Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu.
Memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan
tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode
produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang lain.
1. penyelidikan teknis
2. analisis catatan masa lalu :
o menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama
dalam periode tertentu di masa lalu.
o Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling
baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
1. harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu
setahun.
2. harga yang berlaku pada saat penyusunan standar
3. harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
Terdiri dari jam tenaga kerja standard dan tarif upah standar. Syarat berlakunya jam tenaga kerja standar
:
tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan yang modern sehingga dapat dilakukan produksi
yang maksimum dengan biaya yang minimum.
Pengembangan staf perencanaan produksi
Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat produksi
Standardisasi kerja karyawan dan metode kerja dengan instruksi dan latihan yang cukup bagi
karyawan
1. menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok
periode yang lalu
2. membuat test run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan
3. mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata
yang diharapkan
4. mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi
produksi dan produk
Dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan
kapasitas tidak normalnya.
1 bulan kemudian
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit produk
selama satu periode tertentu. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk
dalam kondisi sekarang maupun yang diantisipasi. Carter Usry (2006)
Biaya standar yaitu biaya yang seharusnya terjadi, biaya ini ditentukan dimuka sebelum proses
dimulai, untuk bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Zaki Baridwan (2008)
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan lebih dulu (predetermined cost) untuk memproduksikan
suatu unit atau sejumlah unit produk dalam jangka waktu produksi berikutnya. Berdasarkan pengertian
tersebut yang dimaksud dengan, biaya standar merupakan biaya yang direncanakan atau diprediksikan
diawal untuk membiayai suatu satuan produk atau kegiatan tertentu dalam kondisi sekarang maupun
yang diantisipasi. Abas Kartadinata (1981)
1. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah proses identifikasi, menggambarkan, dan evaluasi aktivitas yang
diperlukan untuk melengkapi pekerjaan, proyek atau operasi. Analisis ini melibatkan personel
dari beberapa bagian fungsional termasuk teknisi produksi, teknisi industri, akuntan manajemen
dan pekerja bagian produksi.
2. Data Historis
Data historis untuk membuat produk yang serupa dapat menjadi sumber yang baik dalam
menentukan biaya standar operasi asalkan data tersebut akurat dan dapat dipercaya. Dengan
analisis data historis untuk proses produksi, manajer dapat menentukan standar yang sesuai
dalam operasi.
3. Benchmarking
Penggunaan standar benchmark dapat menunjang perusahaan bersaing dalam lingkungan global.
Perusahaan selalu mereview standarnya secara periodik dan selalu membandingkan dengan yang
terbaik akan dapat mempertahankan posisinya di lingkungan yang positif.
4. Harapan Pasar dan Keputusan Strategis
Harga jual diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya, target cost adalah biaya untuk
mencapai profit margin yang diinginkan produk tersebut. Keputusan strategis juga berdampak
bagi biaya standar, keputusan strategis akan mempertahankan perbaikan terus-menerus dan akan
membuat pembaharuan terhadap standar secara teratur.
Menurut Ibnu Subiyanto (1993) manfaat biaya standar dapat digunakan untuk tujuan-tujuan berikut:
1. Pengendalian biaya: mendorong pelaksana untuk mengolah produk dengan biaya serendah
mungkin pada standar kualitas yang telah ditentukan.
2. Penentuan harga pokok persediaan: persediaan barang dapat dinilai dengan biaya standar dan
untuk tujuan pelaporan kepada pihak eksternal disesuaikan supaya menunjukkan biaya aktual.
3. Penganggaran: anggaran adalah biaya standar dikalikan dengan taksian kualitas.
4. Penentuan harga jual: harga jual mempunyai hubungan yang erat dengan biaya per satuan.
5. Menyederhanakan pencatatan: dengan menggunakan biaya standar akan banyak kegiatan
klerikal yang bisa dikurangi atau ditiadakan.
Menurut Abdul Halim (2010) jenis - jenis biaya standar terdiri dari :
1. Standar teoritis adalah suatu standar yang didasarkan pada kondisi operasi yang sempurna
dimana semua pelaksana dan fasilitas bekerja pada tingkat yang paling efisien. Standar ini tidak
digunakan untuk mengukur kinerja, tapi hanya sebagai dasar untuk menetapkan standar yang
realistis.
2. Standar dasar adalah suatu standar yang didasarkan pada informasi masa lalu. Standar ini
memberikan kerangka kerja untuk membandingkan kinerja dari beberapa periode.
3. Standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai adalah suatu standar yang didasarkan pada
kondisi operasi efisien. Standar ini telah memperhitungkan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindari terjadinya, seperti : waktu pemeliharaan fasilitas, waktu istirahat, dan faktor-faktor
kelelahan karyawan.
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu selama periode
tertentu. Biaya standar membentuk suatu norma bagi input-input produksi, seperti unit bahan baku, jam
kerja tenaga kerja langsung, dan persentase kapasitas pabrik yang digunakan. Suatu sistem biaya standar
bisa digunakan baik untuk akumulasi biaya berdasarkan pesanan maupun yang berdasarkan proses
Kata-kata biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka
merupakan pedoman di dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya
menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-
asumsi yang mendasarinya tidak berubah.
Untuk menentukan berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produk
atau untuk satu satuan jasa harus penelitian lebih dahulu mengenai kegiatan produksi atau penyerahan
jasa yang paling efisien.
Sebagai contoh, misalnya di dalam penentuan berapa biaya bahan baku yang seharusnya untuk
menghasilkan satu satuan produk x, lebih dahulu harus ditentukan rancangan produk x yang
menggunakan bahan baku yang paling efisien, dengan proses produksi yang paling efisien. Dengan
ditentukannya rancangan produk x dengan penggunaan bahan baku dan proses produksi yang paling
efisien tersebut, kemudian dapat ditentukan berapa kuantitas bahan baku yang seharusnya dibutuhkan
untuk setiap satuan produk x. Kuantitas bahan baku yang seharusnya kemudian dikalikan dengan harga
bahan baku yang seharusnya akan merupakan biaya standar bahan baku untuk setiap satuan produk x.
Dengan demikian, pengertian biaya yang seharusnya mengandung di dalamnya pengertian efisiensi,
yang merupakan perbandingan tertentu antara masukan dengan keluaran.
Sistem biaya standar merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya
sedemikian rupa sehingga manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang
biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya ini mencatat biaya
yang seharusnya dikeluarkan dan biaya yang sesungguhnya terjadi, dan menyajikan perbandingan antara
biaya standar dan biaya sesungguhnya serta menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari
biaya standar.
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting
di dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar
ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya
dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan
pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk
melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan
cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain.
Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar
memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (exception
principles). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan-keadaan yang menyimpang dari
keadaan yang seharusnya, manajemen diperlengkapi dengan alat yang efektif untuk mengendalikan
kegiatan perusahaan.
Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah
ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan
bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau
kelonggaran yang relatif sama.
Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu
pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali
dilakukan. Perubahan standar menimbulkan masalah persediaan.
Sebagai contoh, suatu perubahan dalam harga bahan baku memerlukan penyesuaian terhadap
persediaan, tidak saja persediaan bahan baku tetapi juga persediaan produk dalam proses dan produk
jadi yang berisi bahan baku tersebut. Jika standar sering diperbaiki, hal ini. menyebabkan kurang
efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan
standar, padahal telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran
pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis.
Pusat Pertanggungjawaban
Dalam memahami sistem biaya standar terlebih dahulu harus mengetahui berbagai macam pusat
pertanggungjawaban yang biasanya terdapat di dalam perusahaan. Hal ini penting karena tidak semua
pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan biayanya dengan menggunakan sistem biaya standar ini.
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggung jawab. Secara umum kegiatan setiap pusat pertanggungjawaban di dalam
perusahaan adalah mengolah masukan menjadi keluaran. Jika masukan suatu pusat pertanggungjawaban
dikalikan dengan harganya, akan diperoleh biaya, sedangkan jika keluarannya dikalikan dengan
harganya akan diperoleh pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut.
Semua pusat pertanggung-jawaban dapat diukur masukannya, tetapi tidak semua keluaran pusat
pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif. Seperti pada menentukan satuan ukuran bagi
keluaran Departemen Pembangkit Listrik yaitu kilowatt hour, tetapi tidak dengan menetukan satuan
ukuran keluaran departemen sumber daya manusia. Berdasarkan atas masukan dan keluarannya, pusat
pertanggungjawaban di dalam perusahaan secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu :
Pusat biaya (expense center) adalah pusat pertanggung jawaban yang prestasi manajemenya
diukur berdasarkan masukannya.
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggung jawaban yang prestasi manajernya diukur
berdasarkan keluarannya.
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan
selisih antara keluaran dan masukan (laba).
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan
perbandingan antara laba yang diperoleh dengan investasi di dalam pusat pertanggungjawaban
tersebut.
Pusat biaya dapat dibagi lebih lanjut menurut sifat biaya yang dikeluarkan oleh pusat
pertanggungjawaban tersebut. Engineered expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya berupa engineered expense, yaitu biaya yang masukan dan keluarannya mempunyai hubungan
yang nyata dan erat contohnya adalah departemen produksi .
Sebagian besar biaya departemen ini memiliki hubungan yang erat dan nyata dengan keluarannya. Jika
masukan biaya produksi ditambah, keluaran departemen tersebut juga akan mengalami kenaikan berarti
masukan departemen ini memiliki hubungan yang erat dengan keluarannya. Di sisi lain jika keluaran
departemen produksi ini ditambah akan menyebabkan bertambahnya masukan departemen tersebut
berarti masukan departemen ini memiliki hubungan yang nyata dengan keluarannya.
Discretionary expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya berupa discretionary
expense, yaitu biaya yang antara masukan dan keluarannya tidak memiliki hubungan yang erat nyata
contohnya adalah departemen pemasaran. Sebagian besar biaya departemen ini tidak memiliki hubungan
yang erat dan nyata dengan keluarannya. Biaya promosi tidak memiliki hubungan yang erat dengan
volume penjualan yang merupakan keluaran departemen pemasaran. Jika biaya promosi ditambah
volume penjualan departemen pemasaran belum tentu bertambah. jika departemen pemasaran
menetapkan biaya iklan sebesar 2% dari hasil penjualan, biaya iklan ini seolah-olah memiliki hubungan
yang erat dengan keluaran departemen pemasaran, namun kenyataannya biaya iklan tersebut hanya
memiliki hubungan yang artifisial dengan keluaran departemen pemasaran.
Sistem biaya standar hanya dapat diterapkan sebagai alat pengendalian biaya yang efektif di dalam
engineered expense center atau pusat pertanggungjawaban yang sebagai besar biayanya merupakan
engineered expense. Dalam pusat pertanggungjawaban ini antara masukan dengan keluaran dapat diukur
secara kuantitatif, sehingga dapat ditentukan tingkat efisiensinya, sehingga memungkinkan
diterapkannya pengendalian biaya den menggunakan sistem biaya standar.
Sumber :
Sampurno Wibowo, S.E., MSi, Yani Meilani, Akuntansi biaya, Politeknik Telkom Bandung, 2009.
PENYUSUNAN ANGGARAN
2. KARAKTERISTIK ANGGARAN
Anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Anggaran mengestimasi tingkat laba potensial dari suatu unit usaha.
b. Anggaran dinyatakan dalam setahun keuangan, walaupun suatu keuangan tersebut dibantu dengan
data non keuangan (misal jumlah unit yang dijual atau diproduksi).
c. Anggaran umumnya meliputi periode satu tahun.
d. Anggaran merupakan komitmen manajemen, yang berarti bahwa manajer mau menerima tanggung
jawab untuk mencapai target yang dianggarkan.
e. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dan penyusunan anggaran.
f. Anggaran yang telah disetujui diubah hanya jika terjadi kondisi khusus.
g. Secara periodik, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran kemudian
selisihnya di analisis dan dijelaskan.
Hubungan Anggaran Dengan Perencanaan Strategi
Baik perencanaan strategi maupun penyusunan anggaran melibatkan perencanaan., tapi tipe
kegiatan perencanaan itu sendiri berbeda satu sama lainnya. Proses penyusunan anggaran memfokuskan
pada satu tahun sementara perencanaan strategi memfokuskan kegiatan untuk periode beberapa tahun.
Perencanaan strategi mendahului penyususnan anggaran dimana nantinya merupakan kerangkan acuan
untuk penyusunan anggaran. Perbedaan mendasar lainnya adalah rencana strategi terstruktur menurut
lini produk ataupun program lain, sementara penyusunan anggaran terstruktur menurut pusat
pertanggungjawaban.
Perbandingan Anggaran Dengan Forecasting
Anggaran merupakan rencana manajemen dengan asumsi implisit dan langkah-langkah yang
akan dijalankan oleh manajer yang menyiapkan manajemen, sementara forecast merupakan prediksi atas
apa yang akan terjadi, dimana forecaster-nya sendiri tidak akan merasakan akibatnya atas apa yang
menjadi prakiraannya. Berbeda dengan anggaran, karakteristik dari forecast adalah:
1) Forecast bisa tidak dinyatakan dalam bentuk uang.
2) Bisa berlaku untuk beberapa metode.
3) Forecasternya sendiri tidak bertanggungjawab terhadap hasil prakiraannya.
4) Prakiraan biasanya tidak perlu disetujui oleh atasan.
5) Prakiraan akan selalu disesuaikan jika ada informasi baru yang mengubah kondisi.
6) Selisih antara ramalan dan kenyataan tidak perlus dianalisis secara formal dan secara periodik.
3. KEGUNAAN ANGGARAN
Penyususnan anggaran mempunyai 4 sasaran pokok, yaitu anggaran berguna untuk:
a) Memperjelas rencana strategi.
b) Membantu koordinasi kegiatan beberapa bagian dari suatu organisasi.
c) Melimpahkan tanggung jawab kepada manajer, untuk memberikan otorisasi jumlah yang diizinkan
untuk dikeluarkan dan menginformasikan kinerja yang diharapkan.
d) Memperoleh kesepakatan bahwa anggaran merupakan dasar penilaian kinerja manajer.
4. ISI ANGGARAN
Kategori Anggaran Operasional
Untuk perusahaan yang besar, disamping berisi ringkasan anggaransecara umum, juga disebutkan
anggaran secara terinci dari masing- masing unit usaha, lalu penelitian dan pengembangan dan
biayaadministrasi umum. Isi anggaran tersebut adalah:
Anggaran Pendapatan. Anggaran pendapatan terdiri dari proyeksi jumlah unit penjualan dikalikan
dengan harga jual yang di harapkan. Anggaran pendapatan didasarkan atas perkiraan beberapa keadaan
dimana manajer tidak bertanggung jawab terhadapnya. Misalnya keadaan ekonomi. Pendapatan
tergantung dari biaya iklan, pelayanan, mutu, kemampuan individu.
Anggaran Biaya Produksi Dan Biaya Penjualan. Biaya bahan bakudan tenaga kerja standar dari
tingkat volume yang direncanakan dari standar campuran produk ditunjukkan dalam anggaran. Manajer
produksi dalam hal ini membuat perencanaan untuk memenuhi jumlah bahan baku dan tenaga kerja, dan
menyiapkan anggaran tsb untuk lead time yang cukup.
Biaya Pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang teradi untuk memperoleh penjualan. Jumlah
yang dimasukkan dalam anggaran harus disetujui sebelum tahun anggaran dimulai. Biaya tersebut
terdiri dari biaya iklan, biaya logistik (perolehan order penjualan), biaya pesanan, transport dari gudang
ke pelanggan, biaya angkut gudang, dan biaya penagihan piutang.
Biaya Administrasi Dan Umum. Biaya ini adalah biaya staf baik di kantor pusat maupun unit usaha.
Semua biaya tersebut merupakan biaya kebijakan, walaupun beberapa bagian (seperti biaya pembukuan
pada bagian akuntansi) merupakan biaya teknik.
Biaya Penelitian Dan Pengembangan. Ada dua pendekatan untuk biaya ini. Pertama, fokus biayanya
pada jumlah keseluruhan saja Pendekatan ini merupakan tingkat pengeluaran saat ini, atau bisa juga
biaya tersebut meningkat jika terjadi peningkatan penjualan dengan keyakinan bahwa perusahaan akan
meningkatkan pengeluarannya, atau bisa juga biaya tersebut jika ada kesempatan untuk
mengembangkan produk baru. Kedua adalah memenuhi total biayanya dengan mengumpulkan rencana
pengeluaran untuk masing-masing proyek yang disetujui ditambah cadangan untuk pekerjaan lain yang
belum teridentifikasi saat ini
Pajak Penghasilan. Walaupun anggaran biasanya didasarkan pada laba setelah pajak, beberapa
perusahaan tidak memasukkan unsur pajak penghasilan karena kebijakan pajak penghasilan merupakan
kebijakan kantor pusat.
5. ANGGARAN LAINNYA
a) Anggaran modal. Anggaran modal menyebutkan proyek modal yang disetujui, ditambah lump sum
untuk proyek kecil yang tidak memerlukan persetujuan atasan. Biasanya ditetapkan oleh orang yang
berbeda dan terpisah dari anggaran operasional.
b) Anggaran Neraca. Anggaran neraca menunjukkan pengaruh terhadap neraca atas keputusan
dimasukkan dalam anggaran operasional dan anggaran niodal. yang unsur neraca merupakan alat
kontrol Walaupun tidak semua tapi sebagian bisa digunakan misalnya persediaan, piutang atau hutang
dagang dimana biaya ini bisa dipengaruhi oleh biaya operasional.
c) Anggaran Aliran Kas. Anggaran kas menunjukkan jumlah kas yang dibutuhkan selama tahun
bersangkutan. Biaya tersebut bisa diperoleh dari laba yang ditahan, bisa dari pinjaman pihak luar,
sehingga anggaran ini penting untuk perencanaan keuangan.
d) Management By Objectives. Secara implicit dalam jumlah anggaran yang disusun juga memuat
tujuan khusus : membuka kantor penjualan yang baru, memperkenalkan satu lini produk yang baru,
pelayihan pegawai, pemasangan jaringan computer yang baru, da lain-lain.
8. TEKNIK KUANTITATIF
Ada beberapa teknik kuantitatif dalam penyusunan anggaran, yakni:
Simulasi
Simulasi merupakan metode yang membuat suatu model sesuai kondisi sebenarnya, dan mengubah
model tersebut untuk mengembangkan beberapa kesimpulan dari kondisi sebenarnya tersebut. Persiapan
dan review anggaran merupakan proses simulasi.
Estimasi Probabilitas
Setiap jumlah dari anggaran merupakan suatu estimasi titik. Misalnya estimasi penjualan dinyatakan
dengan jumlah tertentu dari masing-masing jenis produk yang dijual. Estimasi titik ini perlu untuk
pengawasan.
Anggaran Tak Terduga (Contingency Bugdets)
Beberapa perusahaan secara rutin menyusun anggaran tak terduga jiga terjadi penurunan tingkat
penjualan secara signifikan dari yang diharapkan sebelumnya.
Kompensasi Manajemen
1. PENGERTIAN KOMPENSASI
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi / perusahaan kepada karyawan,
yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik
akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh,
mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan. Bagi organisasi / perusahaan, kompensasi memiliki arti
penting karena kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan karyawannya. Pengalaman menunjukkan bahwa kompensasi yang tidak memadai dapat
menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja karyawan, bahkan dapat menyebabkan
karyawan yang potensial keluar dari perusahaan.
2. FUNGSI KOMPENSASI
Dari pengertian diatas terlihat bahwa kompensasi merupakan alat pengikat perusahaan terhadap
karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong seseorang menjadi karyawan.
Dengan demikian kompensasi mempunyai fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar jalannya roda
organisasi/ perusahaan. Menurut Martoyo (1994), fungsi kompensasi adalah :
Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa organisasi
memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan yang bersangkutan karena besarnya
kompensasi sangat ditentukan oleh tinggi/rendahnya produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan.
Semakin banyak pegawai yang diberi kompensasi yang tinggi berarti semakin banyak karyawannya yang
berprestasi tinggi. Banyaknya karyawan yang berprestasi tinggi akan mengurangi pengeluaran biaya untuk
kerja-kerja yang tidak perlu (yang diakibatkan oleh kurang efisien dan efektifitasnya kerja). Dengan
demikian pemberian kompensasi dapat menjadikan penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif.
Sistem pemberian kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu stabilitas organisasi dan
secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
pemberian kompensasi yang kurang baik dapat menyebabkan gejolak di kalangan karyawan akibat
ketidakpuasan. Pada gilirannya gejolak ketidakpuasan ini akan menimbulkan kerawanan ekonomi.
3. TUJUAN KOMPENSASI
Sejalan dengan hal tersebut, Martoyo (1994) berpendapat bahwa tujuan kompensasi adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi karyawan atau sebagai jaminan economic security bagi karyawan.
2. Mendorong agar karyawan lebih baik dan lebih giat.
3. Menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kemajuan.
4. Menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil organisasi terhadap karyawannya (adanya
keseimbangan antara input yang diberikan karyawan terhadap perusahaan dan output atau
besarnya imbalan yang diberikan perusahaan kepada karyawan).
4. PENENTUAN KOMPENSASI
Besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan oleh 1) Harga / Nilai pekerjaan, 2) Sistem
kompensasi yang diterapkan, dan 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi.
Penilaian harga suatu jenis pekerjaan merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam
menentukan besarnya kompensasi yang akan diberikan kepada karyawan. Penilaain harga pekerja dapat
dilakukan dengan dua cara, sebagai berikut :
Harga pekerjaan pada beberapa organisasi dapat dijadikan sebagai patokan dalam menetukan
harga pekerjaan sekaligus sebagai ukuran kelayakan kompensasi. Jika harga pekerjaan yang diberikan
lebih rendah dari organisasi lain, maka kecil kemungkinan organisasi tersebut mampu menarik atau
mempertahankan karyawan yang qualified. Sebaliknya bila harga pekerjaan terebut lebih tinggi dari
organisasi lainnya, maka organisasi tersebut akan lebih mudah menarik dan mempertahankan karyawan
yang qualified.
2) Sistem kompensasi
Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sistem
kontrak/borongan.
a) Sistem Prestasi
Upah menurut prestasi kerja sering juga disebut dengan upah sistem hasil. Pengupahan dengan
cara ini mengaitkan secara langsung antara besarnya upah dengan prestasi kerja yang ditujukan
oleh karyawan yang bersangkutan. Sedikit banyaknya upah tersebut tergantung pada sedikit
banyaknya hasil yang dicapai karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini dapat diterapkan bila hasil kerja
dapat diukur secara kuantitatif. Cara ini dapat mendorong karyawan yang kurang produktif menjadi lebih
produktif. Cara ini akan sangat menguntungkan bagi karyawan yang dapat bekerja cepat dan
berkemampaun tinggi. Contoh kompensasi sistem hasil : per potong, per meter, per kilo, per liter dan
sebagainya.
b) Sistem Waktu
Besarnya kompensasi dihitung berdasarkan standar waktu seperti Jam, Hari, Minggu, Bulan.
Besarnya Upah ditentukan oleh lamanya karyawan melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan.
Umumnya cara ini digunakan bila ada kesulitan dalam menerapkan cara pengupahan berdasarkan
prestasi.
Penetapan besarnya upah dengan sistem kontrak / borongan didasarkan atas kuantitas, kualitas dan
lamanya peyelesaian pekerjaan yang sesuai dengan kontrak perjanjian. Untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam kontrak juga dicantumkan ketentuan mengenai “konsekuensi”
bila pekerjaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan perjanjian baik secara kuantitas, kualitas maupun
lamanya penyelesaian pekerjaan. Sistem ini biasanya digunakan untuk jenis pekerjaan yang dianggap
merugikan bila dikerjakan oleh karyawan tetap dan /atau jenis pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan
oleh karyawan tetap.
Dalam pemberian kompensasi, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Secara garis
besar faktor-faktor tersebut terbagi tiga, yaitu faktor intern organisasi, pribadi karyawan yang bersangkutan,
dan faktor ekstern pegawai organisasi.
A. Faktor Intern Organisasi
Contoh faktor intern organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana organsasi,
dan serikat pekerja.
a. Dana Organisasi
Kemampuan organisasi untuk melaksanakan kompensasi tergantung pada dana yang terhimpun
untuk keperluan tersebut. Terhimpunnya dana tentunya sebagai akibat prestasi-prestasi kerja yang telah
ditujukan oleh karyawan. Makin besarnya prestasi kerja maka makin besar pula keuntungan
organisasi/perusahaan. Besanya keuntungan perusahaan akan memperbesar himpunan dana untuk
kompensasi, maka pelaksanaan kompensasi akan makin baik. Begitu pula sebaliknya.
b. Serikat pekerja
Para pekerja yang tergabung dalam seikat pekerja juga dapat mempengaruhi pelaksanaan atau
penetapan kompensasi dalam suatu perusahaan. Serikat pekerja dapat menjadi simbol kekuatan
pekerja di dalam menuntut perbaikan nasib. Keberadaan serikat pekerja perlu mendapatkan perhatian atau
perlu diperhitungkan oleh pihak manajemen.
Contoh faktor pribadi karyawan yang mempengaruhi besarnya pemberian kompensasi adalah
produktifitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman serta jenis dan sifat pekerjaan.
a. Produktifitas kerja
Produktifitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi kerja merupakan faktor yang
diperhitungkan dalam penetapan kompensasi. Pengaruh ini memungkinkan karyawan pada posisi
dan jabatan yang sama mendapatkan kompsasai yang berbeda. Pemberian kompesasi ini
dimaksud untuk meningkatkanproduktifitas kerja karyawan.
b. Posisi dan Jabatan
Posisi dan jabatan berbeda berimplikasi pada perbedaan besarnya kompensasi. Posisi dan jabatan
seseorang dalam organisasi menunjukkan keberadaan dan tanggung jawabnya dalam hierarki organisasi.
Semakin tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi, semakin besar tanggung jawabnya, maka
semakin tinggi pula kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
Contoh faktor ekstern pegawai dan organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah
sebagai berikut :
d. Kondisi Perekonomian
Nasional Kompensasi yang diterim oleh pegawai di negara-negara maju jauh lebih besar dari yang
diterima negara-negara berkembang dan atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang
diberikan oleh organsasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan kondisi perekonomian negara
tersebut dan penghargaan negara terhadap sumber daya manusianya.
Selain hal-hal diatas, dalam pemberian kompensasi perlu dipertimbangkan unsur keadilan dan
kelayakan.
a) Keadilan
Dalam pemberian kompensasi apakah itu berupa upah, gaji, bonus atau bentuk-bentuk
lainnya, penting sekali diperhatikan masalah keadilan terebut. Keadilan bukan berarti sama rasa
sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait adanya hubungan antara pengorbanan (input)
dengan output.
b) Kelayakan
Di samping masalah keadilan dalam pemberian kompensasi perlu diperhatikan masalah kelayakan.
Pengertian layak ini berkaitan dengan standar hidup seperti kebutuhan pokok minuman atau upah minimum
sesuai dengan ketentuan pemerintah. Kelayakan juga dilihat dengan cara membandingkan pengupahan di
perusahaan lain. Bila kelayakan ini sudah tercapai, maka perusahaan sudah mencapai apa yang disebut
external consistency (Konsistensi Eksternal).
Apabila upaya di dalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dari perusahaan-perusahaan
lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja. Oleh
karena itu untuk memenuhi kedua konsistensi tersebut (internal dan eksternal) perlu digunakan suatu
evaluasi pekerjaan.
PEPSICO
PepsiCo termasuk salah satu raksasa multinasional yang berkiprah di bidang Food & Beverage dengan
pendapatan lebih dari $39 milyar dan memiliki lebih dari 185.000 pegawai. Lahir dari mergernya dua
perusahaan besar, Pepsi Cola Company (1898) dan Frito Lay, Inc (1932), pada tahun 1965, PepsiCo berkembang
dengan melancarkan beberapa strategi utama, yaitu : Diversifikasi produk, Inovasi produk yang baik bagi
kesehatan dan rendah kalori, Akuisisi strategis, Ekspansi internasional dan “The Power of One”.
Dengan visi “Meningkatkan secara berkelanjutan semua aspek di dunia dimana PepsiCo beroperasi, baik
lingkungan, sosial dan ekonomi, menciptakan hari depan yang lebih baik daripada hari ini”, PepsiCo saat ini aktif
dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sumber daya manusia, ini tercermin dalam slogan yang
dikampanyekan oleh PepsiCo yaitu “Performance with purpose, Human, Environment, and Talent”.[1]
Misi dari PepsiCo, yaitu “to make PepsiCo the world’s premier consumer products company, focused on
convenient foods and beverages” didukung dengan nilai-nilai perusahaan antara lain :
1. Sustained Growth
2. Empowered People
3. Responsibility and Trust
Dalam industri “Food & Beverage”, PepsiCo merupakan pemain utama yang selalu masuk dalam urutan
5 besar. Pangsa pasar dari industri ini sangatlah luas, karena PepsiCo dan para pesaingnya seperti Coca-Cola
sudah bermain di skala internasional. Market Capital keseluruhan PepsiCo saat ini telah mencapai $83.10 milyar,
merupakan yang terbesar di dunia.
Sedangkan jika untuk Soft Drink saja, PepsiCo hanya menduduki urutan kelima dibawah Coca-Cola, dengan
market capital $3.8 milyar melalui anak perusahaan Pepsi Bottling.[2]
Dari segi pertumbuhan, untuk Soft Drink, Pepsi Bottling (8,35%) dan PepsiAmerica (10,83%) bertumbuh melebihi
Coca-Cola Enterprise (1,56%) dan Coca-Cola Co (8,59%).[2] Untuk pertumbuhan penjualan tahun 2005-2006
Pepsi Bottling mengalami kenaikan yang cukup besar (7%) dibandingkan dengan rivalnya, Coca-Cola, dimana
Coca-Cola Enterprise malah mencatat kerugian yang cukup besar dalam hal profit (-322%).[3]
Sumber : [3]
Rival yang cukup signifikan bagi PepsiCo sangatlah sedikit, terhitung hanya grup bisnis Coca-Cola yang
mampu menandingi kekuatan PepsiCo. Industri makanan dan minuman ringan merupakan bidang yang penuh
persaingan dimana profit margin yang dihasilkan sangat rendah, biaya energi yang tinggi dan perubahan cita
rasa konsumen.
Di bidang industri yang digeluti PepsiCo, produk pengganti dari kompetitor yang setara dengan harga
kompetitif sangatlah mudah ditemui, selain itu switching cost yang diperlukan oleh konsumen untuk berpindah
produk sangatlah kecil. Oleh karena itu PepsiCo sangat gencar dalam melakukan inovasi produk baru, cita rasa
dan peningkatan mutu serta tingkat kesehatan produk lama.
PepsiCo melakukan diversifikasi suplier [1] yang tentu saja memperlemah posisi para suplier. Juga
dengan strategi akuisisi strategisnya PepsiCo juga mengakuisisi beberapa perusahaan suplier lokal yang strategis
dalam mendukung bisnisnya.[4] Selain itu PepsiCo juga membuat code of conduct untuk suplier yang membuat
para suplier nyaman dalam berhubungan bisnis secara profesional dengan PepsiCo.
Pembeli memiliki posisi tawar yang cukup tinggi, akibat harga produk yang murah dan banyaknya
produk alternatif yang ada di pasaran. Untuk meningkatkan posisi tawar terhadap konsumen, PepsiCo
melakukan inovasi produk baru yang mengarah kearah produk yang lebih sehat bagi konsumen. (produk-produk
Better-For-You dan Good-For-You) Kesadaran konsumen akan makanan sehat menurunkan penjualan minuman
bersoda, namun meningkatkan volume penjualan untuk produk-produk minuman lainnya yang bertema
kesehatan, low fat dan diet. Berikut adalah Non-carbonated Beverage Brands yang dikembangkan oleh PepsiCo
dengan target konsumen yang sadar akan kesehatan.
1. Bottled Water (Propel Fitness Water, SoBe Life Water, Aquafina) – Developed around customer type and
lifestyle.
2. Ready to Drink (Tea, Coffe, Starbucks) – Developing new flavors
3. Nutrient Rich (Gatorade)
4. Orange juice / Juices (Tropicana)
Hal lain yang dilakukan adalah memperbaiki cara pengemasan produk sehingga menjadi lebih menarik.
Faktor Penggerak Perubahan Industri
Tiga kunci trend industri makanan dan minuman saat ini yang membentuk industri ini [4] antara lain :
1. Tumbuhnya kesadaran konsumen akan kandungan gizi dari makanan ringan / snack.
2. Indulgent Snacking.
3. Convenience.
Faktor kebijakan regional suatu negara juga menjadi faktor penting, regulasi yang mengatur tentang
kesehatan makanan dan minuman saat ini semakin ketat dan detil. Peraturan 165.110 dari departemen
kesehatan Amerika, misalnya, mengatur secara rinci tentang definisi air yang diperbolehkan dipakai bagi produk
air kemasan, juga kadar kandungan zat-zat kimia yang diijinkan.[7][8] Perlu diketahui pula bahwa US Federal
Trade Commissions pernah melarang distribusi soft drink buatan Pepsi dan Gatorade secara bersamaan.
Larangan tersebut berlaku selama 10 tahun. Alasan pelarangan terkait dengan meningkatnya nilai tawar Pepsi
jika produknya dipasarkan bersama Gatorade, dimana Pepsi bisa memanfaatkan hal tersebut untuk
menyingkirkan produsen kecil.
Ketika bergerak di ruang lingkup internasional, PepsiCo harus menghadapi masalah perbedaan cita rasa
dari penduduk negara yang berbeda-beda. Diversifikasi dalam hal rasa menjadi andalan dalam persaingan di
suatu kawasan regional. Riset menunjukkan bahwa untuk cita rasa asin pada snack relatif sama di sebagian
besar kawasan.
Krisis global 2008 juga memaksa PepsiCo untuk mengerahkan segala daya untuk menghadapi inflasi
yang terkait dengan meningkatnya biaya produksi gandum dan energi. PepsiCo mengambil langkah-langkah
berikut dalam menghadapi krisis global : product formulations, ingredient sourcing, trade efficiencies,
manufacturing, go-to-market and administrative expenses.
Competitive Assets
Beberapa “Competitive Assets” yang dimiliki oleh PepsiCo dalam menghadapi persaingan di industri “Food &
Beverage” :
1. Superior Brand
2. Organisasi yang solid dengan multi skill, bakat, ras dan gender.
3. Aset-aset fisik berupa pabrik dan jaringan pemasaran yang kuat di seluruh dunia.
4. Resep-resep khas yang dipatenkan.
5. Kemampuan finansial dalam melakukan akuisisi.
6. Aliansi-aliansi strategis dengan sesama pemain (Unilever & Starbucks) dan distributor (“The Power of
One”).
7. Kepedulian dan peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan perbaikan lingkungan hidup.
8. Nilai-nilai perusahaan yang dikomunikasikan dengan baik dan gencar.
Competitive Assets ini merupakan ujung tombak yang dipakai PepsiCo dalam menghadapi persaingan yang keras
dalam industri Food & Beverage.
Value Chain
Keterkaitan Value Chain antara merk dan produk PepsiCo :
1. Informasi riset pasar yang dibagi oleh perusahaan ke semua divisi, memungkinkan divisi-divisi
membangun produk baru yang sesuai dengan permintaan konsumen.
2. Melakukan konsolidasi dalam pembelian atau pengadaan untuk menekan biaya.
3. Memproduksi produk-produk sejenis di fasilitas yang sama jika memungkinkan, untuk efisiensi produksi.
4. Melakukan konsolidasi fungsi-fungsi penjualan dan pemasaran dari produk-produk yang mirip untuk
menghilangkan usaha berlebihan dan menyajikan satu wajah kepada customer.
Hasil dari perbaikan value chain ini adalah penghematan biaya sebesar $ 160 Million (2005).
Key Success Factor
Key Success Factor yang diusung oleh PepsiCo antara lain :
1. Low Cost Manufacturing (Mass Production) – Untuk menjaga harga tetap rendah.
2. Product Innovations – Agar konsumen tidak jenuh dengan produk lama.
3. Product Upgrade – Agar konsumen merasakan adanya perbaikan mutu dan peningkatan standar
kesehatan dari produk.
4. Strategic Acquisition – Mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang cukup menguntungkan untuk
memperluar pasar di kawasan regional lain.
5. Strategic Alliances – Mengadakan aliansi strategis, baik dengan suplier, kompetitor maupun distributor
untuk meningkatkan volume penjualan.
Upload
Login
Signup
Home
Explore
Presentation Courses
PowerPoint Courses
by LinkedIn Learning