BAB 13
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-
faktor lain tertentu. Kata-kata biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa
biaya yang ditentukan di muka merupakan pedoman di dalam pengeluaran biaya yang
sesungguhnya.
Untuk menentukan berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan satu satuan produk atau untuk satu satuan jasa, harus diadakan
penyelidikan lebih dahulu mengenai kegiatan produksi atau penyerahan jasa yang paling
efisien.
D. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Secara umum kegiatan di setiap
pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan adalah mengolah masukan menjadi
keluaran. Semua pusat pertanggungjawaban dapat diukur masukannya, tetapi tidak semua
keluaran pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif.
Berdasarkan atas masukannya dan keluarannya, pusat pertanggungjawaban di
dalam perusahaan secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Pusat Biaya (expense center) adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya diukur berdasarkan masukannya.
2) Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan keluarannya.
3) Pusat Laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
diukur berdasarkan selisih antara keluaran dan masukan (laba).
4) Pusat Investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh
dengan investasi di dalam pusat pertanggungjawaban.
Pusat biaya dapat dibagi menurut sifat biaya yang dikeluarkan oleh pusat
pertanggungjawaban yaitu :
1) Engineered expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya berupa engineered expense, yaitu biaya yang masukan dan
keluarannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat.
2) Discretionary expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya berupa discretionary expense, yaitu biaya yang antara masukan
dan keluarannya tidak memiliki hubungan yang nyata dan erat.
Sistem biaya standar hanya dapat diterapkan sebagai alat pengendalian biaya yang efektif
di dalam engineered expense center atau pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar
biayanya merupakan engineered expense. Karena rasio antara masukan dengan keluaran
dapat diukur secara kuantitatif, sehingga dapat ditentukan tingkat efisiensinya, sehingga
memungkinkan diterapkannya pengendalian biaya dengan menggunakan sistem biaya
standar.
F. Jenis Standar
Standar dapat digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai
berikut :
1) Standar teoretis
Standar teoretis disebut pula dengan standar ideal, yaitu standar yang ideal
yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai. Kebaikan standar
teoretis adalah bahwa standar tersebut dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Tetapi pelaksanaan yang sempurna yang dapat
dicapai oleh orang atau mesin jarang dapat dicapai sehingga standar ini
sering kali menimbulkan frustasi.
2) Rata-rata biaya waktu yang lalu
Standar ini cenderung standar yang longgar sifatnya. Rata-rata biaya
waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang tidak efisien, yang
seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar. Tetapi
jenis standar ini kadang berguna pada saat permulaan perusahaan
menerapkan sistem biaya standar, dan terhadap jenis biaya standar ini
secara berangsur-angsur kemudian diganti dengan biaya yang benar-benar
menunjukkan efisiensi.
3) Standar normal
Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di
bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Standar ini
berguna bagi manajemen dalam perencanaan kegiatan jangka panjang.
Standar normal tidak begitu bermanfaat ditinjau dari sudut pengukuran
pelaksanaan tindakan dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4) Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance)
Standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang paling
baik untuk menilai pelaksanaan. Standar ini didasarkan pada tingkat
pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan
ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.
MODEL SATU SELISIH (The One Way Model) – Selisih Biaya Bahan Baku
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah ke dalam
selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan
gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas. Jadi dalam selisih biaya produksi hanya
akan dijumpai tiga selisih; selisih biaya bahan baku, selisih biaya tenaga kerja, dan selisih biaya
overhead pabrik. Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih laba atau yang menguntungkan)
dan tanda R (selisih rugi).Rumus analisis selisih model satu selisih yaitu :
MODEL DUA SELISIH (The Two Way Model) – Selisih biaya bahan baku
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi
selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi. Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut ini:
Rumus perhitungan selisih harga SH = (HSt – HS) x KS
Rumus perhitungan selisih kuantitas SK = (KSt – KS) x HSt
Keterangan :
SH = selisih harga HS = harga sesungguhnya
Hst = harga standar KS = kuantitas sesungguhnya
KSt = kuantitas standar SK = Selisih kuantitas/efisiensi
MODEL TIGA SELISIH (The Three Way Model) – Selisih biaya bahan baku
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi
selisih harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas.Hubungan harga dan kuantitas standar
dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut ini:
1.Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan
kuantitas sesungguhnya
2.Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
tinggi dari kuantitas sesungguhnya
3.Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
rendah dari kuantitas sesungguhnya
1. Jika Harga Standar dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi atau Lebih Rendah dari
Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya.
Jika HS dan KSt < HS dan KS , Maka rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini:
Rumus perhitungan
Rumus perhitungan
Rumus perhitungan
Selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas : SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS)
Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian
perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model 3 selisih
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih dilakukan dengan
rumus sebagai berikut :
Dalam model 3 selisih, rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dapat dilakukan dengan 3
cara tergantung dari kondisi berikut ini :
1. Jika harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, model 3 selisih lebih
teliti dalam membebankan selisih harga kepada manajer fungsi pembelian dan selisih
kuantitas kepada manajer produksi dibandingkan dengan model 2 selisih.
Gambar 13.12
Harga dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi atau Lebih Rendah dari Harga dan Kuantitas
Sesungguhnya
#1 #2 #3
Hst HS HSt
HS HSt HS
2. Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar
lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih harga dengan model 3 selisih
sebagai berikut :
SH =(HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
SHK = nol
3. Jika harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
rendah dari kuantitas sesungguhnya,
SH = (Hst - HS) x KSt
SK = (KSt - KS) x KS
SHK = nol
Dalam model 2 selisih, selish harga dan selisih kuantitas dihitung sebagai berikut :
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
Gambar 13.13
Perbandingan Model Tiga Selisih dengan Model Dua Selisih
#1 #2 #3
HS HSt HSt
HSt HS HS
Jawab
a) Metode Satu selisih
1) Selisih biaya bahan baku
(KSt x Hst) - (KS x HS)
(4.000 x Rp 20) - ( 5.000 x Rp 15)
Rp 5.000 L
2) Selisih biaya tenaga kerja
(JKSt x TUSt) - (JKS x TUS)
(1.000 X Rp10) – (2.000 x Rp 20)
Rp 30.000 R
b) Model dua selisih
1) Selisih biaya bahan baku
Selisih harga bahan baku
(HSt-Hs) Ks
Rp 20- Rp 15) x 5.000
Rp 25.000 L
Selisih kuantitas bahan baku
(KSt-KS) xHSt
(4.000-5.000) x Rp 20
Rp 20.000 R
2) Selisih biaya tenaga kerja langsung
Selisih tarif upah
(TUSt – TUS) x JKS
(Rp 10-Rp 20) x 2000
Rp 20.000 R
Selisih efisiensi rupiah
(JKSt – JKS) xTUSt
(1.000-2.000) x Rp 10
Rp 10.000 R
Jawab
Biaya Bahan Baku
1. Model satu selisih
Selisih biaya bahan baku
(HSt-KSt)-(HS-KS)
(Rp 1.000-1250) – (Rp 1.100-Rp 1.050) Rp 95.000 L
2. Model dua selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(HSt-HS)x KS
(Rp 1.000- 1.100) x 1050 kg Rp 105.000 R
Selisih volume
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5200 jam
Jam tenaga kerja standar 5000 jam
Selisih volume 200 jam
Tarif biaya overhead per jam Rp 300 x
Selisih volume Rp 60.000 R
Metode 1
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dalam periode akuntansi tertentu dan dikredit dengan biaya standarnya. Dengan
demikian, selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening barang dalam proses-
biaya overhead pabrik. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah
sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhaya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut
dibebankan ke produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Metode 2
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overbead pabrik atas dasar tarif standar.
Dalam metode ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening barang dalam
proses-biaya overhead pabrik dan biaya overhead pabrik scsungguhnya. Jurnal pencatatan
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Pada akhir periode akuntansi, rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, untuk perhitungan sebagian dari selisih biaya
overhead pabrik. Jurnal penutupannya adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp 3.570.000
Harga pokok produk dalam proses dihitung dengan cara mengalikan unit ekuivalensi
kuantitas produk dalam proses pada akhir periode dengan biaya standar per satuan. Contoh
jurnal berikut ini:
Persediaan Produk dalam Proses xxx
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Harga pokok produk yáng dijual dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk yang
dijual selama periode akuntansi dengan biaya standar per satuan. Contoh jurnal berikut ini:
Harga Pokok Penjualan xxx
Perediaan Produk Jadi xxx
7. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar
a. Selisih biaya bahan baku
Selisih biaya bahan baku ditentukan dengan cara menghitung saldo rekening barang
dalam proses-biaya bahan baku pada akhir periode. Jurnal untuk mencatat selisih biaya
bahan baku dengan model dua selisih tersebut adalah sebagai berikut:
Selisih Harga Bahan Baku Rp 105.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku 95.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku Rp 200.000
Jika pencatatan biaya overhead pabrik menggunakan mctode 2, maka selisih biaya
overhead pabrik dihitung dengan mencari saldo rekening barang dalam proses-biaya
overhead pabrik dan saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya setelah
rekening biaya overhead pabrık yang dibebankan ditutup ke dalamnya. Selisih biaya
overhead pabrik dengan model tiga selisih dicatat sebagai berikut:
Selisih Efisiensi Rp 70.000
Barang dalam Proses Rp 70.000
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisih Kapasitas 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000
METODE TUNGGAL (SINGLE PLAN)
Untuk memberikan gambaran penggunaan metode tunggal, berikut ini disajikan akuntansi biaya
standar, yang dibagi menjadi tiga bagian: pencatatan biaya bahan baku, pencatatan biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli
Dalam metode pencatatan ini, rekening persediaan bahan baku didebit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan.
Rekening utang dagang dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan
harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan rekening persediaan
bahan baku dengan pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening selisih harga
pembelian bahan baku (materials purchase price variance).
Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir periode
akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah dalam
menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada
akhir periode tersebut. Rekening selisih harga pembelian bahan baku hanya dapat menunjukkan
jumlah seluruh selisih harga pembelian bahan baku yang teradi dalam suatu periode akuntansi.
Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakai
Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku didebit
sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku per
satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan demikian pada
saat pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli dan Dipakai
Metode ketiga ini merupakan kombinasi antara metode 1 dan metode 2 yang telah
diuraikan di atas. Pada saat bahan baku dibeli, selisih harga yang terjadi dicatat dalam rckening
selisih harga pembelian bahan baku. Pada saat bahan baku dipakai, sebagian dari selisih harga
yang melekat pada bahan baku yang dipakai ditransfer ke rekening selisih harga bahan baku
yang dipakai. Dalam metode ini rekening persediaan bahan baku didebit dan dikredit dengan
harga standar bahan baku.
Dari jurnal diatas, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku Rp 15.000.000
Utang Dagang Rp
13.500.000 Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp
1.500.000 (untuk mencatat pembelian bahan baku)
Barang dalam Proses-Bahan Baku Rp 10.000.000
Selisih Pemakaian Bahan Baku Rp 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 12.000.000
(untuk mencatat pemakaian bahan baku)
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp 1.200.000
Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai Rp 1.200.000
(untuk mencatat selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada
bahan baku yang dipakai dalam produksi)
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
1. Pencatatan utang upah langsung
2. Pencatatan distribusi upah langsung
3. Pencatatan pembayaran upah langsung
Pada saat daftar upah langsung selesai dibuat, Bagian Akuntansi Keuangan membuat jurnal
sebagai berikut:
Gaji dan Upah XX
Utang Gaji dan Upah XX
Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening Barang dalam Proses
sebesar hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar dan mengkredit rekening gaji dan
upah sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya. Selisih pendebitan rekening Barang dalam
Proses dengan pengkreditan rekening Gaji dan Upah dicatat dalam rekening Selisih Tarif Upah
dan Selisih Efisiensi Upah.
Barang dalam Proses Rp 2.500.000
Selisih Efisiensi Upah 50.000
Gaji dan Upah Rp 2.422.500
Selisih Tarif Upah
127.500
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single plan) dipengaruhi oleh
metode analisis selisih biaya overhead yang digunakan.
Metode Dua Selisih
Jika metode dua selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik, maka
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik.
Atas dasar data dalam Contoh 8, dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal pencatatan
biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000*
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 3.500.000
*250 x 20 jam x Rp700
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.500.000
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.500.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:
Selisih Terkendalikan Rp 90.000
Selisih volume 60.000
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 150.000
Metode Tiga Selisih
Jika metode tiga selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik. Atas dasar data
dalam contoh 8 dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal pencatatan biaya overhead
pabrik adalah sebagai berikut:
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000*
Selisih Efisiensi 70.000
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.570.000**
*5.000 jam x Rp700
**5.100 jam x Rp700
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupaan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.570.000
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 3.570.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisih Kapasitas Rp 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000
Metode Empat Selisih
Karena perbedaan metode empat selisih dengan metode tiga selisih terletak pada selisih efisiensi,
makan pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode empat selisih dilakukan dengan
membentuk rekening selisih efisiensi tetap. Dari data dan perhitungan selisih dalam contoh 8,
jurnal pencatatan selisih efisiensi adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000
Selisih Efisiensi Variabel 40.000
Selisih Efisiensi Tetap 30.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, penutupan biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, dan pencatatan selisih
pengeluaran dan selisih kapasitas dalam metode empat selisih ini sama dengan yang dibuat
dalam metode tiga selisih.
Kuantitas
Jenis Jumlah % Harga Standar per kg Biaya Bahan baku per 5
Bahan
satuan produk
baku
X 6 kg 60 Rp15 Rp 90
Y 4 kg 40 Rp20 Rp 80
10 kg 100 Rp 170
Misalkan jumlah produk A yang dihasilkan dalam bulan April 20X1 berjumlah 4.550 satuan
dengan pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg
Penghitungan selisih Hasil Bahan Baku
Untuk menghasilkan 5 satuan produk selesai dibutuhkan 10 kg bahan baku (X dan Y) atau
presentase hasilnya sebesar 50%. Jadi kalau jumlah bahan baku X dan Y yang diolah dalam
periode akuntansi tersebut sebanyak 9.000 kg, menurut presentase hasil standar harus
menghasilkan 50% x 9.000 = 4.500 unit produk selesai. Padahal hasil sesungguhnya berjumlah
4.550 satuan, sehingga selisih hasil (dalam unit) sebesar 50 satuan. Perhitungan selisih hasil
bahan baku dapat diringkas sbb:
Hasil sesungguhnya 4.550 satuan
Hasil menurut standar 50% x 9.000 satuan 4.500
Selisih hasil (dalam kuantitas) 50 satuan
Selisih hasil dalam rupiah 50 x Rp34 Rp 1.700
Karena setiap 5 satuan produk membutuhkan biaya bahan baku Rp170, maka biaya bahan yang
terkandung dalam setiap 1 satuan produk selesai adalah sebesar Rp34 (Rp170:5). Jadi selisih
hasil dalam rupiah adalah 50 x Rp34 = Rp 1.700 (laba).
Kedua selisih hasil yang terakhiran ini dihitung dengan cara mengalikan selisih hasil dalam
satuan dengan biaya tenaga kerja langsung atau biaya overhead pabrik standar yang terkandung
dalam setiap satuan produk selesai.
Misalkan dari contoh di atas, untuk menghasilkan 5 satuan produk dibutuhkan biaya tenaga kerja
standar Rp150 dan biaya overhead pabrik standar Rp200 maka selisih hasil dapat dihitung sbb: