Anda di halaman 1dari 7

Kemunculan mazhab merkantilisme dimulai sejak Abad Pertengahan, antara abad

keempatbelas dan ketujuhbelas, atau pada masa kejayaan Laissez-Faire. Masa –masa
kemunculan merkantilisme memang tidak berlangsung secara cepat dan juga tidak
terlihat secara tegas.

Pada abad-abad tersebut, kemajuan –kemajuan ekonomi politik bahkan tidak begitu
nampak. Masyarakat lebih banyak memusatkan perhatiannya pada bagaimana sifat –
sifat kesejahteraan dalam sistem pasar yang tidak memihak. Ketika itu, secara lambat,
Eropa mengalami transformasi ekonomi dari feodalisme ke ekonomi pasar yang
berorientasi keuntungan.

Ada banyak faktor yang mendorong kemunculan paham merkantilisme ini. Eatwell
(1987: 445), menjelaskan salah satu di antaranya adalah perkembangan pemikiran
ekonomi Eropa yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi nasional.

Beberapa tanda yang mengawali perkembangan ekonomi merkantilisme ini di


antaranya adalah :

1. banyaknya penemuan dan penaklukan wilayah –wilayah geografi baru oleh


negara –negara Eropa;
2. adanya arus-arus modal baru, baik dari wilayah geografi baru maupun ke
wilayah geografi baru tersebut;
3. kebangkitan para raja dan saudagar yang mendorong nasionalisme;
4. perkembangan perdagangan lokal, menuju ke perdagangan baru keluar
negeri dengan tujuan untuk mendapat keuntungan lebih besar lewat
perdagangan luar negeri;
5. meredupnya kekuasaan lama gereja dan golongan ningrat (Chilcote, 2010 :
552).
Kala itu, negara –negara banyak yang melakukan penjelajahan untuk menemukan
daerah –daerah baru. Kemudian, ‘penemuan-penemuan’ daerah baru yang luas ini
pada akhirnya memunculkan asumsi bahwa perdagangan pada tingkat lokal tidak lagi
banyak memberi keuntungan.

Para pedagang memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang lewat perdagangan
luar negeri. Perdagangan dengan berbagai negara hasil temuan pun terus dilakukan
dan berkembang. Pada akhirnya, hal ini menimbulkan persaingan dagang di antara
para bangsa penjelajah.

Nama merkantilisme sendiri diidentikkan dengan para ‘kapitalis pedagang’


atau marchant capitalists, yang kala itu dianggap memiliki peran penting dalam dunia
bisnis. Jika merunut pada tulisan – tulisan kaum merkantilis di awal periode, secara
pragmatis mereka melakukan analisa mengenai bagaimana negara – negara
menghasilkan kesejahteraan.
Asumsi kaum merkantilis kala itu adalah mengenai peran negara dalam upaya
mencapai kesejahteraan yang dilakukan dengan regulasi dan kontrol. Regulasi dan
kontrol diperlukan untuk membatasi individu yang terlalu mementingkan diri sendiri,
yang dianggap dapat menghambat kesejahteraan.

Karenanya, demi mencapai kesejahteraan ini diperlukan regulasi dan kontrol terhadap
aspek – aspek perdagangan, seperti :

1. keseimbangan pembayaran kredit;


2. keseimbangan perdagangan yang menguntungkan;
3. manufaktur; serta
4. sirkulasi komoditas lewat tanah yang subur.
Dalam upaya penegakan regulasi dan kontrol ini, terdapat tokoh yang dianggap
memiliki peran penting. Tokoh tersebut adalah Thomas Mun (1571-1641) yang
merupakan saudagar kaya raya dari Inggris dan Jean Baptist Colbert (1619-
1683) yang merupakan seorang menteri utama ekonomi dan keuangan dari Prancis
zaman Raja Louis XIV.
Kedua tokoh tersebut dianggap sebagai dua tokoh penting yang mewakili kaum
‘scholar’ (terpelajar) dan saudagar kala itu. Dua tokoh ini pula yang membuat ‘ekonomi
merkalitisme’ juga sering disebut ‘Colbertisme’.
Selain itu, mazhab ini juga sering diidentikkan dengan komoditas ‘emas’, karena nilai
kesejahteraan yang banyak dinilai dengan standar emas. Karenanya, ketika
mempelajari ide pokok merkantilisme, kita akan banyak menemukan kegiatan ekonomi
yang berhubungan dengan emas.

Mazhab merkantilisme ini kemudian mulai meredup ketika menuju abad


kedelapanbelas. Redupnya mazhab merkantilisme ditandai dengan kemunculan
mazhab Fisiokrat yang pertama kali muncul di Prancis di awal tahun 1756.

Mazhab merkantilisme merepresentasikan suatu kelompok dengan cita-cita dan


ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan mengenai politik kemakmuran negara
yang ditujukan demi memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi
kemakmuran perseorangan.

Pemikiran Merkantilisme sendiri mulai dituangkan dalam bentuk tulisan pada tahun
1613. Tokoh –tokoh yang menggawangi penulisan merkantilisme adalah Antonio
Serra, Thomas Munn dan David Hume.
Selain itu, ada juga para tokoh lain yang dianggap sebagai kaum Merkantilisme, yakni
Sir Josiah Child, Jean Bodin, Von Hornich dan Jean Baptiste Colbert. Mereka dianggap
sebagai tokoh pelopor yang merumuskan konsep pemikiran merkantilisme, dan
mendukung merkantilisme.

Ada lagi, tokoh lain yang cukup populer dalam menguraikan konsep perdagangan
bebas khas “merkantilis” Eropa pada abad keenambelas hingga kedelapanbelas adalah
esais Perancis, Montaigne. Dituliskan oleh Montaigne, Merkantilis memegang prinsip
dalam perdagangan apapun, salah satu pihak dapat memperoleh keuntungan hanya
dengan mengorbankan yang lain, dengan kata lain, bahwa dalam setiap transaksi ada
pemenang dan pecundang, seorang “pemeras” dan yang “dieksploitasi.” (Murray, 2012:
157).

Kaum merkantilis menyebutkan bahwa konsep kesejahteraan didasarkan pada jumlah


kekayaan stok emas negara serta neraca perdagangan yang surplus. Atas dasar dua
hal ini, maka kebijakan pemerintah yang utama adalah bagaimana mendorong ekspor
dan membatasi impor.

Pada intinya, mereka berpandangan bahwa semakin banyak emas, berarti semakin
banyak pula uang yang dimiliki, dan akhirnya dapat menghasilkan output dan
kesempatan kerja  yang semakin besar. Artinya, kesejahteraan bisa dicapai dengan
lebih baik (Salvatore, 1996: 23-24).
Ide Pokok Merkantilisme
Mazhab merkantilisme muncul sebagai tanggapan atas upaya mencapai kesejahteraan.
Beberapa ide pokok yang terkandung dalam merkantilisme, dapat dijabarkan dalam
beberapa poin, seperti berikut :

1. Emas dan perak, adalah bentuk kekayaan yang khas yang paling banyak
disukai, karenanya ekspor logam mulia sangat dilarang;
2. Negara harus mampu mendorong kegiatan ekspor dan memupuk kekayaan
dengan jalan merugikan negara lain (tetangga);
3. Dalam kebijakan ekspor-impor, negara harus mencapai surplus sebesar-
besarnya;
4. Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus dilaksanakan secara ketat demi
memelihara keabadian kaum koloni agar tunduk dan tergantung pada negara induk;
5. Adanya penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas
barang;
6. Penguatan pemerintah pusat untuk menjamin kebijakan merkantilisme dapat
berjalan sebagaimana mestinya;
7. Pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai sumber daya manusia yang tinggi
adalah hal penting guna memenuhi pasokan kepentingan militer dan pengelolaan
merkentilisme yang kuat pula (Sastradipoera, 2001: 12-18).
Dari sini, bisa ditarik kesimpulan sederhana bahwa suatu negara menjadi sejahtera dan
kaya dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor.

Meski demikian, Hume memaparkan bahwa dalam kondisi ini, pemerintah tidak ikut
campur dalam kegiatan perdagangan internasional ini. Ini dilakukan karena keyakinan
akan adanya mekanisme aliran emas, yang membuat neraca perdagangan
internasional dapat seimbang ke arah semula.

Teori Perdagangan Internasional dalam Pandangan


Kaum Merkantilisme
Kembali ditekankan bahwa Kaum Merkantilisme yang berkembang pesat sekitar abad
ke-16 ini, meyakini pemikiran bahwa ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi
dapat dicapai dengan mengusahakan jumlah ekspor sehingga melebihi jumlah impor,
atau surplus.

Jika dikaitkan dengan sektor perdagangan luar negeri, maka kita bisa menarik dua ide
pokok terkait kebijakan merkantilis, berupa :

1. Pemupukan logam mulia. Tujuan pemukukan logam mulai adalah untuk


pembentukan negara nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasional demi
mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara;
2. Politik perdagangan untuk mencapai surplus. Setiap politik perdagangan
beserta kerangka kebijakan negara, ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di
atas impor atau demi mencapai neraca perdagangan yang aktif.
Agar suatu negara mencapai neraca perdagangan yang aktif, ekspor harus didorong
dan impor harus dibatasi. Alasan utama dilakukan hal ini adalah berkaitan dengan
tujuan utama perdagangan luar negeri yakni demi memperoleh tambahan logam mulia.

Jadi, di sini dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa perdagangan


internasional atau perdagangan luar negeri, menitikberatkan tujuan politik
merkantilisme pada upaya untuk memperbesar ekspor di atas impor, serta
kelebihan ekspor dapat dibayarkan dengan logam mulia.

Kaum merkantilis memiliki target yang besar untuk dapat melakukan monopoli
atas perdagangan. Atas dasar target ini, muncul kebijakan lain terkait yakni
dengan memperoleh daerah-daerah jajahan seluas mungkin guna memasarkan
hasil industri.

Hal inilah yang mendorong terjadinya pencarian wilayah geografis baru yang
semakin luas oleh kaum merkantilis dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Sebab, pokok perbincangan utama kaum merkantilis memang
mengenai bagaimana bisa mencapai kesejahteraan menurut ukuran mereka.

Berikut penjelasan mengenai teori merkantilisme yang berkembang di abad ke-16.


Merkantilisme ini sering dianggap sebagai salah satu pemikiran ekonomi ataupun
ekonomi politik terbesar sepanjang sejarah, selain liberalisme dan sosialisme. Jadi,
memahami sejarah merkantilisme, tokoh merkantilisme, dan ide pokok perspektif
merkantilisme merupakan hal penting sebagai landasan berpikir di ranah ekonomi
maupun politik.
Kritik terhadap Merkantilisme
Setiap teori sejatinya bebas dari nilai. Akan tetapi, tidak ada teori yang bebas dari kritik,
termasuk merkantilisme. Teori merkantilisme atau yang juga dikenal sebagai mazhab
merkantilisme ini juga banyak mendapat kritik dari para ahli.
Para pengamat akhir abad ketujuhbelas dan abad kedelapanbelas misalnya, banyak
melayangkan pertanyaan –pertanyaan terhadap kaum merkantilis seputar surplus
produk sosial yang terjadi dengan adanya pertumbuhan manufaktur dan teknologi
pertanian. Kaum merkantilis sendiri kesulitan untuk menjelaskan bagaimana hubungan
tenaga kerja dengan tanah.

Kritik lain disampaikan oleh Francois Quesnay dalam Economic Table (1758), seorang


fisiokrat terkemuka, yang menyampaikan bahwa ia menantang asumsi merkantilis
bahwa kesejahteraan berkembang dari perdagangan dan industri. Ia menekankan
tentang surplus yang dihasilkan dalam pertanian.
Ia juga mengkritisi tentang kebijakan pemerintah dalam hal pembayaran pajak.
Menurutnya, pajak –pajak seharusnya dibayar oleh para pemilik tanah. Tidak
seharusnya para petani kecil, pedagang, adn pelaku manufaktur yang dipandang
produktif –lah yang diharuskan membayar pajak (Chilcote, 2010 : 553).

Salah satu kritik terhadap merkantilisme yang paling populer adalah yang disampaikan
oleh David Hume. David Hume banyak mengajukan ulasan tentang konsep
kesejahteraan sebagai ide pokok dari kaum merkantilisme.

Berikut adalah beberapa kritik David Hume terhadap merkantilisme :


1. Potensi inflasi akibat penumpukan logam mulia.
2. Menurunnya kuantitas ekspor barang.
3. Kuantitas impor meningkat.
4. Terjadi defisit neraca perdagangan.
5. Raja menjadi miskin.
Penjelasan : Kemakmuran seorang raja atau suatu negara diidentikkan dengan
ukuran standar emas. Ide pokok pemikiran merkantilisme menyatakan bahwa
kemakmuran negara atau raja dapat dicapai dengan jumlah ekspor yang lebih
tinggi dari impor (surplus).

Dengan adanya surplus, negara dapat memupuk logam mulia yang semakin
banyak. Sebab, alat pembayaran atau uang yang digunakan waktu tersebut
adalah logam mulia. Jadi, jika logam mulia semakin banyak, maka juga berarti
jumlah uang yang beredar juga semakin banyak, yang artinya terjadi Money
Supply.
Jumlah uang beredar yang tinggi, sementara jumlah produksi tetap inilah yang
kemudian memicu terjadinya inflasi atau kenaikan harga. Terjadinya kenaikan
harga di dalam negeri pada akhirnya berimbas terhadap harga barang-barang
ekspor yang juga akan ikut naik. Pada akhirnya, kuantitas ekspor akan ikut
menurun.

Ketika kuantitas ekspor menurun dan harga barang dalam negeri meningkat
akibat inflasi, maka barang impor akan menjadi lebih murah. Hal ini berimbas
pada peningkatan kuantitas impor. Pada akhirnya, akan terjadi defisit,
kepemilikan logam mulia akan berkurang, dan raja atau negara pun menjadi
miskin.

Raja atau negara yang tadinya kaya raya atau makmur karena memiliki logam mulia
yang banyak pun akan berubah miskin. Perubahan raja dari makmur menjadi miskin
inilah yang dikritik oleh David Hume. Menurut Hume, kondisi ini disebut sebagai
“Mekanisme Otomatis” dari “Price-Specie Flow Mechanism” (PSFM).
Kritik David Hume ini membuat teori merkantilisme dianggap tidak relevan. Berdasarkan
pada kritik yang dilontarkan David Hume ini pula, muncul teori klasik
atau absolute advantage dari Adam Smith.
Adam Smith sendiri juga mengajukan kritikannya terhadap teori merkantilisme, yang
juga didasarkan pada PSFM dari Hume. Berikut adalah beberapa kritik Adam
Smith terhadap teori merkantilisme :
1. ukuran kemakmuran suatu negara tidak seharusnya ditentukan oleh banyaknya
logam mulia yang dimiliki.
2. kemakmuran negara ditentukan berdasarkan pada nilai GDP (Gross Domestic
Product) dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP.
3. untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, pemerintah harus
mengurangi campur tangan terhadap perdagangan agar dapat tercipta perdagangan
bebas atau free trade.
4. Free trade memunculkan persaingan perdagangan yang semakin ketat,
sehingga mendorong masing-masing negara untuk melakukan spesialisasi dan
pembagian kerja internasional, berdasarkan keunggulan absolut yang dimiliki oleh
masing-masing negara.
5. Spesialisasi dan pembagian kerja internasional yang didasarkan pada
konsep absolute advantage dapat memacu peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Pada akhirnya, hal ini dapat mendorong peningkatan GDP dan perdagangan luar
negeri.
6. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan kemakmuran
suatu negara.

Sejarah merkantilisme
Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai
tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan
mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya
dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan
mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem ekonomi
merkantilisme.

https://m.merdeka.com/thomas-mun/profil/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Baptiste_Say

Pemikiran Merkantilisme sendiri mulai dituangkan dalam bentuk tulisan pada tahun 1613. Tokoh
–tokoh yang menggawangi penulisan merkantilisme adalah Antonio Serra, Thomas
Munn dan David Hume.

Sistem ekonomi ini pula yang menyebabkan banyaknya terjadi


revolusi melawan kerajaan. Hal tersebut dikarenakan adanya
monopoli dagang dan penarikan pajak yang memberatkan hingga
menyengsarakan rakyat, lihat saja revolusi Amerika atau revolusi
Perancis. ( karena ada nya system merkantilisme yang berdampak
terjadi nya revolusi perancis)
Ide pokok

Anda mungkin juga menyukai