Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengasuh: FAKHRINA, SE., M.H.I

Oleh:

1. Nurhalizah (2230602266)
2. Saffanah Dwie Ramadhani (2230602267)
3. Desiati (2230602268)
4. Nabila Sari Aprillia (2230602269)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang masalah.............................................................................................


1.2 rumusan masalah.....................................................................................................
1.3 tujuan pembahasan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 merkantilisme..........................................................................................................
2.2 tokoh-tokoh merkantilisme......................................................................................
2.3 klasik........................................................................................................................
2.4 tokoh-tokoh klasik...................................................................................................
2.5 hakikat manusia serakah..........................................................................................
2.6 mekanisme pasar bebas...........................................................................................
2.7 teori nilai..................................................................................................................
2.8 teori pembagian kerja & teori akumulasi capital.....................................................
2.9 pengaruh pandangan adam smith & adam smith atau nabi Muhammad.................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
Sejarah Pemikiran Merkantilis Dan Klasik
MERKANTILISME

Arti “Merkantilisme” itu sendiri berasal dari kata Merchant artinya “Pedagang”. Setiap
negara yang ingin maju harus melakukan perdagangan dengan negara lain dan bagi penganut
merkantilisme sumber kekayaan negara adalah dari perdagangan luar negeri. Sumber kekayaan
negara akan diperoleh melalui "surplus" perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam
bentuk emas atau perak.

Merkantilisme adalah “suatu teori ekonomi yang menjelaskan bahwa kesejahteraan dari
suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara, yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volume perdagangan global sangatlah penting.

Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode
modern. Mulai dari abad ke-15 sampai ke-18 dan di era ini kesadaran bernegara sudah mulai
muncul. Peristiwa ini memicu untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur
perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir.

Perkembangan pemikiran ekonomi tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Sebelum abad ke-17, kegiatan ekonomi pada umumnya masih bersifat kecil-kecilan,
yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Akan tetapi, pada abad ke-
17 terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat.
Dahulu, kegiatan ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Saat itu karena ada
surplus hasil pertanian, perdagangan mulai dikenal, baik dalam maupun luar neger.

Sebetulnya hingga saat ini belum ada kesepakatan apakah merkantilisme dapat disebut
sebagai aliran/mazhab ekonomi atau adak. Sebagian menganggap merkantilisme hanya sebagai
kebijaksanaan ekonomi, terutama yang menyangkut sistem petan yang dipraktikkan antara tahun
1500 hingga 1750, dan Du bukan menyangkut sistem perdagang sebagai sebuah aliran/mazhab
ekonomi.

Adapun ciri-ciri merkantilisme yaitu:

1. Persepsi statis megenai pertumbuhan ekonomi.


2. Doktrin state power.
3. Regulasi kegiatan ekonomi.
4. Restriksi dalam perdagangan logam mulia.
5. Monopoli dalam perdagangan.
6. Regulasi dalam pelayaran.
7. Pengembangan teritorial wilayah kolonial.

Dalam perkembangannya, sistem ekonomi merkantilisme yang menerapkan ciri-ciri yang


telah disebutkan di atas, dirasakan tidak pas untuk dilaksanakan. Alasannya karena:
(1) timbulnya kesadaran bahwa kegiatan komersial dan kegiatan ekonomi secara umum tidak
mutlak harus merupakan sesuatu yang sifatnya otomatis zero-sum-game,

(2) semakin dirasakan perlu adanya kebebasan inisiatif di pihak pengusaha untuk melakukan dan
mengembangkan usaha sesuai penawaran dan permintaan, dan

(3) kesadaran dari kelas menengah untuk mendapat kebebasan dalam melakukan kegiatan
ekonomi di sektor apapun.

Paham merkantilisme banyak dianut di negara-negara Eropa pada abad ke-16, antara lain
Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda. Mereka tidak hanya berdagang dengan sesama
Negara Eropa, tetapi sampai ke Hindia Belanda (Indonesia waktu itu). Sebagaimana diketahui,
tujuan negara-negara Eropa melakukan misi perdagangan ke Indonesia pada awalnya adalah
memperebutkan rempah-rempah. Akan tetapi, untuk mengamankan jalur perdagangan tersebut,
mereka akhirnya menjajah.

Ini yang merupakan awal kebencian rakyat Indonesia terhadap sistem ekonomi bangsa
Eropa. Suatu hal yang pantas dicatat selama era merkantilisme ialah tidak hanya perdagangan
dan perekonomian yang maju pesat, namun kemajuan dalam tulisan ekonomi juga maju baik dari
segi jumlah maupaun mutu. Antara negara dan para pedagang tercipta suasana saling
membutuhkan. Pararaja membangun, memelihara, dan menjamin keselatan jalan raya untuk lalu
lintas darat dan air serta menghapus bea-bea khusus.

Merkantilis ialah model sistem ekonomi dengan intervensi penguasa yang dominan,
proteksionisme dan politik Kolonial, diperuntukkan adanya pembagian kerja secara teknis dan
pembagian kerja teritorial, yang kemudian akan meningkatkan perdagangan luar negeri. Sistem
ini membuat kebijakan yang sangat menjaga industrI dalam negeri tapi tetap menjujung tinggi
persaingan, namun di batasi dengan kebijakan terkontrol dari penguasa yang mendorong
kegiatan industry dengan upah rendah dalam negeri. Hal yang dilakukan paham merkantilisme
ini untuk mencapai tujuannya yaitu :

1. melarang ekspor loham mulia seperti emas dan perak karena merupakan harta yang
paling di sukai.
2. Negara harus memperbanyak ekspor dengan harga mahal ke Negara tetangga dan
mengurangi impor yang tidak penting.
3. Dalam kebijakaan ekspor-impor, pemerintah menginginkan surplus yang sebanyak
banyaknya.
4. Memonopoli perdagangan agar dapat memelihara keabadian dan tunduk kepada para
koloni.
5. Menentang keras adanya bea, pajak, serta restriksi intern kepada mobilitas barang,
6. Membangun pemerintahan pusat yang kuat, dan
7. Mencapai pertumbuhan angka penduduk yang tinggi, namun harus disertai SDM yang
tinggi juga agar dapat memenuhi pemasokan kepentingan militer dan pengelolaan
administrasi merkentilis yang kuat dan hebat pula.
Kebijakan ekonomi di sistem ini lebih bersifat makro, hal ini di karenakan untuk
mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan proteksi industri, demi menjaga segala bentuk
rencana perdagangan internasional yang menguntungkan. Tentunya hal ini perlu dilakukan jika
dalam usaha ingin meningkatkan kemajuan negaranya di mata dunia perdagangan internasional
dan perluasan kolonialisme. (Faruq & Mulyanto, 2017)

TOKOH-TOKOH MERKANTILISME

Tokoh-tokoh merkantilisme sangat banyak, dan tidak mungkin diuraikan satu per satu di
sini. Beberapa di antaranya yang perlu diketahui antara lain: Jean Boudin, Thomas Mun, Jean
Baptiste Colbert, Sir william Petty dan David Hume.

Jean Boudin (1530-1596) adalah ilmuwan berkebangsaan Prancis. la dapat dikatakan


sebagai orang pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurut
Boudin, bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan
naiknya harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga barang-barang juga dapat disebabkan
oleh praktik monopoli serta pola hidup mewah di kalangan kaum bangsawan dan rajá-raja.
Praktik hidup mewah demikian dikecamnya, sebab rakyat biasa yang jadi korban. Teori Boudin
tentang uang dinilai sangat maju. Berdasarkan teori Boudin inilah kira-kira tiga setengah abad
kemudian Irving Fisher mengembangkan teori kuantitas uang.

Thomas Mun (1571-1641) adalah seorang saudagar kaya. dari Inggris yang banyak
menulis tentang perdagangan luar negeri. Buku-buku yang ditulisnya antara lain: A Discourse of
Trade, From England unto The East-Indies (1621) dan England's Treasure by Foreign Trade or,
The Balance of Our Forraign Trade is the Rule of Our Treasure (1664). Tentang manfaat
perdagangan luar negeri, sebagaimana yang dikutip dari aslinya oleh Edmund Whittaker (1960)
dari bukunya yang kedua, Mun menulis: The ordinary means therefore to encrease our wealth
and treasure is by Foreign Trade, wherein we must ever observe this rule; to sell more to
strangers yearly than we consume of thersn value… because that part of the stock which is not
returned to us in wares must necessarily be brought home in treasure.

Jean Babtis Colbert (1619-1683) bukanlah ahli ekonomi, melainkan pejabat negara
Prancis dengan kedudukan sebagai menteri utama di bidang ekonomi dan keuangan dalam
pemerintahan Raja Louis XIV. Pada masa itu perdagangan luar negeri dianggap sebaga sumber
utama kemakmuran. Sebagai konsekuensinya, kedudukan kaum saudagar semakin penting.
Dalam praktik ekonomi banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan penguasa. Kaum
saudagar memperkuat dan mendukung kedudukan penguasa. Penguasa pun memberi bantuan
dan perlindungan berupa monopoli, proteksi, dan keistimewaan-keistimewaan lainnya. Abad ke-
XVII dan XVIII di Eropa dianggap sebagai zaman kapitalisme komersial (commercial
capitalism), yang kadang-kadang juga dinamai kapitalisme saudagar (merchant capitalism) sebab
kaum saudagarlah yang memegang kendali utama perekonomian.

Sir William Pety (1623-1687) adalah seorang yang sangar aktif. la mengajar di Oxford
University dan banyak menulis tentang ekonomi politik. Tidak heran Friedrich Engels
memberinya gelar The Founder of Modern Political Economy. Berbeda dengan pemikir-pemikir
lain di zamannya, Petty menganggap penting arti bekerja (labor) jauh lebih penting dari sumber
daya tanah. Dalam bukunya A Treatise of Taxes & Contributions .. The same being frequently
applied the present State and Affairs of Ireland (1662), Petty mengemukakan bahwa Labor is the
Father and active principle of Wealth, as Lands are the Mother! Bagi Petty, bukan jumlah hari
kerja yang menentukan nilai suatu barang agar para pekerja tersebut dapat tetap bekerja.
Bagaimana pula pendapatnya tentang uang? Menurut Petty, uang diperlukan dalam jumlah
secukupnya, tetapi lebih atau kurang dari yang diperlukan bisa mendatangkan kemudharatan.
Dalam kalimatnya sendiri: "Money is the Fat tof the Body-Politick, where of too much doth as
often hinder it’s Agility, as too little makes it sick!"

David Hume (1711-1776) adalah kawan dekat Adam Smith yang sebenarnya lebih
dikenal sebagai filsuf daripada pakar ekonomi. Bagaimanapun juga, kontribusinya terhadap
pemikiran-pemikiran ekonomi cukup besar. Hal itu karena Hume dan Smith sering
mendiskusikan pandangan-pandangannya bersama-sama. Hasil diskusi ini jelas akan
memengaruhi jalan pikiran masing-masing. Salah satu buku yang ditulis oleh Hume adalah: Of
the Balance of Trade, membicarakan tentang harga-harga yang sebagian dipengaruhí oleh jumlah
barang dan sebagian lagi ditentukan oleh jumlah uang.

KLASIK

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik

Secara umum ekonomi klasik dianggap sebagai aliran modern pertama dalam sejarah
pemikiran ekonomi. Pemikir dan pengembang utama aliran ini antara lain adalah Adam
Smith, Jean-Baptiste Say, David Ricardo, Thomas Malthus dan John Stuart Mill. Ekonomi klasik
menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak ada campur tangan dari
pihak apapun.

Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat
mazhab pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak
dari suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan
perkataan lain secara normatif.Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez
faire.
Politik ini menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab
klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara
otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.

Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori


harga merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi
dan pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme
permintaan dan penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi
dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan
perusahaan orang-perorangan.

Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran


pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan alamiah,
mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti
pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip laissez
faire.
Secara umum ekonomi klasik dianggap sebagai aliran modern pertama dalam sejarah
pemikiran ekonomi. Pemikir dan pengembang utama aliran ini antara lain adalah Adam
Smith, Jean-Baptiste Say, David Ricardo, Thomas Malthus dan John Stuart Mill. Ekonomi klasik
menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak ada campur tangan dari
pihak apapun.

TOKOH-TOKOH KLASIK
A. Teori Klasik Adam Smith

Pemikiran-pemikiran tentang ekonomi sudah sangat berkembang pada abad ke-XV, saat
terjadi revolusi pertanian diEropa. Akan tetapi, pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai
cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke-XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul
dalam percaturan ekonomi. Adam Smith (1729-1790), tidak disangsikan lagi, merupakan tokoh
utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik.

Aliran atau mazhab yang dikembangkan oleh Adam Smithdisebut mazhab klasik sebab
gagasan-gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-
pakar ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualism tidak banyak berbeda
dengan paham hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus pada masa Yunani Kuno. Begitu
juga pendapatnya agar pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (laissez faire laissez passer) sudah dibicarakan oleh Francis Quesnay sebelumnya.
Karena gagasan-gagasan Smit banyak yang sudah klasik, oleh “musuh bebuyutannya’’ Karl
Marx, aliran yang dikembangkan kembali oleh Smith ini disebut sebagai Mazhab Klasik.

Pembahasan Smith lebih banyak bersifat mikro dengan penekanan pada penentuan harga.
Melalui analisis mikro, ia menguraikan masalah pembangunan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pendekatan yang digunakan Smith adalah pendekatan
deduktif, yang digabung dengan penjelasan historis. Dengan pendekatan seperti ini, tidaklah
mengherankan jika uraiannya tentang masalah-masalah ekonomi sangat panjang; The Wealth Of
Nations ditulis lebih dari 900 halaman. Pada waktu itu pendekatan matematis yang banyak di
gunakan oleh pakar-pakar ekonomi masa sekarang-belum begitumaju. Landerth (1976), seorang
pakar ekonomi-matematis masa sekarang, memadatkan semua preposisi dasar yang berjumlah
lebih dari 900 halaman tersebut menjadi beberapa halaman saja. Terlepas dari kekurangan
tersebut, buku The Wealth of Nations termasuk buku yang paling banyak dikutip orang di seluruh
dunia hingga sekarang.

Dari beberapa pemikir ekonomi terdahulu ada yang sangat besar pengaruhnya bagi diri
Smith. Dua di antaranya adalah gurunya sewaktu menuntut ilmu di Universitas Glasgow, yaitu
Francis Hutcheson (1694-1746) dan teman kuliahnya David Hume (1711-1776). Dari Glasgow
kemudian ia menerima beasiswa sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke Oxford hingga
tahun1746. Dari tahun 1748 hingga tahun 1751 ia mengajar di Edinburg di University, dan pada
tahun 1751 hingga tahun 1763 mengajar Glasgow. Selaku dosen pada Universitas Glasgow,
Smith memberikan serangkaian kursus dalam bidang ilmu-ilmu sosial kemanusiaan. Bidang
yang paling disukai Adam Smith adalah falsafah moral. Tidak mengherankan, bukunya yang
Pertama: The Theory of Moral Sentiments (ditulis tahun 1759), banyak hubungkan masalah
ekonomi dan masalah moral. Untuk serta bahan-bahan kuliah yang diberikan di Universitas
Glasgow kemudian menjadi sumber utama dalam penulisan buku yang kemudian menjadi sangat
terkenal: An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of Nations, atau sering disingkat
dengan TheWealth of Nations. Buku yang ditulis oleh Smith pada tahun 1776 tersebut dianggap
sebagai pancangan pertama tonggak sejarah perkembangan ilmu ekonomi. Oleh sebab itulah ia
juga diberigelar sebagai "Bapak Ilmu Ekonomi".

Pada pembahasan terdahulu sudah diungkapkan bahwa tulisan-tulisan dan pemikiran-


pemikiran ekonomi mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam jumlah maupun mutu
pada masa merkantilis dan fisiokrat. Smith dalam hal ini banyak berutang budi pada pemikir-
pemikir dan penulis dari masa merkantilis dan fisiokrat tersebut. Tulisan-tulisan dari tokoh-tokoh
merkantilis dan fisiokrat dari berbagai topik tersebut diramu dan disintesiskannya ke dalam The
Wealth of Nations. Para pakar umumnya percaya bahwa belum ada pemikir-pemikir ekonomi
yang mampu mengintegrasikan begitu banyak topik menjadi satu volume yang mencakup
pandangan menyeluruh. Pandangan menyeluruh itu berupa faktor-faktor yang menentukan
kemakmuran bangsa-bangsa dan sekaligus memberikan rekomendasi kebijaksanaan yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Dalam banyak hal, pemikiran Smith sejalan dengan paham kaum fisiokrat yang
menganggap produksi barang-barang dan jasa sebagai sumber utama kemakmuran suatu negara.
Hal ini bukanlah melalui perdagangan luar negeri sebagaimana yang dipercayai kaum
merkantilis. Sejalan dengan pemikiran Smith dengan kaum fisiokrat sewaktu menjadi dosen
tamu di Toulouse, Prancis, ia sering berjumpa dan bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh fisiokrat.
Tokoh-tokoh itu antara lain Quesnay, Turgot, dan tokoh-tokoh lainnya seperti Necker,
D'Alembert, Helvetius, dan Marmuntel. Kenyataannya, kerangka buku The Wealth of Nations
mulai disusun Smith sewaktu ia menjadi dosen tamu di Toulouse, Prancis.

Perbedaan antara pandangan Smith dengan pandan aliran fisiokrat hanyalah pada
penekanan faktor yang paling dominan dalam menentukan kemakmuran negara. Kaum fisiokrat
menganggap alam lah yang paling menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Sebaliknya, Smith
menganggap manusia sebagai faktor produksi utama. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya
kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi
kehidupan.

Sebagai pendukung doktrin laissez faire-laisez passer, Smith juga sering mengkritik
kebijaksanaan kaum merkantilis yang menetapkan tarif yang tinggi untuk melindungi industri
dalam negeri. Dalam The Wealth Of Nations diterangkan bahwa orang tidak perlu membuat
sendiri barang-barang yang kalau dibeli lebih rendah harganya dari pada dibuat sendiri. Begitu
juga kalau barang-barang luar negeri lebih rendah dari barang-barang ciptaan dalam negeri, lebih
baik membelinya dari luar negeri, dibanding membeli buatan dalam negeri yang harganya lebih
tinggi

"It is maxim of every prudent master of a family never to atemprmake at home what it
will cost him more to make than to buy. ntailor does not attempt to make his own shoes, but bus
of theshoemake. The shoemaker does not attempt to make his own clothesbut employs a tailor...
What is prudence in the conduct of every pnvate family, can scarce be folly in that ofa reat
kingdom. U Selves fore acountry can supply us with a commodity cheaper than we ourseli make
it, better buy it of them.."

1. Hakikat Manusia Serakah

Kenyataan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah sudah dikenal oleh
pemikir-pemikir masa yunani kuno, terutama oleh Plato. Pemikiran yang sama dilontarkan oleh
Bernard de Mandeville (1670-1733) dalam bukunya yang telah menjadi klasik: The Fable of the
Bees tahun 1714. Smith, sepertihalnya Mandeville, juga percaya bahwa pada hakikatnya manusia
rakus, egoistis, selalu ingin mementingkan diri sendiri. Walaupun asumsi mereka tentang hakikat
manusia sama, konklusi mereka berbeda seperti bumi dan langit. Mandeville menganggap sifat
rakus manusia yang selalu lebih mementingkan diri sendiri ini akan memberikan dampak sosial-
ekonomi negatif bagi masyarakat. Untuk menghindari dampak negatif ini, Mandeville
menganjurkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith tidak
anti dengan sifat egoistis manusia, malahan menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoistis
manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada
persaingan bebas. Menurut penjelasannya lebih lanjut, setiap orang yang menginginkan laba
dalam jangka panjang (artinya serakah), tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga
pasar. Secara sederhana, dalam The Wealth of Nations Smith menjelaskan:

"If a pin manufacturer tried to charge more than his competitors, theywould take away
his trade; if a workman asked for more than the going wage, he would not be able to find work;
if a landlord sought to exactarent steeper than another with land of the same quality, he would
getno tenants"

Jadi, jika seorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih tinggi dari harga yang
ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya, demikian kata Stmith, bisnisnya pasti akan hancur.
Mengapa? Hal, itu disebabkan orang tidak mau lagi membeli peniti padanya dan berpindah pada
pesaingnya. Begitu juga buruh yang menetapkan upah lebih tinggi dari upah pasar akan sulit
memperoleh pekerjaan. Selanjutnya, tuan tanah yang menetapkan sewa lebih tinggi untuk
kesuburan tanah yang sama, tidak akan menemukan penggarap.

Menurut Smith lebih lanjut, tindak-tanduk manusia padaumumnya didasarkan pada


kepentingan diri sendiri (self-interest), bukan belas kasihan dan juga bukan perikemanusiaan.
MenurutSmith:

"Tt is not from the benevolence of the butcher that we expect our dimner, but from his
regard to his own interest".

(Bukan dari kebaikan hati sang tukang daging kita mengharapkan makan malam kita,
melainkan dari kepentingan si tukang daging sendiri).

Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan berarti kita harus
menolak berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.

2. Mekanisme Pasar Bebas

Smith sangat mendukung motto laissez faire-laissez passer yang menghendaki campur
tangan pemerintah seminimal mungkin dalam perekonomian. Paham ini, sebagaimana sudah
dijelaskan sebelumnya, berawal dari pendapat Francis Quesnay (dari aliran fisiokrat).
Mempertegas apa yang pernah disampaikan oleh kaum fisiokrat tersebut, Smith menghendaki
agar pemerinta sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur tangan mengatur perekonomian.
Biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah. Nanti
akan ada suatu tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian tersebut
kea rah keseimbangan. Jika banyak campur tangan pemerintah, menurut Smith, pasar justru akan
mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada ketidakefisienan (inefficiency) dan
ketidakseimbangan.

Sekarang, bagaimana pasar bebas yang didasarkan pada keinginan-keinginan pribadi


tersebut bisa membawa perekonomian pada suatu keseimbangan yang efisien? Dalam menjawab
pertanyaan tentang bekerjanya mekanisme pasar yang sangat sederhana, tetapi sangat ampuh
tersebut, Smith mengekspresikannya dalam suatu paragraf yang mungkin paling sering dikutip
orang dari seorang ahli ekonomi sebagai berikut:

"As every individual, therefore, endeavors as much as he can to employhis capital in the
support of domestic industry, and so to direct thatindustry that its produce may be of the greatest
value; every individualnecessarily labours to render the annual revenue of the society as greatas
he can. He generally, indeed, neither intends to promote the publicinterest, nor knows how much
he is promoting it. By preferring thesupport of domestic to that of foreign industry, he intends
only his ownsecurity; and by directing that industry in such a manner as its prodiucemay be of
the greatest value, he intends only his own gain, and he is inthis, as in many other cases, led by
an invisible hand to promote andend which was no part of his intention. Nor is it always the
worse forthe society that it was no part of it. By pursuing his own interest hefrequently promotes
that of society more effectively than when he reallyintends to promote it."

Secara singkat, apa yang dikatakan oleh Smith di atas ialah: walaupun tiap orang
mengerjakan sesuatu didasarkan kepada kepentingan pribadi, tetapi hasilnya bisa selaras dengan
tujuan masyarakat. Dampak aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingan masing-
masing terhadap kemajuan masyarakat, justru lebih baik dibanding dengan tiap orang berusaha
memajukan masyarakat. Dalam kalimat yang lain pada buku yang sama, Smith menulis:

"The natural effort of every individual to better his own condition,when suffered to exert
itself with freedom and security, is so powerful aprinciple that it is alone, and without any
assistance, not only capaiof carrying on the society to wealth and prosperity, but of surmourtina
hundred impertinen obstructions with which the folly of human laueawstoo often encumbers it
operations..".

Smith paling tidak percaya dengan "maksud baik", baik dari orang perorangan, bahkan
dari pemerintah. Sehubungan dengan ini Smith pernah memperingatkan:

"You think you are helping the economic system by your well meaninglaws and
interferences. You are not! Let it be. The oil of self-inteenwill keep the gears working in almost
miraculous fushion. No one needplan. No sovereign need rule. The market will answer al
things".

Smith justru mencurigai bahwa jalan ke neraka penuh dihiasi dengan maksud-maksud
baik (the road to hell is paved with good intensions). Apa yang diperingatkan Smith, saat ini
dapat disaksikan di Indonesia. Misalnya, "niat baik" melakukan tata niaga cengkeh dan jeruk,
terbukti bukan menguntungkan petani, tetapi justru merugikan mereka.

Pandangan-pandangan Smith kemudian telah menandai suatu perubahan yang sangat


revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Di masa sebelumnya, yaitu masa merkantilis, negara
ditempatkan di atas individu-individu. Sebaliknya, menurut ajaran klasik dan fisiokrat ini
kepentingan individulah yang mesti diutamakan.Bahkan, tugas negaralah untuk menjamin
terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas bertindak melakukan yang terbaik bagi diri
mereka masing-masing. Bagi penyokong pasar bebas, tidak ada jasa yang bisa diperbuat oleh
seorang umat manusia, kecuali yang dapat membuat dirinya lebih maju.

3. Teori Nilai (Value Theory)

Menurut Smith, barang mempunyai dua nilai. Pertama, nilai guna (value in use); kedua,
nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh jumlah
tenaga (labor) yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Bagaimana menentukan
jumlah tenaga kerja yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang? Smith, menyatakan
untuk mengukur tenaga labor yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tidak
bisa hanya diukur dari jam atau hari kerja saja. Hal itu karena keterampilan setiap orang tidak
sama. Untuk itu, ia menggunakan "harga" labor sebagai alat ukur, yaitu upah yang diterimanya
dalam menghasilkan barang tersebut. Tingkat upah sekaligus menentukan perbedaan tingkat
keterampilan labor. Kalau A menerima upah Rp10.000,00 dan B menerima upah Rp5.000,00 per
hari, ini mencerminkan bahwa keterampilan atau skill si A dua kali lebih tinggi dari keterampilan
si B.

Perbedaan tenaga kerja yang dicurahkan dalam menghasilkan barang, digunakan Smith
untuk mematok harga. Misalnya, jika dalam waktu dua jam seseorang rata-rata bisa menangkap
seekor berang- berang, dan dalam waktu yang sama bisa menangkap dua ekor rusa, harga
berang-berang harus dua kali lipat harga rusa. Harga seperti ini disebut Smith sebagai harga
alami (naturalprice). Pada zaman modern ini disebut harga keseimbangan jangka panjang.

Menurut Smith, hubungan antara nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang mempunyai
nilai guna tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar (tidak bisa ditukarkan dengan
barang lain). Sebaliknya, ada barang yang mempunyai nilai tukar sangat tinggi, tetapi tidak
begitu berfaedah dalam kehidupan. Contohnya, air dan intan. Menurut Smith, tidak ada jenis
barang yang lebih berguna dari pada air. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari air yang
sangat berguna tadi tidak bisa ditukarkan dengan barang-barang lain. Intan, di pihak lain, tidak
begitu berguna bagi kehidupan. Narnun, dari sedikit intan bisa ditukarkan dengan sejumlah besar
barang-barang lain yang jauh lebih besar faedah (utility) nya.

Berdasarkan contoh di atas, nyata bahwa bagi Smith nilai tukar dapat diartikan dengan
kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh barang lain. Hal itu berarti nilai tukar suatu
barang sama dengan harga barang itu sendiri. Jika diperhatikan, konsep nilai Smith bersifat
mendua (ambiguous). la tampaknya belum atau tidak paham tentang harga-harga relatif. la juga
tidak bisa membedakan antara utilitas total (total utility) dengan utilitas marjinal (marginal
utility) dan utilitas rata-rata (average utility). Dalam penjelasannya Smith hanya terfokus pada
utilitas total saja. Ini membuatnya sulit dalam memahami peran permintaan dalam menentukan
harga pasar. Kelemahan Smith ini, yaitu tentang paradoks air-intan ini, bisa dipecahkan oleh
salah seorang muridnya, yaitu Alfred Marshall.
4. Teori Pembagian Kerja

Dalam tulisan-tulisannya, Smith cukup banyak memberikan perhatian pada produktivitas


tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya yang cukup mendalam, Smith mengambil kesimpulan
bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagkerja (division of labor).
Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan yang terbaik
sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.

Adanya spesialisasi berarti setiap orang tidak perlu mehasilkan setiap barang yang
dibutuhkan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja.
Kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan (diperdagangkan) di pasar.

Untuk lebih menjelaskan pendapat di atas, Smith memberikan contoh dampak pembagian
tugas pembuatan peniti. Jika tiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sendiri-sendiri
(termasuk di dalamnya meluruskan kawat, memotongnya, meruncingkan, dan memasangkan
kepala peniti, dan sebagainya), hasil yang diperoleh kecil. Akan tetapi, jika dilakukan pembagian
tugas (division of labor), yang satu khusus meluruskan kawat, yang lain memotong,
meruncingkan ujung peniti, dan memasangkan kepala peniti, hasil produksi secara total menjadi
lebih banyak. Mengapa bisa demikian? Menurut Smith, pembagian tugas tadi telah menyebabkan
setiap orang ahli di bidangnya (terspesiali-sasi). Dengan demikian, produktivitas meningkat,
sehingga hasilproduksi secara total juga akan meningkat.

5. Teori Akumulasi Kapital

Smith menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Maka,
sistem ekonomi yang dianutsesuai dengan pemikiran Smith selain sering disebut sistem liberal
karena memberikan keleluasaan yang besar bagi tiap individuuntuk bertindak dalam
perekonomian), juga sering disebut sistemnekonomi kapitalisme (karena sangat menekankan arti
akumulasikapital dalam pembangunan ekonomi). Sebagaimana yang akan dibahas pada Bab VIl
nanti, teori akumulasi kapital ini sanendikritik oleh pakar-pakar sosialis, terutama oleh Marx.
ngat

6. Pengaruh Pandangan Adam Smith

Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas.Dapat dikatakan bahwa
hampir semua pembahasan di bidangekonomi dikaitkan dengan pandangan Smith. Yang
menjadikandirinya termasyur bukanlah keorisinilan pandangannya. Sepertisudah dijelaskan
sebelumnya, pandangan-pandangan danpemikiran-pemikiran ekonomi yang dilontarkan Smith
banyakdiambil dari para pemikir terdahulu. Bahkan, karena pandangannya tidak ada yang baru,
pemikirannya diejek "klasik".

sebagai contoh, individualisme dan materialisme bukanlahmurni ajaran Smith. Jika


ditelusuri ke belakang, pahamindividualisme sebelumnya berasal dari paham hedonisme,
yangsudah dikembangkan oleh pemikir-pemikir ekonomi dari masaYunani Menurut Paham
hedonisme dirumuskan pertama kaoleh pemikir Yunani Kuno Aristippus, dan disempurnakan
oleEpicurus.

Menurut paham hedonisme, tujuan hidup manusia di duniathaadalah mencari kenikmatan


hidup yang sebesar-besarnya. Pa mpertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-
1832)hedonisme kemudian melahirkan paham utilitarianisme, yebu,dan didukung J.S. Mill.
Menurut kedua pemikir ekonomi terseosemua aktivitas manusia, baik ekonomi, moral, sosial
atau olitikharus diarahkan demi tercapainya jumlah produksi paling ban tebagi sebanyak
mungkin orang (the greatest goods for the S eatestnumber of people).

7. Adam Smith atau Nabi Muhammad?

Di muka sudah dijelaskan betapa besar jasa seorang Smithdalam bidang ekonomi. Kita
tidak akan memungkiri hal tersebut.Akan tetapi, pada kesempatan ini perlu juga diluruskan
banwakebanyakan textbook ekonomi yang ditulis oleh orang-orang Baratnberi penghargaan
terlalu tinggi terhadap pemikir-pemikiBarat seperti Adam Smith. Sebaliknya, kurang memberi
tempatbagi jasa pemikir-pemikir dari 1imur, terutama dari dunia Islam.

Sebagai contoh, dalam ide mekanisme pasar, hampir semuabuku teks ekonomi yang ada
mengatakan bahwa ide ini merupakansumbangan pemikiran Adam Smith. Padahal, kalau
ditelusurí dari sejarah, jauh sebelum Adam Smith lahir, Nabi Muhammad sudah terlebih dahulu
menganjurkan kepada umatnya untuk memanfaatkan mekanisme pasar dalam penyelesaian
masalah-masalah ekonomi, dan menghindari sistem penetapan harga (tas'ir) oleh otoritas negara
kalau tidak terlalu diperlukan. Lebih jelas, dalam ajaran Islam, otoritas negara dilarang
mencampuri, memaksa orang menjual barang pada suatu tingkat harga yang tidak mereka ridhai.
Muhammad melarang pemerintah ikut campur menetapkan harga jika masyarakat tidak
melakukan pelanggaran atau penyimpangan yang mengharuskan munculnya suatu tindakan
kontrol atas harga (Yusuf Qardhawi, 2001; M. Umer Chapta, 2000).

Bahwa Islam menganjurkan penggunaan mekanisme pasar dan menghindari penetapan


harga yang tidak perlu o h pemerintah, bisa diikuti dari hadits yang diriwayatkan oleh Ans
sebagai berikut: "Orang-orang berkata: Ya Rasulullah, harga melonjak tinggi, maka tentukanlah
harga bagi kami".

B. Thomas Robert Malthus (1766-1834)

Sesudah Adam Smith, Thomas Malthus dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat
berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Malthus menimba pendidikan di
St. John's College, Cambridge, Inggris, dan kemudian melanjutkan ke East India College.
Sewaktu ia diangkat sebagai dosen pada East India College, untuk pertama kalinya ekonomi
politik (political economy) diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri. Pemikiran-pemikirannya
tentang ekonomi politik dapat diikuti dari buku: Principles of Political Economy (1820) dan
Definitions o fPolitical Economy (1827). Selain itu, buku-buku lain yang ditulis Malthus cukup
banyak, antara lain: Esay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of
Society (1798); dan An Inquiry into the Nature and Pro.nd Progress of Renu (1815).

Di antara buku-buku yang disebutkan di atas, agaknya buku Principles of Population


adalah yang dikenal paling luas. Dari buku tersebut akan terlihat bahwa Malthus termasuk salah
seorang pengikut Adam Smith walaupun tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran
Smith. Di satu pihak, Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat
sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru pesimis
tentang masa depan umat manusia.

Sumber pesimisme Malthus tidak lain dari kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu
faktor produksi utama jumlahnya tetap. Di dunia ini jumlah tanah relatif tetap (waktu itu belum
ada misi penerbangan ke bulan atau planet-planet lain). Kendati pemakaian tanah untuk produksi
pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Dalam banyak hal, justru
jumlah tanah untuk pertanian berkurang. Hal ini karena sebagian digunakan untu membangun
perumahan, pabrik-pabrik, dan bangunan lain serta untuk pembuatan jalan.

Malthus mengamati manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi
hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan
deret ukur (geometric progression, dari 2 ke-4, 8, 16, 32, dan seterusnya). Sementara itu,
pertumbuhan produksi makanan hanya menignkat sesuai dengan deret hitung (arithmetic progres
dari 2 ke 4,6,8, dan seterusnya). Karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian, Malthus meramal bahwa suatu
ketika akan terjadi malapetaka (disaster) yang akan menimpa umat manusia.

Berbagai masalah dalam masyarakat akan timbul sebagai akibat adanya tekanan
penduduk tersebut. Pada gilirannya, hal itu dapat menyebabkan tekanan yang berkelanjutan
terhadap standar hidup manusia, baik dalam artian ruang maupun output. Anehnya, dalam
menghadapi masalah, orang selalu menyalahkan keadaan dan lingkungan. Akan tetapi, tidak
pernah menyalahkan dirinya sendiri:

"When the wages of labour are hardly sufficient to maintain two children, a man marries
and has five of six. He of course finds himself miserably distressed. He accuses the insufficiency
of the price of labour to maintain a family .. He accuses the partial and unjust situati ons of
society... He accuses perhaps the dispensations of Providence, which have assigned to him a
place in society so beset with unavoidable distress... In searchingfor objects of accusation, he
never adverts to the quarter from which his misfortunes originate. The last person that he would
think of accusing is him-self, on whom in fact the whole of the blame lies...".

Apa yang bisa dilakukan manusia agar terhindar dari berbagai persoalan ekonomi dan
masyarakat? Dalam Essays on the Principles of Population (1796) Malthus menguraikan bahwa
satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka tersebut adalah dengan melakukan kontrol
atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk atau Keluarga Berencana (KB) menurut istilah
saat ini. Beberapa Jalan keluar yang ia tawarkan adalah menunda usia perkawinan dan
mengurangi jumlah anak. Pembatasan seperti ini disebut Malthus sebagai pembatasan moral.
Kalau hal ini tidak dilakukan, demikian althus menguraikan, persoalan ini akan diselesaikan
secara alamiah, antara lain akan timbul perang (kehidupan yang semakin keras disebabkan
terlalu banyak manusia), epidemi, kekurangan pangan, dan sebagainya.

Pandangan Malthus di atas oleh sebagian pakar dipandang terlalu pesimis. Dalam
kenyataan, produktivitas tenaga kerja neningkat dari tahun ke tahun, dimulai dengan "Revolusi
Industri” pada abad ke-18 dan terakhir "Revolusi Hijau" (penemuan bibit-bibit baru yang lebih
unggul) serta “revolusi biru” (penyediaan sarana irigasi untuk memback-up revoulusi hijau
tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa kemakmuran masyarakat meningkat dari tahun ke
tahun. Walaupun ramalan Malthus dinilai berlebihan, perlu diwaspadai sebab di beberapa negara
di Afrika (seperti Ethiopia dan Somalia) saat ini sering dilanda bencana kelaparan. Terutama
pula Indonesia yang berpenduduk sangat padat perlu mewaspadainya.

Kenyataannya berbagai konflik yang terjadi di tanah air seperti di Ambon, Papua, Aceh
atau yang sekarang lebih populer dengan Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Kalimantan
Selatan, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lain di Indonesia, konflik antaragama, antarras
atau antarsuku dan antarkampung, sebetulnya adalah manifestasi dari terlalu banyaknya manusia
di suatu wilayah. Jumlah manusia yang tak terkendalikan, menimbulkan perang konflik,
terorisme, kerusakan, pemerkosaan, perampokan, dan berbagai penyakit sosial lainnya. Di
Indonesia korban yang jatuh sudah ratusan ribu. Tidak terhitung di dalamnya rumah penduduk,
toko, kantor, dan fasilitas lainnya yang rusak. Daftar kerusakan dan kesusahan semakin
bertambah. Korban banjir dan tanah longsor yang sering melanda tanah air kita akhir-akhir ini.
Dikaitkan dengan teori Malthus di atas, mungkin saja semua ini merupakan "cara alam" untuk
mengatasi masalah, karena kita tak mampu mengendalikan jumlah kelahiran.

Sebagai catatan, perlu dikemukakan, jika orang berbicara tentang Malthus maka ingatan
orang akan lari pada teori populasi yang telah dijelaskan di atas. Sebetulnya selain tentang
penduduk, karyanya di bidang-bidang lain juga ada. Misalnya, Malthus bersama-sama dengan
Ricardo secara cukup sengit pernah menbantah teori Say yang mengatakan bahwa penawaran
akan selalu menciptakan penawarannya sendiri, dan karenanya dalam perekonomian tidak akan
pernah terjadi kelebihan produksi. Akan tetapi, pandangan Malthus dan Ricardo ini tidak
mendapat tanggapan yang wajar di zamannya, dan baru diterima orang setelah dikembangkan
lebih lanjut oleh J.M. Keynes kira-kira satu abad kemudian.

C. David Ricardo (1772-1823)

Disimak dari sejarah hidupnya, Ricardo tidak memiliki latar belakang pendidikan
ekonomi yang cukup. Namun, pekerjaannya dalam bidang pasar modal yang sudah digelutinya
sejak berusia empat belas tahun membuatnya paham tentang dunia ekonomi. James Mill, bapak
John Stuart Mill adalah yang berjasa mendorong Ricardo untuk menulis tentang masalah-
masalah ekonomi. Permintaan tersebut dikabulkan. Lagi pula, keberuntungan berbisnis dalam
pasar modal memungkinkannya untuk pensiun pada umur empat puluh dua tahun dan memulai
kariernya sebagai ekonom.

Dengan latar belakang pekerjaan di pasar modal, tidak mengherankan buku-bukunya


yang pertama seperti The High Price of Bullion (1810) dan A Proof of the Deppreciation of the
Bank Notes (1811) banyak membahas tentang keuangan dan perbankan. Tahun 1815 ia
menerbitkan Essay on the Influence of the Low Price of Corn on the Profit of Stock, yang pada
1817 judulnya diubah menjadi The Principles of blitical Economy and Taxation. Buku ini
ternyata mendominasi teori teori ekonomi klasik tidak kurang setengah abad lamanya.

Ricardo sependapat dengan Smith bahwa labor memegang peran penting dalam
perekonomian. Ide yang berasal dari Smith ini kemudian dikembangkan menjadi teori harga-
harga relative (theory of relative prices) berdasarkan biaya produksi, yaitu biaya labor menjadi
unsur utama, di samping biaya-biaya kapital. Kapital mendapat perhatianyang cukup besar dalam
analisis Ricardo sebab kapital tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas labor. Tetapi juga
berperan dalam mempercepat proses produksi sehingga hasil produksi dapat dengan cepat
dinikmati atau dikomsumsi. Perbedaan antara Smith dan Ricardo hanya dalam penekanan: Smith
lebih menekankan masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan, sedangkan Ricardo lebih
memperhatikan masalah pemeratan pendapatan di antara berbagai golongan dalam masyarakat.

Dalam buku The Principles of Political Economy and 'axation (1817), Ricardo
mengemukakan beberapa teori, antara ain teori Sewa tanah (land rent); teori nilai kerja (labor
theory of value): teori upah alami (natural wages); teori uang; dan satu lagi yang paling terkenal
adalah teori keuntungan komparatif (comparative advantage) dari perdagangan internasional.

Dalam teori tentang sewa tanah ia menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Ada
yang subur, kurang subur hingga tidak subur sama sekali. Produktivitas tanah yang subur lebih
tinggi. Dengan demikian, untuk menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya-biaya
(biaya rata-rata dan biaya-biaya marjinal) yang lebih rendah pula. Makin rendah tingkat
kesuburan tanah, jelas makin tinggi pula biaya rata-rata dan biaya marjinal untuk mengolah tanah
tersebut. Makin tinggi biaya-biaya, dengan sendirinya keuntungan per hektar tanah menjadi
semakin kecil pula. Berdasarkan penjelasan di atas, layak jika sewa untuk tanah yang lebih subur
lebih tinggi dibandingkan dengan sewa tanah yang kurang subur, apalagi yang tidak subur.

Teori tentang sewa tanah sebetulnya pernah dibahas poleh kaum fisiokrat dan Adam
Smith. Akan tetapi, menurut kaum paling dan Adam Smith tingkat sewa ditentukan oleh tanah
yang subur. Hal ini sangat bertolak belakang dengan teori Ricardo. Bagi Ricardo yang
menentukan tingginya tingkat sewa bukanlah tanah yang paling subur, melainkan tanah marjinal
(marginal land), yaitu tanah yang paling tidak subur yang terakhir sekali masuk pasar. Perbedaan
ini sangat prinsipil bagi Ricardo.
Dalam studinya tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya sewa tanah
Ricardo menggunakan analisis yang sama sekali baru dalam pembahasan ekonomi, yaitu
pendekatan analisis marjinal (marginal analysis). Analisis marjinal ini di kemudian hari ternyata
sangat penting dalam pengembangan teori-teori ekonomi, setelah dikembangkan oleh pakar-
pakar neo-klasik.

Tentang teori nilai kerja dan upah alami, Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu
barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut.
Ongkos itu berupa biaya untuk bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk
dapat bertahan hidup (subsisten) bagi buruh yang bersangkutan. Upah buruh yang besarnya
hanya cukup untuk sekadar dapat bertahan hidup ini disebut upah alami (natural wage). Menurut
Ricardo, kalau harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya-biaya (termasuk upah alami), dalam
jangka pendek perusahaan akan menikmati laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik
perusahaan-perusahaan lainnya masuk pasar. Masuknya perusahaan-perusahaan baru berarti
produksi akan meningkat, dan sebagai akibatnya akan terjadi kelebihan produksi (over supply) di
pasar. Kelebihan penawaran barang akan mendorong harga-harga turun kembali pada
keseimbangan semula. Karena biaya-biaya bahan mentah relatif konstan, Ricardo menyimpulkan
bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami, yang besarnya hanya
cukup agar para buruh dapat bertahan hidup saja (hidup secara subsisten). Menurut Ricardo,
besarnya tingkat upah alami ini ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat (custom).
biasanya tingkat upah alami ini naik proporsional dengan standar hidup masyarakat. Akan tetapi,
teori yang semula dimaksudkan untuk menjelaskan tentang nilai tukar suatu barang atau
komoditas ini akan diterangkan kemudian oleh kaum sosialis dicap sebaga teori Upah Besi (Iron
Law of Wages). Teori ini akan mengikat kaum buruh pada suatu lingkaran setan yang tidak
mungkin dilepaskan.

Teori Ricardo lain yang paling terkenal dan sering dianggap sebagai andalan utama
system perdagangan bebas adalah teori Keuntungan berbanding (Comparative Advantage).
Berdasarkan teori ni, menurut Ricardo, setiap kelompok masyarakat sebaiknya mengkhususkan
diri menghasilkan produk-produk yang dihasilkan lebih efisien. Selanjutnya, kelebihan produksi
atas kebutuhan dapat diperdagangkan. Hasilnya dapat digunakan untuk membeli barang-barang
lain yang tidak dibutuhkan lebih banyak. Ini jauh lebih banyak dibandingkan jika barang-barang
tersebut harus dihasilkan sendiri.

Dengan teori keuntungan berbanding itu, tidak diragukan lagi, Ricardo dianggap sebagai
arsitek utama perdagangan bebas. Berkat pengaruh Ricardo, timbul gerakan anticorn law antara
tahun 1820 hingga 1850, suatu gerakan yang menentang diaturnya tata niaga jagung di Inggris.
Gerakan ini dipimpin oleh Cobden dan Bright serta didukung oleh Ricardo dari pihak akademis.
Mengapa sampai ada gerakan yang menantang diaturnya tata-niaga jagung tersebut? Hal ini
didasarkan kepada kepercayaan pakar-pakar ekonomi klasik yang menyatakan bahwa pengaturan
tata-niaga ini akan lebih banyak mendatangkan kemelaratan daripada keuntungan. Pengaruh
ajaran Ricardo sampai ke Jerman. Mereka yang percaya bahwa perdagangan harus dibebaskan
tanpa campur tangan dari pihak mana pun, baik dari pemerintah maupun swasta, mendirikan
Suatu aliran pandangan ekonomi tersendiri yang dikenal aliran Manchester (Manchester school)
karena pertama kali didirikan di Kota Manchester.

Jika dikaitkan dengan keadaan di Indonesia, pernyataan Ricardo di atas benar adanya.
Misalnya, dalam tata niaga cengkeh dan jeruk. Aturan tersebut hanya pihak-pihak tertentu saja,
tetapi para petani cengkeh dan jeruk menguntungkan menjadi pihak yang tertekan. Sayangnya,
berbagai pandangan dari pakar-pakar ekonomi bahwa tata niaga cengkeh dan jeruk ini tidak
menguntungkan petani tidak pernah di dengar.

David Ricardo sering dianggap sebagai pakar aliran klasik yang sangat gemilang selain
Adam Smith. Akan tetapi, kehebatannya dalam melakukan analisis ekonomi juga paling banyak
mendapat kecaman. Hal ini disebabkan dalam melakukan analisis ia sering bersikap “tegar dan
dingin.” Sebagai akibatnya ilmu ekonomi kemudian sering dikritik sebagai dismal science. IImu
ekonomi kemudian diejek sebagai ilmu yang "tidak berperasaan" sebab dalam melakukan
pembahasan para pakar seperti Ricardo berusaha lebih banyak menggunakan rasio (pikiran, akal
sehat) dan menghindari unsur perasaan atau sentimen sebisa-bisanya.

D. Jean Baptiste Say (1767-1832)

J.B. Say berasal dari Prancis. Seperti halnya Ricardo, J.B. Say juga berasal dari kalangan
pengusaha, bukan dari kalangan akademis. Keterkaitannya dengan pengembangan teori-teori
juga berlangsung pada waktu ia sudah memasuki usia senja, mendekati usia 50 tahun. la sangat
memuja pemikiran-pemikiran Smith. Sebagai pendukung yang loyal, ia sangat berjasa dalam
menyusun dan melakukan kodifikasi terhadap pemikiran-pemikiran Smith secara sistematis.
Hasil kerjanya dirangkum dalam bukunya Traite d'Economie Politique (1903). Apa yang
dilakukan oleh Baptiste Say ini sangat membantu dalamn memahami pemikiran-pemikiran Smith
dalam buku The Wealth of Nations, yang bahasanya relatif sulit dicerna oleh orang awam.

Kontribusi Say yang paling besar terhadap aliran klasik ialah pandangannya yang
mengatakan bahwa setiap penawaran akan mencaptakan permintaannya sendiri (supply creates
its own demand). Pendapat Say di atas disebut Hukum Say (Say's Law). Hukum Say didasarkan
pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan Pendapatan. Setiap ada produksi, akan ada
pendapatan yang besarnya persis sama dengan nilai produksi tadi. Dengan demikian dalam
keadan seimbang, produksi cenderung menciptakan permintaannya sendiri akan produksi barang
yang bersangkutan.

Dengan dasar asumsi seperti ini ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu
diiringi oleh peningkatan pendapatan, yang akhirnya akan diiringi pula oleh peningkatan
permintaan. Jadi, dalam perekonomian yang menganut pasar persaingan sempurna tidak akan
pernah terjadi kelebihan penawaran (excess supply). Kalaupun terjadi, sifatnya hanya sementara.
Pasar lewat "tangan tak kentara" akan mengatur dirinya kembali ke arah keseimbangan.
Misalnya, kalau penawaran terlalu besar dibanding permintaan, stok barang naik, dan harga-
harga di pasar akan turun. Turunnya harga ini menyebabkan produsen enggan
berproduksi,sehingga jumlah barang yang ditawarkan kembali sama dengan jumlah barang yang
diminta.

Pendapat Say bahwa "produksi akan selalu menciptakan permintaannya sendiri" menjadi
pedoman dasar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi selama kurun waktu seratus tahun.
Pada perkembangannya, kebijaksanaan-kebijaksanaan itu kemudian dikritik sangat keras sebagai
pangkal tolak terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930. Hal ini akan kita bicarakan lebih
lanjut dalam Bab XII, sewaktu kita mendiskusikan pemikiran-pemikiran Keynes.

Selain terkenal dengan hukum supply creates it's own demand di atas, Say sebetulnya
dapat dikatakan sebagai orang pertama yang berbicara tentang entrepreneur. Begitu juga ia
adalah orang pertama yang berjasa mengklasifikasikan faktor-faktor produksi atas tiga bagian,
yaitu tanah, labor, dan capital (land, labor,and capital). Namun, teori-teorinya tersebut kalah
tenar dibadingkan hukum Say. Teori ini paling sering dikritik oleh Keynes sebagai pangkal sebab
teriadinya depresi besar-besaran tahun 1930-an kemudian.

E. John Stuart Mill (1806-1873)

Kebanyakan pakar ekonomi sepakat bahwa ajaran klasik mencapai puncaknya di tangan
J.S. Mill. Bapak dari James Mill, juga seorang pakar ekonomi. Mill yunior (.S. Mill) menerima
pelajaran tentang ilmu ekonomi langsung dari Mill senior (James Mill). Oleh bapaknya, ia
dididik dengan disiplin sangat tinggi. Mill vunior sudah mulai belajar bahasa Latin pada saat
usianya masih tiga tahun. Pada umur dua belas tahun ia sudah mampu menulis tentang sejarah.
Pada usia tiga belas tahun ia bahkan sudah bisa mengoreksi buku Elements of Political Economy
yang ditulis ayahnya. Di usia enam belas tahun ia telah mengorganisasi sebuah perkumpulan
yang disebut utitarian society. Mungkin, akibat terlalu banyak belajar pada usia dua puluh tahun
ia menderita sakit yang cukup parah. Untuk itu, agar terhindar dari "mesin pemikir", MilI
mencari pelarian ke dunia musik dan puisi.

Mill dikenal sebagai penulis yang sangat berbakat. Reputasinya sebagai penulis diakui
sewaktu ia meherbitkan bukunya yang pertama, A System of Logic tahun 1843. Buku kedua, On
the Liberty terbit tahun 1859. Dua bukunya yang lain, yang dikenal lebih luas, adalah: Essay on
Some Unsettled Questions of Political Economy (terbit tahun 1844 walaupun sebetulnya sudah
siap tahun 1829, saat ia berusia dua puluh tiga tahun) dan Principles of Political Economy With
Some of Their Applications to Social Philosophy (1848).

Bukunya yang terakhir, Principles of Political Economy dimaksudkan untuk menyarikan


teori-teori ekonomi pada masanya. Dalam kenyataan, buku tersebut dapat dikatakan sebagai
versi modern dari The Wealth of Nations Adam Srhith. Hal itu karena buku mill inilah yang
kemudian yang jadi pegangan utama mahasiswa yang ingin belajar ekonomi hingga akhir abad
ke-XIX. Buku tersebut dianggap sebagai apogee dari mazhab klasik, mulai dari pandangan
Smith, Malthus, Ricardo, dan Say. Dalam buku tersebut Mill mengatakan tidak ada teori yan
yang orisinil dari pemikirannya sendiri. Akan tetapi tampaknya ia terlalu merendah. Hal itu di
Sebabkan konsep return to scale adalah orisinil dari Mill. Mill juga orang yang pertama
mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan, yang kemudian dikembangkan lebih
lanjut oleh Marshal.

Dalam Principles of Political Economy pandangan-pandanean klasik disempurnakan dan


diberi sentuhan yang lebih manusiawi. Di tangan Mill, individualisme tidak lagi tampil kasar dan
kaku Sebagai sesama kaum klasik, Mill menentang pihak-pihak yang menuduh paham laissez
faire sebagai "ilmu yang menyedihkan dan muram" (dismal science) dan menuduh teori upah
Ricardo sebagai "teori upah besi". Sebagaimana dikutip Brinton (1981) dari The Principles of
Political Economy: "By what means, then, is poverty to be contended against? How is the evil of
low wages to be remedied? If the expedients usually recommended for the purpose are not
adapted to it, can no others be thought? Is the problem incapable of solution? Can political
economy do nothing, but only object to everything..."

J.S. Mill juga tidak terlalu kaku dengan campur tangan pemerintah. Kalau pakar-pakar
sebelumnya menganggap tabu campur tangan pemerintah, J.S. Mill sedikit melonggarkan. Lebih
jelas, Mill membolehkan campur tangan pemerintah berupa yang dapat peraturan-peraturan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang yang membawa ke arah peningkatan efisiensi dan penciptaan
iklim yang lebih baik. Dengan begitu, tiap aktivitas ekonomi dapat diarahkan pada yang lebih
baik dan lebih pantas.sesudah membaca laporan hasil tinjauan parlemen tentang kondisi kerja
tenaga anak-anak, Mill merekomendasikan legislasi untuk melindungi buruh anak-anak dan
memperbaiki kondisi hidup dan kerja yang tidak dapat ditoleransi.

J.S. Mill dalam buku-buku ajar tentang pemikiran ekonomi selalu dimasukkan ke dalam
aliran Klasik walaupun diakhir hayatnya ia menyebut dirinya sendiri "sosialis".

Anda mungkin juga menyukai