Anda di halaman 1dari 5

Harga Minyak Goreng Melejit, Rakyat Makin Menjerit

Disusun oleh :

Bams Al Fatih

Awal tahun 2022 bukan hanya diselimuti dengan pandemi yang masih melanda Indonesia,
namun rakyat juga diselimuti kegelisahan akan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang
tidak terkendali. Seperti minyak goreng, gula, tepung terigu, dan barang kebutuhan lainnya.
Kenaikan harga kebutuhan pokok ini tentu membuat masyarakat cemas. Mulai dari ibu rumah
tangga hingga para pedagang gorengan. Para pedagang khawatir, pendapatan mereka justru
akan menurun akibat naiknya harga bahan-bahan untuk berjualan. Tidak terkecuali kaum emak-
emak, mereka tentu harus memanajemen uang keluarga dan memilah milih mana barang yang
menjadi priorotas untuk dibeli dengan uang yang ada di dompet. Hal ini harus dilakukan agar
semua kebutuhan pokok tetap tercukupi.

Tak terelakkan fenomena panic buying kini terjadi kembali di tengah-tengah masyarakat. Panic
buying semakin sering terjadi semenjak pandemi melanda Indonesia. Mulai dari memborong
masker, hand sanitizer, temulawak, hingga susu beruang. Panic buying ini terjadi ketika
seseorang membeli komoditas tertentu dalam jumlah besar, karena rasa takut dan khawatir
kekurangan barang kebutuhan dan harga semakin naik di masa mendatang. Kini masyarakat
kembali mengincar minyak goreng murah kemasan premium yang telah disubsidi pemerintah
dengan harga pukul rata menjadi Rp 14.000 per liter, dari harga awal Rp 28.000 hingga
mencapai 40.000 per liter. Demi mendapatkan minyak goreng murah, masyarakat pun
berbondong-bondong mengantre untuk membeli minyak goreng di minimarket. Mereka juga
berdesak-desakan satu sama lain dan mengabaikan protokol kesehatan, padahal saat ini kondisi
Indonesia masih pandemi bahkan dengan varian terbaru, Omicron.

Meskipun telah disubsidi oleh pemerintah, namun harga minyak goreng masih tinggi di pasar
tradisional. Hal inilah yang membuat masyarakat berebut minyak goreng murah di pasar ritel.
Sebelumnya pemerintah juga sudah menyampaikan, bahwa kebijakan subsidi minyak goreng
dengan harga Rp 14.000 akan diterapkan hingga 6 bulan ke depan, agar distribusi minyak
goreng dilakukan secara merata. Namun pada kenyataanya, di awal-awal diberlakukannya
harga minyak goreng murah, masih banyak masyarakat yang kehabisan dan tidak kebagian
minyak goreng murah. Bahkan sebagian besar dari mereka merupakan kalangan menengah ke
bawah, yang sangat membutuhkan minyak goreng dengan harga murah tersebut.

Disampaikan di HS, Kamis (24/2/2022) malam


MINYAK MURAH “DIGORENG” KORPORASI

Fenomena panic buying tidak dapat dihindari. Di sistem kapitalisme, komoditas pangan hanya
digunakan sebagai barang untuk diperdagangkan. Pemerintah hanya berperan untuk fasilitator
dalam menyediakan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat. Ketika terjadi kenaikan harga
barang, maka pemerintah pun mengambil jalan pintas melalui pemberian subsidi. Subsidi yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap minyak goreng tidaklah sepenuhnya salah. Pemerintah
memang berusaha meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
Namun pada kenyataannya, subsidi yang diberikan justru sering kali salah sasaran akibat
lemahnya pengawasan.

Sehingga, kenaikan harga minyak goreng ini perlu mendapat perhatian dan fokus utama dalam
agenda kerja pemerintah. Sebab, ini berhubungan dengan hajat hidup masyarakat. Tidak ada
jaminan operasi pasar murah bisa menekan laju harga dan mencukupi kebutuhan minyak
goreng warga. Kenaikan harga yang terus berulang menunjukkan ada kekeliruan pengurusan
oleh penguasa.

Betapa tidak, pemerintah menggandeng pihak ketiga, yakni korporasi dalam menggelar operasi
pasar murah minyak goreng. Alih-alih membantu menaikkan daya beli masyarakat, pemerintah
malah menguntungkan para korporasi. Masyarakat pun seyogianya menyadari bahwa masalah
lonjakan harga bersumber dari lemahnya fungsi riayah negara akibat paradigma kapitalisme
neoliberal.

Menelisik kenaikan harga minyak goreng yang tidak wajar, patut kita duga ada praktik kartel di
dalamnya, yakni kongkalikong antara pengusaha dan produsen minyak kelapa sawit. Pasalnya,
agak ganjil jika Indonesia dengan gelar produsen CPO (crude palm oil/minyak kelapa sawit)
terbesar di dunia menyediakan minyak goreng dengan harga mahal kepada masyarakatnya.
Dugaan kuat adanya praktik kartel tersebut dilatarbelakangi oleh tiga hal.

Pertama, produsen minyak goreng kompak menaikkan harga dengan alasan CPO internasional
tengah tinggi. Padahal, biaya produksi kelapa sawit tidak ada kenaikan.

Kedua, terintegrasinya produsen CPO yang juga memiliki pabrik minyak goreng. Mereka
bertindak sebagai produsen minyak kelapa sawit sekaligus produsen minyak goreng. Artinya,
jika CPO milik sendiri, harga minyak goreng tidak akan naik secara bersama-sama. Adapun
alasan kenaikan harga CPO internasional memang masuk akal, tetapi kalau kebunnya milik
sendiri, pabrik minyak gorengnya pun akan turut mendulang keuntungan. Tidak bisa kita
pungkiri bahwa sinyal kartel ini terdorong oleh sebaran industri CPO maupun pabrik minyak
goreng di Indonesia yang tidak merata, kebanyakan berada di Jawa. Industri oligopoli ini
meniscayakan sebaran industrinya sedikit, tetapi pangsa pasarnya sangat luas.

Disampaikan di HS, Kamis (24/2/2022) malam


Ketiga, produsen CPO cenderung mementingkan ekspor karena harga minyak yang sedang
tinggi. Tampaknya, pernyataan bahwa produsen dalam negeri mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku saat CPO internasional tinggi tidak sepenuhnya bisa dipercaya.
Sebab, ada beberapa produsen minyak goreng yang masih satu kubu dengan perusahaan yang
memiliki perkebunan kelapa sawit.

Itulah yang mendorong para pengusaha tersebut cenderung mengutamakan ekspor ketika
harga CPO internasional sedang bagus seperti sekarang, mengingat hal itu dapat meningkatkan
keuntungan mereka. Langkah lain yang lebih mendasar untuk dapat menurunkan harga minyak
goreng adalah, subsidi harus diberikan langsung kepada pabrikan, bukan kepada distributor.

SOLUSI ISLAM

Mekanisme pasar merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran sehingga


menentukan terjadinya harga terhadap barang atau jasa. Adanya interaksi permintaan dan
penawaran mengakibatkan perpindahan suatu barang atau jasa di antara pelaku ekonomi, yaitu
produsen/penyuplai, konsumen, dan pemerintah. Jadi, syarat terjadinya mekanisme pasar
adalah adanya kegiatan transfer suatu barang atau jasa oleh pelaku ekonomi melalui kegiatan
perdagangan.

Islam menempatkan pasar dalam posisi yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian.
Pada masa Rasulullah SAW dan masa sahabat, peran pasar sangatlah besar terhadap kegiatan
ekonomi umat. Rasulullah memandang harga yang terbentuk secara alamiah oleh pasar sebagai
harga yang adil.

Rasul menolak adanya intervensi pasar atau pematokan harga oleh pemerintah. Meski begitu,
harga yang terbentuk oleh pasar mengharuskan adanya prinsip moralitas (fair play), kejujuran
(honesty), keterbukaan (transparency) dan keadilan (justice).

Untuk menjaga stabilitas harga di pasaran dapat menempuh dua cara:

Pertama, menghilangkan mekanisme pasar yang tidak sesuai syariat, seperti penimbunan,
intervensi harga, dan sebagainya. Islam tidak membenarkan penimbunan dengan menahan stok
agar harganya naik.

Abu Umamah al-Bahili berkata, “Rasulullah SAW melarang penimbunan makanan.” (HR Al-
Hakim dan Al-Baihaqi).

Jika pedagang, importir, atau siapa pun yang menimbun, ia akan dipaksa untuk mengeluarkan
barang dan memasukkannya ke pasar. Jika efeknya besar, pelakunya bisa mendapat sanksi
tambahan sesuai kebijakan pemerintah dengan mempertimbangkan dampak dari kejahatan
yang dia lakukan.

Disampaikan di HS, Kamis (24/2/2022) malam


Kedua, Islam tidak membenarkan adanya intervensi atau pematokan harga. Rasulullah SAW
bersabda, “Siapa saja yang melakukan intervensi pada sesuatu dari harga-harga kaum muslim
untuk menaikkan harga atas mereka, maka adalah hak bagi Allah untuk mendudukkannya
dengan tempat duduk dari api pada hari kiamat kelak.” (HR Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).

Importir, pedagang, dan lainnya, jika menghasilkan kesepakatan harga, itu termasuk intervensi
dan terlarang. Jika terjadi ketakseimbangan (harga naik/turun drastis), negara melalui lembaga
pengendali atau lembaga pengontrol harus segera menyeimbangkannya dengan mendatangkan
barang dari daerah lain.

Dengan demikian, kekhawatiran terhadap lonjakan harga minyak goreng bisa diminimalisasi.
Pasar murah bisa diadakan tidak hanya tatkala harga bahan pokok melangit, melainkan pada
hari-hari biasa. Pun, tidak perlu ada pematokan harga karena setiap modal pedagang berbeda-
beda.

Negara menetapkan kebijakan untuk rakyat dalam rangka menjalankan kewajiban sebagaimana
ketetapan Allah dan Rasul-Nya, yaitu untuk mewujudkan pengurusan yang benar dan tepat
terhadap segala urusan rakyat. Kuncinya adalah negara harus menjalankan syariat Islam secara
kaffah, termasuk dalam pengurusan pangan. Mulai dari hulunya, yaitu sektor produksi; hingga
pada konsumsi, yaitu bagaimana agar setiap individu rakyat mampu dan bisa mengakses bahan
kebutuhan pokok mereka terkait kebutuhan minyak goreng ini.

Sistem Islam meniscayakan adanya peran utama negara sebagai penanggung jawab atas
seluruh urusan dan kebutuhan rakyat, serta tidak bergantung pada pihak mana pun. Ada
beberapa kebijakan utama yang akan diambil oleh negara Islam:

Pertama, mengatur kembali masalah kepemilikan harta yang sesuai Islam. Individu dan swasta
tidak diperbolehkan menguasai harta milik umum.

Kedua, negara harus menjamin ketersediaan pasokan barang di dalam negeri, terutama
mengupayakan dari produksi dalam negeri dengan mengoptimalkan para petani dan para
pengusaha lokal.

Ketiga, negara melakukan pengawasan terhadap rantai niaga sehingga tercipta harga
kebutuhan atau barang-barang secara wajar dengan pengawasan.

Di dalam Islam, pemerintah berperan sebagai pelayan umat, yang memperhatikan kebutuhan
individu masyarakat. Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat menjadi prioritas penting bagi
negara terutama dalam aspek distribusi pangan. Tidak boleh ada satu pun rakyat yang
kelaparan akibat kelalaian negara.

Disampaikan di HS, Kamis (24/2/2022) malam


Dalam hal ini, negara harus menyubsidi harga minyak goreng tersebut dan memberikan
bantuan gratis berupa pemberian bantuan langsung kepada masyarakat yang tidak mampu.
Bantuan dilakukan tanpa embel-embel dan tanpa syarat yang menyulitkan.

Negara harus memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok individu per individu baik kebutuhan
personal maupun kolektif bagi masyarakat. Semua kebutuhan disediakan secara gratis. Jika
terpaksa berbayar maka dengan bayaran atau tarif paling rendah. Sebagai bentuk tanggung
jawab negara terhadap kebutuhan pokok masyarakat yaitu adanya upaya sungguh-sungguh
untuk mencegah penimbunan barang, memastikan terpenuhinya pasokan barang sesuai
mekanisme pasar secara alami. Sehingga harga tidak akan meroket. Konsumen atau masyarakat
pun tidak akan menjerit karena harga selangit.

Negara juga harus mengelola tanah dan lahan untuk pengelolaan pangan. Korporasi tidak
diperbolehkan menguasai atau membabat habis hutan-hutan milik umum demi membangun
perkebunan kelapa sawit, sehingga masyarakat tidak dirugikan terhadap kepentingan pemilik
modal. Dari sini dapat dilihat seberapa penting peran negara di dalam mengelola tanah dan
lahan perkebunan dan pertanian.

Tak hanya itu, negara juga harus memberikan fasilitas teknologi yang menunjang produksi
minyak bagi para petani. Penggunaan teknologi tentu akan membantu tercapainya target
output yang dihasilkan sehingga produk minyak goreng tidak mengalami kelangkaan yang
menyebabkan harga naik melambung tinggi. Apabila terdapat petani kecil yang tidak memiliki
lahan, maka pemerintah perlu menghidupkan tanah-tanah mati atau memberikan tanah negara
kepada masyarakat agar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Tak kalah penting juga adalah
adanya penanaman akidah yang kuat kepada umat bahwa rezeki telah diatur oleh Allah SWT.
Sehingga masyarakat tidak perlu mengalami panic buying akibat rasa takut yang berlebihan
suatu saat tidak bisa menggunakan minyak goreng lagi. Ketika masyarakat meyakini bahwa
rezeki tidak akan tertukar, tentu terbentuklah masyarakat yang berbelanja barang sesuai
kebutuhan saja bukan berdasarkan keinginan untuk menimbun barang.

Inilah indahnya sistem Islam apabila diterapkan secara kaffah di tengah-tengah umat. Islam
akan memberikan solusi tuntas terhadap seluruh problematika umat. Islam juga tidak pilih kasih
di dalam melayani masyarakat. Justru kebutuhan tiap individu diperhatikan tanpa ada yang
terlewat sedikit pun. Maka wajar jika di masa kegemilangan Islam, masyarakat tidak perlu
pusing memikirkan harga-harga barang kebutuhan pokok yang melambung tinggi seperti di
zaman ini. Masyarakat juga tidak perlu bingung kemana harus mencari pekerjaan, sebab
semuanya telah dijamin oleh negara tanpa dipungut biaya yang memberatkan umat.

Wallahu a’lam bishawab

Disampaikan di HS, Kamis (24/2/2022) malam

Anda mungkin juga menyukai