Anda di halaman 1dari 6

Perjalanan Waktu

Semua berawal pada saat ulang tahunku yang ke-7, tepatnya pada tanggal 1
November 2002. Hari itu adalah ulang tahun yang sangat spesial, karena itu juga ulang
tahun terakhirku yang dirayakan bersama ayahku. Sebelum Ia meninggal secara misterius.
Dan ngomong-ngomong namaku adalah Dena. Seorang mahasiswa yang cukup populer di
kampus namun sepertinya biasa saja untuk kalangan dunia. Hahaha.

Pada hari itu, 2 sahabatku datang ke rumahku. Mereka bernama Dika dan Deja.
Sungguh suatu persahabatan yang unik. Dena, Dika, Deja. Biasa kami menyebutnya 3D,
karena nama awalan kami semua ada huruf D. Lalu saat itu, mereka ikut merayakan ulang
tahunku, dan juga turut memberikanku hadiah. Sungguh suatu hari yang sangat spesial.
Tapi, dibalik semua itu. Ada satu hal yang paling kusuka, yaitu pemberian hadiah dari
ayahku. Ia memberikanku sebuah arloji yang bentuknya sangat futuristis. aku sangat
menyukai tampilannya, sehingga aku memakainya setiap hari, setiap menit, bahkan setiap
detik. Aku tidak pernah melepaskannya karena arloji itu sangat bagus dan juga merupakan
pemberian dari ayahku.

Hingga momen itu terjadi. Ketika itu dia ditelpon oleh salah satu rekan kerja nya
bahwa ada keadaan genting dalam pekerjaan mereka. Sehingga pada akhirnya dia pamit
meninggalkanku untuk mengeceknya sebentar dan berkata bahwa akan kembali segera.
Aku yang dulu masih belum mengerti hanya mengiyakan saja apa yang dikatakannya dan
berharap dia segera kembali. Dan selang beberapa jam, Aku mendengar kabar bahwa
ayahku meninggal karena dibunuh secara mengenaskan oleh seorang perampok. Aku
benar-benar sedih, aku tidak bisa menahan rasa kehilangan itu saat mendengarnya. Setelah
hari itu aku tidak pernah lagi mengenakan arloji itu karena setiap kali aku memakainya, aku
jadi teringat ayahku. Sehingga aku memutuskan untuk menaruhnya di gudang.

Aku benar-benar mengagumi sosok ayahku. Ia adalah seorang ilmuwan yang sangat
terkenal di dunia ini. Ia menjadi panutanku karena dulu aku sangat ingin menjadi terkenal
seperti dia. Ia juga adalah salah satu anggota dari ZOGO. Divisi sains asal Indonesia
sekaligus yang paling hebat di dunia. Divisi ini tidaklah terkenal seperti NASA atau yang
lainnya. Tapi meskipun begitu, dunia meyakini bahwa ZOGO adalah satu-satunya divisi
sains yang paling hebat. Aku sangat mengagumi karya-karyanya. Karena proyek-proyek
mereka sangatlah hebat. Seperti Pil Mystique. Suatu pil yang dapat mengubah DNA dan sel
biologis seseorang. Dan itu dapat berfungsi penuh hanya dengan cara memikirkannya. Kita
bisa meniru penampilan seseorang, bahkan hingga ke suaranya. Namun pil itu belum lah
sepenuhnya selesai. Kata ayahku pil ini baru selesai sekitar 75%. Dan juga proyeknya
tentang Mesin Waktu. Namun perusahaan ini terpaksa ditutup karena pemimpin
perusahaannya, yaitu ayahku. Meninggal dunia.
14 tahun telah berlalu. Inilah aku yang sekarang. Dunia sudah modern, teknologi
dimana-mana, semuanya berubah. Tapi, ada 1 hal yang tidak berubah. Yaitu
persahabatanku dengan Dika dan Deja. Aku berteman dengan mereka sejak kecil, mereka
sudah aku anggap seperti keluarga. Kita bertiga kuliah di tempat yang sama, dan juga
mengambil jurusan yang sama pula. Kami terus bersama-sama untuk menciptakan sesuatu,
kami semua memiliki cita-cita menjadi seperti ayahku yaitu menjadi ilmuwan yang
terkenal.

10 Agustus 2016. Dika dan Deja datang ke rumahku untuk melanjutkan percobaan
untuk membuat Drone yang dapat dikendalikan hanya menggunakan telapak tangan dengan
menggunakan elektromagnetik. Kita mengerjakannya di gudang rumahku karena di situlah
tempat biasa ayahku melakukan eksperimennya. Semua barang-barang untuk bekerja ada di
situ juga. Lalu tiba-tiba saat sedang di gudang aku melihat arloji pemberian ayahku 15
tahun yang lalu. Lalu kami mendekatinya, dan melihat, bahwa arloji itu masih 100%
berfungsi. Tidak rusak sama sekali. Dan kami pun mengambilnya. Aku penasaran mengapa
masih berfungsi 100%, setelah 14 tahun sudah berlalu. Harusnya sudah tidak bisa nyala,
tetapi ini masih dapat bekerja dengan sangat baik. Lalu kami membuka arlojinya karena
penasaran. Dan ternyata! Arloji itu adalah teknologi dari ZOGO. Aku sangat mengagumi
teknologi-teknologi dari sana, karena penemuan-penemuannya yang sangat hebat. Mereka
sudah seperti melangkah lebih 20 tahun dari tahun yang seharusnya.

Lalu kami melihat ke dalam sampai ke intinya. Dan aku teringat sesuatu. Bentuk
intinya, aku pernah melihatnya, itu seperti yang ada di blueprint ayahku tentang mesin
waktu. Aku yakin persis itu intinya. Lalu aku pergi mencari blueprint tersebut di ruang
kerja ayahku. Dan benar dugaanku! Itu adalah inti dari mesin waktu yang pernah mau
dibuat oleh ayahku. Akhirnya kami memutuskan untuk mengubah riset percobaan kami
menjadi riset tentang mesin waktu. Di blueprint tersebut dijelaskan dengan sangat jelas cara
membuat mesin waktu. Lalu kami bertiga membuat benda itu. Semua hal yang dibutuhkan
sudah tersedia di gudangku, sehingga kami bisa cepat menyelesaikan benda ini.

Ketika membuat benda ini, tidak seperti yang kami pikirkan. Banyak sekali
gangguan yang terjadi. Saat hari pertama kami memulai pembuatannya, kami langsung
mendapat gangguan. Yaitu mati listrik, dan berlangsung 2 hari berturut-turut. Untungnya
aku dapat mengembalikan keadaan seperti semua dan melanjutkan pekerjaanku, aku yakin
ini adalah ulah orang iseng. Dan juga ketika sudah setengah jadi. Orang iseng itu semakin
menjadi-jadi. Tiba-tiba ada batu beserta kertas bertuliskan “Kau tidak tahu apa yang sedang
kau kerjakan” lama kelamaan aku penasaran siapa ini, tapi karena terlalu fokus dan
bersemangat dengan mesin waktu ini. Ya, mesin yang dapat mengubah apa yang sudah
terjadi. Aku jadi tidak menghiraukan gangguan itu. Akhirnya aku kembali dan
menyelesaikan pekerjaanku.

19 November 2016. Butuh waktu yang cukup lama ternyata untuk membuatnya.
Dan akhirnya mesin ini pun jadi. IYA, MESIN WAKTU! Karena terlalu bersemangat kami
pun langsung mencobanya. Pertama kami mencobanya menggunakan benda mati. Lalu
mesin ini berhasil. Lalu kami mencobanya pada benda hidup. Yaitu kita sendiri. Kami
mencobanya jauh dari kompleks sekitar rumah karena untuk menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan, lalu setelah itu kita mulai eksperimennya. Mesinnya hanya diset
untuk 1 hari ke belakang. Ketika mesinnya dinyalakan, rasanya sangat aneh. Getarannya,
energinya, semuanya kurasakan. aku seperti berada di lubang cacing, atau inilah lubang
cacing? Ini adalah pelajaranku di tempat aku sekolah, Jembatan Einstein-Rosen. Yang
hanya berupa teori. Namun sekarang semuanya menjadi nyata! Setelah kami melewati
lubang cacing tersebut, kami terjatuh di tempat yang sama. TAPI, ini adalah kemarin! aku
ingat situasi ini. Cuacanya, suhunya, dan semuanya, ini benar-benar kemarin. Kemudian
untuk meyakini lebih lanjut Dika menyarankan untuk pergi ke rumahnya. Saat itu kita
melihat bawa Dika yang di ‘masa lalu’ sedang tidur. Akhirnya kita iseng untuk mencoret
wajahnya kemudian terlihat bahwa wajah Dika yang ‘sekarang’ juga ikut tercoret
mengikuti coretan di wajahnya yang ‘dulu’. Tetapi pada saat itu juga tubuh Dika mulai
bergetar dan berbayang-bayang seperti akan tersedot dan akhirnya kita keluar dan menjauh
dari Rumah Dika. Aku senang. Akhirnya, Kami berhasil membuat mesin waktu!! Terima
kasih Ayah, sudah meninggal bertahun-tahun tapi masih memberiku PR.

Lalu kami berdiskusi, akan digunakan untuk apa mesin ini.


“Jadi, kira-kira apa yang akan kalian lakukan dengan mesin waktu ini?” tanyaku
“Hmm… minggu lalu ujian kimia ku dapat nilai jelek nih, gara-gara waktu itu lagi
ngerjain mesin ini. Mungkin akan memperbaikinya.” Tutur Deja
“Oke, kalau kamu bagaimana, Dik?” tanyaku kepada Dika
“Bagaimana kalo kita cari Uang pake mesin ini, jadi kita lihat lotere terakhir, catat
angkanya, terus balik deh. Dan boom kita langsung jadi miliarder.” Ucap Dika dengan
semangat
“Hahahah, boleh juga tuh! Aku juga butuh uang. Tapi sebelumnya, ada baiknya kita
bikin peraturan buat mesin ini.” Jawabku
“Gimana tuh peraturannya?” tanya Deja
“Jadi… yang pertama, dilarang keras ‘lompat’ sendirian, jadi kalo mau mundur kita
harus ‘lompat’ bareng-bareng, apapun kondisinya. Yang kedua, mesin ini, adalah rahasia
kita bertiga. Gak ada pamer-pamer di FB, IG, atau apapun. Harus bener-bener rahasia. Dan
yang terakhir, kita gak bisa ‘lompat’ lebih dari 3 bulan. Aku kurang tau juga bakalan
kenapa, tapi di blueprint dijelasin kalo ‘lompat’ gak boleh lebih dari 3 bulan.” Jelasku
“Oke… siap bos. Jadi, ngapain nih sekarang?” tanya Dika
“Hari ini istirahat aja dulu, pulang ke rumah masing-masing. Besok baru kita mulai
eksperimen kedua, aku juga sudah nggak sabar sih, tapi ya capek juga udah kerja seminggu
penuh, gak tidur, gak istirahat. Sekarang waktunya puas-puasin dah.” ucapku
“Ok aku juga cape, yauda deh. Pulang dulu ya, Bye Dena” tutur Deja
“Sip bye…” balasku kepada mereka berdua

Setelah berdiskusi kami pun melanjutkan kegiatan kami sehari-hari seperti biasa.
Mereka kembali ke rumah masing-masing dan melanjutkan aktivitasnya. Tetapi aku hanya
ingin beristirahat di kamarku dan ingin memikirkan untuk hari esok yang pastinya akan
sangat sibuk.

Malam pun tiba. Sungguh suatu hari yang panjang. Akhir-akhir ini aku sangat lelah.
Karena mengerjakan mesin ini dan juga menghadapi gangguan orang iseng itu. Tapi
meskipun begitu, sungguh menyenangkan jika sudah bisa memakainya dengan baik. Aku
sudah seperti Tuhan, yang bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Lalu aku kembali
menyusun rencana untuk kedepannya.

Setelah aku berpikir-pikir panjang, tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiranku. Aku


memikirkan, ‘Bagaimana jika aku bisa kembali ke masa lalu dan menyelamatkan ayahku’.
Awalnya aku pikir ‘Ah, ini tidaklah mungkin’. Namun setelah kupikir-pikir, aku sangat
merindukan ayahku. Jika ia masih hidup, mungkin aku bisa menjadi penerusnya sebagai
salah satu anggota ZOGO. Dan juga aku akan merasakan bagaimana rasanya memiliki
sesosok ayah. Dididik olehnya, diajari, disayangi, bahkan diomeli pun aku tetap bahagia.
Karena itu adalah ayahku. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali, kembali ke hari
dimana ayahku meninggal. Aku ke sana untuk menyelamatkannya, aku yakin pasti bisa.
Tapi, jika ingin melakukan itu, teman-temanku pasti tidak akan setuju. Karena itu melebihi
batas yang seharusnya untuk melompat. Tapi aku tidak peduli, jika nanti aku bertemu
dengannya aku yakin ia pasti akan membantuku untuk kembali. Aku akan melakukannya
sendirian. Aku tidak membutuhkan teman-temanku.

Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan rencanaku ini. Aku mencari semua info
tentang kematian ayahku. Semuanya, letak, tanggal, dan kronologis. Aku yakin jika aku
sudah mempersiapkan semuanya, aku akan berhasil. Aku yakin! Tapi sebelum memulai
semua ini, sepertinya aku membutuhkan tidur. Aku akan memulai perjalanan ini besok.

21 November 2016. Pagi pun telah tiba. Inilah harinya. Setelah hari ini, mungkin
kehidupanku akan berubah. Atau juga aku akan terjebak di masa lalu. Atau bahkan aku bisa
saja meninggal di sana, karena tidak bisa menyelamatkannya. Atau apapun akan terjadi di
sana.
Lalu aku menyiapkan semuanya. Perlengkapan, hingga barang-barang bawaan. Lalu aku
memulai rangkaian mesin waktunya, dan tanpa berpikir panjang aku menyetel mesin ini
untuk tanggal 31 Oktober 2002. Ya sekitar 14 tahun yang lalu. Tepat satu hari sebelum
insiden itu. Setelah itu aku langsung menyalakan mesin itu dan seperti biasa, aku terhisap
ke lubang cacing dan kali ini tidak seperti biasanya. Mesin ini nampak agak tertekan, aku
merasakan guncangan yang tidak enak dan juga pusing selama di mesin ini, mungkin
karena aku melompat terlalu jauh. Aku takut terjebak di antara ruang dan waktu. Tapi aku
tetap rileks dan diam selama di dalam lubang cacing. Akhirnya setelah beberapa lama aku
pun sampai.

31 Oktober 2002. Aku rindu dengan atmosfir tempat ini. Disaat dunia belum
modern, dan teknologi dimana-mana. Tetapi, sebelum menyelamatkannya, aku harus
bersiap-siap dahulu. Dan aku hanya mempunyai waktu 24 jam. Jadi aku menggunakannya
dengan sangat efektif.

1 November 2002. Ini adalah puncak dari segalanya. Aku sudah bersiap untuk pergi
ke acara ulang tahunku yang ke-7 untuk mengingatkannya agar tidak pergi meninggalkan
rumah saat itu. Akhirnya saat itu tibalah aku di rumah masa lalu ku. Aku mengendap-endap
masuk ke dalam rumah. Semua yang kulihat saat itu merupakan kenangan manis sekaligus
pahit yang terjadi dalam kehidupan. Aku mengikuti ayahku pergi, dan kulihat dia pergi ke
gudang tempatnya biasa melakukan riset. Aku mendekatinya dan menyapanya.
“Hai, Ayah.” Sapaku dengan senyum disertai air
mata. “Siapa kamu?” tanyanya bingung karena melihat orang asing tiba-
tiba masuk ke kediamannya. “Ini aku,
Ayah. Dena, Anakmu.” Jawabku sambal memeluknya. “Jadi, akhirnya kamu
berhasil membuat mesin waktu itu ya.” “Aku kesini untuk menyelamatkanmu.
Karena setelah Ayah pergi meninggalkanku, Ayah dibunuh oleh seorang perampok dan
kemudian meninggal.” Jelas tujuanku untuk pergi ke masa lalu pada ayah.
“Jadi, seperti itu. Aku dapat melihatnya dari wajahmu itu.” “Tapi
maafkan ayah sebelumnya. Ayah tidak bisa.” Lanjut perkataannya.
“Tidak bisa bagaimana, yah? Aku kembali ke masa
lalu untuk menyelamatkanmu. Apa maksud Ayah tidak bisa?!” Tanyaku kebingungan.
“Kamu tahu. Bahwa semua yang kamu lakukan itu pasti ada konsekuensinya. Dan
juga kamu tahu kan bahwa kamu tidak bisa ‘melompat’ dalam waktu lebih dari 3 bulan.”

Penjelasan tersebut sontak membuatku kebingungan. Bagaimana dia bisa tahu


peraturan yang kubuat bersama sahabat-sahabatku di hari yang lalu. “Bagaimana
Ayah bisa tahu semua itu?” Tanyaku padanya. “Sebenarnya kamu
sudah pernah menemui ayah sekali. Dan ini adalah kedua kalinya kamu menemui ayah.”
“Kamu menjelaskan semua yang kamu ketahui
tentang mesin waktu itu. Dan pada akhirnya kamu memaksa ayah untuk pergi dan
menghindari pembunuhan itu kemudian setelah semuanya selesai kamu kemudian tersedot
ke lubang cacing dan tidak kembali lagi.” Lanjutnya.

Hal itu kemudian mengingatkanku akan kejadian yang terjadi pada Dana dimana
ketika dia mendekati tubuh nya yang berada di masa lalu seketika menjadi bayang-bayang
seperti akan tersedot sesuatu. “Jadi apakah Ayah yang melakukan semua
itu? Yang menggangguku ketika sedang mengerjakan mesin waktu ini.” Tanyaku dengan
wajah serius. “Benar. Itu adalah aku. Aku menggunakan mesin waktu yang kamu
tinggalkan untuk pergi ke masa depan dan mencoba menghentikanmu agar tidak membuat
mesin waktu itu. Kamu meninggalkan semua catatan tentangmu di dalam tasmu.”
“Tapi, kenapa ayah tidak menemuiku saja saat
itu agar aku bisa melihatmu secara langsung?” Tanyaku dengan wajah sedih.
“Aku ingin sekali menemuimu, tapi aku tahu kamu pasti tidak akan mengijinkanku
untuk kembali ke masa lalu. Jadi aku menunggu hingga akhirnya kamu menemuiku
sekarang dan mengatakannya semuanya padamu.”
“Jadi apa yang harus kulakukan, Yah?
“Seperti yang Ayah bilang. Setiap kejadian yang ada di dunia ini pasti ada
konsekuensinya. Ayah tidak ingin hal yang dulu terjadi terulang kembali.”
“Kamu harus kembali ke masa lalu
secepatnya agar kamu dapat kembali ke jaman yang memang harus kamu jalani.”
“Tapi, Ayah. Aku ingin sekali berlama-lama disini bersamamu. Aku sangat
merindukanmu.” “Kau tahu mungkin kita
bisa menghabiskan waktu bersama untuk terakhir kalinya.” Kata Ayah dengan wajah
terlihat tersenyum.

Pada saat itu juga aku menghabiskan waktu bersamanya. Menceritakan semua
kehidupanku saat sekolah dan tak lupa menceritakan tentang Ibu. Aku dapat merasakan
betapa bahagianya bersama ayah sekali lagi setelah sekian lama.

Hingga pada akhirnya, momen itu tiba juga, momen dimana aku harus kembali dan
meninggalkan Ayah yang baru saja kutemui. Dengan berat hati aku berpamitan dengannya.
“Jadi, sudah waktunya ya, Yah.
Saatnya aku harus kembali. Terima kasih telah memberikan kenangan yang indah ini
walaupun hanya sebentar. Aku akan merindukanmu” Ucapku dengan memeluknya.
“Iya, Nak. Terima kasih juga telah berjuang untuk menemuiku yang
kedua kalinya. Aku sangat senang dapat melihatmu sekali lagi dan memperbaiki
semuanya.” Terlihat wajahnya dengan tangis bahagia.

Kemudian aku menyetel waktu untuk kembali ke waktu yang kutuju, yaitu waktu
dimana semua sahabatku belum mengetahui tentang mesin waktu ini. Aku memikirkan
semua yang Ayah katakan bahwa semua yang kulakukan dengan mesin waktu ini ada
konsekuensinya. Dan inilah yang akan kulakukan dengan menghapus semua yang
berhubungan terhadap mesin waktu.
“Selamat tinggal, Yah. Aku menyayangimu.” Ucapku selamat
tinggal dengan wajah bahagia.
“Aku juga menyayangimu, Nak. Jadilah anak yang melebihi Ayahmu saat sudah
dewasa nanti.” Pesan terakhir yang disampaikannya itu akan selalu kuingat.

Tibalah aku di masa sekarang, yaitu sehari sebelum sahabat-sahabatku berkunjung


ke rumah untuk melakukan percobaan terhadap Drone yang akan kubuat. Setelah itu, aku
membakar semua yang berhubungan dengan mesin waktu ini termasuk blueprint yang
kutemukan di gudang. Akhirnya aku menjalani kehidupan yang harusnya memang kujalani
tanpa harus merubah takdirnya itu sendiri. Yang dapat kupelajari dari semua pengalaman
ini adalah kita bukanlah Tuhan, kita tidak dapat merubah takdir semau kita sendiri.
Biarkanlah Tuhan sendiri yang mentakdirkan kehidupan yang pantas untuk kita jalani.

Anda mungkin juga menyukai