keempatbelas dan ketujuhbelas, atau pada masa kejayaan Laissez-Faire. Masa –masa
kemunculan merkantilisme memang tidak berlangsung secara cepat dan juga tidak
terlihat secara tegas.
Pada abad-abad tersebut, kemajuan –kemajuan ekonomi politik bahkan tidak begitu
nampak. Masyarakat lebih banyak memusatkan perhatiannya pada bagaimana sifat –
sifat kesejahteraan dalam sistem pasar yang tidak memihak. Ketika itu, secara lambat,
Eropa mengalami transformasi ekonomi dari feodalisme ke ekonomi pasar yang
berorientasi keuntungan.
Ada banyak faktor yang mendorong kemunculan paham merkantilisme ini. Eatwell
(1987: 445), menjelaskan salah satu di antaranya adalah perkembangan pemikiran
ekonomi Eropa yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi nasional.
Para pedagang memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang lewat perdagangan
luar negeri. Perdagangan dengan berbagai negara hasil temuan pun terus dilakukan
dan berkembang. Pada akhirnya, hal ini menimbulkan persaingan dagang di antara
para bangsa penjelajah.
Karenanya, demi mencapai kesejahteraan ini diperlukan regulasi dan kontrol terhadap
aspek – aspek perdagangan, seperti :
Pemikiran Merkantilisme sendiri mulai dituangkan dalam bentuk tulisan pada tahun
1613. Tokoh –tokoh yang menggawangi penulisan merkantilisme adalah Antonio
Serra, Thomas Munn dan David Hume.
Selain itu, ada juga para tokoh lain yang dianggap sebagai kaum Merkantilisme, yakni
Sir Josiah Child, Jean Bodin, Von Hornich dan Jean Baptiste Colbert. Mereka dianggap
sebagai tokoh pelopor yang merumuskan konsep pemikiran merkantilisme, dan
mendukung merkantilisme.
Ada lagi, tokoh lain yang cukup populer dalam menguraikan konsep perdagangan
bebas khas “merkantilis” Eropa pada abad keenambelas hingga kedelapanbelas adalah
esais Perancis, Montaigne. Dituliskan oleh Montaigne, Merkantilis memegang prinsip
dalam perdagangan apapun, salah satu pihak dapat memperoleh keuntungan hanya
dengan mengorbankan yang lain, dengan kata lain, bahwa dalam setiap transaksi ada
pemenang dan pecundang, seorang “pemeras” dan yang “dieksploitasi.” (Murray, 2012:
157).
Pada intinya, mereka berpandangan bahwa semakin banyak emas, berarti semakin
banyak pula uang yang dimiliki, dan akhirnya dapat menghasilkan output dan
kesempatan kerja yang semakin besar. Artinya, kesejahteraan bisa dicapai dengan
lebih baik (Salvatore, 1996: 23-24).
Ide Pokok Merkantilisme
Mazhab merkantilisme muncul sebagai tanggapan atas upaya mencapai kesejahteraan.
Beberapa ide pokok yang terkandung dalam merkantilisme, dapat dijabarkan dalam
beberapa poin, seperti berikut :
1. Emas dan perak, adalah bentuk kekayaan yang khas yang paling banyak
disukai, karenanya ekspor logam mulia sangat dilarang;
2. Negara harus mampu mendorong kegiatan ekspor dan memupuk kekayaan
dengan jalan merugikan negara lain (tetangga);
3. Dalam kebijakan ekspor-impor, negara harus mencapai surplus sebesar-
besarnya;
4. Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus dilaksanakan secara ketat demi
memelihara keabadian kaum koloni agar tunduk dan tergantung pada negara induk;
5. Adanya penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas
barang;
6. Penguatan pemerintah pusat untuk menjamin kebijakan merkantilisme dapat
berjalan sebagaimana mestinya;
7. Pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai sumber daya manusia yang tinggi
adalah hal penting guna memenuhi pasokan kepentingan militer dan pengelolaan
merkentilisme yang kuat pula (Sastradipoera, 2001: 12-18).
Dari sini, bisa ditarik kesimpulan sederhana bahwa suatu negara menjadi sejahtera dan
kaya dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor.
Meski demikian, Hume memaparkan bahwa dalam kondisi ini, pemerintah tidak ikut
campur dalam kegiatan perdagangan internasional ini. Ini dilakukan karena keyakinan
akan adanya mekanisme aliran emas, yang membuat neraca perdagangan
internasional dapat seimbang ke arah semula.
Jika dikaitkan dengan sektor perdagangan luar negeri, maka kita bisa menarik dua ide
pokok terkait kebijakan merkantilis, berupa :
Kaum merkantilis memiliki target yang besar untuk dapat melakukan monopoli
atas perdagangan. Atas dasar target ini, muncul kebijakan lain terkait yakni
dengan memperoleh daerah-daerah jajahan seluas mungkin guna memasarkan
hasil industri.
Hal inilah yang mendorong terjadinya pencarian wilayah geografis baru yang
semakin luas oleh kaum merkantilis dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Sebab, pokok perbincangan utama kaum merkantilis memang
mengenai bagaimana bisa mencapai kesejahteraan menurut ukuran mereka.
Salah satu kritik terhadap merkantilisme yang paling populer adalah yang disampaikan
oleh David Hume. David Hume banyak mengajukan ulasan tentang konsep
kesejahteraan sebagai ide pokok dari kaum merkantilisme.
Dengan adanya surplus, negara dapat memupuk logam mulia yang semakin
banyak. Sebab, alat pembayaran atau uang yang digunakan waktu tersebut
adalah logam mulia. Jadi, jika logam mulia semakin banyak, maka juga berarti
jumlah uang yang beredar juga semakin banyak, yang artinya terjadi Money
Supply.
Jumlah uang beredar yang tinggi, sementara jumlah produksi tetap inilah yang
kemudian memicu terjadinya inflasi atau kenaikan harga. Terjadinya kenaikan
harga di dalam negeri pada akhirnya berimbas terhadap harga barang-barang
ekspor yang juga akan ikut naik. Pada akhirnya, kuantitas ekspor akan ikut
menurun.
Ketika kuantitas ekspor menurun dan harga barang dalam negeri meningkat
akibat inflasi, maka barang impor akan menjadi lebih murah. Hal ini berimbas
pada peningkatan kuantitas impor. Pada akhirnya, akan terjadi defisit,
kepemilikan logam mulia akan berkurang, dan raja atau negara pun menjadi
miskin.
Raja atau negara yang tadinya kaya raya atau makmur karena memiliki logam mulia
yang banyak pun akan berubah miskin. Perubahan raja dari makmur menjadi miskin
inilah yang dikritik oleh David Hume. Menurut Hume, kondisi ini disebut sebagai
“Mekanisme Otomatis” dari “Price-Specie Flow Mechanism” (PSFM).
Kritik David Hume ini membuat teori merkantilisme dianggap tidak relevan. Berdasarkan
pada kritik yang dilontarkan David Hume ini pula, muncul teori klasik
atau absolute advantage dari Adam Smith.
Adam Smith sendiri juga mengajukan kritikannya terhadap teori merkantilisme, yang
juga didasarkan pada PSFM dari Hume. Berikut adalah beberapa kritik Adam
Smith terhadap teori merkantilisme :
1. ukuran kemakmuran suatu negara tidak seharusnya ditentukan oleh banyaknya
logam mulia yang dimiliki.
2. kemakmuran negara ditentukan berdasarkan pada nilai GDP (Gross Domestic
Product) dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP.
3. untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, pemerintah harus
mengurangi campur tangan terhadap perdagangan agar dapat tercipta perdagangan
bebas atau free trade.
4. Free trade memunculkan persaingan perdagangan yang semakin ketat,
sehingga mendorong masing-masing negara untuk melakukan spesialisasi dan
pembagian kerja internasional, berdasarkan keunggulan absolut yang dimiliki oleh
masing-masing negara.
5. Spesialisasi dan pembagian kerja internasional yang didasarkan pada
konsep absolute advantage dapat memacu peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Pada akhirnya, hal ini dapat mendorong peningkatan GDP dan perdagangan luar
negeri.
6. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan kemakmuran
suatu negara.
Sejarah merkantilisme
Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai
tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan
mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya
dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan
mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem ekonomi
merkantilisme.
https://m.merdeka.com/thomas-mun/profil/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Baptiste_Say
Pemikiran Merkantilisme sendiri mulai dituangkan dalam bentuk tulisan pada tahun 1613. Tokoh
–tokoh yang menggawangi penulisan merkantilisme adalah Antonio Serra, Thomas
Munn dan David Hume.