Anda di halaman 1dari 12

Merkantilisme

A. Pengertian
Merkantilisme adalah praktik dan teori ekonomi, yang dominan di Eropa dari 16 ke abad ke-18,
yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara untuk tujuan menambah
kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan nasional saingannya. Ini adalah mitra dari politik
ekonomi absolutisme atau monarki absolut. Merkantilisme termasuk kebijakan ekonomi nasional yang
bertujuan untuk mengumpulkan cadangan moneter melalui keseimbangan perdagangan positif,
terutama barang jadi. Secara historis, kebijakan tersebut sering menyebabkan perang dan juga
termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial. Teori merkantilis bervariasi dalam penerapannya terkini
dari satu penulis ke yang penulis lain dan telah berkembang dari waktu ke waktu. Tarif tinggi, terutama
pada barang-barang manufaktur, merupakan fitur yang hampir universal dari kebijakan merkantilis.

Kebijakan lainnya termasuk:

1. menciptakan koloni di luar negeri;


2. melarang daerah koloni untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara lain;
3. memonopoli pasar dengan port pokok;
4. melarang ekspor emas dan perak, bahkan untuk alat pembayaran;
5. melarang perdagangan untuk dibawa dalam kapal asing;
6. subsidi ekspor;
7. mempromosikan manufaktur melalui penelitian atau subsidi langsung;
8. membatasi upah;
9. memaksimalkan penggunaan sumber daya dalam negeri; dan
10. membatasi konsumsi domestik melalui hambatan non-tarif untuk perdagangan.

Atau dapat dikatakan suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan
suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi
atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga,
terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar
jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca
perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan
suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya,
dengan mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan
pemberlakuan tarifyang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang
dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.

Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode
modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era di mana kesadaran bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa
ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang
akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh
teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan
era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir
abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam
bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat
itu adalah negara industri terbesar di dunia.

Istilah "sistem dagang" digunakan oleh kritikus terkemuka, Adam Smith, tetapi "merkantilisme" telah
digunakan sebelumnya oleh Mirabeau.

Sementara banyak negara menerapkan teori ini, satu contoh adalah Perancis, ekonomi negara
paling penting di Eropa pada saat itu. Raja Louis XIV mengikuti bimbingan Jean Baptiste Colbert,
umumnya pengendalian keuangan (1662-1683). Ditetapkan bahwa negara harus memerintah di bidang
ekonomi seperti yang terjadi di diplomatik, dan bahwa kepentingan negara seperti yang diidentifikasi
oleh raja yang unggul dari pedagang dan orang lain. Tujuan dari kebijakan ekonomi merkantilis adalah
untuk membangun negara, terutama di usia perang gencarnya, dan negara harus mencari cara untuk
memperkuat ekonomi dan melemahkan musuh asing.

B. Teori
Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap sebagai
merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama kali diperkenalkan
oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan kemudian dipopulerkan oleh Adam
Smith pada tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith menjadi orang pertama kali menyebutkan
kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang berjudul The Wealth of
Nations. Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin mercari, yang berarti "untuk mengadakan
pertukaran," yang berakar dari kata merx, berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya
digunakan oleh para kritikus seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan
dan diadopsi oleh para sejarawan.

C. Ekonomi periode Merkantilis


Merkantilisme serumpun dengan kata mercantile, merupakan kata sifat yang artinya sesuatu
yang terkait dengan dagang atau perdagangan. Satu akar juga dengan kata merchant yang berarti
pedagang. Kata merkantilis juga masih terkait dengan mercandise, yaitu perdagangan atau barang-
barang yang diperdagangkan. Menurut kamus Inggeris Indonesia Peter Salim, merkantilisme adalah
sistem ekonomi yang terdapat di eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1700an, yang mementingkan
kesembingan antara ekspor dan impor. Merkantilisme dapat pula diartikan sebagai prinsip atau praktek
perdagangan.

Banyak pendapat yang sudah dicetuskan para tokoh sejak jaman kuno. Pada jaman tersebut
ekonomi masih terikat dengan kuatnya prinsip-prinsip moral dan etika yang bersumber pada agama.
Keterikatan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan konsep ekonomi pada jaman pertengahan
dan pada abad pertengahan.

Munculnya paham merkantilisme oleh para kaum aliran merkantilis pada dasarnya
menitikberatkan kepada bidang ekonomi seperti masalah-masalah keduniawian. Oleh karena
pemahaman merkantilisme yang terbatas pada masalah keduniawian, sehingga banyak bermunculan
pendapat-pendapat yang muncul hanya saja memikirkan aspek ekonomis, bukan pada etika dan moral
semata. Dengan kata lain merkantilis merupakan perintis kearah pemikiran ekonomi yang hanya
memandang berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang bersifat keduniawian.
Paham merkantilisme didasarkan pada pentingnya perdagangan. Negara akan kaya dan kuat
hanya melalui perdagangan. Merkantilist akan berupaya menghasilkan sebanyak mungkin barang
dengan harga murah. Namun, mereka akan membatasi pembelian hanya pada barang bernilai penting
dan strategis untuk mengembangkan perdagangan dan pengembangan industri manufaktur. Karena
prinsip ini, negara akan berusaha memperbanyak volume ekspor dan menekan impor. Untuk
menjalankan prinsip ini, negara menerapkan sistem proteksi ekonomi, dengan tujuan melindungi
kepentingan ekonomi dalam negeri dari serbuan barang impor. Dengan demikian, negara akan
memperoleh uang dalam jumlah banyak.

Martin C. Spechler dalam bukunya Perspectives in Economic Thought, terbitan India University
tahun 1990, menjelaskan negara penganut merkantilisme dalam upaya menambah pundi-pundinya akan
menekan konsumsi dalam negeri serendah mungkin. Negara akan menerapkan kebijakan upah buruh
semurah-murahnya, masyarakat diusahakan hidup pada level subsisten (hanya berpenghasilan cukup
untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum), menghindari pemborosan melalui konsumsi barang
mewah, dan menerapkan pajak (upeti) tinggi. Pembangunan dalam negeri hanya diutamakan pada
pegembangan infrastruktur yang mendukung perdagangan dan pertanian. Belanja negara terbesar
adalah pengadaan kelengkapan persenjataan.

Kekayaan negara hanya dinilai dengan seberapa banyak uang, emas dan perak yang bisa
kumpulkan. Dorongan untuk mengumpulkan emas dan perak serta mendapatkan barang murah yang
tidak bisa disediakan dalam negeri sendiri begitu besar. Sehingga hal tersebut telah melahirkan
kebijakan kolonial, semangat menjajah bangsa lain demi mendapatkan emas, perak dan barang
berharga (Spechler, 1990). Karena itu, investasi dalam negeri terbesar adalah untuk memperkuat
persenjataan militer sebagai modal untuk mengembangkan wilayah kolonial, menundukan dan
merampas kekayaan negara lain. Negara akan menghalalkan segala cara demi menjaga tabungannya
supaya tidak berkurang (Skousen, 2005). Para buruh dibayar murah. Mereka yang menentang atau
kurang produktif dikirim ke negara jajahan sebagai hukuman sekaligus menjaga kepentingan kolonial
(Spechler, 1990).

Di dalam negeri, pemerintah menerapkan kebijakan yang mendukung monopoli. Pasar dikuasai
oleh para saudagar yang menguasai kekayaan dan jalur perdagangan. Untuk mendukung itu, negara
menerapkan sistem pemerintah terpusat. Kekuasaan berpusar sekitar raja dan para elit politik
kepercayaannya. Pemerintahan dilaksanakan oleh para birokrat yang loyal dan mau dibayar untuk
menjalankan sistem perundang-undangan yang mendukung kehendak pemerintah pusat. Jaksa, polisi,
hakim, para diplomat, dan militer bekerja demi kepentingan kekuasaan (Spechler, 1990). Ruang gerak
para penentang, kaum intelektual, tuan tanah (feudal), dibatasi dengan ketat. Peran gereja
dimarginalkan hanya menangani hubungan manusia dengan tuhannya. Pengaruh politik mereka benar-
benar dikebiri. Namun demikian, penguasa berkolaborasi dengan kaum pedagang (merchant),
mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan.

Menurut paham merkantilisme ini, tiap Negara jika ingin maju harus melakukan kegiatan
ekonomi berupa perdagangan, perdagangan tersebut harus dilakukan dengan Negara lain. Sumber
kekayaan Negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk
emas atau perak, sehingga kebijaksanaan pada waktu itu adalah merangsang ekspor dan membatasi
aktifitas impor. Negara-negara yang menganut paham merkantilisme pada waktu itu antara lain,
Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.
Paham merkantilisme yang dianut oleh beberapa Negara tersebut pada abad ke XVI pada
dasarnya terjadi berdasarkan perdagangan antara Negara-negara eropa hingga akhirnya sampailah ke
perdagangan jalur Hindia-Belanda (Indonesia pada waktu itu).

Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam masa merkantilisme sangat mengabaikan sector pertanian,


sehingga menimbulkan berbagai macam kritik. Lahirnya berbagai kritik ini merupakan pertanda awal
lahirnya faham baru, yakni aliran fisiokrat. Tiga pokok pemikiran aliran merkantilsme adalah neraca
perdagangan dan mekanisme arus logam mulia, proteksi dan teori kuantitas uang. Ketiga pokok
pemikiran tersebut terpusat pada suatu doktrin merkantilisme, yakni neraca perdagangan yang
menguntungkan.

Dalam konsep merkantilisme, hasil devisa suatu Negara ditentukan oleh beberapa factor, yakni ekspor
barang, ekspor jasa, ekspor logam mulia, dan impor modal.

Faktor pendorong munculnya aliran merkantilis adalah semakin meningkatnya peranan kegiatan
perekonomian perorangan yang telah berorientasi pada keperluan pasar. Keadaan seperti ini adalah
awal dari munculnya revolusi industry yang terjadi di Inggris (Launderth, 1976). Merkantilisme disebut
juga sebagai kaum perintis. Karena berdasarkan pemikiran merkantilis lah yang membawa suatu
pemikiran kearah pemikir ekonomi yang mendasarkan suatu ilmu hingga akhirnya muncul aliran klasik.

Sistem ekonomi merkantilis sebagaimana digambarkan di atas mendominasi perekonomian di


eropa pada tahun 1500an hingga 1700an. Ratu Elizabeth dari Inggeris, Louis XIV dari Perancis, Frederick
the Great dari Prusia (Jerman), Peter the Great dari Rusia, Maria Theresa serta Joseph dari Austria
merupakan penguasa pendukung sistem ekonomi merkantilis pada masa awal kebangkitan daratan
eropa. Namun demikian, kekayaan negara yang melimpah yang dihasilkan dari kegiatan perdagangan
tersebut hanya dapat dinikmati oleh para penguasa dan kaum pedagang. Sedangkan rakyat kebanyakan
tetap hidup dalam kemiskinan, kekurangan dan kebodohan. Inilah yang mendorong seorang Profesor
kelahiran Skotlandia, Dr. Adam Smith, berfikir keras. Ia melilah suatu keadaan yang sangat tidak adil.
Kaum buruh tidak pernah mengalami kenaikan upah selama kurang lebih 200 ratus terakhir.
Renungannya membuahkan hasil yaitu buku setebal 1000 halaman yang berjudul An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations, diterbitkan pada tahun 1776. Buku ini dianggap sangat
fenomenal karena berisikan pandangan-pandangan filosofis dan mendasar serta menyajikan formula
umum bagaimana mencapai kesejahteraan yang riil yang diarasakan oleh setiap warga negara tanpa
kecuali.

D. Latar Belakang :
1. Munculnya Negara-negara merdeka di Eropa (Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda)
2. Negara tersebut ingin mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan kesejahteraan rakyatnya.
3. Diperlukan kondisi perekonomian yang kuat agar tetap mampu bertahan.
4. Ditetapkan logam mulia sebagai standart ukuran kekayaan suatu Negara.
5. Dibuka jaringan perdagangan, diadakan pelayaran serta eksplorasi ke wilayah-wilayah baru.

E. Kebijakan Pelaksanaan dan Perencanaan Ekonomi Merkantilisme :


1. Berusaha mendapatkan logam mulia sebanyak-banyaknya
2. Menggalakkan perdagangan luar negeri untuk melengkapi perdagangan dalam negeri
3. Menggalakkan kegiatan industri yang mengubah bahan baku menjadi bahan jadi untuk diekspor
4. Menggalakkan pertambahan penduduk sebagai tenaga kerja industri
5. Melibatkan Negara sebagai pengawas perekonomian
6. Melakukan perlindungan barang dagangan dengan menggunakan bea masuk yang sangat tinggi.
7. Meminta bayaran tunai dalam bentuk emas jika suatu Negara mengekspor lebih dari Negara
lain.
8. Mengawasi dan ikut campur dalam perkembangan perekonomian negara

F. Ciri ciri :

1. Etatisme (suatu paham dalam pemikiran politik yang menjadikan negara sebagai pusat segala
kekuasaan)
2. Proteksionisme
3. Monopoli Perdagangan
4. Industri dalam negeri
5. Mencari daerah jajahan dengan kekayaan alam tinggi

G. Pendapat Tokoh-Tokoh Merkantilisme


Pada abad ke-16, banyak sekali tokoh-tokoh merkantilis. Sehingga di dalam makalah ini tidak
dapat diuraikan satu persatu. Tokoh-tokoh merkantilisme dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni
golongan tua dan muda. Tokoh pertama yakni tokoh merkantilisme tua memiliki pandangan tidak sama
dengan tokoh-tokoh dijaman kuno. Tokoh-tokoh yang termasuk pada kaum ini adalah, Frenchman J.
Bodin, John Hales, Milles, Gerard de Malynes, dan Misselden. Kaum ini mendukung adanya pernyataan
bahwa Negara dikatakan berhasil jika Negara dapat memasukkan emas sebanyak-banyaknya kedalam
negeri, sehingga Negara akan menjadi makmur dan kaya. Kemakmuran Negara dalam pemikiran kaum
ini menitik beratkan kepada kepemilikan emas. Karena pada kaum ini beranggapan bahwa emas
memiliki kekuatan untuk menentukan kekayaan suatu Negara.

Kaum Merkantilis tua juga disebut sebagai kaum Bullion. Dalam konsep yang debrikan kaum
bullion ini menganggap bahwa dalam mencapai kekayaan Negara, Negara harus banyak mengekspor
produk yang dibuat dalam negeri kepada Negara-negara lainnya untuk selanjutnya dapat memasukkan
emas sebanyak-banyaknya ke dalam negerinya sendiri, emas tersebut harus diimpor dalam jumlah yang
banyak. Jelaslah, dengan konsep yang diberikan kaum tua seperti ini sangat lah tidak benar dan mereka
terkesan belum mengetahui hakekat dari perdagangan luar negeri itu sendiri yang pada dasarnya
merupakan sector tumpuan pada Negara dengan paham merkantilisme.

Golongan muda yang juga disebut sebagai kaum merkantilisme muda merupakan kaum yang
berada di luar tokoh merkantilisme tua. Golongan ini di prakarsai oleh beberapa tokoh-tokoh penting
seperti, Thomas mun, Sir William Petty, Sir Dudley North, Richard Contillon, David Hume, dan John
Locke.

Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa tokoh merkantilisme yang berasal dari golongan tua maupun
golongan muda.
1. Jean Bodin (1530-1596)
Jean Bodin adalah seorang ilmuwan berbangsa Perancis, yang dapat dikatakan sebagai orang
pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurutnya, bertambahnya
uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Selain itu, kenaikan harga-harga barang juga dapat disebabkan oleh praktik monopoli dan pola hidup
mewah dari kaum bangsawan dan raja. Dalam praktik tersebut, biasanya rakyat menjadi korban,
sehingga sangat dikecam pada saat itu.

Dalam bukunya yang berjudul Reponse Aux Paradoxes de Malestroit (1568), dikemukakan oleh bodin,
naiknya harga-harga barang secara umum disebabkan oleh 5 faktor, yakni :

1. Bertambahnya logam mulia seperti perak dan emas.

2. Praktek momopoli yang dilakukan oleh dunia swasta paupun peran Negara.

3. Jumlah barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi di ekspor.

4. Pola hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja.

5. Menurunnya nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya dikurangi atau
dipermainkan.

Bodin Sependapat dengan Machiavelli bahwa Negara mempunyai kekuasaan yang mutlak
terhadap warga Negara, karena Negara berada di atas hokum. Sebenarnya teori yang dikemukakan oleh
bodin ini agak berlebihan, akan tetapi teori ini mencerminkan kebutuhan Negara-negara nasional yang
sedang tumbuh akan kekuasaan untuk menjaga kestabilan ekonomi dan menciptakan kemakmuran bagi
setiap rakyatnya.

Menanggapi perilaku mewah-mewahan yang dilakukn oleh para kaum bangsawan, Jean Bodin
menekankan apabila jumlah cadangan yang berupa perediaan emas tersebut lebih baik disimpan
terlebih dahulu, dan pengeluaran dilakukan secara hemat dan berhati-hati yang akan berujung pada
terkendalinya inflasi.

Teori Jean Bodin tentang nilai uang dinilai sangat maju, maka dari itu dalam selang waktu sekitar
setangah abad, Irving Fisher menggunakannya sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas uang.

2. Thomas Mun (1571-1641)


Thomas Mun adalah seorang saudagar kaya yang berasal dari Inggris. Dia banyak menulis
tentang perdagangan luar negeri. Buku yang ditulisnya dan sempat menjadi karya yang terkenal
berjudul Englands Treasure by Foreign Trade adalah salah satu sumbangan besar terhadap teori
perdagangan luar negeri. Thomas Mun mengecam kaum bullion yang melarang mengalirnya emas
keluar negeri.

Menurut Mun, untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat
perdagangan. Dia berpedoman bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan
yang di impor oleh Negara itu. Menurutnya pula, perdagangan masih tetap akan menguntungkan
sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan cara melakukan transaksi pembayaran lewat bank.
Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah komoditi yang sedang diperjual-belikan itu.
Suatu Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-
harga, dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, namum
kenaikan tersebut secara umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena
harga yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan permintaan.

3. Jean Baptis Colbert (1619-1683)


J. B. Colber adalah seorang pejabat Negara Perancis dengan kedudukan sebagai Menteri Utama
di Bidang Ekonomi dan keuangan dalam pemerintahan Louis XIV. Tujuan yang dibuat olehnya lebih
mengarah pada kekuasaan dan kejayaan Negara daripada untuk meningkatkan kekayaan orang-
perorang.

Ia mendorong usaha dalam sector kerajinan dan perdagangan dengan menekankan pengenaan
pabea impor, dengan tujuan memberikan subsidi kepada kapal-kapal pengangkut Perancis, memperluas
daerah jajahan Perancis, memperbaiki sisitem transportasi dalam negeri. Untuk mendukung kebijakan
tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang banyak dan murah, maka tenaga kerja Perancis dilarang keluar
negeri, sedangkan imigran dari luar negeri di dorong masuk ke dalam Negara.

J. B. Colbert menjamin hak monopoli yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan guna


mendorong timbulnya perusahaan baru khususnya untuk perdagangan antar Negara. Ia melakukan
rangsangan terhadap penemuan-penemuan baru serta membangun industry-industri percontohan. Ia
juga mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dengan mendirikan akademi-akademi,
perpustakaan, dan memberikan subsidi ke setiap sector ekonomi.

Dalam praktik ekonomi, banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan penguasa. Kaum
saudagar disini memperkuat dan mendukung kedudukan dari penguasa. Penguasa pun member bantuan
dan perlindungan berupa monopoli, proteksi, dan keistimewaan-keistimewaan lainnya. Pada abad
tersebut, eropa dianggap sebagai kapitalisme komersial, yang kadangkala disbut sbeagai kapitalisme
saudagar karena kaum saudagarlah yang memegang kendali perekonomian.

4. Sir William Petty (1623-1687)


Sebagai ahli akademisi yang mengajar di Oxford Universty, Sir William banyak menuliskan
tentang buku ekonomi politik. Selain itu, Petty juga dikenal sebagai inonator, ahli bahasa, dokter, ahli
usik, pelaut, dan wakil direktur di suatu akademi.

Dalam karyanya yang berjudul A treatise of Taxes and Contributions (1662), yang berisi tentang
teori yang menyatakan bahwa bukanlah jumlah hari kerja yang menentukan nilai suati barang,
melainkan biaya yang diperlukan agar para pekerja tersebut dapat tetap bekerja.

Dalam hal uang, menurutnya uang diperluka dalam jumlah secukupnya, tetapi lebih atau kurang
dari yang diperlukan dapat mendatangkan kemhudaratan. Harga untuk uang adalah bunga modal,
dengan demikian, semakin besar jumlah uang beredar, maka bunga modal turun, hal ini akan
mendorong kegiatan usaha. Ia juga berpendapat bahwa tingkat harga yang bervariasi proporsionalnya
dengan jumlah uang yang beredar. Teori inilah yang juga dikembangkan oleh Irving Fisher untuk Teori
Kuantitas Uang nya.

Karya yang lainnya adalah Political Arithmetic (1676), dalam karyanya ini, ia menggambarkan
bidang metodologi ekonomi. Dengan terbitnya buku ini maka studi statsitika semakin berkembang di
Inggris. Dialah yang mengemukakan pertama kali tentang nilai tenaga kerja yang kurang dimengerti oleh
ahli-ahli berikutnya sampai tokoh kaum klasik yang bernama David Ricardo.

5. Sir Dudley North (1641-1691)


North adalah salah satu tokoh yang mendukung adanya perdagangan bebas tanpa adanya
campur tangan dan intervensi dari pemerintah melalui perundang-undangan dan segala peraturannya.
Ia juga menekankan bahwa pemerintah tidak perlu lagi mencegah larinya emas keluar negeri selama
emas tersebut digunakan sebagai keperluan perdagangan.

Dalam pernyataanya, fungsi uang dalam perekonomian suatu Negara adalah sebagai alat untuk
memajukan perdagangan dan bukan untuk symbol kekayaan Negara. Negara akan jatuh miskin apabila
uangnya digunakan untuk peperangan dan kepentingan pembayaran untuk Negara lain. Menurutnya,
bunga uang yang rendah akan mendorong perdagangan dan kemudian akan memperkaya Negara.

6. David Hume (1711-1776)


Dalam teorinya, hume sangat memperhatikan factor keadilan, dan beranggapan bahwa
ketidekadilan akan memperlemah suatu Negara. Setiap warga Negara harus menikmati hasil kerjanya
sesuai dengan kesempatan yang diperolehnya.

Jika tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya akan di distribusikan lagi bagi
kaum miskin. Dengan cara itu, maka dapat terlaksanakan keadilan yang diinginkan oleh Hume tersebut.

Berikut ini adalah teori Hume yang terkenal :

Price Specie-flow Mechanism, David Hume presented areasonably complete


description of the interrelationship between a countrys balance of trade, the quantity of
money, and the general level of prices. In international trade theory this has becaome known as
the price specie-flow mechanism.

Dalam teorinya ini, Hume membahas tentang hubungan antara neraca perdagangan dengan jumlah
uang dan tingkat harga barang-barang umum pada suatu Negara (Teguh Sihono, 2008).

H. Pokok-Pokok Ajaran Merkantilisme


Berikut ini adalah 7 ajaran pokok dari merkantilisme dalam buku perkembangan pemikiran ekonomi
oleh Teguh Sihono, 2008. Tujuh hal pokok dalam ajaran merkantilisme yakni :

1. Logam Mulia berupa Emas dan Perak adalah jenis kekayaan yang sangat diinginkan. Beberapa
kaum merkantilis mempercayai bahwa logam mulia adalah satu-satunya kekayaan yang berharga untuk
dicari.

2. Merkantilisme mengajarkan tentang nasionalisme. Tidak semua Negara menikmati surplus dari
ekspor besar dan mengumpulkan kekayaan dari pembayaran yang dilakukan dengan negeri tetangga.
Hanya kekuatan orang yang dapat mempertahankan koloninya dan mendominasi lalulintas
perdagangannya, akan sanggup bersaing dengan Negara-negara lain dan sukses dalam persaingan
ekononomi.
3. Menganjurkan impor bahan mentah tanpa pajak bilamana barang itu dapat diproduksikan didalam
negeri dan pengeluaran barang-barang mentah.

4. Pedagang-pedagang kapitalis percaya bahwa penguasaan atau dominasi serta monopoli di daerah
colonial adalah untuk keuntungan Negara penjajah. Mereka juga berusaha agar Negara jajahan
tergantung pada Negara jajahan.

5. Merkantilis memperbolehkan adanya monopoli dan perdagangan bebas disini dalam hal
perpajakan saja, yang tidak sama dengan prinsip perdagangan bebas, sehingga tidak semua orang bebas
menggunakan modalnya dengan hak-hak utama/ free trade.

6. Menghendaki pemerintah sentral yang kuat untuk dapat melaksanakan peraturan-peraturan di


dalam bidang perdagangan dan perusahaan. Pemerintah mengijinkan hal-hal untuk mengadakan
monopoli guna melakukan perdagangan luar negeri.

Meskipun mengutaakan kekayaan bangsa, akan tetapi merkantilis tidak mendorong untuk
kekayaan sebagian besar penduduk. Dalam kenyataanya kaum merkantilis senang akan masyarakat atau
penduduk yang bekerja giat, yang mampu menyediakan tenaga kerja murah dan tentara serta kelasi
yang siap untuk bertempur demi kejayaan bangsa serta memperkaya pemimpin-pemimpin mereka.

I. Latar Belakang :
1. Munculnya Negara-negara merdeka di Eropa (Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda)
2. Negara tersebut ingin mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan kesejahteraan rakyatnya.
3. Diperlukan kondisi perekonomian yang kuat agar tetap mampu bertahan.
4. Ditetapkan logam mulia sebagai standart ukuran kekayaan suatu Negara.
5. Dibuka jaringan perdagangan, diadakan pelayaran serta eksplorasi ke wilayah-wilayah baru.

J. Kebijakan Pelaksanaan dan Perencanaan Ekonomi Merkantilisme :


1. Berusaha mendapatkan logam mulia sebanyak-banyaknya
2. Menggalakkan perdagangan luar negeri untuk melengkapi perdagangan dalam negeri
3. Menggalakkan kegiatan industri yang mengubah bahan baku menjadi bahan jadi untuk diekspor
4. Menggalakkan pertambahan penduduk sebagai tenaga kerja industri
5. Melibatkan Negara sebagai pengawas perekonomian
6. Melakukan perlindungan barang dagangan dengan menggunakan bea masuk yang sangat tinggi.
7. Meminta bayaran tunai dalam bentuk emas jika suatu Negara mengekspor lebih dari Negara
lain.
8. Mengawasi dan ikut campur dalam perkembangan perekonomian negara

K. Dampak dan Akibat ekonomi Merkantilisme


1. Semakin lebarnya jurang pemisah anatara si kaya dan si miskin
2. Semakin jauhnya hubungan budak dan tuannya
3. Timbulnya imperialisme oelh negara kaya terhadap negara miskin
4. Merajalelanya kehidupan feodalisme
5. Mendorong terbentuknya persekutuan dagang bangsa Eropa, seperti EIC dan VOC yang
membawa persaingan antara satu dan lainnya dalam memperebutkan daerah koloni
6. Seluruh kegiatan seni budaya digunakan untuk keagungan istana dan mengabdi kepada gereja
(karena bersifat istana dan gereja sentris).

L. Penentangan Paham Ekonomi Merkantilisme Oleh Adam Smith


Hal ini memulai Periode Ekonomi Liberal dan Teori Ekonomi Klasik serta Pandangan Adam Smith
yang menentang Merkantilisme.

Para pakar sejarah pemikiran ekonomi menganggap tahun 1776 sebagai tahun kelahiran teori
ekonomi klasik. Pasalnya, pada tahun tersebut terbit buku maha karya Adam Smith, seorang profesor
filsafat moral dari Glasgow University. Buku yang dikenal dengan judul the Wealth of the Nations,
ditakdirkan menjadi buku yang sangat berpengaruh selama 200 tahun terakhir. Ia telah merevolusi cara
pandang para pelaku ekonomi dan pembuat kebijakan dibidang ekonomi dan perdagangan. Buku ini
juga telah berfungsi sebagai panduan umum bagaimana membangun negara yang sejahtera, yang tidak
hanya mengumpulkan emas dan perak. Adam smith telah meletakan dasar bangunan harapan untuk
mencapai kesejaheraan bersama. Bukan hanya kesejahteraan para penguasa dan kaum pedagang.
Hingga saat ini, pandangan-pandangan sang Profesor masih dianggap relevan kendati sempat
mengalami jatuh bangun dan mendapat serangan yang sangat dahsyat dari lawan-lawannya.

Model yang dikembangkan oleh Adam Smith dalam mewujudkan kesejahteraan bersama
disebut kebebasan alamiah. Para ekonom menyebutnya teori ekonomi klasik. Intinya, pembatasan
perdangan sebagaimana brerlaku saat itu oleh kaum merkantilis dianggap hanya menguntungkan kaum
pedagang, pemegang monopoli dan penguasa. Adam mendukung pertumbuhan ekonomi hasil produksi
bukan hasil pengumpulan emas dan perak. Kekayaan sebuah negara bukan hanya didapatkan dari
perdagangan, tapi dari tanah, lahan dan sumberdaya lain yang ada di negara tersebut. Ia mengatakan:

Kemakmuran sebuah bangsa bukan hanya berasal dari emas dan peraknya, tapi juga dari tanahnya,
gedung-gedungnya, dan segala barang-barang yang dapat dikonsumsi.

Rakyat harus diberi kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan tanpa campur tangan
negara. Biarkanlah barang, tenaga kerja, modal dan uang mengalir secara bebas. Menurut Smith,
kebebasan semacam ini merupakan hak azasi paling mendasar. Ia mengatakan:

Melarang banyak orang melakukan apa-apa yang bisa mereka lakukan dalam bidang produksi, atau
melarang orang menggunakan modaldan industri dengan cara yang mereka nilai paling menguntungkan
bagi mereka adalah sebuah pelanggaran nyata bagi hak azasi manusia.

Secara ringkas inti ajaran Wealth of Nations dari Adam Smith:

1. kebebasan (freedom): hak untuk memproduksi, menukarkan, memperdagangkan, barang,


tenaga kerja dan modal (kapital)
2. kepentingan diri sendiri (self interest), hak seseorang untuk melakukan usaha sendiri dan
membantu orang lain
3. persaingan (competion), hak untuk bersaing dalam produksi dan perdagangan barang dan jasa
Ketiga unsur kebebasan tadi akan menciptakan harmoni alamiah antara kepentingan buruh, pemilik
tanah, dan pemilik modal. Kepentingan diri sendiri disertai dengan keinginan membantu sesama akan
mampu mengentaskan ekonomi jutaan umat manusia. Doktrin kepentingan diri yang demikian dianggap
invisible hand (tangan gaib) yang mengarahkan manusia untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Keadaan semacam ini akan tercapai dalam kondisi yang ideal. Yaitu, suatu kondisi masyarakat yang
penuh dengan nilai-nilai kebaikan, kedermawanan, dan hukum sipil yang tegas yang melarang praktek
usaha yang curang dan tidak adil. Karena itu, Smith sangat mendukung terciptanya kelembagaan
masyarakat (social institution) - pasar, agama, dan hukum- untuk memperkuat kontrol dan disiplin diri
serta kedermawanan. Dengan demikian, kebebasan mengejar kepentingan diri sendiri yang diajarkan
Smith harus dibingkai dengan kelembagaan masyarakat yang kuat yang mengarahkannya pada
terciptanya keadilan.

Pemikiran Smith sangat berpengaruh. Bersama dengan semangat revolusi industri dan kebebasan
berpolitik, pemikiran tersebut mampu menggerakan dunia menuju tatanan dunia baru. Sistem kapitalis.
Sistem merkantilis yang proteksionis kehilangan pengaruh. Akhirnya mengalami kehancuran. Duniapun
berubah. Ekonomi tumbuh luar biasa. Impian masyarakat eropa untuk keluar dari kemiskinan
menemukan jalan. Harapan hidup pun tumbuh seiring dengan tumbuhnya ekonomi.

Specher (1990) merangkum empat prinsip utama ekonomi klasik, yaitu:

1. pembagian aktor ekonomi, yaitu pemodal menyediakan modal kerja dan peralatan, buruh
menyediakan waktu dan upaya, serta pemilik lahan menyediakan barang mentah dan lahan usaha.
Masing-masing pihak dituntut memaksimumkan potensinya. Dengan demikian, pemilik modal
mendapatkan keuntungan dari usahanya, yang sebagian dari keuntungan tersebut diinvestasikan untuk
memperbesar skala usaha. Kaum buruh mendapatkan upah yang sebagian disisihkan untuk
meningkatkan kemampuan kerja. Pemilik lahan mendapatkan pemasukan dari sewa lahan dan
penggunaan bahan mentah. Pembagian kerja tersebut mampu menggerakan manusia untuk lebih
produktif dan semangat untuk mencapai kesejahteraan.

2. kebebasan individu untuk berbuat sesuai dengan kepentingannya, misal, mendapatkan


keuntungan material. Hal ini akan membuat individu tersebut dinamis dan bersemangat berupaya terus
untuk lebih produktif. Motif mencari keuntungan tersebut merupakan invisible hand yang mampu
menggerakan permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada titik kesetimbangan. Dan, terjadilah
transaksi dan pertukaran yang bersifat alamiah.

3. Kompetisi memaksimumkan pendapatan. Para penggagas ekonomi klasik yakin bahwa kompetisi
akan mampu mempersempit perbedaan pendapatan. Buruh akan berusaha meningkatkan kemampuan
agar mendapatkan imbalan yang baik. Mereka pun akan begerak dari suatu tempat ke tempat lain
bersaing mendapatkan lapangan pekerjaan. Demikian juga, dengan kapital akan bergerak mengalir
mengikuti mekanisme pasar.

4. Peran negara yang minim. Hal ini untuk menjamin bahwa pasar akan bersifat terbuka dan adil.
Praktek monopoli dihilangkan, dan negara harus membuat aturan main yang memungkinkan pasar
bebas bisa terjadi.
Sedangkan Skousen (2001) menangkap empat esensi ajaran ekonomi klasik Adam Smith, yaitu:

1. penghematan, kerja keras, kepentingan diri, kedermawanan terhadap orang lain merupakan
kebajikan, karenanya perlu didukung

2. Pemerintah harus membatasi kegiatannya pada pengaturannya keadilan, melindungi hak milik, dan
mempertahankan negara dari serangan asing

3. Dalam bidang ekonomi, negara harus mengadopsi kebijakan laissez faire, non intervensi (perdagangan
bebas, pajak rendah, birokrasi minimal)

4. Standard klasik emas/perak akan mencegah negara mendepresiasi mata uang dan akan menghasilkan
lingkungan moneter yang stabil dimana ekonomi bisa berkembang

Adam Smith menciptakan teori ekonomi klasik tidak berangkat dari keadaan vakum. Ia dipengaruhi oleh
beberapa pemikir dan filsuf ulung sebelumnya. Skousen (2001) menyampaikan beberapa pemikir yang
dianggap mempengaruhi pandangan Adam Smith sebagai berikut:

1. Aristoteles, mengajarkan pentingnya hak milik pribadi yang dianggapnya dapat membuka peluang
bagi orang untuk berderma dan cinta sesama

2. Doktrin katolik dan Skolastik Spanyol. Doktrin katolik mengajarkan penghematan, kerja keras,
kesederhanaan, mengecam riba, dan kerja tidak produktif. Skolastik spanyol berpandangan bahwa harga
barang yang adil adalah yang didapatkan di pasar umum. Kaum ini juga mendukung azas laissez faire.

3. Montesquieu. Pembagian kekuasaan filsuf ini telah menginspirasi Adam Smith mengenai adanya
pembagian kerja dalam pengembangan ekonomi. Selain itu, pernyataan Montesquieu bahwa semangat
berdagang akan menurunkan nafsu perang dan kesewenang-wenangan kekuasaan politik

Anda mungkin juga menyukai