persen menjadikan nilai akhir berlipat
sekian kali dari modal awal.

n = LOGAB((Nn/N0),(1+CAGR))

4. Menghitung Modal yang diperlukan (N0)

Berapakah modal awal yang diperlukan jika ingin memiliki nilai investasi sekian rupiah di akhir periode
investasi sekian tahun dengan CAGR sekian persen

N0 = Nn / (1+CAGR)^n

Untuk gambaran yang lebih mudah dan lebih jelas, silahkan lihat tabel bunga majemuk.

5. Tabel Bunga Majemuk

Silahkan lihat tabel berikut ini, nilai investasi masa depan dengan berbagai tingkat pertumbuhan (growth).
Tabel di atas sering juga disebut sebagai future value of present investment. Di mana investasi hanya
dilakukan sekali saja di awal tahun, dan selanjutnya hanya diam menunggu hasil yang tumbuh seperti
tabungan yang bunga berbunga (tentu saja dengan bunga yang lebih besar daripada bunga tabungan di
bank).

Lebih detail tentang tabel ini, silahkan download file Tabel CAGR.xlsx

Konsep Annuitas

Jika investasi dilakukan secara rutin berkala, dengan jumlah yang sama, pada jarak waktu yang sama, dan
asumsi profit (CAGR) yang konsisten, maka itu disebut sebagai annuitas (annuity). Ini mirip dengan
menabung secara rutin, ataupun membeli reksadana secara rutin.

Menghitung Hasil investasi rutin berkala (Nn)


Nn = N0 * ((1 + CAGR)^n - 1) / CAGR

Menghitung besarnya investasi rutin berkala (N0)

Bisa disebut juga cicilan, angsuran, atau tabungan rutin.

N0 = Nn * CAGR / ((1 + CAGR)^n - 1)

Di banyak literatur disebutkan bahwa, istilah lain Nn adalah Future Value (FV). Istilah lain N0 adalah
payment (P). Dan istilah lain CAGR adalah growth rate (r).

Macam-macam bentuk investasi dan keuntungannya


Investasi itu, mestinya menghasilkan return lebih besar dari inflasi, karena filosofi investasi adalah
menghasilkan nilai tambah terhadap aset kita (asetnya bertumbuh). Inflasi itu sendiri adalah bentuk
penurunan nilai aset. Kalau pertumbuhan aset di bawah inflasi, maka secara intrinsik aset tersebut tidak
tumbuh, karena pengurangan nilai lebih besar daripada pertumbuhannya.

Berikut ini macam jenis investasi dan perbandingan rata-rata hasil per tahunnya berdasarkan riset yang
telah saya lakukan.

 Rekening Tabungan. bunga max 2%. Bank Mandiri Mei 2017


 Rekening Deposito. bunga max 6%. Bank Mandiri Mei 2017
 Property. Kenaikan harga 15%. Kawasan terlaris di Jakarta
 Sektor Riel – Indomaret, Alfamaret. ROI 9%. Summary diskusi di Kaskus
 Sektor Riel – POM Bensin. ROI 8%. Summary ulasan di Bisnis.com
 Emas. Kenaikan 8,2%. CAGR 2005-2016
 US Dolar. Kenaikan 3,2%. CAGR 2005-2016
 Obligasi. Panduan BI Rate 8,4%. CAGR 2005-2016
 Saham IHSG. Return 16,4%. CAGR 2005-2016
 Saham BBCA. Return 24,7%. CAGR 2005-2016

CAGR (Compound Annual Growth Rate) adalah rata-rata pertumbuhan pertahun di mana hasil (return)
akhir tahun menjadi tambahan modal buat tahun berikutnya. Bahasa mudahnya adalah bunga berbunga.

Inflasi di Indonesia, dari tahun 2005 sampai 2016 CAGR-nya 7,3%. Dari tabel di atas, manakah yang layak
dan tidak layak disebut investasi. Jelas bahwa rekening bank (tabungan dan deposito) tidak pas disebut
investasi karena pertumbuhannya di bawah inflasi.

Pilih Jenis Investasi yang Memberikan Imbal Hasil Paling Besar

Dari data di atas, jelas bahwa investasi di saham memberi kemungkinan return paling tinggi. Pertumbuhan
IHSG (Index Harga Saham Gabungan) merupakan rata-rata pertumbuhan dari semua saham yang ada di
bursa saham Indonesia. Cara investasi di IHSG, gampangnya adalah dengan cara membeli semua saham
yang ada di bursa dengan jumlah uang yang rata untuk semua saham. Alternatif lain cara mudah investasi
saham adalah melalui reksadana saham.

Dengan banyaknya pilihan saham, kita bisa memilih saham-saham mana yang memberikan [kemungkinan]
return besar, resikonya kalau salah pilih saham ya dapat return kecil bahkan minus. Untuk itu kita mesti
melakukan usaha yang lebih dari sekedar membeli saham, kita harus melakukan analisa dengan cermat.

Kesimpulan dalam Kriteria Memilih Jenis Investasi

 Memberikan Peluang Hasil (Return) yang tinggi


 Tingkat Keamanan yang Tinggi dan Resiko yang Lebih Kecil
 Liquid. Aset investasi lebih mudah dan cepat untuk di-convert (dijual) menjadi uang cash.

Umumnya, semakin besar peluang keuntungan, maka semakin besar resikonya. Namun itu bukan harga
mati, karena dengan pengetahuan yang cukup, dan disiplin yang cukup, maka peluang keuntungan bisa
ditingkatkan sekaligus kemungkinan resiko bisa diperkecil.
5 Cara Waspada Tawaran Investasi

Kita perlu waspada dengan maraknya tawaran investasi dewasa ini. Banyak berita tentang penipuan
investasi bodong. Dan sudah banyak yang menjadi korban, namun tetap saja hal ini terus terjadi. Oleh
karena itu, bekali diri kita dengan pengetahuan tentang segala seluk beluk investasi. Berikut ini 5 cara
Waspada Tawaran Investasi.

1. Kenali diri sendiri

Segala hal dimulai dari diri sendiri. Bagaimana mungkin bisa mewaspadai hal lain di luar kita, jika ke diri
sendiri saja tidak waspada? Yang pertama, selalu kembali ke tujuan kita berinvestasi. Kita berinvestasi
untuk menumbuhkan aset kita menjadi lebih besar, demi terjaminnya masa depan kita. Maka harus
dilakukan dengan hati-hati dan sangat teliti, bukan serampangan seperti judi.

Yang kedua, pahami profil psikologi diri kita sendiri. Apakah mental kita kuat ketika investasi kita rugi?
Jika cukup kuat, sampai sejauh manakah kita mampu menanggung kerugiannya? Jika ketahanan kita hanya
rata-rata, maka taruh saja investasi di instrumen yang sangat aman seperti obligasi (baik membelinya
secara langsung maupun melalui reksadana). Jika merasa mental kita cukup kuat, silahkan untuk menerima
tawaran investasi yang lebih beresiko daripada obligasi karena menawarkan hasil yang lebih besar. Namun
ingat, selalu waspada dan hati-hati.

2. Kenali pihak yang mengelola investasi

Jika yang menawari adalah orang yang kita kenal, yakinkah kita dengan integritas dan kompetensi orang
tersebut? Jika yang menawari adalah sebuah lembaga atau perusahaan, pahami perusaan tersebut dengan
sedetail-detailnya. Jika perlu, minta dan baca AD/ART perusahaan tersebut. Telusuri siapa saja
manajemennya, bagaimana track record orang-orang di belakangnya.

Buka mata dan telinga kita. Lakukan riset, paling tidak browsing internet. Lihat website
waspadainvestasi.ojk.go.id. Pastikan tidak termasuk perusahaan yang di-black list oleh pihak yang
berwenang. Jangan enggan untuk bertanya kepada orang lain, khususnya investor yang sudah lebih dalu
daripada kita. Dengarkan dan baca testimoni mereka.

3. Kenali cara kerjanya

Kita harus tahu persis bagaimana dana investasi itu dikelola. Apakah untuk usaha produksi, usaha jual-beli
(trading), atau di-reinvestasikan ke pihak lain? Dari mana sumber pendapatannya (sumber uang masuk)?
Bagaimana sustainability-nya, apakah bisnisnya akan mampu bertahan dalam jangka panjang, atau sangat
dipengaruhi oleh sentimen musiman saja?

Tanyakan sedetail-detailnya, dan pastikan kita mendapatkan jawabannya dengan sangat jelas. Jika
pengelola investasi tidak transparan, pertimbangkan untuk tidak melanjutkan rencana menerima
tawarannya.

4. Hitung potensi profitnya

Hati-hati dengan tawaran yang menjanjikan untung (profit) besar. Profit yang besar berbanding lurus
dengan resiko yang besar pula. Berapakah normalnya hasil investasi? Untuk perbandingan, silahkan baca
artikel Macam-macam bentuk investasi dan potensi keuntungannya. Dan perlu dijadikan renungan kita,
Warren Buffet yang salah satu orang terkaya sedunia saja, kinerja investasinya “hanya” sebesar 20%
sampai 30% per tahun. Silahkan baca artikel Menghitung kekayaan dan hasil investasi Warren Buffet.
Selanjutnya, waspadai juga tawaran investasi yang tidak menyebutkan potensi profit per tahunnya.
Misalnya kita mendapatkan tawaran dari sales sebuah perusahaan pengelola dana pensiun. Begini kira-kira
contoh narasinya:

 Anda cukup menyisihkan tabungan pensiun sebesar 1 juta perbulan, atau 12 juta per tahun.
 Misalkan umur anda sekarang 25 tahun, dan anda ingin pensiun di umur 55 tahun, maka jangka waktu
tabungan pensiun anda adalah 30 tahun.
 Di akhir periode (30 tahun) tersebut dana pensiun anda akan menjadi setengah milyar rupiah. Besar sekali,
bukan?
 Bandingkan jika anda mengumpulkan sendiri tabungan anda. Dengan 1 juta per bulan, selama 30 tahun,
maka hanya terkumpul 360 juta saja. Bandingkan dengan kami yang memberikan setengah milyar, anda
akan untung sangat besar. Untungnya adalah setengah milyar dikurangi 360 juta sama dengan 140 juta.

Wow, sepertinya besar sekali untungnya. Eits, nanti dulu. Kita harus jeli, lakukan penghitungan sendiri
untuk memvalidasinya. Gunakan Kalkulator Investasi sederhana ini.

Di kalkulator ini, masukkan investasi rutin (cicilan) per tahun 12 juta. Masukkan Jumlah tahun 30.
Masukkan profit % per tahun, mulai dari angka 1 dan naikkan terus sampai ketemu hasil Modal akhir
(hasil investasi) sekitar 500 juta.

Gambar 1. Kalkulator Investasi rutin berkala

Dari penghitungan dengan kalkulator gambar 1 di atas, kita dapatkan profit per tahun yang ditawarkan
hanya 2.18 %. Ternyata kecil sekali ya, jauh di bawah bunga deposito.

Bandingan jika kita taruh di investasi obligasi melalui reksadana yang profit pertahunnya kira-kira 8.4 %,
dengan kalkulator ini diperoleh hasil akhir hampir 1,5 milyar. Lihat gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Kalkulator Investasi rutin berkala
reksadana obligasi

Jika kita bisa mendapatkan hasil yang lebih besar, sementara profil resiko hampir sama, kenapa tidak
memilih yang lebih besar? Itulah pentingnya melakukan penghitungan sendiri.

5. Sadari potensi resikonya

Perhatikan kontrak kerjasama investasinya. Apakah resiko ditanggung semuanya oleh pengelola, apakah
ditanggung kita semua, atau dibagi secara proporsional? Jika pengelola menjanjikan profit yang besar dan
pasti (resiko dia tanggung sepenuhnya), maka hati-hatilah. Jika misalnya terjadi hal sangat buruk yang
tidak kita inginkan, bagaimana caranya kita memastikan bahwa investasi kita tidak hilang?

Di dunia ini, investasi yang hampir bebas resiko adalah deposito dan obligasi dari negara yang kuat.
Deposito sendiri hampir dipastikan hasilnya (bunga per tahun) di bawah inflasi, jadi deposito bukan
investasi yang menguntungkan. Obligasi pemerintah Indonesia menjanjikan return rata-rata kurang dari
10% per tahun, namun tetap lebih bagus daripada inflasi, sehingga layak untuk investasi.

Jadi, pedoman investasi bebas resiko sebaiknya mengacu kepada hasil dari obligasi pemerintah. Waspadai
tawaran investasi bebas resiko yang menjanjikan hasil di atas itu.
Obligasi
Obligasi merupakan surat pernyataan utang jangka menengah sampai jangka panjang yang berisi janji dari
pihak yang menerbitkan untuk:

 membayar imbalan berupa bunga/interest/kupon pada periode tertentu, misalnya per 3 bulan, per 6
bulan, atau per tahun.
 dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan (jatuh tempo) kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.

Catatan: Obligasi sering disebut juga dengan bond, debt, atau note. Dan bunga obligasi sering disebut juga
dengan rate, kupon, atau coupon. Obligasi dapat dipindahtangankan atau diperjual-belikan. Mengetahui
dan mengenal penerbit obligasi (emiten/issuer) merupakan faktor sangat penting dalam melakukan
investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat
(rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO.

Macam-Macam Jenis Obligasi

Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya

 Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik badan usaha milik negara
(BUMN) maupun swasta.
 Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
 Municipal Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-
proyek milik pemda.

Berdasarkan sistem pembayaran bunganya

 Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dibayarkan secara periodik sesuai dengan ketentuan
penerbitnya. Ini adalah jenis yang paling umum.
 Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak memberikan bunga. Namun memberikan diskon yang
cukup besar waktu pembeliannya.
 Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa
penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
 Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga variable (berubah-ubah)
berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu misalnya index pasar uang.

Berdasarkan hak penukaran / opsi

 Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
 Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar
saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
 Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi
pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
 Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

Berdasarkan jaminan atau kolateralnya


 Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan
jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
o Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
penanggungan dari pihak ketiga
o Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan
hipotik atas properti atau asset tetap.
o Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam
portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
 Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan
kekayaan penerbitnya secara umum.

Berdasarkan nilai nominalnya

 Conventional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 10 miliar per
satu lot.
 Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil.

Berdasarkan perhitungan imbal hasil

 Conventional Bonds : obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
 Syariah Bonds : obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi
hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
o Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi
hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut
diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
o Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa
sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan
sejak awal obligasi diterbitkan.

Fitur Obligasi

 Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh
pemegang obligasi pada akhir jatuh tempo.
 Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala
(kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan
dalam annual prosentase.
 Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran
kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi
bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam
waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara
umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.

Harga Obligasi

Harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Terdapat 3 macam
harga pasar dari obligasi:

 Par (nilai Par) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal. Contohnya Obligasi dengan nilai
nominal Rp 100 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 100
juta = Rp 100 juta.
 at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal.Contohnya Obligasi
dengan nilai nominal RP 100 juta dijual dengan harga 103%, maka nilai obligasi adalah 103% x Rp
100 juta = Rp 103 juta
 at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal. Contohnya Obligasi
dengan nilai nominal Rp 100 juta dijual dengan harga 95%, maka nilai dari obligasi adalah 95% x
Rp 100 juta = Rp 95 juta.

Yield Obligasi

Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai
yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield
obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima. Cara menghitung
yield:

 Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama satu
tahun terhadap harga obligasi tersebut.

Current yield = bunga tahunan / harga obligasi

Contoh:
Jika obligasi PT ABC memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 15% per tahun sedangkan
harga obligasi tersebut adalah 95% untuk nilai nominal Rp 1.000.000.000, maka:

Current yield = Rp 150.000.000 / Rp 950.000.000


Current yield = 15% / 95%
Current yield = 15,79%

 yield to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh
investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali digunakan
adalah
 YTM approximation = (C + (F-P)/n) / ((F+P)/2)

 C = kupon (bunga)
 n = periode waktu yang tersisa (years to maturity)
 F = Face Value (harga jual di akhir periode)
P = harga pembelian (purchase value)

Contoh: Obligasi PT ABC dibeli pada 1 Januari 2016 dengan harga 95% memiliki kupon sebesar
15% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 25 Maret 2020. Berapakah besar YTM
approximationnya?

C = 15%
n = 4 tahun 2 bulan 24 hari = 4,23 tahun
F = 95%
P = 100%

YTM approximation = (C + (F-P)/n) / ((F+P)/2)


YTM approximation = (15 + (100-95)/4,23) / ((100+95)/2)
YTM approximation = 16.6%
Saham Preferen
Tinggalkan Komentar / Tak Berkategori / Oleh admin / Mei 10, 2019

Saham preferen (preferred stock) adalah saham yang memiliki kelebihan keutamaan (hak) dibandingkan
saham biasa. Tentang hak saham preferen yang lebih diutamakan daripada saham biasa, ini ditekankan
oleh kata prefer (merupakan kata dalam bahasa Inggris yang artinya lebih suka). Adapun hak-hak yang
lebih diutamakan (didahulukan) tersebut adalah hak untuk mendapatkan dividen dan hak untuk
mendapatkan pembagian aset sebagai hasil likuidasi (pembubaran) perusahaan.

Hak untuk mendapatkan dividen

Saham preferen mendapatkan bagian dividen yang tetap, yang dibayarkan mengikuti jadwal pembagian
dividen (bisa per tahun, quarter, ataupun per semester). Jika pada tahun tertentu perusahaan tidak
membagikan dividen, maka saham preferen berhak untuk mendapatkan pembayaran dividen di tahun
berikutnya (yang akan diakumulasi dengan dividen tahun berikutnya tersebut). Di sini, saham preferen
akan mendapatkan dividen tetap per tahunnya (walaupun mungkin terjadi penundaan) sehingga buat
investor ini adalah sumber penghasilan tetap.

Dari sisi kepastian pembayaran dividen ini, saham preferen mirip dengan obligasi yang mendapatkan
pembayaran bunga rutin per tahun. Oleh karena itu, sering disebut sebagai instrumen hybrid (campuran
antara saham dan obligasi).

Hak untuk mendapatkan hasil likuidasi perusahaan

Jika karena suatu hal sehingga perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham preferen akan mendapatkan
hak pembagian aset lebih dulu dari pada pemegang saham biasa. Posisinya masih di bawah obligasi, di
mana pemegang obligasi akan mendapatkan hak pembagian aset lebih dulu dari pada pemegang saham
preferen.

Ciri lain dari saham preferen

Saham preferen bisa di-convert (ditukar) untuk menjadi saham biasa, atas keputusan manajemen
perusahaan. Selain itu, pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan
keputusan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hanya pemegang saham biasa yang punya hak suara
ini.

Kesimpulan: Perbedaan Obligasi, saham preferen, dan saham biasa

Berikut ini perbedaannya, dari perspektif:

 Priotitas atas pemenuhan hak (hasil likuidasi perusahaan)


 keuntungan yang didapat dari hasil bisnis perusahaan
 Potensi keuntungan Capital Gain(karena fluktuasi pasar)
 Hak suara dalam RUPS
Tabel perbedaan
obligasi vs saham preferen vs saham biasa

Saham Preferen di Indonesia

Di bursa saham Indonesia, dari data yang saya dapatkan dari idx.co.id, hanya ada satu perusahaan public
yang mengeluarkan saham preferen yaitu PT Mas Murni Indonesia Tbk, dengan kode saham preferen
MAMIP dan kode saham biasa MAMI. Walaupun diperdagangkan di bursa, penjual dan pembelinya
sangat sedikit, bahkan hampir tiap hari tidak ada transaksi jual-belinya (trading) sehingga saham preferen
ini tidak likuid. Mengapa bisa begitu? Bisa jadi perusahaan enggan untuk repot-repot membuat pembagian
saham seperti itu, atau sebaliknya si investor yang malas untuk repot.

Konsep Investasi Saham: Menjadi Pemilik Bisnis


Menjadi Pemilik Bisnis Melalui Saham

Seorang investor ketika membeli saham, itu sejatinya adalah sedang membeli sebuah bisnis (perusahaan).
Tidak perduli seberapa kecil persentase kepemilikan saham, dia tetap dipandang sebagai salah satu pemilik
perusahaan tersebut.

Saham bukanlah sekedar lembaran-lembaran (shares) yang harganya naik-turun yang bisa diperjualbelikan
dalam jangka yang sangat pendek, bukan sekedar itu. Justru yang lebih hakiki, saham adalah bagian
kepemilikan modal di suatu perusahaan.

Saham adalah kepemilikan bagian atas bisnis

Sebagai contoh, saya punya perusahaan dengan nama PT Investor Sadar Dot Com (PT ISDC). Ini adalah
perusahaan tertutup, di mana pemegang saham 100% adalah saya sendiri. Dulunya modal awal saya adalah
10 milyar rupiah. Karena ada kebutuhan untuk ekspansi, maka PT ISDC membutuhkan tambahan modal
kerja. Pilihan yang bisa saya lakukan adalah:

1. Menambah dana dari milik saya sendiri


2. Berhutang ke Bank
3. Mencari pemodal baru, misalnya saudara atau kawan saya. Dengan melalui perhitungan dan kesepakatan,
akhirnya disepakati bahwa kawan saya (sebut saja Bapak Warrent) menambah modal ke PT ISDC sebesar
10 milyar rupiah rupiah, dan besarnya saham Bapak A di PT ISDC adalah 20%. Sehingga kini bagian saham
saya jadi 80%.

Walaupun modal baru dari Bapak Warrent adalah sebesar modal pertama saya dulu (10 milyar), saya tidak
menjadikan bagian saham Bapak Warrent sebesar 50% karena nilai perusahaan kini sudah lebih besar.
Bisnis PT ISDC semakin sukses. Untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar lagi tentu saja
diperlukan tambahan modal kerja. Akhirnya manajemen PT ISDC memutuskan untuk mencari tambahan
modal dari pasar saham. Perusahaan kemudian melakukan IPO (Initial Public Offering), menerbitkan
sejumlah saham baru senilai 50 milyar rupiah, dan berdasarkan perhitungan dan kesepakatan, saham yang
dijual ke public adalah 50% dari keseluruhan total saham ==> sehingga pemegang saham sebelumnya
(saya dan Bapak Warrent) memegang 50%. Jadi, pemegang saham sekarang adalah public 50%, saya 40%,
dan Bapak Warrent 10%.

Selanjutnya, saham-saham di public yang 50% itu diperjual-belikan di bursa saham Indonesia (disebut
pasar sekunder). Saham saya maupun saham Bapak Warrent juga bisa dijual di bursa. Nah, jual-beli saham
di pasar sekunder ini hanyalah pemindahan pemegang saham, tidak akan mengurangi atau menambah dana
yang sudah ada di PT ISDC.

Seperti itulah penjelasan tentang saham. Oh ya, setelah IPO, nama perusahaan ditambahi tbk sehingga
menjadi PT Investor Sadar Dot Com tbk dengan kode saham ISDC.

Jika di kemudian hari PT ISDC butuh tambahan modal kerja lagi, sebagai perusahaan tbk dia bisa
menerbitkan tambahan saham baru (Right Issue). Atau bisa juga menerbitkan surat utang (obligasi).

Hasil investasi saham adalah Dividen dan Capital Gain

Setelah PT ISDC mature dan sangat menguntungkan, semua kebutuhan ekspansi bisa dibiayai oleh
dananya sendiri (laba perusahaan). Jika sisa laba ada banyak, maka sisa laba itu akan dibagikan kepada
para pemegang saham. Inilah keuntungan pertama dari pemegang saham, mendapatkan pembagian laba
perusahaan dalam bentuk uang cash yang disebut Dividen. Jumlah dividen yang diterima oleh masing-
masing pemegang saham adalah sebesar persentase kepemilikan sahamnya.

Semakin bagus kinerja perusahaan, maka nilai perusahaan juga semakin naik, sehingga harga sahamnya
juga semakin naik. Nah kenaikan harga saham inilah yang disebut sebagai Capital Gain. Jadi, ada dua
macam keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham, yaitu Dividen dan Capital Gain.

Dengan melihat history ke belakang, kinerja hasil investasi saham di Indonesia sangat bagus. Ditunjukkan
oleh angka pertumbuhan index harga saham gabungan (IHSG) selama 30 tahun terakhir yang sebesar 16%.
Dan dengan dividend yield sebesar rata-rata 2%, maka rata-rata total return investasi di saham-saham
Indonesia adalah 18% per tahun. Angka segitu diperoleh dengan cara menyebar portfolio ke semua saham
yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara sama rata. Kalau kita mau melakukan analisa yang lebih
dalam, dengan memilih perusahaan-perusahaan yang berkinerja sangat bagus, maka semakin besar
kemungkinan untuk mendapatkan return di atas 18%. Saya sendiri, secara personal menargetkan return
25% per tahun.

Resiko investasi saham

Sebaliknya, resiko dari investasi saham adalah tidak mendapatkan dividen dan Capital Loss. Resiko ini
terjadi jika kinerja perusahaan menurun, bisnis merugi, atau bahkan bangkrut. Dalam jangka pendek harga
saham bisa naik atau turun tajam meskipun tidak ada alasan fundamental perusahaan yang melatar
belakanginya, ini sering disebut sebagai resiko pasar. Namun dalam jangka panjang, harga saham akan
mengikuti kinerja fundamental perusahaannya. Oleh karena itu, resiko pasar lebih sedikit berdampak pada
investor dengan timeframe jangka panjang.

Sudah pasti, setiap investasi selalu ada resikonya. Sering disampaikan bahwa semakin besar return
investasi, maka semakin besar pula resikonya. Namun resiko itu berkaitan erat dengan pengetahuan dan
perencanaan. Semakin kita tahu akan bisnis dari perusahaan yang bersangkutan, dan kita melakukan
penghitungan dan perencanaan yang matang, maka resiko itu semakin kecil.
Resiko juga bisa diperkecil dengan melakukan diversifikasi. Seperti nasehat para investor bijak bestari
“jangan taruh telur dalam satu keranjang”. Semakin besar diversifikasi, atau semakin menyebar
investasi ke sejumlah besar saham, maka semakin kecil resiko kerugiannya. Namun ada trade-off nya,
semakin besar diversifikasi maka akan semakin menurunkan peluang mendapatkan hasil yang luar biasa.
Oleh karena itu, diversifikasi mesti dibatasi pada saham-saham yang kita tahu persis bisnis dan
peluangnya. Saya membatasi diversifikasi, fokus 80% nilai portfolio investasi saham saya maksimal ada di
15 saham saja.

Macam Jenis Pembeli Saham: Investor dan Spekulator

Di bursa, motivasi orang membeli saham bisa dikategorika ke dua kelompok. Pertama, investor, di mana
dia mengharapkan keuntungan dalam jangka panjang seiring dengan kinerja perusahaan. Kedua, trader, di
mana dia membeli dan memegangnya dalam jangka pendek, dan kemudian menjualnya untuk segera
mendapatkan capital gain. Bentuk ektrim dari trader adalah spekulator, di mana dia menjadikan jual-beli
saham hanya seperti bermain judi.

Saya sendiri adalah jenis investor.

Mengapa saya memilih saham sebagai sarana investasi? Karena dengan mempunyai saham perusahaan
yang bagus, maka itu artinya saya mempunyai bisnis yang bagus yang dijalankan oleh orang-orang yang
kompeten. Saya tidak perlu capek-capek menjalankan operasional perusahaan, let the management work
for me.

Peluang Usaha – Kerja Bisnis Sampingan Melalui Saham

Mungkin kita sering berpikir, kapan ya saya akan punya bisnis sendiri. Apalagi kita-kita yang saat ini
bekerja sebagai pegawai atau karyawan perusahaan. Dan lebih-lebih lagi yang bergaji pas-pasan.

Gaji tiap bulan selalu saja habis. Tidak tersisa buat menabung. Boro-boro menabung, buat kebutuhan
sehari-hari saja terasa pas banget.
Kondisi seperti itu membuat kita selalu berpikir, “Ah seandainya saya punya modal yang besar, pasti saya
akan kerja bisnis sendiri”. Tapi kapan saya punya modal yang besar? Berapa lama saya harus
mengumpulkan uang buat modal? Ada gak ya, peluang usaha dengan modal kecil?

Nah, sekarang mari kita pikirkan peluang usaha dengan modal yang kecil. Karena modal yang kecil,
tentunya ini belum bisa jadi usaha utama. OK, mungkin bisa kita pertimbangkan untuk menjadi usaha
sampingan. Mari kita lihat, beberapa kemungkinan peluang usaha dengan melakukan bisnis sampingan
berikut:

1. Jualan Pulsa handphone. Silahkan baca tulisan-tulisan di website Kudo seperti Modal untuk Usaha
Konter Hp Bagi Pemula. Bisa dimulai dengan modal sekitar 500 ribu rupiah, tanpa perlu modal untuk
menyediakan konter fisik. Bisnis pulsa ini hampir tanpa resiko, karena barangnya tidak bisa rusak seperti
makanan. Bisa dilakukan sebagai kerja sampingan bagi karyawan perusahaan.

2. Bisnis Kuliner Musiman. Bisa mengikuti trend kuliner yang sedang naik daun, misalnya Es Kepal
yang sekarang sedang viral. Cuma bisnis seperti ini musiman, tidak sustain, seperti es cappucino cincau
yang pernah beken beberapa waktu lalu. Untuk mulai menghitung berapa modal bisnis jualan es kepal ini,
silahkan browsing ke tokopedia yang menjual berbagai perlengkapan jualan es kepal. Resiko sangat besar,
pesaing juga sangat banyak. Harus dihitung dengan cermat, dan sebisa mungkin balik modal dengan cepat
sebelum bisnis menurun.
3. Bisnis Kuliner yang Sustain. Jualan kue dan gorengan adalan contohnya. Semua orang suka makanan
jenis ini, dari jaman dahulu sampai sekarang. Silahkan cari di google tentang berapa modal untuk memulai
bisnis jualan gorengan.

4. Investasi Saham. Bener, investasi saham. Resiko bisa dimanage. Bisnis lebih sustainable. Bisa dengan
modal sedikit, di bawah 1 juta rupiah. Dan sangat cocok sebagai bisnis sampingan, karena bisa dilakukan
dengan waktu yang lebih sedikit. Silahkan baca daftar artikel di website ini, segala hal yang berkaitan
dengan investasi saham yang pernah saya tulis.

Kerja Bisnis Sampingan Melalui Saham

Sebelumnya, kita harus pastikan tujuan kita. Apa yang kita harapkan? Apakah ingin menambah
penghasilan rutin tiap bulan? Apakah untuk menambah jumlah tabungan atau investasi masa depan? Jika
ingin menambah penghasilan bulanan, investasi saham tidak cocok. Investasi saham harus berjangka
panjang, karena dalam jangka pendek harga saham akan naik dan turun tidak menentu, namun dalam
jangka panjang harga saham akan naik mengikuti kinerja bisnis perusahaan yang bersangkutan. Jangka
panjang itu, kalau saya paling tidak minimal 2 tahun.

Namun kita sering mendengar ada orang yang bisa sukses dengan trading (jual-beli) saham jangka pendek.
Bahkan ada yang menjadikan trading saham jangka pendek ini sebagai mata pencaharian utama, yang
sering disebut dengan trading for living. Namun ini tidak cocok untuk dijadikan usaha sampingan, karena
butuh perhatian yang dan kerja yang sangat fokus setiap saat. Lagipula, secara prinsip ini banyak berbeda
dengan prinsip investasi.

Jadi, sebaiknya ini kita mulai dengan tujuan untuk investasi jangka panjang dulu. Di bagian akhir tulisan
ini nanti akan saya bahas, bagaimana investasi jangka panjang bisa kita harapkan untuk memberikan
penghasilan jangka pendek.

Ingat, Memiliki Saham itu Berarti Memiliki Bisnis

Silahkan baca tulisan Konsep Investasi Saham: Menjadi Pemilik Bisnis. Jika kita membuka usaha baru
seperti menjual gorengan, itu tetaplah usaha baru yang penuh dengan resiko. Resiko tidak laku, resiko
ditinggalkan pelanggan, resiko kalah bersaing dengan penjual sebelah, dan banyak resiko yang lain lagi.
Bandingkan, jika kita memiliki saham Ultrajaya (ULTJ), maka kita sama saja mempunyai bisnis yang
sudah sangat established; punya banyak pelanggan, sudah sangat menguntungkan, dan sudah terbukti
sustain bertahan lama.

Cukup dengan Modal Sedikit

Kita bisa mulai dengan modal yang sedikit, bahkan bisa degan modal awal 1 juta rupiah. Kita bisa
menyusun portfolio yang terdiri atas saham-saham dari perusahaan bagus dengan nilai total pembelian
saham di bawah 1 juta rupiah. Contoh portfilo dengan 8 saham pilihan tersebut:

 Produsen Susu Ultrajaya (ULTJ)


 Produsen lakban Daimaru (EKAD)
 Pemilik Indomaret (DNET)
 Produsen Jamu Sido Muncul (SIDO)
 Produsen Kabel KM Wire (KBLI)
 Perusahaan Jasa Pertambangan Batu Bara (MYOH)
 Perusahaan Property (PWON)
 Bank Jawa Timur (BJTM).

Lebih lanjut tentang panduan untuk memilih saham, silahkan baca Kriteria Memilih Saham. Dan baca juga
Kapan Waktu yang Tepat Untuk Membeli Saham.
Alternatifnya, kita bisa investasi saham secara tidak langsung melalui reksadana.

Bisa dilakukan dengan Sedikit Waktu

Sebagai investor saham, apa saja yang dilakukan? Jika anda masih baru mengenal investasi saham, teruslah
belajar. Semakin kenali perusahaan-perusahaan yang sahamnya anda beli. Lakukan itu di sela-sela waktu
anda. Semakin banyak membaca, semakin banyak melakukan riset, maka kemampuan anda akan semakin
meningkat.

Setelah anda pintar dan banyak pengetahuan pun, belajar itu tidak akan pernah berhenti. Anda bisa
mengembangkan diri untuk memahami peta bisnis di Indonesia. Ada lebih dari 500 perusahaan yang
listing di bursa saham Indonesia. Ada banyak peluang yang bisa anda dapatkan untuk memaksimalkan
hasil investasi saham anda.

Bisnis Sustainable Jangka Panjang, dengan Resiko yang Kecil

Kita mungkin akan sering mendengar kalau bisnis saham itu beresiko besar. Ingat, yang beresiko itu adalah
trading saham jangka pendek. Dalam jangka panjang, harga saham itu akan mengikuti kinerja bisnis
perusahaannya. Jadi, resiko yang ada pada kita sebagai investor, itu adalah resiko kalau perusahaan
tersebut rugi atau bangkrut. Dengan memilih perusahaan yang bagus, kita bisa memperkirakan kalau
resikonya kecil, apalagi perusahaan tersebut sudah terbukti eksis bertahun-tahun.

Gambaran sederhananya, lebih beresiko mana, bisnis gorengan yang baru saja anda rintis atau bisnis susu
Ultrajaya?

Hasil yang Lumayan

Berapakah hasil (return) dari investasi saham ini? Sebagai gambaran saja, selama sepanjang sejarah bursa
saham Indonesia, rata-rata harga saham itu naik 16% per tahun. Ingat, selain mendapatkan keuntungan dari
kenaikan harga saham, investor juga mendapatkan keuntungan dari deviden (laba perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham). Dari keuntungan kenaikan harga saham ditambah deviden ini, rata-
rata hasil investasi saham di bursa Indonesia adalah 18% per tahun. Sebuah hasil yang lumayan besar.

Dengan melakukan usaha yang lebih, dengan memilih perusahaan-perusahaan yang paling bagus dan
opportunity pertumbuhan yang bagus, maka masuk akal kalau kita berharap untuk bisa mendapatkan return
yang lebih besar dari rata-rata.

Kapan Bisa Menjadikan Bisnis Saham Sebagai Sumber Penghasilan yang Rutin?

Kalau kita berharap mendapatkan hasil rata-rata, yaitu kenaikan harga saham 16% per tahun dan dividen
2% per tahun, maka itu adalah hasil rata-rata di mana harga saham bisa naik dan turun tiap tahunnya
namun dividen yield relatif lebih stabil. Kalau saya, biarlah kenaikan harga saham itu menjadi hasil
investasi yang saya biarkan berkembang, artinya hasil investasi tahun lalu akan menjadi modal buat
investasi tahun ini. Saya tidak akan mengambil hasil investasi ini kecuali dalam kondisi mendesak.

Nah, jika mengharapkan pendapatan rutin, itu bisa saya ambil dari dividen. Kenapa? sekali lagi, dividen itu
relatif lebih stabil apalagi kalau portfolio kita berisi perusahaan yang kuat fundamentalnya dan rutin
membagi dividen tiap tahunnya. Kalau saya mengharapkan pendapatan rutin dengan menjual saham yang
saya harapkan naik, maka ketika tiba waktunya untuk mengambil pendapatan rutin ini (dengan menjual
saham) maka ada kemungkinan saat itu harga-harga saham sedang jatuh. Ah, menjual saham ketika
harganya jatuh itu adalah saat-saat yang sangat tidak saya sukai.
Jadi, dengan mengharapkan dividen 2% per tahun, kalau nilai investasi saya sekarang 10 juta rupiah, maka
tahun depan saya berharap dapat dividen 200 ribu (2% x 10juta). Jika pengin dividen 1 juta per tahun,
maka nilai investasi saya sekarang harus 50 juta. Seperti itu hitungannya.

Keuntungan Investasi Saham di Bursa Indonesia dari Tahun ke Tahun

Keuntungan Investasi Saham di Bursa Indonesia tergolong besar, rata-rata 16% per tahun. Ditambah rata-
rata dividen yield 2%, memberikan total return 18% per tahun. Bandingkan dengan return investasi yang
lainnya untuk mendapatkan perbandingan yang lebih jelas.

Berikut ini adalah nilai IHSG (Index Harga Saham Gabungan) dari Bursa Saham Indonesia, dari tahun
1985 sampai tahun 2016. Data utama diambil dari website BEI. Saya sertakan juga CAGR (Compound
Annual Growth Rate atau Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan) untuk tahun ke-1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 20,
25, dan 30.

Tabel Keuntungan Investasi Saham di Bursa


Saham Indonesia
Cara mendapatkan Keuntungan Investasi Saham: Fokus Jangka Panjang

Untuk mendapatkan keuntungan investasi saham yang sebesar kinerja IHSG, dapat dilakukan dengan
membeli semua saham yang ada di bursa saham Indonesia dengan komposisi yang sama. Ini adalah cara
investasi yang paling mudah, tanpa ada analisa apapun, namun butuh uang yang cukup besar agar portfolio
mencakup semua saham yang ada market. Untuk jaman sekarang, cara praktisnya bisa dengan membeli
reksadana Index.

 Kinerja tahunan, naik turunnya bisa sangat drastis. Ada tahun-tahun yang naiknya sangat tinggi, seperti
tahun 1988, 1993, 1999, dan 2009 yang naik lebih dari 60% dalam setahun. Juga ada tahun-tahun yang
jatuh sangat dalam, seperti tahun 1991, 1994, 1997, 2000, dan 2008 yang jatuh lebih dari 20% dalam
setahun. Artinya apa? Investasi jangka pendek beresiko lebih tinggi, meskipun ada waktu-waktu dapat
return/hasil/untung yang tinggi juga.
 Semakin panjang periode investasi, kinerja semakin kecil fluktuasinya. Alias semakin tabil. Lihat CAGR 10
tahun ke atas, tidak ada return negatif. Artinya apa? Investasi jangka panjang beresiko lebih kecil, dan
return semakin pasti.
 Kesimpulannya: semakin panjang jangka waktu investasi saham, maka semakin kecil resikonya, dan
semakin pasti return-nya. Jadi, ayo investasi di bursa saham Indonesia!

Memaksimalkan Keuntungan Investasi Saham ketika Market Jatuh

 Lihat tahun-tahun yang kinerjanya negatif seperti tahun 1991 dan 1994. Setelah pasar jatuh (return
negatif), tahun depannya pasti naik (return positif).
 Untuk kejatuhan pasar tahun 1997 dan 2000, butuh dua tahun untuk balik arah menjadi positif. Seperti kita
ketahui, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis besar (kita kenal dengan krismon, krisis moneter). Dan
tahun 2000 adalah krisis global, kejatuhan pasar karena krisis dotcom.
 Kesimpulan: setiap kejatuhan pasar, pasti akan diikuti dengan kenaikan di tahun depannya. Jadi, ayo
tambah investasi ketika harga-harga jatuh dan orang-orang ketakutan akan krisis!

Anda mungkin juga menyukai