Anda di halaman 1dari 25

INSTRUMEN DERIVATIF (RIGHT ISSUE) DAN VALUASI

Makalah ini disusun guna melengkapi


tugas mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio

Disusun oleh:
Ilham Kurnia 1710111013
Raditya Alvinnanda 1710111031
Rio Montella 1710111133
Nanda Signora 1710111166
Rizki Dwijantoro 1710111169
Greydi Razzaq Toffano 1710111218
Afriyando 1710111206

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kelimpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio ini dengan materi
“Instrumen Derivatif (Right Issue) dan Valuasi”.
Dalam penyusunan karya tulis ini, pastinya kami banyak mendapatkan
tantangan dan hambatan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Nurmatias selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan, teman-teman serta semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan moral dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mengalami banyak kekurangan dan
belum sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga pembaca dapat memberikan masukan
dan koreksi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 4 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PEDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan penelitian.......................................................................2
D. Manfaaat Penelitian...................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................3
A. Definisi Right Issue...................................................................3
B. Jenis-jenis Right Issue...............................................................3
C. Mekanisme menerbitkan Right Issue........................................4
D. Tujuan Right Issue....................................................................6
E. Manfaat, Keuntungan, dan Kerugian Right Issue.....................7
F. Nilai Right Issue........................................................................9
BAB III ANALISIS & PEMBAHASAN...........................................13
A. Pengaruh Right Issue terhadap Harga saham dan Tingkat Likuiditas
Saham Perusahaan.....................................................................13
BAB IV PENUTUP............................................................................20
A. Kesimpulan...............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam dunia bisnis, perusahaan banyak melakukan pengembangan
usaha untuk menjalankan bisnis dan membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Keuntungan yang diterima oleh perusahaan belum bisa sepenuhnya untuk
memenuhi kebutuhan operasional perusahaan kedepannya. Kebutuhan akan
dana/modal yang besar membuat perusahaan harus secara terus-menerus
menggali sumber-sumber dana tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan
perusahaan dalam upaya pencarian dana adalah dengan peneribitan instrumen
derivatif Right Issue.
Right issue sendiri merupakan bentuk kegiatan yang diberikan oleh
perusahaan berupa penawaran umum kepada pemegang saham lama (yang
sudah mempunyai saham di perusahaan yang bersangkutan) untuk memesan
efek terlebih dahulu. Right issue memiliki keunikan karena instrumen ini
merupakan hak eksklusif yang diterima oleh pemegang saham suatu
perusahaan yang menerbitkan right issue.
Untuk menerbitkan right issue dibutuhkan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang mempertimbangkan dan menyetujui rencana tersebut.
Mekanisme dalam penerbitan right issue sudah diatur oleh undang-undang
pasar modal pasal no.81 tahun 1995.
Didalam pasar modal Indonesia, sudah banyak perusahaan yang
menerbitkan right issue untuk memenuhi kebutuhan modal nya, seperti PT.
Fastfood Indonesia Tbk (FAST) dan PT. Chandra Asri Petrochemical (TPIA).
Para emiten menggunakan right issue untuk melakukan ekspansi dengan
membangun pabrik baru, atau berusaha mendapatkan pasar baru yang lebih
menguntungkan.
Contoh perusahaan lain yang akan melakukan right issue adalah PT. Bank
Yudha Bakti Tbk yang akan melakukan penambahan modal tahun depan agar
segera naik kelas menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II dengan
modal inti di atas Rp 1 triliun- Rp 5 triliun. Penambahan modal akan
dilakukan lewat mekanisme rights issue dengan target dana sekitar Rp 100

1
miliar- Rp 150 miliar. Pemegang saham Bank Yudha Bhakti adalah PT
Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan 24,08%, PT Gozco Capital
21,76%, dan Asabri 20,13%. Sisanya publik.
Dengan kehadiran Akulaku, bank ini berencana bertransformasi menjadi
bank digital. Keduanya akan bersinergi dalam menjalankan bisnis yang
diharapkan dapat mempermudah akses bagi nasabah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Right Issue?
2. Apa saja jenis-jenis dari Right Issue?
3. Bagaimana mekanisme dalam penerbitan Right Issue?
4. Apa tujuan dari Right Issue?
5. Apa saja manfaat, keuntungan serta kerugian dari Right Issue?
6. Bagaimana mengetahui nilai dari Right Issue?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu Right Issue
2. Untuk mengetahui apa saja jenis Right Issue
3. Untuk mengetahui mekanisme penerbitan Right Issue
4. Untuk mengetahui tujuan dari Right Issue
5. Untuk mengetahui manfaat, keuntungan, serta kerugian dari Right
Issue
6. Untuk mengetahui perhitungan nilai dari Right Issue

D. Manfaat Penelitian
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa adalah untuk menambah wawasan
mahasiswa terkait right issue dan valuasinya, dan dapat pula dijadikan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya
Manfaat bagi penulis adalah untuk lebih memperdalam pengetahuan dan
wawasan terkait judul yang diambil.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Right Issue


Menurut Sunariyah ( 2004 : 150 ) mengatakan bahwa right issue adalah
kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam
rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu.
Menurut Halim ( 2005 : 15 ) mengatakan bahwa right issue ialah hak
pemesanan terlebih dahulu yang diberikan kepada investor saat ini untuk
membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten dalam rangka
menghimpun dana segar
Selanjutnya menurut Widoatmodjo ( 2008 : 69 ) dikalangan bursa right
issue merupakan “sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
sebagai hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang
saham untuk membeli saham baru yang akan ditawarkan kepada pihak lain”

B. Jenis-jenis Right Issue


Right Issue dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Right Issue dengan
HMETD, dan Right Issue tanpa HMETD. Perlu diketahui bahwa kepanjangan
dari HMETD ialah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

1. Right Issue dengan HMETD

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau disingkat HMETD


dalam pasar modal Indonesia adalah hak yang diperoleh para
pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang
saham suatu perseroan terbatas untuk menerima penawaran terlebih
dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses emisi atau
pengeluaran saham-saham dari saham simpanan. HMETD ditandai
dengan akhiran “-R” pada perdagangan bursa saham. Sebagai contoh,
saham Telkom memiliki kode TLKM, dan HMETD-nya adalah
TLKM-R.

3
HMETD dapat diperdagangkan di bursa layaknya sebuah saham
pada kurun waktu tertentu. HMETD juga memiliki batas waktu
penebusan sebelum masa berlakunya habis dan hangus. Tidak
menebus HMETD bisa menyebabkan efek dilusi pada portofolio.

2. Right Issue tanpa HMETD

Jenis ini biasa disebut PMTHMETD atau Penambahan Modal


Tanpa Hak Memesan Terlebih Dahulu (dalam Bahasa Inggris yaitu
Private Placement), yakni adalah aksi penambahan modal dengan cara
menerbitkan saham baru oleh perusahaan yang penjualannya langsung
ditargetkan ke investor besar atau grup investor, tanpa melalui
transaksi regular di bursa saham.
Sama seperti HMETD pada Rights Issue, tujuan utama
PMTHMETD adalah menambah modal perusahaan yang dapat
digunakan untuk ekspansi, pembayaran hutang, atau pembayaran
operasional perusahaan lainnya. Private Placement juga dapat
digunakan untuk merekrut investor strategis yang dapat membantu
jalan dan perkembangan perusahaan.
Perbedaan mendasar dari Right Issue dan Private Placement adalah
tidak adanya hak bagi pemegang saham lama untuk membeli saham
baru yang akan diterbitkan pada Private Placement. Jumlah maksimal
saham baru yang dapat diterbitkan pada aksi ini adalah sebanyak 10%
dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Sedangkan nilai yang
dipakai untuk menentukan harga dari saham baru adalah harga rata-
rata penutupan 25 hari aktif bursa berturut-turut.

C. Mekanisme menerbitkan Right Issue


Pada awalnya mekanisme tentang Right Issue diatur oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM). Untuk itu, BAPEPAM mengeluarkan beberapa
peraturan untuk mengaturnya sebagai berikut:
a) Peraturan BAPEPAM No. Kep 57/PM/1996 Peraturan No. IX. D.I
tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

4
b) Peraturan BAPEPAM No. Kep 57/PM/1996 Peraturan No. IX. F.3
tentang Pedoman Mengenai Penerbitan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu.
c) Peraturan BAPEPAM No. Kep. 57/PM/1996 Peraturan No. IX. B.I
tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dimana
para daham menerima efek yang sama dan terdapat penambahan
modal disetor kurang dari 35% (tiga puluh lima persen).
d) Peraturan BAPEPAM No. Kep. 57/PM/1996 Peraturan No. IX. B.I
tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dimana
para pemegang saham menerima efek yang tidak sama atau
terdapat penambahan modal disetor kurang dari 35% (tiga puluh
lima persen).

Kemudian pada 22 November 2012 melalui UU No 21 Tentang OJK.


Fungsi, tugas, dan wewenang BAPEPAM digantikan oleh lembaga Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
Persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu
diatur lebih lanjut oleh Otoritas Jasa Kuangan (OJK) Untuk itu, OJK
mengeluarkan peraturan untuk mekanisme penawaran Right Issue melalui
peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang
Penambahan Modal Perusahaan Terbuka dengan Memberikan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu. Lalu pada tahun 2019, peraturan tersebut diperbaharui
menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015
tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka dengan Memberikan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Sesuai dengan UU Pasar Modal No. 81 1995 pasal 82 yang menyatakan
diperlukan persetujuan pemegang saham mayoritas dalam rangka penawaran
umum terbatas (right issue), maka perlu diadakan Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana tersebut.
Setelah mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham, perusahaan harus

5
mengeluarkan beberapa pengumuman sebagaimana yang telah diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019 pasal 15 ayat 1
yang berbunyi
“Perusahaan Terbuka yang melakukan penambahanmodal dengan
memberikan HMETD kepada pemegangsaham wajib mengumumkan
informasi mengenai rencanapenambahan modal dengan memberikan HMETD
kepadapemegang saham paling lambat bersamaan dengan pengumuman RUPS
dengan memenuhi prinsip keterbukaan yang paling sedikit memuat:”
a) jumlah maksimal rencana pengeluaran saham dengan memberikan
HMETD termasuk Efek yang menyertainya;
b) perkiraan periode pelaksanaan penambahan modal apabila sudah
dapat ditentukan;
c) analisis mengenai pengaruh penambahan modal terhadap kondisi
keuangan dan pemegang saham;
d) perkiraan secara garis besar penggunaan dana; dane. informasi
mengenai penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang
termasuk informasi mengenai hasil penilaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)huruf b, jika terdapat penyetoran
saham dalam bentuk lain selain uang
D. Tujuan Right Issue
Tujuan dilakukannya aksi korporasi adalah untuk meningkatkan modal
perusahaan, membayar hutang yang telah jatuh tempo, ekspansi usaha,
meningkatkan likuiditas perdagangan saham serta tujuan lainnya. Salah satu
aksi korporasi (corporate action) yang dilakukan para emiten untuk
mendapatkan dana segar untuk tujuan-tujuan di atas adalah dengan melakukan
penerbitan saham baru (right issue).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:134), right issue diterbitkan
dengan tujuan untuk memperoleh dana tambahan dari pemodal dan untuk
ekspansi usaha. Menurut Ghozali dan Solichin (2003) ada dua alasan bagi
perusahan melakukan penerbitan saham baru (right issue), yaitu dengan
penerbitan saham baru (right issue) dapat mengurangi biaya karena emiten
tidak harus membayar fee untuk jasa penjamin (underwriter) dan penerbitan

6
saham baru (right issue) menyebabkan jumlah saham perusahaan bertambah
sehingga diharapkan dengan langkah tersebut akan dapat meningkatkan
frekuensi perdagangan, yang berarti meningkatkan likuiditas saham.
Dengan adanya hak memesan efek terlebih dahulu (preemptive right), para
investor lama dapat mempertahankan proporsi kepemilikan mereka. Apabila
para investor lama tidak menggunakan haknya tersebut, maka mereka dapat
menjual right yang dimilikinya kepada pihak lain. Beberapa tujuan lainnya
adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham atau
meningkatkan jumlah saham yang beredar. Jadi dengan adanya right issue,
kapitalisasi pasar saham akan meningkat dalam jumlah yang lebih kecil dari
pada presentase jumlah lembar saham yang beredar. Umumnya diharapkan
penambahan jumlah lembar saham di pasar akan meningkatkan frekuensi
perdagangan saham tersebut atau dengan kata lain dapat meningkatkan
likuiditas saham.
Adapun tujuan pengumuman right issue adalah untuk menarik minat
investor untuk membeli saham yang ditawarkan. Pengumuman right issue tentu
saja akan menimbulkan perubahan harga naik maupun turun. Investor dalam
melakukan investasinya mengharap return yang tinggi,akan tetapi realisasinya
belum tentu sesuai dengan harapan investor tersebut. Dengan adanya right
issue maka harga saham menjadi lebih rendah (murah), sehingga investor akan
memanfaatkan peristiwa tersebut untuk membeli saham guna meningkatkan
investasinya. Secara tidak langsung, investor berharap besar terhadap saham
yang dibelinya untuk mendapat return yang besar pula ( Hadi, 2009:175)

E. Manfaat, Keuntungan, dan Kerugian Right Issue


1. Manfaat dan Keuntungan Right Issue
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:8), dengan membeli saham
right issue, berarti investor telah melakukan pembelian saham seperti
biasanya yang menghasilkan return yang sama yaitu dividen atau capital
gain. Adapun manfaat dari right issue sebagai berikut:
a) Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga
yang telah ditetapkan dengan melakukan right yang dimilikinya. Hal

7
ini memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan dengan
membeli saham baru dengan harga yang lebih murah.
b) Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder sehingga investor
dapat menikmati capital gain ketika harga jual right lebih besar
daripada harga belinya
c) Pengumuman penerbitan saham baru (right issue) merupakan berita
yang disampaikan oleh pihak manajemen perusahaan yang selanjutnya
akan mempengaruhi nilai perusahaan. Investor akan merespon
informasi tersebut sebagai sinyal terhadap adanya peristiwa (event)
tertentu yaitu berupa sinyal positif (good news) atau berupa sinyal
negatif (bad news). Apabila dana dari penerbitan saham baru
digunakan untuk ekspansi usaha atau perbaikan struktur modal, maka
kinerja perusahaan akan lebih baik di masa depan, sehingga informasi
yang dihasilkan memberikan sinyal positif bagi investor yang
selanjutnya akan meningkatkan harga saham perusahaan. Tetapi jika
dana penerbitan saham baru akan digunakan untuk tujuan perusahaan
investasi yang mempunyai nilai sekarang bersih (net present value) nol
atau negatif dan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo
sehingga menyebabkan kondisi laba di masa depan menurun, maka
informasi yang diperoleh investor memberi sinyal yang negatif. Sinyal
tersebut akan direspon oleh investor yang tercermin dengan perubahan
harga saham dan tingkat likuiditas saham di seputar pengumuman
penerbitan saham baru (right issue) yang dilakukan oleh perusahaan.
Keuntungan dengan adanya right issue bagi perusahaan adalah :
a. Sebagai salah satu sumber dana bagi perusahaan
b. Tidak memerlukan prosedur dan aturan yang ketat, seperti
halnya dengan penawaran umum perdana atau go public
c. Right issue dapat dikombinasikan degan derivatif efek lainnya.
2. Kerugian Right Issue
Selain manfaat, Right Issue juga memiliki resiko yang dapat
menyebabkan kerugian. Kerugian yang dapat terjadi adalah penurunan
deviden dan harga saham. Penurunan deviden terjadi jika penambahan

8
jumlah saham yang ebredar tidak diikuti dengan perbaikan kinerja
perusahaan setelah right issue. Sedangkan penurunan harga saham yang di
maksud adalah penurunan yang lebih tajam dari harga teoritisnya. Jadi,
pada dasarnya investasi right issue dapat menimbulkan kerugian seperti:
1. Jika harga saham pada periode pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih
rendah daripada harga pelaksanaan maka investor tidak akan
mengonversikan right tersebut, sementara itu investor akan mengalami
kerugian atas harga beli right
2. Right dapat diperdagangkan dipasar sekunder, sehingga investor dapat
mengalami kerugian (capital loss) ketika harga jual dari right tersebut
lebih rendah dari harga belinya.

F. Nilai Right Issue


Ciri khas right issue adalah harga saham penawaran baru biasanya
ditetapkan di bawah harga yang tercatat di bursa saat ini. Apalagi harga saham
baru ditawarkandengan harga saham yang sama dengan harga saham lama,
maka para pemodalakan berpikir untuk dapat membeli saham baru di pasar
perdana kalau dapatmembeli saham yang sama pula di pasar sekunder. Hal
itulah yang menyebabkanharga saham baru akan lebih rendah dari kurs yang
tercatat. Suatu right akan adanilainya apabila harga emisi saham tersebut lebih
rendah dari kurs yang tercatat.Hal ini berarti, jika harga perdana pada suatu
emisi right lebih tinggi daripada kurs saham yang bersangkutan di bursa, maka
harga right tidak akan laku kecuali diambil sendiri oleh pemegang saham
utama untuk memperbesar persentase kepemilikan.

Contoh :
PT. ABC memiliki saham yang beredar 1.000 lembar dengan nilai Rp
1.000/lembar. Bapak D memiliki 200 lembar saham PT. ABC yang berarti
kepemilikan bapak D pada PT. ABC adalah 20%. PT. ABC membutuhkan
tambahan dana yang digunakan untuk ekspansi usahanya dengan menerbitkan
saham baru sebanyak 500 lembar yang ditawarkan pada harga Rp 600/lembar.
Rasio right issue pada PT ABC adalah 2 : 1 yang berarti setiap pemegang 2

9
saham lama akan mendapatkan hak untuk membeli 1 saham baru di harga Rp
600.
Dari contoh di atas, bapak D memiliki 3 pilihan terhadap right issue :

1. Menggunakan hak dengan membeli saham baru


Bapak D memiliki 200 saham lama bisa membeli saham baru sebanyak 100
lembar.
Total dana yang dibutuhkan : 100 x Rp 600 = Rp 600.000
Pembelian ini akan menambah jumlah saham bapak D menjadi 300.
Dengan pilihan ini, maka kepemilikan bapak D terhadap PT ABC tetap 20%.

2. Tidak menggunakan
Dengan tidak menggunakan hak untuk membeli saham baru, dampak
negatifnya adalah kepemilikan bapak D pada PT. ABC akan berkurang.
Total saham beredar : 1.000 (saham lama) + 500 (saham baru) = 1.500
Persentase kepemilikan bapak D : 200 / 1.500 (total saham) = 13%

3. Menjual HMETD kepada investor lain


Kita bisa menggunakan opsi ini dengan menjual hak saham baru pada harga di
bawah harga saham lama. Secara teori perhitungan, hak saham : Rp 1.000
(saham lama) - Rp 600 (saham baru) = Rp 400. Untuk penjualan tentunya
harus di bawah nilai Rp 400 agar lebih menarik bagi investor baru.

Harga Teoritis adalah harga setelah proses adjusting (penyesuaian) karena


jumlah saham beredar akan bertambah setelah prosesright issue. Harga teoritis
dipengaruhi oleh right issue ratio , harga teoritis juga dipengaruhi oleh harga
tebus dan harga saham sebelum proses right issue. Menjelang RUPS Rights
Issue, biasanya harga saham akan mendekati harga tebus rights-nya (turun
cukup jauh). Oleh karena itu, banyak investor yang melepas sahamnya
pertama kali ketika rumor Rights Issue timbul untuk mengurangi kerugian
yang lebih jauh, kemudian membeli kembali selama RUPS, ketika harga
saham sudah di bawah normal (biasanya pada kisaran harga tebus rights)

10
Harap dicatat bahwa menebus Rights Issue tidaklah wajib untuk dilakukan,
tetapi saham dapat terdelusi pada kisaran harga teoritis jika tidak menebusnya.
Oleh karenanya, apabila hendak menebus Rights Issue, maka perlu
mengetahui harga teoritisnya.

( rasio sahamlama x harga closing cum date ) +( rasio sahambaru x harga exercise)
arga Teoritis=
rasio sahamlama+rasio sahambaru

Sebagaimana diketahui, biasanya ketika sebuah emiten akan Rights Issue,


sahamnya dikerek dulu ke posisi di atas harga Rights Issue-nya sehingga harga
RI menjadi tampak rendah. Misalnya saham A tadi, jika perusahaan berniat
Rights Issue-nya pada harga Rp1,200 per saham, maka saham A bisa dikerek
dulu dari Rp1,000 menjadi Rp1,500, sehingga harga Rights Issue-nya jadi
tampak lebih murah dari harga pasarnya.

Setelah cum date, harga biasanya mendekati harga RI, lalu bergerak ke
angka teoritisnya 1440. Jadi misalkan, memiliki saham EIKE 100 lot (1 lot =
100 lembar saham). Hasil RUPS memutuskan bahwa emiten EIKE akan
Rights Issue dengan rasio 4:1 pada harga exercise Rp1,200. Artinya, dari 100
lot saham yang dimiliki, investor hanya mendapat jatah rights sebanyak 25 lot
(rasio ¼ nya) dengan keterangan RI yang dilakukan berbasis HMETD (hanya

11
investor yang sebelumnya sudah punya saham EIKE saja yang dapat
memperoleh hak untuk exercise HMETD-nya).

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa apabila kita tidak menebus
RI, maka nilai investasi kita akan terdilusi dibandingkan sebelumnya. Dengan
demikian, memang lebih baik kita mengeksekusi Rights Issue agar bisa
mendapatkan nilai yang lebih baik nantinya atas investasi kita.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham dan Tingkat Likuiditas


Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2017

Hubungan harga saham terhadap pelaksanaan right issue.


Pengumuman right issue dapat menimbulkan reaksi pasar dimana reaksi pasar
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari saham yang
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan return sebagai nilai perubahan
harga atau dengan menggunakan abnormal return. Hasil penelitian penelitian
yang dilakukan oleh Miglani (2011) dan Khoso, Ahmedani, Kazi, Ahmed, dan
Siddiqui (2016) menunjukkan hasil bahwa right issue berpengaruh positif
terhadap harga saham yang ditandai dengan adanya peningkatan harga saham.
Akan tetapi, hasil penelitian Komaling (2013) dan Ariani, Topowijono, &
Sulasmiyati (2016) menujukkan bahwa right issue tidak berpengaruh secara
positif terhadap harga saham. Dengan adanya perbedaan hasil dari penelitian
tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu:

H1: Terdapat pengaruh positif terhadap harga saham setelah adanya


pengumuman right issue.

Hubungan tingkat likuiditas saham terhadap pelaksanaan right issue.


Reaksi pasar juga dapat diukur dengan tingkat likuiditas saham, apabila right
issue memiliki kandungan informasi yang menguntungkan maka akan
menimbulkan reaksi pasar yang positif terhadap tingkat likuiditas saham.
Hasil penelitian Avianto (2009) dan Yusuf (2009) menunjukkan bahwa tidak
adanya pengaruh terhadap likuiditas saham sebelum dan sesudah right issue.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Ariani, Topowijono, & Sulasmiyati (2016)
yang menunjukkan adanya pengaruh likuiditas saham terhadap right issue
yang ditandai dengan adanya perbedaan Trading Volume Activity (TVA)

13
sebelum dan sesudah right issue. Dengan adanya perbedaan hasil dari
penelitian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu:

H2: Terdapat pengaruh positif terhadap tingkat likuiditas saham setelah


adanya pengumuman right issue.

Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu, analisis statistik deskriptif,
analisis
uji normalitas data, kemudian untuk pengujian hipotesisnya menggunakan t-test.

Analisis Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan
penyajian berbagai karakteristik data dalam upaya menggambarkan data tersebut
secara memadai. Tujuan analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran umum
dari sampel penelitian, yaitu mean, modus, nilai maksimum, nilai minimum,
varians, dan standar deviasi dari setiap variabel yang digunakan dalam model
pengujian (Christianus, 2010).

Uji Asumsi Klasik


Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu uji normalitas data dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan Paired Sample T-

14
test atau uji t sampel berhubungan jika data berdistribusi normal dan
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test jika data tidak berdistribusi normal.

HASIL
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif berguna untuk menggambarkan ringkasan karakteristik
sampel penelitian. Karakteristik tersebut dijelaskan dari average abnormal return
dan average trading volume activity sebelum dan setelah right issue periode 2015-
2017.

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada saat sebelum right issue rata-rata abnormal
return saham bernilai positif yaitu sebesar 0,0040 dengan standar deviasi 0,01748
dan rata-rata abnormal return setelah right issue bernilai negatif yaitu sebesar
-0,0040 dengan standar deviasi 0,01748. Abnormal return sebelum right issue
terendah sebesar -0,049 dan abnormal return sebelum right issue tertinggi sebesar
0,059. Abnormal return setelah right issue terendah sebesar-0,059 sedangkan,
abnormal return setelah right issue tertinggi sebesar 0,049.

15
Tabel diatas menunjukkan pada saat sebelum right issue rata-rata trading volume
activity bernilai positif yaitu sebesar 0,00693 dengan standar deviasi 0,0167 dan
rata-rata trading volume activity setelah right issue mengalami penurunan sebesar
0,0019 dengan standar deviasi 0,0037. Trading volume activity sebelum right
issue terendah sebesar 0,00000004 dan trading volume activity sebelum right
issue tertinggi sebesar 0,0842. Trading volume activity setelah right issue
terendah sebesar 0,00000015 dan trading volume activity setelah right issue
tertinggi 0,01669999.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji normalitas data yang digunakan adalah Kolmogrov-Smirnov t-test untuk
Average return atau abnormal return dan Average trading volume activity
sebelum dan setelah right issue. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak (Santoso, 2010). Hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa tingkat signifikansi pada average abnormal return sebelum
dan setelah right issue sebesar 0,012 yang berarti lebih kecil dari nilai probabilitas
sebesar 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal
dan pengujian hipotesis untuk average abnormal return yang akan digunakan yaitu
uji non parametik Wilcoxon Signed Rank Test. Sedangkan pada average trading
volume activity menunjukan bahwa tingkat signifikansi sebelum dan setelah right
issue sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai probabilitas sebesar 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal dan pengujian
hipotesis untuk average trading volume activity yang akan digunakan yaitu uji
non parametik Wilcoxon Signed Rank Test.

16
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 20 perusahaan yang memiliki nilai average
abnormal return yang lebih rendah setelah terjadinya right issue dan terdapat 15
perusahaan yang memiliki nilai average abnormal return yang lebih tinggi
sebelum terjadinya right issue.

Berdasarkan tabel diatas average abnormal return sebelum dan setelah


pengumuman right issue menunjukkan signifikansi sebesar 0,128 yang mana lebih
besar dibandingkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh positif terhadap harga saham setelah adanya
pengumuman right issue periode 2015-2017.

17
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 22 perusahaan yang memiliki nilai average
trading volume activity yang lebih rendah setelah terjadinya right issue. Akan
tetapi terdapat 13 perusahaan yang memiliki nilai average trading volume activity
yang lebih tinggi sebelum terjadinya right issue.

Berdasarkan tabel diatas bahwa uji beda average trading volume activity sebelum
dan setelah pengumuman right issue menunjukkan signifikansi sebesar 0,005 yang
mana lebih kecil dibandingkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap tingkat likuiditas saham setelah
adanya pengumuman right issue periode 2015-2017.

Pembahasan Hasil Hubungan harga saham terhadap pelaksanaan right


issue.
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah mengolah data dari uji normalitas
yang memperoleh hasil data tidak berdistribusi normal dan telah dilakukannya uji
hipotesis menggunakan uji non parametik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test
hingga memperoleh hasil signifikansi untuk abnormal return 0,128 > 0,05 yang
artinya tidak terdapat pengaruh yang positif terhadap harga saham setelah adanya
pengumuman right issue. Dengan tidak adanya pengaruh yang positif terhadap

18
harga saham maka dapat dikatakan bahwa informasi mengenai right issue tidak
mengandung informasi yang dapat membuat pasar bereaksi terhadap informasi
tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Komaling (2013) dan Ariani, Topowijono, & Sulasmiyati (2016) yang
menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah
right issue. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Aijaz Ali Khoso (2016) dan Miglani (2011) yang menjelaskan
bahwa pengumuman right issue memiliki pengaruh positif secara signifikan pada
harga saham yang menyebabkan adanya peningkatan harga saham. Hal ini dapat
saja terjadi karena adanya perbedaan karakteristik pasar yaitu kondisi pasar di luar
negeri telah mencerminkan pasar yang lebih efisien berbeda dengan kondisi pasar
modal di Indonesia yang merupakan jenis pasar modal yang sedang berkembang,
selain itu perbedaan pada periode pengamatan yang dilakukan juga dapat
menyebabkan adanya research gap yang terjadi.

Hubungan tingkat likuiditas saham terhadap pelaksanaan right issue.


Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah mengolah data dari uji normalitas
yang memperoleh hasil data tidak berdistribusi normal dan telah dilakukannya uji
hipotesis menggunakan uji non parametik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test
hingga memperoleh hasil signifikansi untuk abnormal return 0,005 < 0,05 yang
artinya terdapat pengaruh terhadap tingkat likuiditas saham setelah adanya
pengumuman right issue. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Ariani, Topowijono, & Sulasmiyati (2016) yang menjelaskan
bahwa terdapat perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah right issue. Hal
ini mengindikasikan bahwa pengumuman right issue mengakibatkan likuiditas
perdagangan saham berubah secara signifikan. Akan tetapi, sehubungan dengan
hasil uji sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata trading volume activity
mengalami penurunan setelah adanya pengumuman right issue. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa para investor cenderung menganggap pengumuman right
issue sebagai suatu sinyal buruk atau bad news sehingga menyebabkan likuditas
saham di pasar modal menurun.

19
20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Right issue ialah hak pemesanan terlebih dahulu yang diberikan kepada
investor saat ini untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten
dalam rangka menghimpun dana segar. Right issue sendiri terdiri atas 2 jenis,
yaitu Right Issue dengan HMETD dan Right Issue tanpa HMETD.
Dalam penerbitan Right Issue, sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan
yang diatur dalam peraturan tersebut diperbaharui menjadi Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal
Perusahaan Terbuka dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu.
Tujuan dari Right Issue sendiri adalah meningkatkan modal perusahaan,
membayar hutang yang telah jatuh tempo, ekspansi usaha, meningkatkan
likuiditas perdagangan saham serta tujuan lainnya. Selain itu penerbitan saham
baru (right issue) dapat mengurangi biaya karena emiten tidak harus
membayar fee untuk jasa penjamin (underwriter) dan penerbitan saham baru
(right issue) menyebabkan jumlah saham perusahaan bertambah sehingga
diharapkan dengan langkah tersebut akan dapat meningkatkan frekuensi
perdagangan, yang berarti meningkatkan likuiditas saham.
Manfaat yang dapat diterima dalam penerbitan Right Issue adalah Investor
memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah
ditetapkan dengan melakukan right yang dimilikinya dan mendapatkan capital
gain sebagai akibat perdagangan di pasar sekunder.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Fahmi, Irham. (2015). Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Alfabeta
Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Alfabeta
Sunariyah. (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Bandung
: Alfabeta
Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi Edisi
Kedua. Yogyakarta:Kanisius

Jurnal
Apriliani Nadya. (2018). PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP HARGA
SAHAM DAN TINGKAT LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2017.
Jakarta: Perbanas Institute
Khajar, Ibnu. (2010). PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN. Semarang : Universitas Sultan Agung.

Internet
https://www.seputarforex.com/artikel/cara-menghitung-harga-teoritis-saham-
rights-issue-hmetd-283407-34
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200129101613-17-133534/sah-emiten-
ayam-goreng-kfc-siap-stock-split-rights-issue
https://insight.kontan.co.id/news/bank-yudha-bhakti-bidik-right-issue-rp-150-
miliar

22

Anda mungkin juga menyukai