Anda di halaman 1dari 26

Nama : Elan Grandis Sasono Matkul :Akuntansi Biaya

NIM : 1901036060 Kelas : AK/B

BAB 13

SISTEM BIAYA STANDAR

A. Definisi Biaya Standar

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-
faktor lain tertentu. Kata-kata biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa
biaya yang ditentukan di muka merupakan pedoman di dalam pengeluaran biaya yang
sesungguhnya.
Untuk menentukan berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan satu satuan produk atau untuk satu satuan jasa, harus diadakan
penyelidikan lebih dahulu mengenai kegiatan produksi atau penyerahan jasa yang paling
efisien.

B. Manfaat Sistem Biaya Standar dalam Pengendalian Biaya


Biaya standar merupakan alat yang penting di dalam menilai pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem biaya standar memberikan pedoman
kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu
sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan
metode produksi, pemeliharaan tenaga kerja dan kegiatan yang lain. Sistem biaya standar
menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar
memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan”
(exception principles).

C. Kelemahan Biaya Standar


Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat.
Sering kali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam
jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan
perbaikan standar jarang sekali dilakukan.

D. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Secara umum kegiatan di setiap
pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan adalah mengolah masukan menjadi
keluaran. Semua pusat pertanggungjawaban dapat diukur masukannya, tetapi tidak semua
keluaran pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif.
Berdasarkan atas masukannya dan keluarannya, pusat pertanggungjawaban di
dalam perusahaan secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Pusat Biaya (expense center) adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya diukur berdasarkan masukannya.
2) Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan keluarannya.
3) Pusat Laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
diukur berdasarkan selisih antara keluaran dan masukan (laba).
4) Pusat Investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh
dengan investasi di dalam pusat pertanggungjawaban.
Pusat biaya dapat dibagi menurut sifat biaya yang dikeluarkan oleh pusat
pertanggungjawaban yaitu :
1) Engineered expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya berupa engineered expense, yaitu biaya yang masukan dan
keluarannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat.
2) Discretionary expense center adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya berupa discretionary expense, yaitu biaya yang antara masukan
dan keluarannya tidak memiliki hubungan yang nyata dan erat.
Sistem biaya standar hanya dapat diterapkan sebagai alat pengendalian biaya yang efektif
di dalam engineered expense center atau pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar
biayanya merupakan engineered expense. Karena rasio antara masukan dengan keluaran
dapat diukur secara kuantitatif, sehingga dapat ditentukan tingkat efisiensinya, sehingga
memungkinkan diterapkannya pengendalian biaya dengan menggunakan sistem biaya
standar.

E. Prosedur Penentuan Biaya Standar


Berikut ini prosedur penentuan biaya standar yang dibagi ke dalam bagian :
1. Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku standar terdiri dari :
1) Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran
fisik tertentu atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2) Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut harga standar.
Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi
produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk,
maupun mutunya. Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan
menggunakan :
1) Penyelidikan teknis
2) Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
a) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau
pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.
b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam
pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk
di masa lalu.
c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam
pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.
Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang,
biasanya untuk jangka waktu satu tahun.
b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka
panjang.
Harga standar bahan baku digunakan untuk :
a. Mengecek pelaksanaan pekerjaan departemen pembelian.
b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba
perusahaan.
2. Biaya Tenaga Kerja Standar
Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur sebagai berikut :
1) Jam tenaga kerja standar
2) Tarif upah standar
Syarat untuk berlakunya jam tenaga kerja standar adalah :
a) Tata letak pabrik (plant layout) yang efisien dengan peralatan yang
modern sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya
yang minimum.
b) Pengembangan staf perencanaan produksi, routing, scheduling dan
dispatching, agar aliran proses produksi lancar, tanpa terjadi penundaan
dan kesimpangsiuran.
c) Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada
saat dibutuhkan untuk produksi.
d) Standardisasi kerja karyawan dan metode-metode kerja dengan instruksi-
instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi
dapat dilakukan di bawah kondisi yang paling baik.
Jam kerja standar dapat ditentukan dengan cara :
1) Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan
dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
2) Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang
diharapkan.
3) Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan
di bawah keadaan nyata yang diharapkan.
4) Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan operasi produksi dan produk.
Jam tenaga kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan
kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari
(menunggu bahan baku, reparasi dan pemeliharaan mesin) dan faktor-faktor
kelelahan kerja.
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan
yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata
upah per jam yang diperkirakan akan dibayar. Tarif upah standar dapat ditentukan
atas dasar :
a) Perjanjian dengan organisasi karyawan
b) Data upah masa lalu yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar
adalah rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah
karyawan masa lalu.
c) Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
3. Biaya Overhead Pabrik Standar
Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead
yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Manfaat utama
tarif overhead standar ini, yang meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan
tetap adalah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan.
Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel
dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya
dalam tarif biaya overhead pabrik ini semua biaya overhead diperlakukan sebagai
biaya variabel.

F. Jenis Standar
Standar dapat digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai
berikut :
1) Standar teoretis
Standar teoretis disebut pula dengan standar ideal, yaitu standar yang ideal
yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai. Kebaikan standar
teoretis adalah bahwa standar tersebut dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Tetapi pelaksanaan yang sempurna yang dapat
dicapai oleh orang atau mesin jarang dapat dicapai sehingga standar ini
sering kali menimbulkan frustasi.
2) Rata-rata biaya waktu yang lalu
Standar ini cenderung standar yang longgar sifatnya. Rata-rata biaya
waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang tidak efisien, yang
seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar. Tetapi
jenis standar ini kadang berguna pada saat permulaan perusahaan
menerapkan sistem biaya standar, dan terhadap jenis biaya standar ini
secara berangsur-angsur kemudian diganti dengan biaya yang benar-benar
menunjukkan efisiensi.
3) Standar normal
Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di
bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Standar ini
berguna bagi manajemen dalam perencanaan kegiatan jangka panjang.
Standar normal tidak begitu bermanfaat ditinjau dari sudut pengukuran
pelaksanaan tindakan dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4) Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance)
Standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang paling
baik untuk menilai pelaksanaan. Standar ini didasarkan pada tingkat
pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan
ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.

G. Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya dari Biaya Standar


Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih
(variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari biaya
analisis ini diselidiki penyebab terjadinya untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi
terjadinya selisih yang merugikan.
Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda
dengan analisis selisih biaya overhead pabrik. Dalam analisis selisih biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas, sedangkan dalam
analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas. Oleh karena itu,
pembahasan analisis selisih ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis selisih biaya
produksi langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) dan biaya
overhead pabrik.

H. Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung


Ada tiga model analisis selisih biaya produksi langsung :
1) Model Satu Selisih (The One-Way Model)
2) Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
3) Model Tiga Selisih (The Three-Way Model)

MODEL SATU SELISIH (The One Way Model) – Selisih Biaya Bahan Baku
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah ke dalam
selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan
gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas. Jadi dalam selisih biaya produksi hanya
akan dijumpai tiga selisih; selisih biaya bahan baku, selisih biaya tenaga kerja, dan selisih biaya
overhead pabrik. Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih laba atau yang menguntungkan)
dan tanda R (selisih rugi).Rumus analisis selisih model satu selisih yaitu :

St = (HSt x KSt) – (HS x KS)


Keterangan :
St = total selisih HS = harga sesungguhnya
Hst = harga standar KS = kuantitas sesungguhnya
KSt = kuantitas standar

MODEL DUA SELISIH (The Two Way Model) – Selisih biaya bahan baku

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi
selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi. Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut ini:
Rumus perhitungan selisih harga SH = (HSt – HS) x KS
Rumus perhitungan selisih kuantitas SK = (KSt – KS) x HSt
Keterangan :
SH = selisih harga HS = harga sesungguhnya
Hst = harga standar KS = kuantitas sesungguhnya
KSt = kuantitas standar SK = Selisih kuantitas/efisiensi

MODEL TIGA SELISIH (The Three Way Model) – Selisih biaya bahan baku
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi
selisih harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas.Hubungan harga dan kuantitas standar
dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut ini:

1.Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan
kuantitas sesungguhnya

2.Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
tinggi dari kuantitas sesungguhnya

3.Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
rendah dari kuantitas sesungguhnya

1. Jika Harga Standar dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi atau Lebih Rendah dari
Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya.

Jika HS dan KSt < HS dan KS , Maka rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini:
Rumus perhitungan

Selisih harga : SH = (HSt – HS) x KSt

Rumus perhitungan

Selisih kuantitas : SK = (KSt – KS) x HSt

Rumus perhitungan

Selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas : SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS)

2. Harga Standar Lebih Rendah dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar Lebih Tinggi dari Kuantitas Sesungguhnya.

Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian
perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model 3 selisih
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

SH = ( HSt – HS ) x KS untuk menghitung selisih harga

SK = ( KSt – KS ) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas

Selisih harga/kuantitas sama dengan nol.

3. Harga Standar Lebih Tinggi dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar Lebih Rendah dari Kuantitas Sesungguhnya.

Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih dilakukan dengan
rumus sebagai berikut :

SH = ( HSt – HS ) x KSt untuk menghitung selisih harga

SK = ( KSt – KS ) x HS untuk menghitung selisih kuantitas

Selisih harga/kuantitas sama dengan nol.

Dalam model 3 selisih, rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dapat dilakukan dengan 3
cara tergantung dari kondisi berikut ini :

1. Jika harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, model 3 selisih lebih
teliti dalam membebankan selisih harga kepada manajer fungsi pembelian dan selisih
kuantitas kepada manajer produksi dibandingkan dengan model 2 selisih.

a. Dalam kondisi harga dan kuantitas standar masing-masing lebih TINGGI


dibandingkan dengan harga dan kuantitas sesungguhnya, model dua selisih
membebankan selisih kuantitas lebih banyak kepada manajer fungsi produksi karena
rumus perhitungan selisih kuantitas adalah (KSt-KS) x HSt, sehingga sebagian selisih
harga dibebankan sebagai bagian selisih kuantitas.

b. Dalam kondisi harga dan kuantitas standar masing-masing lebih RENDAH


dibandingkan dengan harga dan kuantitas sesungguhnya, model 2 selisih
membebankan selisih harga lebih banyak kepada manajer fungsi pembelian, karena
rumus perhitungan selisih harga adalah (HSt – HS) x KS, sehingga sebagian selisih
kuantitas dibebankan sebagian bagian selisih harga.

c. Model 3 selisih membebankan selisih harga yang memang benar-benar menjadi


tanggungjawab manajer fungsi pembelian dan membebankan selisih kuantitas yang
benar-benar menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi, karena selisih
gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas dipisahkan tersendiri.

Gambar 13.12

Harga dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi atau Lebih Rendah dari Harga dan Kuantitas
Sesungguhnya

#1 #2 #3

Hst HS HSt

HS HSt HS

Ks KSt KSt KS KS KSt

MODEL DUA SELISIH MODEL TIGA SELISIH

2. Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar
lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih harga dengan model 3 selisih
sebagai berikut :
SH =(HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
SHK = nol
3. Jika harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih
rendah dari kuantitas sesungguhnya,
SH = (Hst - HS) x KSt
SK = (KSt - KS) x KS
SHK = nol

Dalam model 2 selisih, selish harga dan selisih kuantitas dihitung sebagai berikut :
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt

Gambar 13.13
Perbandingan Model Tiga Selisih dengan Model Dua Selisih

#1 #2 #3

HS HSt HSt

HSt HS HS

Ks KSt KSt KS KSt


KS

MODEL TIGA SELISIH MODEL DUA SELISIH

Model Tiga Selisih


Contoh Soal :
PT. Rimendi menggunakan system biaya standar. Data biaya standar dan biaya sesungguhnya
dalam bulan Januari 20X1 adalah sebagai berikut.
Biaya Kuantitas Kuantitas Harga Standar Harga
Standar Sesungguhnya Sesungguhnya
Bahan Baku 4000 unit 5000 unit Rp 20 Rp 15
Tenaga Kerja 1000 jam 2000 jam Rp 10 Rp 20

Jawab
a) Metode Satu selisih
1) Selisih biaya bahan baku
(KSt x Hst) - (KS x HS)
(4.000 x Rp 20) - ( 5.000 x Rp 15)
Rp 5.000 L
2) Selisih biaya tenaga kerja
(JKSt x TUSt) - (JKS x TUS)
(1.000 X Rp10) – (2.000 x Rp 20)
Rp 30.000 R
b) Model dua selisih
1) Selisih biaya bahan baku
 Selisih harga bahan baku
(HSt-Hs) Ks
Rp 20- Rp 15) x 5.000
Rp 25.000 L
 Selisih kuantitas bahan baku
(KSt-KS) xHSt
(4.000-5.000) x Rp 20
Rp 20.000 R
2) Selisih biaya tenaga kerja langsung
 Selisih tarif upah
(TUSt – TUS) x JKS
(Rp 10-Rp 20) x 2000
Rp 20.000 R
 Selisih efisiensi rupiah
(JKSt – JKS) xTUSt
(1.000-2.000) x Rp 10
Rp 10.000 R

c) Model tiga selisih


1) Selisih biaya bahan baku
 Selisih harga bahan baku
(HSt – HS) x KSt
(Rp 20-Rp 15) x 4.000
Rp 20.000 L
 Selisih kuantitas bahan baku
(KSt-KS) x HS
(4.000-5.000) x Rp 15
Rp 15.000 R
 Selisih harga / kuantitas bahan baku
Tidak terdapat selisih harga/kuantitas.

2) Selisih biaya tenaga kerja


 Selisih tarif upah
(TUSt-TUS) x JKSt
(Rp 10 – Rp 20) x 1.000
Rp 10.000 R
 Selisih efisiensi upah
(JKSt-JKS) x TUSt
(1.000-2.000) xRp 10
Rp 10.000 R
 Selisih tarif/efisiensi upah
(JKSt-JKS) x (TUSt-TUSt)
(1.000-2.000)(Rp 10 – Rp 20)
Rp 10.000 R
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Contoh soal

Biaya bahan baku 5kg @ Rp 1.000 Rp 5.000


Biaya tenaga kerja 20 jam @ Rp 500 10.000
Bop:
Variable 20 jam @ Rp 400 8.000
Tetap 20 jam @ Rp 300 6.000
Total Rp 29.000
Transaksi yang terjadi dalam bulan januari 20X1 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500 kg @ Rp 1.100
2. Jumlah produk yang diproduksi dan selesai di proses dalam bulan januari 20X1
adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sebagai berikut:
 Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000
 Biaya tenaga kerja 5.100 jam@Rp475 = Rp 2.422.500
 BOP = Rp 3.650.000

Jawab
Biaya Bahan Baku
1. Model satu selisih
Selisih biaya bahan baku
(HSt-KSt)-(HS-KS)
(Rp 1.000-1250) – (Rp 1.100-Rp 1.050) Rp 95.000 L
2. Model dua selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(HSt-HS)x KS
(Rp 1.000- 1.100) x 1050 kg Rp 105.000 R

Selisih kuantitas biaya bahan baku


(KSt-KS) x HSt
(1.250-1.050) x Rp 1.000 Rp 200.000 L
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000
3. Model tiga selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(HSt-HS) x KS
(Rp 1.000-1.100) x 1.050 Kg Rp 105.000 R
Selisih kuantitas biaya bahan baku
(KSt-KS) xHSt
(.1250 – 1.050) X Rp 1.000 Rp 200.000 L
Selisih harga/kuantitas biaya bahan baku 0
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000 L

Biaya Tenaga Kerja


1. Model satu selisih
Selisih biaya tenaga kerja
(TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)
( Rp 500 x 5.000) – ( Rp 475 x 5100) Rp 77.500 L

2. Model dua selisih


Selisih tarif upah
(TUSt-TUS) x JKS
(Rp 500-Rp 475) x 5100 jam Rp 127.500 L
Selisih efisiensi upah
(JKSt-JKS) x TUSt
(5000-5100) x Rp 500 Rp 50.000 R
Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500 L
3. Model tiga selisih
Selisih tarif upah
(TUSt-TUS) x JKSt
(Rp 500-Rp 475) x 5000 jam Rp 125.000 L
Selisih efisiensi upah
(JKSt-JKS) x TUS
(5000-5100) x Rp 475 Rp 47.500 R
Selisih harga/efisiensi upah 0
Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500 L

Selisih Biaya Overhead Pabrik


1. Model satu selisih
Selisih total BOP:
BOP sesungguhnya Rp 3.650.000
BOP yang dibebankan
250x20 jam x Rp 700 Rp 3.500.000
Selisih total BOP Rp 150.000 R

2. Model dua selisih


Selisih tersebut dipecah menjadi dua macam yaitu:
 Selisih terkendalikan (Contrallable variance)
BOP sesungguhnya Rp 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal
5200 x Rp 300 Rp 1.560.000
BOP variable sesungguhnya Rp 2.090.000
BOP variable pada jam standar
5000 jam x Rp 400 Rp 2.000.000
Selisih terkendalikan Rp 90.000 R

 Selisih volume
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5200 jam
Jam tenaga kerja standar 5000 jam
Selisih volume 200 jam
Tarif biaya overhead per jam Rp 300 x
Selisih volume Rp 60.000 R

3. Model tiga selisih


Selisih BOP sebesar Rp 150.000 tsb dapat dipecah menjadi:
 Selisih pengeluaran (spending variance)
BOP sesungguhnya Rp 3.650.000
BOP pabrik tetap pada kapasitas normal
5200 x Rp 300 Rp 1.560.000
BOP variable sesungguhnya Rp 2.090.000
BOP variable yang dianggarkan pada jam yang
sesungguhnya dicapai
5100 jam x Rp 400 Rp 2.040.000
Selisih pengeluaran Rp 50.000 R

 Selisih kapasitas (idle capacity variance)


Kapasitas normal 5200 jam
Kapasitas sesungguhnya 5100 jam
Kapasitas yang tidak terpakai 100 jam
Tarif BOP tetap Rp 300
Selisih kapasitas Rp 30.000 R
 Selisih efisiensi
Jam standar 5000 jam
Jam sesungguhnya 5100 jam
Selisih efisiensi 100 jam
Tarif BOP Rp 700
Selisih efisensi Rp 70.000 R
4. Model empat selisih
Selisih pada BOP sebesar Rp 150.000 dapat dibagi lagi menjadi:
Selisih pengeluaraan Rp 50.000 R
Selisih kapasitas Rp 30.000 R
Selisif efisiensi yang dipecah lagi:
Selisih efisiensi variable 100 jam x Rp 400 Rp 40.000 R
Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp 300 Rp 30.000 R
Total selisih BOP Rp 150.000 R

Akuntansi Biaya Standar


Secara garis besar, akuntansi biaya standar dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Metode tunggal (single plan) dan Metode ganda (Partial plan). Perbedaan antara
keduanya adalah pada waktu penyajian informasi mengenai terjadinya penyimpangan
antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya kepada manajemen.
METODE GANDA (PARTIAL PLAN)

Karakteristik metode ganda adalah:


1. Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya sesungguhnya dan dikredit dengan
biaya standar. Dalam metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya sungguhnya dan
persediaan produk jadi dicatat pada harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat
pada harga pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi, setelah
harga pokok persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang dicatat dalam rekening barang dalam proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah tolal perbedaan antara
biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-scisih tersebut
memerlukan bantuan informasi yang tidak tersedia dalam rekening-rckening buku besar.

Aliran Biaya Standar Dalam Metode Ganda


Berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya produksi sesungguhnya,
biaya produksi standar, dan selisih.
1. Pencatatan biaya bahan baku

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 1.155.000


Persediaan Bahan Baku Rp 1.155.000

2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.422.000


Gaji dan Upah Rp 2.422.000

3. Pencatatan biaya overbead pabrik:


Dalam metode ganda, biaya overhead pabrik dicatat dengan menggunakan salah satu metode
berikut ini:

Metode 1

Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dalam periode akuntansi tertentu dan dikredit dengan biaya standarnya. Dengan
demikian, selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening barang dalam proses-
biaya overhead pabrik. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah
sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhaya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000

Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut
dibebankan ke produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Metode 2

Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overbead pabrik atas dasar tarif standar.
Dalam metode ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening barang dalam
proses-biaya overhead pabrik dan biaya overhead pabrik scsungguhnya. Jurnal pencatatan
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000

Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas


dasar tarif standar (5.100 jam x Rp700 = Rp3.570.000) adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000

Pada akhir periode akuntansi, rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, untuk perhitungan sebagian dari selisih biaya
overhead pabrik. Jurnal penutupannya adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp 3.570.000

4. Pencatatan harga pokok produk jadi


Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang
ditransfer ke gudang dengan biaya standar per satuan. Jurnal pencatatan harga pokok produk
jadi berikut ini:
Persediaan Produk Jadi Rp 7.250.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 1.250.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 2.500.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 3.500.000

5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses

Harga pokok produk dalam proses dihitung dengan cara mengalikan unit ekuivalensi
kuantitas produk dalam proses pada akhir periode dengan biaya standar per satuan. Contoh
jurnal berikut ini:
Persediaan Produk dalam Proses xxx
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx

6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual

Harga pokok produk yáng dijual dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk yang
dijual selama periode akuntansi dengan biaya standar per satuan. Contoh jurnal berikut ini:
Harga Pokok Penjualan xxx
Perediaan Produk Jadi xxx
7. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar
a. Selisih biaya bahan baku
Selisih biaya bahan baku ditentukan dengan cara menghitung saldo rekening barang
dalam proses-biaya bahan baku pada akhir periode. Jurnal untuk mencatat selisih biaya
bahan baku dengan model dua selisih tersebut adalah sebagai berikut:
Selisih Harga Bahan Baku Rp 105.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku 95.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku Rp 200.000

b. Selisih biaya tenaga kerja langsung


Selisih biaya tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara menghitung saldo rekening
barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung pada akhir periode. Jurnal untuk
mencatat selisih biaya tenaga kerja langsung dengan model dua selisih tersebut adalah
sebagai berikut:
Selisih Efisiensi Upah Rp 50.000
Barang dlm Proses-Biaya TKL 77.500
Selisih Tarif Upah Rp 127.500
Jurnal untuk mencatat selisih biaya tenaga kerja langsung dengan model tiga selisih
tersebut adalah sebagai berkut:
Selisih Efisiensi Upah Rp 47.500
Barang dlm Proses-Biaya TKL 77.500
Selisih Tarif Upah Rp 125.000

c. Selisih biaya tenaga kerja langsung


Penentuan selisih biaya overhead pabrik tergantung pada metode pencatatan biaya
overhead pabrik. Jika pencatatan biaya overhead pabrik menggunakan metode 1, maka
selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan mencari saldo rekening barang dalam
proses-biaya overhead pabrik. Selisih biaya overhead pabrik dengan model
tiga selisih dicatat sebagai berikut:
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisth Kapasitas 30.000
Selisth Efisiensi 70.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 150.000

Jika pencatatan biaya overhead pabrik menggunakan mctode 2, maka selisih biaya
overhead pabrik dihitung dengan mencari saldo rekening barang dalam proses-biaya
overhead pabrik dan saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya setelah
rekening biaya overhead pabrık yang dibebankan ditutup ke dalamnya. Selisih biaya
overhead pabrik dengan model tiga selisih dicatat sebagai berikut:
Selisih Efisiensi Rp 70.000
Barang dalam Proses Rp 70.000
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisih Kapasitas 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000
METODE TUNGGAL (SINGLE PLAN)

Untuk memberikan gambaran penggunaan metode tunggal, berikut ini disajikan akuntansi biaya
standar, yang dibagi menjadi tiga bagian: pencatatan biaya bahan baku, pencatatan biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Pencatatan Biaya Bahan Baku


Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dipengaruhi oleh saat pencatatan selisih
harga bahan baku. Oleh karena itu, pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dibagi
menjadi tiga:
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli.
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai.
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai.

Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli
Dalam metode pencatatan ini, rekening persediaan bahan baku didebit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan.
Rekening utang dagang dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan
harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan rekening persediaan
bahan baku dengan pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening selisih harga
pembelian bahan baku (materials purchase price variance).
Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir periode
akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah dalam
menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada
akhir periode tersebut. Rekening selisih harga pembelian bahan baku hanya dapat menunjukkan
jumlah seluruh selisih harga pembelian bahan baku yang teradi dalam suatu periode akuntansi.

Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakai
Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku didebit
sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku per
satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan demikian pada
saat pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli dan Dipakai
Metode ketiga ini merupakan kombinasi antara metode 1 dan metode 2 yang telah
diuraikan di atas. Pada saat bahan baku dibeli, selisih harga yang terjadi dicatat dalam rckening
selisih harga pembelian bahan baku. Pada saat bahan baku dipakai, sebagian dari selisih harga
yang melekat pada bahan baku yang dipakai ditransfer ke rekening selisih harga bahan baku
yang dipakai. Dalam metode ini rekening persediaan bahan baku didebit dan dikredit dengan
harga standar bahan baku.
Dari jurnal diatas, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku Rp 15.000.000
Utang Dagang Rp
13.500.000 Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp
1.500.000 (untuk mencatat pembelian bahan baku)
Barang dalam Proses-Bahan Baku Rp 10.000.000
Selisih Pemakaian Bahan Baku Rp 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 12.000.000
(untuk mencatat pemakaian bahan baku)
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp 1.200.000
Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai Rp 1.200.000
(untuk mencatat selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada
bahan baku yang dipakai dalam produksi)
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
1. Pencatatan utang upah langsung
2. Pencatatan distribusi upah langsung
3. Pencatatan pembayaran upah langsung

Pada saat daftar upah langsung selesai dibuat, Bagian Akuntansi Keuangan membuat jurnal
sebagai berikut:
Gaji dan Upah XX
Utang Gaji dan Upah XX
Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening Barang dalam Proses
sebesar hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar dan mengkredit rekening gaji dan
upah sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya. Selisih pendebitan rekening Barang dalam
Proses dengan pengkreditan rekening Gaji dan Upah dicatat dalam rekening Selisih Tarif Upah
dan Selisih Efisiensi Upah.
Barang dalam Proses Rp 2.500.000
Selisih Efisiensi Upah 50.000
Gaji dan Upah Rp 2.422.500
Selisih Tarif Upah
127.500
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single plan) dipengaruhi oleh
metode analisis selisih biaya overhead yang digunakan.
Metode Dua Selisih
Jika metode dua selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik, maka
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik.
Atas dasar data dalam Contoh 8, dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal pencatatan
biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000*
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 3.500.000
*250 x 20 jam x Rp700
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.500.000
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.500.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:
Selisih Terkendalikan Rp 90.000
Selisih volume 60.000
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 150.000
Metode Tiga Selisih
Jika metode tiga selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik. Atas dasar data
dalam contoh 8 dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal pencatatan biaya overhead
pabrik adalah sebagai berikut:
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000*
Selisih Efisiensi 70.000
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.570.000**
*5.000 jam x Rp700
**5.100 jam x Rp700
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupaan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 3.570.000
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 3.570.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik:
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisih Kapasitas Rp 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000
Metode Empat Selisih
Karena perbedaan metode empat selisih dengan metode tiga selisih terletak pada selisih efisiensi,
makan pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode empat selisih dilakukan dengan
membentuk rekening selisih efisiensi tetap. Dari data dan perhitungan selisih dalam contoh 8,
jurnal pencatatan selisih efisiensi adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses Rp 3.500.000
Selisih Efisiensi Variabel 40.000
Selisih Efisiensi Tetap 30.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, penutupan biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, dan pencatatan selisih
pengeluaran dan selisih kapasitas dalam metode empat selisih ini sama dengan yang dibuat
dalam metode tiga selisih.

Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi


Pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dilakukan dengan mengkredit
rekening barang dalam proses dan mendebit rekening persediaan produk jadi sebesar hasil kali
kuantitas produk jadi yang ditranfer ke gudang dengan harga pokok standar per satuan produk.
Pencatatan harga pokok produk selesai dari Contoh 8 adalah sebagai berikut:
Persediaan Produk Jadi Rp 7.250.000*
Barang dalam proses Rp 7.250.000
*250.000 unit produk x Rp29.000
= Rp7.250.000
Selisih Komposisi Bahan Baku dan Selisih Hasil (Materials Mix dan Yield Variance)
Bahan Baku yang dipakai dalam perusahaan seringkali terdiri atas berbagai macam jenis dan
mutu. Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, seringkali terdapat kemungkinan untuk mengubah
komposisi bahan baku yang dipakai dengan tujuan untuk merendahkan biaya, dengan mutu dan
kuantitas hasil produk yang tetap memuaskan. Penurunan biaya juga dapat dilakukan dengan
perbaikan hasil bahan baku yang dipakai. Dalam perusahaan semacam ini, manajemen
memerlukan analisis selisih komposisi dan hasil bahan baku.
Selisih Komposisi Bahan Baku
Jika spesifikasi bahan baku menurut standar telah ditentukan dan komposisi jenis bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka bila terjadi penyimpangan
antara komposisi standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang dipakai, penyimpangan
ini disebut selisih komposisi. Dalam perusahaan tertentu, seperti perusahaan tekstil, karet dan
perusahaan kimia, yang produknya harus memenuhi mutu fisik dan kimia tertentu, terdapat
kemungkinan untuk menggunakan berbagai kombinasi bahan baku yang berbeda, dengan hasil
produk yang tetap memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Dalam banyak hal komposisi
bahan baku yang baru akan diikuti dengan timbulnya selisih hasil yang menguntungkan atau
merugikan.
Selisih Hasil
Hasil dapat didefiniskan sebagai jumlah produk utama yang dihasilkan dari pengolahan
sejumlah bahan baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10 satuan produk dibutuhkan 20 kg
bahan baku, maka presentase hasil dalam hal ini adalah 50% (10/20 x 100%). Jika presentase
hasil sesungguhnya menyimpang dari standar, maka penyampingan ini disebut selisih hasil.
Contoh 10
Untuk menghasilkan 5 satuan produk A dibutuhkan bahan baku menurut komposisi standar
disajian sbb:

Kuantitas
Jenis Jumlah % Harga Standar per kg Biaya Bahan baku per 5
Bahan
satuan produk
baku
X 6 kg 60 Rp15 Rp 90
Y 4 kg 40 Rp20 Rp 80
10 kg 100 Rp 170
Misalkan jumlah produk A yang dihasilkan dalam bulan April 20X1 berjumlah 4.550 satuan
dengan pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg
Penghitungan selisih Hasil Bahan Baku
Untuk menghasilkan 5 satuan produk selesai dibutuhkan 10 kg bahan baku (X dan Y) atau
presentase hasilnya sebesar 50%. Jadi kalau jumlah bahan baku X dan Y yang diolah dalam
periode akuntansi tersebut sebanyak 9.000 kg, menurut presentase hasil standar harus
menghasilkan 50% x 9.000 = 4.500 unit produk selesai. Padahal hasil sesungguhnya berjumlah
4.550 satuan, sehingga selisih hasil (dalam unit) sebesar 50 satuan. Perhitungan selisih hasil
bahan baku dapat diringkas sbb:
Hasil sesungguhnya 4.550 satuan
Hasil menurut standar 50% x 9.000 satuan 4.500
Selisih hasil (dalam kuantitas) 50 satuan
Selisih hasil dalam rupiah 50 x Rp34 Rp 1.700
Karena setiap 5 satuan produk membutuhkan biaya bahan baku Rp170, maka biaya bahan yang
terkandung dalam setiap 1 satuan produk selesai adalah sebesar Rp34 (Rp170:5). Jadi selisih
hasil dalam rupiah adalah 50 x Rp34 = Rp 1.700 (laba).
Kedua selisih hasil yang terakhiran ini dihitung dengan cara mengalikan selisih hasil dalam
satuan dengan biaya tenaga kerja langsung atau biaya overhead pabrik standar yang terkandung
dalam setiap satuan produk selesai.
Misalkan dari contoh di atas, untuk menghasilkan 5 satuan produk dibutuhkan biaya tenaga kerja
standar Rp150 dan biaya overhead pabrik standar Rp200 maka selisih hasil dapat dihitung sbb:

Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja


Hasil sesungguhnya x biaya tenaga kerja standar per satuan
produk 4.550 x Rp30 = Rp 136.500
Hasil standar x biaya tenaga kerja standar per satuan
produk 4.500 x Rp30
= 135.000
Selisih hasil biaya tenaga kerja = Rp 1.500
Selisih Hasil Overhead Pabrik
Hasil sesungguhnya x biaya overhead pabrik
per satuan produk 4.550 x Rp40 = Rp 182.000
Hasil standar x biaya overhead pabrik
per satuan produk 4.500 x Rp40 =
180.000
Selisih hasil overhead pabrik = Rp 2.000
Pencatatan selisih komposisi bahan baku dan selisih hasil
Perbedaan antara selisih komposisi dan selisih hasil bahan baku merupakan selisih pemakaian
bahan. Dalam contoh di atas selisih pemakaian bahan sebesar Rp700 (Rp1.700 – Rp1.000) sama
dengan:
Selisih hasil bahan baku Rp 1.700 L
Selisih komposisi bahan baku 1.000 R
Rp 700 L
Selisih komposisi bahan baku dicatat pada bahan baku dipakai dalam produksi. Dalam hal ini
rekening barang dalam proses didebit sebesar hasil kali kuantias sesungguhnya bahan baku yang
dipakai menurut komposisi standar dengan harga standar bahan baku per satuan dan rekening
persediaan bahan baku dikredit sebesar hasil kali kuantitas sesungguhnya bahan baku yang
dipakai menurut komposisi sesungguhnya dengan harga standar bahan baku per satuan.
Dari contoh diatas, pencatatan selisih komposisi bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp153.000
Selisih Komposisi Bahan Baku 1.000
Persediaan Bahan Baku Rp154.000
Untuk mencatat selisih hasil bahan adalah sebagai berikut:
Persediaan Produk Jadi Rp 154.700
Selisih hasil bahan baku Rp 1.700
Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku 153.000
Untuk mencatat selisih hasil upah dibuat jurnal berikut ini:
Produk Jadi R p 136.500
Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja Rp 1.500
Barang dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 135.000
Untuk mencatat selisih hasil biaya overhead pabrik:
Persediaan Produk Jadi Rp 182.000
Selisih Hasil Overhead Pabrik Rp 2.000
Barang dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik 180.000

Perlakuan Terhadap Selisih


Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara:
a. Ditutup ke rekening laba rugi
b. Dipakai untuk menyesuaikan rekening-rekening harga pokok penjualan dan persediaan
produk jadi dan persediaan barang dalam proses.

Perlakuan terhadap selisih yang terjadi tergantung pada:


1. Jenis selisih: selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.
2. Besarnya selisih: jika jumlah selisih relatif kecil, disajikan langsung dalam laporan laba
rugi, sedangkan jika jumlahnya relatif besar, diperlakukan sebagai adjustment terhadap
persediaan dan harga pokok penjualan.
3. Pengalaman penggunaan biaya standar
4. Sebab-sebab terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih terjadi karena kesalahan dalam
penentuan standar).
5. Waktu terjadinya selisih (misalnya: apakah selisih yang terjadi merupakan selisih yang
tidak biasa, yang disebabkan karena fluktuasi musim).

Selisih ditutup ke rekening laba rugi


Dari contoh prosedur akuntansi biaya standar dengan metode ganda (partial plan) dapat dibuat
ringkasan jenis dan jumlah selisih sebagai berikut:
Jenis Selisih Jumlah

Selisih Harga bahan baku Rp 105.000 R


Selisih kuantitas bahan baku 200.000 L
Selisih Tarif Upah 127.500 L
Selisih efisiensi upah 50.000 R
Selisih pengeluaran
50.000 R
Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000
Selisih Tarif Upah Rp 127.500
Selisih Harga Bahan Baku Rp 105.000
Selisih Efisiensi Upah 50.000
Selisih pengeluaran
50.000 Rugi-Laba
127.500

Selisih Dibagikan ke Rekening-Rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan


Pembagian selisih ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan dapat
didasarkan pada perbandingan harga pokok atau kuantitasnya.
Perbaikan Biaya Standar
Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya telah
mengalami perubahan. Mengenai kapan standar harus diubah, ada dua pendapat. Pendapat yang
pertama mengatakan bahwa standar harus diubah dalam periode akuntansi , yaitu segera setelah
diketahui bahwa standar tersebut keliru ditetapkan. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa
jika standar diperbaiki dalam akuntansi, perubahan tersebut akan menghancurkan standar sebagai
alat pengukur efisiensi.
Jalan tengah yang diambil dalam pertentangan dua pendapat tersebut adalah: ditinjau dari
segi praktisnya, apabila terjadi perubahan yang penting dalam metode produksi, tenaga
kerja atau bahan baku yang dipakai baik kuantitasnya, maka standar harus segera diubah.
Baik standar harga bahan maupun standar tarif upah harus diubah bila terjadi perubahan
yang penting pada harga pasar bahan baku dan tarif upah.

Anda mungkin juga menyukai