Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar Belakang Manusia lahir, ada dengan segala kebutuhannya. Pada awal
peradaban manusia, kebutuhan ini terbatas dan bersifat sederhana. Namun, dengan
semakin majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula
kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat pemenuhan kebutuhan manusia terbatas
adanya. Ketidakseimbangan antara kebutuhan yang selalu meningkat dengan alat
pemuas kebutuhan yang terbatas tersebut ,menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu
yang disebut Ilmu Ekonomi. Manusia hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang
secara keseluruhan memnbentuk suatu sistem. Sistem secara sederhana dapat
diartikan sebagai interaksi, atau kaitan, atau hubungan dari unsur-unsur yang lebih
kecil membentuk satuan yang lebih besar dan kompleks sifatnya. Dengan demikian,
sistem ekonomi adalah interaksi dari unit-unit ekonomi yang kecil (para konsumen
dan produsen) ke dalam unit ekonomi yang lebih besar, di suatu wilayah tertentu.
Sistem ekonomi yang dianut tiap kelompok masyarakat atau negara tidak sama. Hal
ini tergantung dari keputusan-keputusan dasar tentang pemilikan, produksi,
distribusi, serta komsumsi dilakukan. Ada keputusan- keputusan yang lebih
diserahkan kepada orang perorangan (swasta) dan ada pula yang harus diatur oleh
pusat. Bentuk sistem dengan corak keputusan pertama (lebih banyak diserahkan pada
kemauan orang per orang) disebut sistem Liberal/kapitalisme. Sebaliknya, sistem
yang serba diatur dan dikomandi oleh pemerintanh disebut sosialisme/komunisme.
Tentu saja tiap negara memilih salah satu dari kedua bentuk ekstrem dari sistem
ekonomi yang disebutkan diatas. Diantara kedua sistem ekonomi tersebut masih
terdapat bentuk yang disebut sistem perekonomian campuran (mixed economy).
Masing-masing sistem ekonomi memiliki penggagasnya masing-masing, banyak
pula aliran-aliran yang memunculkan gagasan-gagasannya tentang system ekonomi,
baik itu lebih cenderung pada sistem ekonomi kapitalisme maupun sistem
sosialisme.
Imperialisme berasal dari kata imperare, yang artinya daerah kekuasaan raja,
imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna
mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum
revolusi industri dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan
kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospen). Imperialisme
modern yang terjadi pascarevolusi industri memiliki 3 (tiga) tujuan, sebagai berikut.
 Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri.
 Mendapatkan daerah pemasaran bahan industri.
 Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang.
Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa ke Negara-negara Bagian Timur
Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani menjadi titik akhir
kekuasaan Kerajaan Romawi Timur. Kondisi tersebut menyebabkan tertutupnya
perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki menjalankan
politik yang mempersulit perdagangan Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya.
Keadaan seperti ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa
menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang
Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah.
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang dijajah oleh
bangsa barat, dalam sejarahnya Indonesia atau sebelum Indonesia disebut Hindia
dijajah oleh Belanda. Berawal dari V.O.C~perserikatan dagang Belanda, dilanjutkan
oleh pemerintah Inggris dibawah pimpinan Letnan Gebernur Jenderal Thomas
Raffles.
Setelah keluarnya Perjanjian London, maka Indonesia kembali menjadi
negeri jajahan Belanda. Pada masa ini Belanda berhasil meredam segala perlawanan
dan bahkan memperluas wilayahnya ke seluruh Nusantara. Alih-alih dengan konsep
Pax Netherland, Belanda ingin menyatukan seluruh Nusantara dalam satu naungan
yaitu Hindia-Belanda. Digantinya Van der Capellen sebagai Gebernur Jenderal,
menandakan dimulainya masa yang penuh kesengsaraan terhadap rakyat Hindia-
Belanda.
Van de Bosch diangkat menjadi Gebernur Jenderal, menggantikan Van der
Capellen. Dalam tahun 1830 pemerintah Hindia Belanda mengangkat Gebernur
Jenderal van den Bosch, yang diserahi tugas utama untuk meningkatkan produksi
tanaman ekspor yang terhenti selama sistem pajak tanah yang berlangsung.
Ketertarikan Pemerintah Belanda untuk mengangkat Van de Bosch karena konsep
yang diberikannya cukup sesuai dengan keadaan pada saat itu yang serba kesulitan.
Cultuur Stelsel merupakan aturan-aturan dalam perkebunan yang dicetus olehnya
guna mengisi kas negara yang kosong, sekarang Cultuur Stelsel bagi Bangsa
Indonesia lebih dikenal sebagai Tanam Paksa yang diwajibkan kepada seluruh
penduduk Hindia Belanda.
Sebagai pengganti pajak tanah (‘sewa tanah’) yang tidak lagi dapat
diandalkan, pemerintah kolonial meminta para peduduk desa di Jawa menanam
produk-produk pertanian~terutama kopi, gula, dan indigo~untuk dijual di pasar
Internasional melalui Amsterdam.
Ciri pokok dari sistem Tanam Paksa adalah pemungutan pajak dari rakyat
Indonesia dalam bentuk hasil-hasil pertanian rakyat. Cultuur Stelsel membuat
Belanda dapat membangun kembali negerinya yang telah hancur pasca keruntuhan
Republik Bataaf. Karena kebijakan ini terlalu menyiksa rakyat maka mulai muncul
pihak pro dan kontra baik di negeri jajahan maupun di dalam parlemen Belanda
terhadap kebijakan ini.
Diawali oleh seorang pegawai Belanda yang bernama Douwes Dekker,
dengan menggunakan nama samaran Multatuli menerbitkan sebuah buku yang
berjudul Max Havelaar. Selain itu juga terdapat sebuah pamflet dengan slogan
Suiker Contracten berasal dari seorang pemilik perkebunan bernama Fransen van der
Putte. Di negeri Belanda sendiri muncul berbagai pertentangan dalam parlemen
antara golongan liberal dengan golongan konservatif. Dalam pada itu beberapa tokoh
Belanda menentang Tanam Paksa dan menganjurkan pembukaan Indonesia untuk
usaha swasta, seperti Baron van Hoevell, Vitalis, dan lainnya, berkeyakinan bahwa
perkembangan usaha swasta Belanda akan meningkatkan tingkat kemakmuran rakyat
Indonesia.
Perdebatan ini dimenangkan oleh kaum liberal, sehingga pada tahun 1865
secara bertahap Cultuur Stelsel atau Tanam Paksa mulai dihapuskan di Hindia
Belanda. Pada 1870 dikeluarkannya aturan Agrarische Wet atau Undang-undang
Agraria, membuat Hindia-Belanda terbuka bagi seluruh perusahaan yang ingin
menginvestasikan sahamnya. Masa inilah yang akan menjadi fokus pembahasan
kita, dimana Indonesia pada masa itu memasuki era baru dalam sejarah kolonialnya,
yaitu Politik Pintu Terbuka atau Masa Liberal.
Pada tahap awal dalam propaganda, golongan liberal sangat berkeyakinan
dapat memperbaiki kehidupan rakyat yang sangat sengsara, namun dalam
kenyataannya kebijakan mereka tidak kurang sengsaranya bagi rakyat, walaupun
data menunjukkan terjadi peningkatan kelahiran pada rakyat terutama di Pulau Jawa.
Kebijakan ini menjadikan rakyat tertekan langsung oleh para penjajah dan penanam
modal, banyak di antara mereka yang tertipu dengan kontrak kerja, sehingga mereka
terpaksa untuk terus menjadi kuli pabrik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Merkantilisme dan bagaimana penjelasannya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Imperialisme dan bagaimana penjelasannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan Politik Pintu Terbuka ?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami tentang Merkantilisme
2. Dapat memahami tentang Imperialisme dan bagaimana penjelasannya
3. Dapat memahami tentang Politik Pintu Terbuka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Merkantilisme
A. Pengertian Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa
kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang
disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan
global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan
secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun
komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar
jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga
neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme
mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan
melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport
(dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan
tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah
yang dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.

B. Sejarah Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu aliran filsafat ekonomi yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat pada abad ke-16 sampai abad ke-18 di Eropa Barat.
Karena itulah mengapa semua ahli ekonomi Eropa pada periode tersebut dianggap
sebagai merkantilis. Padahal istilah 'merkantilis' sediri saat itu belum dikenal.
Merkantilisme baru diperkenalkan pertama kali oleh Victor de Riqueti, marquis de
Mirabeau pada tahun [1763], dan dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776
dalam bukunya The Wealth of Nations.
Abad ke-16 di Eropa tengah bermunculan negara-negara merdeka seperti
Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Belanda. Mereka memiliki keinginan kuat untuk
mempertahankan kedaulatan, kebebasan dengan menunjukkan kesejahteraan
rakyatnya. Ciri utama dari paham merkantilisme ditandai dengan campur tangan
negara/raja secara menyeluruh dalam setiap sendi ekonomi. Filosofi merkantilisme
memberi dukungan penuh bagi negara/raja untuk mengintervensi dan mengatur
perekonomiannya. Sehingga merkantilisme menjadi sebuah tahap dalam
perkembangan sejarah kebijakan ekonomi dimana kebijakan ekonomi dikaitkan
dengan erat kepada kesatuan politik dan kekuatan nasional.
Merkantilisme menitik beratkan kemakmuran suatu negara dari tingkat
kekayaannya. Pengumpulan kekayaan negara/raja dapat dilakukan dengan
peningkatan volume perdagangan. Volume perdagangan dapat ditingkatkan dengan
(1)peningkatan produksi dan (2)perluasan pasar. Kebutuhan akan pasar inilah yang
yang menimbulkan peperangan di negara Eropa dan dan lahirnya imprealisme.
Pada awal abad ke-16 beberapa kota besar seperti London, Paris dan Napoli
mulai bermunculan. Di kota-kota itu berbagai produk mulai dibuat oleh pengrajin.
Periode ini menandai kemunculan Masyarakat Pasar (Market Society). Saat
merkantilisme berkembang, Bangsa Eropa telah mengenal logam mulia sebagai
medium of exchange (uang), sehingga kemudian menetapkan standar ukuran
kemakmuran suatu negara dengan jumlah logam mulia yang dimiliki. Semakin
banyak logam mulia, maka semakin makmur negara itu dibandingkan dengan negara
lainnya. Peningkatan produktivitas diperlukan untuk meningkatkan ekspor, yang bisa
mendatangkan surplus perdagangan.
Selain peningkatan produksi, upaya menambah kekayaan dalam
merkantilisme adalah perluasan pasar. Merkantilisme memandang perdagangan
internasional sebagai suatu aspek penting. Perdagangan internasional adalah cara
untuk memperluas pasar dalam rangka mendapatkan surplus perdagangan sebesar-
besarnya. Kekayaan suatu negara diukur dari perbandingan ekspor impornya.
Seolah-olah ekspor dan impor berada dalam suatu timbangan, di mana jika ekspor
berlebih maka neraca perdangangan dianggap untung. Dengan adanya keuntungan
maka terjadi peningkatan pendapatan negara yang harus dibayar dan diimbangi
secara tunai dengan emas. Perpanjangan tangan para penguasa pada merkantilisme
terlihat dari kebijakan ekonomi proteksi, dimana negara/raja mendukung ekspor
dengan insentif dan menghadang import dengan tarif. Cara perluasan pasar yang
dilakukan pada masa merkantilisme ini adalah dengan penjelajahan samudra,
membuka wilayah-wilayah baru untuk di eksplorasi. Penjelajahan bangsa Eropa ini
pada akhirnya membawa ketamakan untuk menguasai sumber daya alam mereka
sebagai bagian dari kekayaan negara/raja-nya. Mereka menjadi wilayah-wilayah
baru tersebut sebagai jajahan/koloni mereka. Daerah koloni dipaksa untuk
menghasilkan bahan mentah untuk keperluan industri dan dipaksa untuk membeli
hasil industri negara induk.
Contoh raja pengikut/ penganut sistem merkantilisme :
1. Raja Karel V dari negara Spanyol
2. Ratu Elizabeth dari Inggris
3. Prinsmaurits berasal dari Belanda
4. Louis XIV dari Prancis

C. Dampak Merkantilisme Eropa pada Sejarah Dunia


Merkantilisme melahirkan kapitalisme. Kapitalisme melahirkan imprealisme.
Ekonomi Kerajaan Inggris semakin meningkat pada zaman Raja Henry VII. Inggris
memperoleh keuntungan besar dari perdagangan luar negerinya. Kemudian,
merkantilisme mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan
dimanfaatkan sebagai daerah monopoli perdagangannya. Kesuksesan Inggris
memanfaatkan daerah-daerah koloninya, membuat Bangsa Eropa tergiur (Belanda,
Perancis dan Spanyol). Tak heran merkantilisme semakin memperluas peperangan
antar-bangsa-eropa dalam rangka memperebutkan daerah-daerah koloni di penjuru
dunia. Politik merkantilisme ini jugalah yang melahirkan terbentuknya persekutuan
dagang masyarakat Eropa, seperti EIC di India dan VOC di Indonesia.
Dengan perkembangan teknologi, merkantilisme mampu mendukung
perubahan bentuk usaha domestic system berubah menjadi manufacture system.
Dengan demikian politik ekonomi merkantilisme mendukung berlangsungnya
revolusi industri yang berkembang di negara Inggris. Revolusi industri ini juga
kemudian mengantarkan kita pada perubahan signifikan dalam sejarah manusia.
Dampak dari merkantilisme dalam sejarah:
1. Lahirnya kolonialisme imprealisme
2. Aktifnya perdagangan internasional.
3. Berkembangnya teknologi-teknologi baru, misalnya Act of Navigation
yang sangat membantu perkapalan Inggris, penemuan mesin uap dalam
rangka efisiensi produksi membawa Inggris pada revolusi industry
D. Jenis Merkantilisme
Pada dasarnya Merkantilisme adalah cara untuk mencapai kemakmuran
negara. Namun pada prakteknya ada dua jenis merkantilis yang bisa dibedakan
berdasarkan cara mencapai kemakmuran. Kedua jenis merkantilis tersebut adalah
1. Kelompok Bullionist
Kelompok bullionist berkembang sebagai awal perkembangan kelompok
merkantilist murni, dipelopori oleh Gerald Malynes. Kelompok ini mengaitkan
kemakmuran negara dengan banyaknya logam mulia. Semakin besar stok logam
mulia di dalam negeri, semakin makmur, megah dan berkuasa negara tersebut.
Kebijakan kelompok ini adalah
 Mendorong ekspor sebesar-besarnya, (kecuali logam mulia)
 Melarang impor dengan ketat, (kecuali logam mulia)
 Surplus ekspor harus dibayar dengan logam mulia

2. Merkantilist Murni
Kata kunci merkantilist murni adalah aspek suku bunga. Suku bunga yang
rendah akan menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan untuk mendorong
kegiatan ekonomi. Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga barang
juga harus meningkat dan peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah
uang beredar meningkat. Agar uang bertambah maka jalan yang paling mudah
adalah melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara wajib
berusaha memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan (favorable balance
of trade).
Pendukung utama kelompok merkantilis murni adalah Thomas Mun
(Inggris), Colbert (Perancis), Von Hornigh (Jerman) dan Becker (Austria).

2.2 Imperialisme
A. Konsep Dasar Imperialisme
Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya
(ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu
kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin
selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja
inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah
dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata
yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan
menetap dimana saja.
Imperialisme ditinjau dari segi etimologis berasal dari kata Latin imperare
yang artinya memerintah atau menguasai. Kekuasaan untuk memerintah (imperare)
disebut imperium dan raja yang memerintah disebut imperator. Pada periode
penaklukan kebesaran seorang raja diukur berdasarkan luas daerahnya, maka raja
suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara
lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme, dan selanjutnya berkembang
pengertian lain sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Imperialisme menurut
isitilah (terminologis) ialah politik menguasai negara lain untuk kepentingan negara
penjajah.
Imperialisme berasal dari kata imperare, yang artinya daerah kekuasaan raja,
imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna
mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum
revolusi industri dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan
kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospen). Imperialisme
modern yang terjadi pascarevolusi industri memiliki 3 (tiga) tujuan, sebagai berikut.
a. Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri.
b. Mendapatkan daerah pemasaran bahan industri.
c. Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang.
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia
untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai"
disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan
dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan.
Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat
berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah
beda antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan
mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan
gabungan jajahan-jajahan.

Sebab-sebab Imperialisme
a. Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia
(ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah
batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan
keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat
dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung benih imperialisme.
b. Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini
(racial superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini
menebal, mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan
anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di dunia ini, dan berhak
menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-bangsa lainnya.
c. Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan
imperialisme. Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi.
Imperialisme di sini dapat timbul sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika
penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara, maka sering tujuan
pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan tindakan
imperialisme.
d. Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan
suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang
terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
a. Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
b. Ingin ikut dalam perdagangan dunia
c. Ingin menguasai perdagangan
d. Keinginan untuk menjamin suburnya industri

B. Perkembangan Imperialisme
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah negara besar dapat
memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara
atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu
menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu. Perkataan Imperialisme pertama kali
Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli, perdana menteri Inggris, ketika itu
menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga suatu
"impire" yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat oposisi yang
kuat. Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan
krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian
pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal
luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !" dan golongan Disraeli
(Joseph Chamberlain, Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau golongan
"Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme, mula-mula
hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan oposisinya,
kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita kenal
sekarang.
Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani menjadi
titik akhir kekuasaan Kerajaan Romawi Timur. Kondisi tersebut menyebabkan
tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki
menjalankan politik yang mempersulit perdagangan Eropa beroperasi di daerah
kekuasaannya. Keadaan seperti ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur
dengan Eropa menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh
orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah.
Berikut faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan
penjelajahan samudra pada akhir abad ke-16.
a. Jatuhnya Kota Konstantinopel tahun 1453 ke tangan penguasa Turki Usmani
dalam Perang Salib yang menyebabkan tertutupnya jalur perdagangan bagi
orang-orang Eropa, dan mengakibatkan tingginya harga rempah-rempah.
b. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur, yaitu perjalanan kembalinya
Marco Polo dari negara Cina melalui pelayaran atau lautan.
c. Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa
bumi itu bulat.
d. Penemuan kompas (penunjuk arah mata angin).
e. Semangat Reconquista, yaitu semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di
mana pun yang dijumpainya.
Dengan berlatar belakang inilah bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan
samudra, yang dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis, serta diikuti oleh
Belanda, Inggris, Prancis, dan sebagainya.
Imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk
mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sepihak yang lebih besar. Adanya Revolusi
Industri, banyak ditemukan penemuan-penemuan baru yang sangat berguna bagi
kemajuan peradaban ekonomi dunia yang berawal dari bangsa Eropa. Dengan
kemajuan tersebut, maka bangsa Eropa mulai berpikir untuk memproduksi barang
sebanyak mungkin yang akhirnya ia harus mencari bahan mentah dan pasar untuk
menjual hasil produksinya.
Maka dari itu pemerintah Eropa melakukan ekspedisi untuk mencari daerah
jajahan seluas mungkin, termasuk juga daerah Indonesia yang menjadi salah satu
daerah jajahan bangsa Eropa. Latar Belakang Kedatangan Orang Orang Eropa ke
Dunia Timur Peristiwa-peristiwa penting terjadi di Eropa yang berakibat tumbuh dan
berkembangnya kolonialisme dan imperialisme. Bangsa Eropa (Barat) menjelma
menjadi pelaku dan bangsa yang berada disebelah Timur menjadi objek sasarannya.
Adapun peristiwa-peristiwa penting tersebut adalah : Reformasi Gereja (abad ke 16-
17), Merkantilisme, Revolusi Perancis(1789) dan Revolusi Industri(1780).

C. Perkembangan Imperialisme di Indonesia


Kedatangan bangsa asing di Indonesia semula bertujuan ingin berdagang
rempah-rempah. Namun, kekayaan alam Indonesia yang berlimpah membuat mereka
mengubah tujuan menjadi ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Berikut
beberapa tujuan bangsa Eropa menguasai Indonesia.
1. Menguasai wilayah strategis guna misi perdagangan dan basis militer.
2. Mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan sumber daya alam suatu wilayah.
3. Menguasai perdagangan rempah-rempah langsung dari daerah sumbernya
dengan menerapkan monopoli perdagangan.
4. Mencampuri urusan politik suatu wilayah.
Adapun tahap-tahap masuknya kekuasaan asing di Indonesia sebagai berikut.
1. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia
Tahun 1511, armada penjelajah Portugis di bawah pimpinan Alfonso de
Alberqueque tiba di Malaka. Mereka berperang melawan Sultan Malaka, yaitu
Sultan Mahmud Syah (1488 -1528). Setelah Malaka berhasil dikuasai Portugis,
perdagangan pun dimonopoli dan dikuasai oleh Portugis. Bangsa Portugis
melanjutkan perjalanan dari Pulau Hitu ke Ternate, Maluku, dengan tujuan
menguasai daerah penghasil rempah-rempah. Awalnya, kedatangan bangsa Portugis
disambut baik oleh Raja Ternate, karena bangsa Portugis membantu Ternate
melawan Tidore. Praktik monopoli perdagangan cengkih yang dilakukan Portugis
merugikan Ternate. Lama-kelamaan penguasa Ternate pun menolak bangsa Portugis.
Puncak penolakan terjadi setelah Sultan Hairun dibunuh bangsa Portugis. Rakyat
Ternate marah dan menyerang Portugis di bawah pimpinan Baabullah, putra Sultan
Hairun. Bangsa Portugis dapat diusir dari wilayah Maluku tahun 1575. Setelah diusir
dari Kepulauan Maluku, armada Portugis berlayar menuju Sumatra dan Jawa. Di
Jawa, armada Portugis menjalin kontak dagang dengan Pasuruan, Blambangan,
Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, dan Banten. Di Sumatra, bangsa Portugis mencoba
menguasai perdagangan lada dan cengkih, namun usahanya gagal karena kuatnya
dominasi Kerajaan Aceh.
2. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia
Pada tahun 1602, pedagang-pedagang Belanda mendirikan perkumpulan dagang
yang disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Dalam bahasa Indonesia,
perkumpulan dikenal dengan nama Kompeni Belanda. Badan perdagangan Belanda
ini pada dasarnya bertujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dan untuk
dapat memperkuat kedudukannya dalam menghadapi lawan-lawannya, seperti
Portugis dan Spanyol. Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di
bawah Van Oldenbarnevedt. VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi badan
yang berdaulat. Hak istimewa itu sebagai berikut.
a. Hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Selatan dan Afrika.
b. Hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng, dan
menjajah.
c. Hak untuk mengangkat pegawal-pegawainya.
d. Hak untuk memberi pengadilan.
e. Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
Sebaliknya, VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap pemerintah Belanda, yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada Staten General (Badan Perwakilan), serta
b. Pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan
angkatan perang.
Dalam monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia, VOC memberlakukan
hal-hal berikut.
a. Hak Eksteerpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil rempah-rempan dengan cara
menebang atau memusnahkannya bila perlu. Tujuannya agar penawaran rempah-
rempah terkendali dengan harga yang tetap menguntungkan VOC.
b. Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan), yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan
monopoli perdagangan Indonesia. Jika petani menjual rempah-rempahnya
kepada pihak selain VOC, maka petani tersebut ditangkap dan rempah-
rempahnya dibakar.

Namun, kejayaan VOC tidak berlangsung lama. VOC mengalami kemunduran


pada akhir abad XVIII. Sebab-sebab kemunduran VOC sebagai berikut.
a. Banyak pegawai VOC melakukan penyelewengan untuk memperkaya diri sendiri
(korupsi).
b. Wilayah Indonesia yang luas memerlukan biaya besar untuk mengelolanya.
c. Biaya perang untuk menumpas perlawanan sporadic suku-suku di Indonesia
sangat besar.
d. Persaingan dengan kongsi dagang negara lain, misalnya EIC milik pemerintah
Inggris, semakin tajam.

3. Pemerintah Daendels di Indonesia (1808-1811)


Kemenangan Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte berimplikasi pada
penguasaan negara-negara jajahan Belanda menjadi dikuasai oleh Prancis. Pada
tahun 1808, Daendels diangkat menjadi gubernur jenderal atas wilayah Indonesia.
Tujuan utamanya untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan lnggris.
Selain itu Daendels juga diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia.
Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, Daendels melakukan beberapa upaya
berikut.
Membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya kurang lebih
1.100 km, tujuannya untuk melancarkan mobilitas militer di Pulau Jawa dan untuk
mengangkut hasil pertanian.
a. Membangun pabrik senjata di Surabaya dan Semarang.
b. Melaksanakan sistem kerja rodi untuk pekerjaan yang bersifat umum,
termasuk pembangunan jalan.
c. Membangun angkatan perang, misalnya armada laut di Ujung Kulori, Banten.
d. Mencampuri urusan intern kerajaan-kerajaan Indonesia dan memengaruhi raja-
raja di Indonesia.
e. Menjalankan sistem pemerintah diktator agar rakyat Indonesia tidak
mengadakan perlawanan.
f. Mencari keuntungan besar melalui perdagangan budak.
g. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles
Maskapai dagang Inggris, East Indian Company (EIC), mewakili pemerintah
Inggris di Indonesia. Mereka mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles menjadi
gubernur jenderal di Indonesia. Berikut beberapa langkah yang dilakukan Stamford
Raffles di Indonesia.
a. Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
b. Mengurangi kekuasaan bupati dengan mengangkat bupati menjadi pegawai
pemerintah
c. Menghilangkan bentuk kerja paksa atau rodi.
d. Menghapus pelayaran Hongi model VOC.
e. Melarang perbudakan karena tidak sesuai dengan semangat liberalisme.
f. Menghapus segala macam bentuk penyerahan (upeti).
g. Memungut sewa tanah, sebab tanah dianggap sebagai milik negara.
h. Melaksanakan sistem penjurian dalam peradilan.
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia tidak berlangsung lama, hal ini
dipengaruhi oleh kondisi politik di Eropa. Meskipun tidak berlangsung lama, namun
kepemimpinan Raffles membawa perubahan di Indonesia.
Setelah Prancis kalah perang, Napoleon harus menandatangani Konvensi London
tahun 1814. Isi konvensi tersebut adalah Prancis harus mengembalikan status negara-
negara jajahannya ke kedudukan semula sebelum ada penyerangan Napoleon.
Indonesia harus diserahkan kembali pada Belanda. Penyerahan itu dilakukan tahun
1816. Akan tetapi, Pulau Bangka, Pulau Belitung, dan Bengkulu tidak ikut
diserahkan. Van den Bosch mengusulkan pemberlakuan sistem cultuurstelsel atau
tanam paksa di Pulau Jawa. Usulan itu mendapat persetujuan dari parlemen Belanda.
Mulailah pelaksanaan sistem tanam paksa di Indonesia tahun 1830. Ketentuan-
ketentuan sistem tanam paksa sebagai berikut.
1. Ketentuan Sistem Tanam Paksa
a) Seperlima bagian tanah milik rakyat yang subur wajib dijadikan lahan bagi
tanaman ekspor. Tanaman yang harus dibudidayakan, antara lain teh, tebu,
tembakau, merica, kayu manis, nila, kapas, dan tanaman lain yang laku dijual
di pasaran Eropa.
b) Tanah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.
c) Hasil panen diserahkan kepada pemerintah Belanda.
d) Apabila taksiran harga hasil panen melebihi pajak, maka kelebihannya itu
menjadi hak rakyat.
e) Kegagalan panen ditanggung oleh pemerintah.
f) Waktu yang digunakan untuk menanam tidak boleh melebihi waktu
menanam padi.
2. Ketentuan Sistem Tanam Paksa yang Dilanggar
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, ketentuan di atas banyak dilanggar untuk
memperbesar keuntungan pemerintah Belanda. Ketentuan yang dilanggar sebagai
berikut.
a) Tanah yang dijadikan lahan tanaman ekspor tidak hanya seperlima bagian,
tetapi seluruhnya.
b) Lahan yang ditanami tanaman ekspor tetap dipungut pajak.
c) Kegagalan, panen ditanggung oleh rakyat sendiri bukan pemerintah.
d) Jika taksiran hasil panen melebihi pajak, maka kelebihan itu tidak diberikan
kepada rakyat.
e) Waktu yang digunakan untuk tanam paksa melebihi waktu untuk menanam
padi. Hal ini disebabkan umur tanaman untuk tanam paksa lebih panjang.
Pengaruh Pemberlakuan Tanam Paksa Kebijakan tanam paksa berpengaruh
terhadap pemerintah Belanda maupun rakyat Indonesia. Harga pokok hasil pertanian
tanam paksa sangat rendah, padahal harga jualnya sangat tinggi. Akibatnya, Belanda
menjadi negara kaya. Tanam paksa membuat rakyat Indonesia sangat menderita dan
kelaparan. Sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengurus tanaman paksa
sehingga tanaman padi mereka jadi terlantar. Sisi baiknya, petani Indonesia mulai
mengenai jenis tanaman baru yang diunggulkan sebagai komoditas ekspor.
Kelompok pemilik modal atau kaum kapitalis mendesak pemerintah agar
menghapus sistem tanam paksa. Sebagai gantinya, para pemilik modal meminta agar
diizinkan masuk ke Indonesia. Desakan kaum kapitalis itu berhasil membuat
pemerintah Belanda menerapkan kebijakan Politik Pintu Terbuka. Artinya, para
pemilik modal swasta diizinkan masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya.
Golongan mayoritas parlemen Belanda dikuasai oleh pihak konservatif,
sementara golongan minoritas atau golongan oposisi adalah kaum liberal. Kaum
liberal menyuarakan agar tanam paksa dihapuskan. Usulan tersebut mendapat
simpati dari sebagian besar penduduk negara Belanda dan rakyat Indonesia yang ada
di sana. Kemenangan kaum liberal pada pemilu 1860, merealisasikan usulan
tersebut. Tanam paksa dihapuskan tahun 1870 dimulai dengan penghapusan tanam
paksa tebu.
Pemerintah Belanda kemudian menerapkan Politik Pintu Terbuka dengan
mengeluarkan Undang-Undang, Agraria tentang kepemilikan tanah di daerah
jajahan. Dalam pelaksanaannya, berdirilah perkebunan-¬perkebunan besar milik
swasta dengan menyewa tanah rakyat Selain itu, banyak dilakukan pembangunan
jalan, irigasi, dan sarana pembangunan lainnya. Politik Pintu Terbuka juga tidak
banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia. Muncul usulan Politik Balas Budi
(Politik Etis) yang mulai dilaksanakan tahun 1900.

2.3 Politik Pintu Terbuka

A. Latar Belakang.

Politik pintu terbuka (Open Door Policy) mulai diperkenalkan di Indonesia


pada tahun 1870. Ini merupakan salah satu politik yang diterapkan oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda. Sejak saat itu pemerintah kolonial Hindia Belanda
membuka Indonesia bagi para pengusaha asing untuk menanamkan modalnya,
khususnya di bidang perkebunan.

Pada periode antara tahun 1870 – 1900 merupakan masa liberaliswme,


dimana pada masa itu, pemerintahan Hindia Belanda dipegang oleh kaum liberal
yang kebanyakan terdiri dari pengusaha swasta yang mendapat kesempatan untuk
menanamkan modalnya di Indonesia dengan cara besar-besaran.

Mereka pun mengusahakan perkebunan besar seperti perkebunan kopi, teh,


tebu, kina, kelapa, cokelat, tembakau, kelapa sawit, dan sebagainya. Mereka juga
mendirikan pabrik, seperti pabrik gula, pabrik cokelat, teh, rokok, dan lain-lain. Oleh
karena itu, pelaksanaan politik Pintu Terbuka ditandai dengan keluarnya undang-
undang agraria pada tahun 1870 dan undang-undang gula.

1. Pelaksanaan sistem tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat


pribumi, tetapi memberikan keuntungan besar bagi Pemerintah Hindia
Belanda.
2. Berkembangnya paham liberalisme sebagai akibat dari Revolusi Perancis dan
Revolusi Industri sehingga sistem tanam paksa tidak sesuai lagi untuk
diteruskan.
3. Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak
Pemerintah Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya
(Indonesia). Hal itu dimaksudkan agar para pengusaha Belanda sebagai
pendukung Partai Liberal dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Adanya Traktat Sumatera pada tahun 1871 yang memberikan kebebasan bagi
Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya Inggris
meminta Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di Indonesia agar
pengusaha Inggris dapat mananamkan modalnya di Indonesia.

B. Pengertian Politik Pintu Terbuka

Politik pintu tebuka adalah pelaksanaan politik kolonial liberal di Indonesia,


dimana golongan liberal Belanda berpendapat bahwa kegiatan ekonomi di Indonesia
harus ditangani oleh pihak swasta, sementara pemerintah cukup berperan mengawasi
saja.
Pada tahun 1860-an politik batig slot (mencari keuntungan besar) mendapat
pertentangan dari golongan liberalis dan humanitaris. Kaum liberal dan kapital
memperoleh kemenangan di parlemen.

C. Isi Undang-undang Agraria Tahun 1870

1. Pasal 1 : Gubernur jenderal tidak boleh menjual Tanah.


2. Pasal 2 : Gubernur jenderal boleh menyewakan tanah menurut peraturan
undang- undang.
3. Pasal 3 : Dengan peraturan undang-undang akan diberikan tanah-tanah
dengan hak erfpacht, yaitu hak pengusaha untuk dapat menyewa tanah dari
gubernermen paling lama 75 tahun, dan seterusnya.

Jadi, undang-undang Agraria pada intinya menjelaskan bahwa semua tanah milik
penduduk Indonesia adalah milik pemerintah Hindia Belanda. Maka pemerintah
Hindia Belanda memberi mereka kesempatan untuk menyewa tanah milik penduduk
dalam jangka waktu yang panjang.

D. Tujuan Penetapan Undang-undang Agraria

1. Melindungi petani-petani di tanah jajahan agar terjaga hak-hak miliknya atas


tanah terhadap usaha penguasaan oleh orang-orang asing.
2. Memberikan peluang kepada para penguasa asing untuk menyewa tanah dari
rakyat Indonesia.

Jika dibaca sepintas, kelihatannya undang-undang Agraria ini nampak


menjanjikan sekaligus memberikan harapan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
Namun sebenarnya pada kenyataannya tidak seperti itu. Hal yang sebenarnya adalah
bahwa undang-undang Agraria tersebut bukanlah milik rakyat Indonesia, melainkan
milik pemerintah Hindia Belanda.
Atau dengan kata lain, undang-undang tersebut dibuat hanya demi semata-
mata keuntungan bagi pemerintah Hindia Belanda saja. Rakyat tetap menderita
karena yang menikmati keuntungan adalah penguasa. Dalam hal ini, undang-undang
Agraria juga mengatur tentang pembagian golongan tanah, yaitu:
1. Golongan tanah milik negara, yaitu tanah yang secara tidak langsung menjadi
hak milik pribumi, seperti hutan-hutan dan tanah yang berada di luar milik
desa dan penduduknya.
2. Golongan tanah milik pribumi, yaitu semua sawah, ladang, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, tanah milik pemerintah dapat disewa oleh kaum penguasa selama 75
tahun, sedangkan tanah milik penduduk dapat disewa selama 5 tahun dan ada pula
yang dapat disewakan selama 30 tahun. Sewa-menyewa antara pemilik dilaksanakan
berdasarkan perjanjian sewa-menyewa (kontrak) dan harus didaftarkan kepada
pemerintah.

E. Undang-Undang Gula (Suiker Wet)


Selain UU Agraria 1870, pemerintah Belanda juga mengeluarkan Undang-
Undang Gula (Suiker Wet) tahun 1870.
Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
para pengusaha perkebunan gula.
Isi dari UU Gula ini yaitu:

1. Perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap,


dan
2. Pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus sudah
diambil alih oleh swasta.

Dengan adanya UU Agraria dan UU Gula tahun 1870, banyak swasta asing
yang menanamkan modalnya di Indonesia, baik dalam usaha perkebunan maupun
pertambangan.
Berikut ini beberapa perkebunan asing yang muncul.

1. Perkebunan tembakau di Deli, Sumatra Utara.


2. Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3. Perkebunan kina di Jawa Barat.
4. Perkebunan karet di Sumatra Timur.
5. Perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara.
6. Perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatra Utara.
F. Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari diterapkannya politik
Pintu Terbuka:
Dampak Positif

1. Sistem tanam paksa dihapuskan.


2. Modal swasta asing mulai masuk dan ditanam di Indonesia.
3. Rakyat Indonesia di pedesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.
4. Hindia Belanda (Indonesia) menjadi negara produsen hasil-hasil perkebunan
yang penting.
5. Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun proyek-proyek prasarana
untuk mendukung dan memperlancar ekspor hasil-hasil perkebunan dari
Indonesia.

Dampak Negatif

1. Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk, dimana pendapatan penduduk


Jawa pada awal abad ke-20 untuk setiap keluarga dalam 1 tahun sebesar 80
gulden. Dari jumlah tersebut masih dikurangi untuk membayar pajak kepada
pemerintah sebesar 16 gulden. Oleh karena itu, penduduk hidup dalam
kemiskinan.
2. Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan
gula yang berakibat buruk bagi penduduk.
3. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara
pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
4. Menurunnya usaha kerajinan rakyat Indonesia karena kalah bersaing dengan
banyaknya barang-barang impor dari Eropa.
5. Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah
adanya angkutan dengan kereta api.
6. Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya
hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenate Sanctie.
7. Terjadi perubahan kepemilikan tanah dan tenaga kerja
8. Penduduk semakin bertambah, sedangkan lahan pertanian semakin berkurang
karena disewa untuk perkebunan. Akibatnya timbul kelaparan dimana-mana.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Merkantilisme
Perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran salah satunya
adalah merkantilisme. Dimana merkantilisme itu berasal dari kata Merchant, yang
berarti pedagang. menurut paham ini, tiap negara jika ingin maju harus melakukan
perdagangan dengan negara lain. Terdapat beberapa tokoh yang menganut aliran
merkantilisme yaitu ada Thomas Munn yang menurutnya untuk meningkatkan
kekayaan negara cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan pedoman yang
dilakukan adalah: nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan
yang di impor oleh negara itu. Lalu ada Jean Bodin yang merupakan seorang ilmuan
berbangsa Prancis yang dapat dikatakan sebagai orang pertama yang secara
sistematis menyajikan tentang teori uang dan harga.

B. Imperialisme
Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya
(ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu
kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin
selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja
inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah
dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata
yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan
menetap dimana saja.

C. Politik Pintu Terbuka


Pada masa liberal di Indonesia atau Politik Pintu Terbuka, Indonesia menjadi
tempat penanaman modal oleh perusahaan-perusahaan swasta, hal ini terjadi
dilatarbelakangi oleh kemenangan yang diraih golongan liberal dalam
memperebutkan kursi parlemen Belanda yang memandang bahwa pemerintah tidak
berhak untuk ikut campur dalam kegiatan ekonomi. Selain itu juga menurunnya
efektivitas Tanam Paksa yang dijalankan oleh pemerintah kolonial.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Agraria di tahun 1870 bersamaan
dengan Undang-undang Gula menandakan awal dari masa liberal di Indonesia. Alih-
alih untuk menyejahterakan rakyat, namun yang didapatkan pada kenyataan rakyat
tidak lebih sejahtera dari sebelumnya malahan rakyat semakin menderita dengan
adanya Koelie Ordonantie dan Poenale Sanctie yang sangat mengikat.
Sisi positif dari masa ini terdapat pada pembanguna sarana dan pendidikan
walaupun masih sangat terbatas. Dalam bidang pembangunan untuk pertama kalinya
pemerintah kolonial memerhatikan pembangunan bagi negeri jajahannya dan dengan
sangat terpaksa harus mengurung ambisi mereka dalam menjalankan Batig Slot,
walaupun ditujukan kepada pabrik-pabrik tidak dapat dipungkiri bahwa rakyat juga
ikut menikmatinya, selain itu dalam bidang pendidikan juga mulai didirikannya
beberapa lembaga pendidikan guna mencetak seorang pegawai yang bergaji rendah.
Pada masa ini juga untuk pertama kalinya penduduk pribumi datang ke negeri
Belanda untuk belajar, hal ini yang menjadi cikal bakal dari rasa nasionalisme
kebangsaan Indonesia.

3.2 Kritik Dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dominick Salvatore, Ekonomi Internasional, diterjemahkan oleh Rudy Sitompul dan


Haris Munandar (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 4.
Basri, Faisal dan Haris Munandar.Dasar-dasar ekonomi internasional.
Jakarta:kencana 2010
http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kolonialisme-dan-imperialisme-barat-
di.html
http://haradachi.wordpress.com/2009/08/30/tugas-sejarah-1/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://id.scribd.com/doc/47798280/Kolonialisme-dan-Imperialisme-Barat-di-
Indonesia
Poeze, A. Harry. (2014). DI NEGERI PENJAJAH. Cet. II, diterjemahkan oleh:
Haziel dan Toer. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Poesponegoro, Marwati Djoened., Nugroho Notosusanto. (1993). SEJARAH
NASIONAL INDONESIA IV. Cet. VII. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ricklefs, M.C., et,al. (2013). SEJARAH ASIA TENGGARA. Cet. I, diterjemahkan
oleh : Komunitas Bambu. Jakarta: Komunitas Bambu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Merkantilisme............................................................................................5
2.2 Imperialisme .............................................................................................8
2.3 Politik Pintu Terbuka ................................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................22


3.2 Kritik dan Saran ........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

Anda mungkin juga menyukai