Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENILAIAN SAHAM DAN VALUASINYA

Dosen Pengampu : Drs. Nurmantias, M.M, CFMP

Disusun oleh :

Kelompok 1

Rizky Akbar 1710111182


M. Fikri Arrazi 1710111196
Renaldo 1710111221
Alfi

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan pencipta alam atas berkat dan rahmat-Nya,
kita masih dapat diberikan kehidupan yang layak dan kesehatan yang berlimpah.
Tidak lupa juga kita meminta pertolongan serta ampunan dari-Nya atas segala
dosa yang kita miliki yang disengaja maupun tidak disengaja.

Shalawat serta salam kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi


Muhammad SAW. Karena hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “PENILAIAN SAHAM DAN VALUASINYA” sebagai
tugas dari mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nurmantias,
M.M, CFMP selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik.

Penulis dalam merangkai makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan


dan jauh dari kata sempurna, akan tetapi berkat bantuan teman sekitar sehingga
dapat membantu penyelesaian dalam tugas makalah ini. Semoga makalah yang
penulis buat dapat menjadi berkat dan berguna bagi kita semua, tidak lupa juga
dengan kritik dan saran bagi pembaca guna membantu ke depannya agar lebih
baik lagi.

Jakarta, 21 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................7
2.1 Saham.......................................................................................................................7
2.1.1. Pengertian Saham.................................................................................................7
2.1.2 Risiko Saham........................................................................................................8
2.1.3 Jenis saham...........................................................................................................9
2.1.4 Penilaian Saham..................................................................................................11
2.1.5 Saham Biasa........................................................................................................12
2.1.5.1 Jenis Saham Biasa............................................................................................13
2.1.5.2 Valuasi Saham Biasa.......................................................................................13
2.2 Analisis Saham (Kapan Jual dan kapan beli)..........................................................17
2.2.1 Analisis Teknikal................................................................................................17
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................................23
3.1 Kehadiran Efek Ramadhan.................................................................................23
BAB IV PENUTUP........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era saat ini, investasi merupakan hal yang menjadi pilihan investor untuk
menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh
tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. (Ahmad, 2004).
Tujuan dasar dari suatu investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesarbesarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Investasi yang banyak
diperdagangkan di pasar modal dan banyak diminati oleh para investor lokal
maupun investor asing, salah satunya adalah dalam bentuk saham perusahaan
yang telah go public, terutama saham biasa (common stocks).

Menurut Husnan (2001:47) semakin tinggi tingkat keuntungan yang


diharapkan, maka semakin tinggi resiko yang ada. Begitu juga dalam berinvestasi
saham, ketidak pastian harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa efek
merupakan salah satu resiko yang harus diperhitungkan dalam berinvestasi
saham. Maka dari itu, berinvestasi di pasar modal memerlukan pengetahuan yang
cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek
mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang akan
tetap dimiliki. Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan
investasi dengan memahami informasi yang berhubungan dengan
perusahaan yang menerbitkan saham sehingga dengan informasi
tersebut investor dapat melakukan berbagai analisis. Analisis tersebut
berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk
mengetahui tingkat return yang diharapkan dalam menentukan strategi
investasi yang akan dilakukan.

Merujuk pada suatu keadaan pada bulan Ramadhan (bursa saham), yang
kemudian berdampak pada pengembalian abnormal selama Ramadhan. Faktor-
faktor ini termasuk kesehatan investor karena puasa Ramadhan (Rosen & Wu,
2004; Saleh, Elsharouni, Cherian, & Mourou, 2005), empati sosial (suasana sosial
yang positif) dengan orang miskin karena kelaparan yang dialami saat berpuasa
(Bialkowski et al. , 2012), merasa bahagia dan damai (Lakonishok & Smidt,
1988), mood positif investor (Cadsby & Ratner, 1992), dan dorongan untuk
melakukan perbuatan baik dan mencegah perbuatan jahat (Bialkowski et al.,
2012). .Faktor-faktor psikologis investor dan kenyataan bahwa para investor
membutuhkan dana yang signifikan selama Ramadhan, terutama menjelang akhir
Ramadhan dan Idul Fitri, untuk memenuhi kebutuhan keagamaan mereka (zakat,
infaq, dan shadaqah) dan merayakan Idul Fitri (membeli pakaian, jamuan makan,

1
dll. ), mendorong investor untuk berperilaku rasional dengan membeli saham pada
awal Ramadhan dan menjualnya pada akhir Ramadhan, atau segera setelah Idul
Fitri (Bialkowski et al., 2012; Al-Khazali, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan saham, karakteristik dan apa saja jenisnya?
2. Apa saja resiko dari saham?
3. Apa yang dimaksud dengan valuasi saham?
4. Apa saja pendekatan penilaian saham?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi harga saham?
6. Bagaimana proses dan analisis penilaian saham?
7. Bagaimana cara penilaian saham?
8. Kapan saham harus dijual dan dibeli?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan saham, karakteristik saham -
dan jenis-jenis nya.
2. Untuk mengetahui resiko dari saham.
3. Untuk mengetahui valuasi saham.
4. Untuk mengetahui apa saja pendekatan penilaian saham.
5. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi saham.
6. Untuk menjelaskan proses dan analisis penilaian saham.
7. Untuk menjelaskan cara penilaian saham.
8. Untuk mengetahui kapan saham dijual dan dibeli.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Saham
2.1.1. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati
investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyetaan modal seorang atau sepihak (badan usaha)
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).

Saham merupkan suatu bukti penyetoran modal atau bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang timbul sebagai akibat penanaman modal (investasi) yang
dilakukan kepada pihak penerbit saham (emiten). Dengan memiliki saham suatu
perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan. Saham menurut Rusdin (2008:68) adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.

Saham merupakan bukti kepemilikan dari suatu perusahaan. Membeli saham


berarti memiliki sebagian dari perusahaan.

contoh sertifikat saham.

Sertifikat saham sebagai bukti kepemilikan saham. Tetapi karena perkembangan


zaman, saat ini bila kita membeli saham, maka kita tidak mendapatkan sertifikat
fisiknya, walaupun nama kita tercatat sebagai pemilik saham. Sertifikat saham
disimpan di lembaga pemerintahan untuk keamanan dan kepraktisan investor.

3
Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia (2003: 12), saham
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaranm
harga suatu saham akan cendrung naik bila suatu saham mengalami kelebihan
permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Saham adalah
salah satu Efek pasar umumnya dijual di pasar modal (Bursa Efek) adalah saham.
Saham adalah bukti penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas.

2.1.2 Risiko Saham


Pasar saham (Bursa Efek) merupakan investasi yang sudah berkembang, karena
keuntungan yang ditawarkan sangat menarik. Apabila ada keuntungan, pastilah
juga ada kerugian yang menghantui, yang disebut juga sebagai risiko bisnis
saham. Hal tersebut harus siap dihadapi dan juga diminimalisir oleh investor yang
bermain saham. Oleh sebab itu ada baiknya bagi pelaku investasi saham harus
bisa mengetahui risiko - risiko bisnis saham.

1. Kondisi Negara

Kondisi ekonomi dan politik sebuah negara berhubungan erat dengan pasar
saham. Anda tidak akan mau menginvestasikan uang Anda pada negara yang
sedang krisis. Risiko ini berhubungan dengan suatu kepastian dan keamanan,
selain itu tentu tidak ada investor yang ingin berinvestasi jika pertumbuhan
ekonomi negara tersebut negatif.

2. Capital Loss

Capital loss adalah kerugian yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli
saham, dengan kata lain investor menjual saham lebih rendah dari harga belinya.
Misalnya seorang investor membeli saham ‘A’ dengan harga per lembar Rp
3.000, kemudian harga saham mengalami penurunan hingga mencapai Rp 2.700
per lembar saham. Karena takut harganya terus turun, saham tersebut langsung
dijual oleh investor tersebut (cut loss). Berarti investor tersebut telah mengalami
capital loss sebesar Rp 300 untuk setiap lembar saham yang dijualnya.

3. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Perubahan nilai tukar mata uang yang terjadi secara drastis dalam waktu singkat
juga dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap kestabilan bursa saham. Hal ini
berpotensi membuat bursa saham bergejolak, terutama perusahaan yang memiliki
hutang dalam bentuk mata uang asing. Penguatan nilai tukar secara signifikan
akan mengakibatkan terjadinya deflasi yang merugikan ekonomi secara
keseluruhan. Dampak dari deflasi tersebut adalah melemahnya pertumbuhan
negara karena tertutupnya pasar ekspor.

4
4. Risiko Suspend

Apabila suatu saham terkena suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh


otoritas bursa efek, investor tidak dapat menjual sahamnya hingga dicabut dari
status suspend. Jangka waktu suspend bervariasi, biasanya berlangsung dalam
waktu singkat, hanya dalam kurun waktu satu sampai beberapa hari perdagangan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan saham mengalami suspend, diantaranya:

 Harga saham mengalami kenaikan atau penurunan harga yang luar biasa
dalam waktu singkat.
 Perusahaan tersebut dipailitkan oleh kreditornya.
 Suatu kondisi dimana otoritas bursa meminta konfirmasi perusahaan
tersebut, misalnya bila perusahaan tidak memberi laporan keuangan
hingga batas waktu yang ditentukan.

5. Risiko Likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan nilai kapitalisasi dan besarnya transaksi sebuah
saham, Anda tidak dapat menjual saham pada harga terkininya ketika dibutuhkan.
Hal tersebut terjadi karena tidak ada pembeli yang berminat, sebab perusahaan
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan perusahaan dibubarkan. Adanya faktor
tidak terduga seperti itu mengharuskan Anda menjual seluruh kepemilikan saham.

2.1.3 Jenis saham

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas:
a. Saham biasa (common stock),
Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling
junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham preferen (preferred stock),
Saham preferen adalah jenis saham yang membayar kepada pemegangnya
bentuk dividen yang besarnya sudah di tetapkan. Jadi saham preferen
merupakan bentuk penggabungan dari saham biasa (common stocks) dan
obligasi (bonds), sehingga di kenal sebagai hybrid security. Investor
biasanya tertarik pada saham jenis ini, tetapi kebanyakan di antara mereka
meremehkan tingkat risikonya. Ada dua jenis saham preferen.
Cummulative preferred stocks adalah jenis saham preferen yang
memberikan peluang kepada pemegangnya untuk menerima dividen

5
kumulatif, yaitu sebelum pemegang saham biasa menerima dividen
pemegang saham preferen menerima semua yang harus di terimanya.
Participating preferred stocks adalah saham prefen yang dividennya
dikaitkan dengan keberhasilan perusahaan dengan berdasarkan pada
rumus atau perhitungan tertentu. (Tatang Ary Gumanti: 2011)
2. Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:
a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lain.
b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapat dikategorikan
menjadi:
a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri
sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar
dividen.
b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten
yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata
dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai
leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu
terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang
tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.
d. saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang
tidak bisa secra konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
e. saham musiman (counter cyclical stock), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara
umum.

6
f. saham bertahan (Defensive stock), yaitu saham yang memberikan dividen
konstan dan pendapatan stabil terlepas dari keadaan pasar saham
keseluruhan. Karena permintaan konstan untuk produk mereka, stok
defensif cenderung tetap stabil selama berbagai fase siklus bisnis. Stok
defensif tidak boleh disamakan dengan "stok pertahanan," yang mengacu
pada stok di perusahaan yang memproduksi barang-barang seperti senjata,
amunisi dan jet tempur.

2.1.4 Penilaian Saham


Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai: yaitu nilai buku, nilai
intrinsik, dan nilai pasar.

 Nilai buku adalah nilai saham berdasarkan dalam pembukuan perusahaan


(emiten)
 Nilai intrinsik (nilai teoritis) adalah nilai saham yang sebenarnya
(seharusnya terjadi).
 Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, ditunjukkan oleh harga pasar yang
berlaku untuk saham

Alasan investor perlu memahami ketiga nilai tersebut, karena investor perlu
mengetahui ketiga jenis nilai tersebut untuk membantu dalam pembuatan
keputusan membeli, menahan, ataupun menjual saham.

Ada semcama rule of thumb tentang keputusan apa yang sebaiknya diambil
investor berdasarkan informasi nilai intrinsic dan nilai pasar saham.

* Jika nilai pasar > nilai intrinsic, berarti saham tersebut overvalued, dan
investor sebaiknya menjual saham tersebut.
* Jika nilai pasar < nilai intrinsic, berarti saham tersebut undervalued, dan
investor sebaiknya membeli saham tersebut.
* Jika nilai pasar = nilai intrinsic, berarti saham tersebut fair-priced, dan
investor bisa menahan saham tersebut.

Penentuan Nilai Intrinsik Saham, tidak seperti nilai pasar (yang bisa dilihat dari
harga saham di pasar), nilai intrinsik suatu saham hanya bisa diperkirakan dengan
pendekatan tertentu.

Pendekatan berbasis analisis fundamental yang bisa dilakukan adalah dengan:

a. Pendekatan nilai sekarang (present value approach)


b. Pendekatan Price Earning Ratio
c. Pendekatan Lainnya.

7
2.1.5 Saham Biasa
Kepemilikan investor individu atau institusi ditentukan oleh kepemilikan atas
saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan. Saham biasa tidak memiliki
tanggal jatuh tempo. Adapun fitur saham biasa adalah klaim atas pendapatan
sebagai perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak atas pendapatan
perusahaan setelah pemegang obligasi dan saham preferen telah terbayar.
Karakteristik saham biasa adalah kalim atas pendapatan. Sebagai pemilik
perusahaan pemilik saham biasa memiliki hak atas pendapatan perusahaan setelah
pemegang obligasi dan saham preferen terbayarkan. Pemegang saham biasa
memiliki hak atas klaim aset dan miliki hak suara tergantung banyaknya jumlah
lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham biasa. Pemegang saham biasa
juga memiliki preemptive rights, hak memesan saham terlebih dahulu, bila
perusahaan akan mengeluarkan saham barunya. Pemegang saham biasa juga
memiliki limited liability, bila perusahaan dilikuidasi maka kewajiban pemegang
saham terbatas pada jumlah yang disetorkan ke perusahaan. Kelebihan pemegang
saham biasa, dapat meningkatkan creditworthiness perusahaan karena merupakan
bentuk ekuitas. Saham biasa tidak memiliki kewajiban untuk membagikan dividen
saham biasa. Dividen hanya dibagikan apabila perusahaan memiliki keuntungan
berlebih. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo. Investor biasnya lebih tertarik
pada saham biasa daripada hutang, karena nilai sahamakan meningkat seiring
dengan perkembangan perusahaan. Keurangan pemegang saham biasa, dividen
saham tidak bisa menjadi beban pengurangan pajak (non tax deductible) dan
dibayarkan atas dasar laba setelah pajak atau laba bersih. Kemudian, perusahaan
yang mengalami kondisi ekonomi yang tidak baik, akumulasi yang belum
terbayarkan dapat menimbulkan maslaah tersendiri bagi perusahaan.

8
2.1.5.1 Jenis Saham Biasa
Saham biasa memiliki beberapa jenis di antaranya yaitu:
1. Saham Terklasifikasi yaitu saham biasa yamg diberikan penamaan khusus,
seperti Kelas A, Kelas B, dan seterusnya, untuk memenuhi berbagai kebutuhan
khusus perusahaan.
2. Saham Pendiri yaitu saham yang dimiliki oleh pendiri perusahaan yang
memiliki hak suara tunggal tetapi tidak menerima dividen selama beberapa
tahun yang telah ditentukan.

2.1.5.2 Valuasi Saham Biasa


Penilaian saham biasa dapat ditentukan berdasarkan nilai sekarang dari seluruh
arus kas di masa depan yang diharapkan akan diterima oleh investor. Arus kas
yang diharapkan akan diterima dari saham biasa berupa dividen yang dibagikan
oleh perusahaan. Namun kenyataannya, saham biasa sangat susah diprediksi
besaran dividen atau dibagikan atau tidak dibagikan dividen kepada pemegang
saham biasa. Penilaian saham dikenal ada tiga jenis nilai, seperti nilai buku saham
(berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham), nilai pasar (nilai saham di
pasar modal), nilai instriksik (teoritis) saham (nilai saham yang sebenarnya terjadi
dan seharusnya terjadi). Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai
tersebut untuk membuat suatu keputusan investasi. Gambar di bawah ini Investor
akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan,
bila dibawah nilai pasar maka dikatakan murah secara fundamental atau
undervalued, serta sebaliknya bila nilai instrinsik diatas nilai pasar, maka secara
fundamental dikatakan overvalued. Pada gambar tersebut dapat terlihat bagaimana
nilai instrinsik diperoleh serta dibandingkan daengan nilai pasar yang dibentuk
dari penerimaan investor akan aliran kas berupa dividen dan risiko yang selalu ada
di setiap transaksi saham di pasar modal.

9
Brigham & Houston (2013)

1. Waktu tunggal dengan pertumbuhan ( dilanjutkan)


Harga saham biasa tergantung dari :
 Tingkat return yang diharapkan investor terdiri dari : Dividen yang
diharapkan dan harga yang akan terjadi.
 Tingkat risiko dari arus kas yang diharapkan.
Jika kepemikan hanya 1 tahun, rumusnya adalah :

Dividen yang diharapkan Harga yang diharapkan


P 0= +
( 1+ K s ) ( 1+ K s )

D1 + P1 D1+ P 0( 1+ g)
P 0= +
( 1+ K s ) (1+ K s)

Jika disederhanakan menjadi:


D1
P 0=
K s −g

Dimana :
K s =r=return yang diharapkan
g=tingkat pertumbuhan

2. Saham dengan pertumbuhan supernormal


Pada umumnya ada tiga tingkat pertumbuhan dividen:
a. Pertumbuhan nihil (zero)
b. Pertumbuhan konstan
c. Supernormal atau non konstan.

a. Pertumbuhan nihil, penilaiannya:


D
P 0= 1
Ks

10
b. Pertumbuhan Konstan :
D1
P 0=
r −g

c. Pertumbuhan Supernormal

D0 (1+ g s)t (D n +1) 1


P 0= t
+ •
(1+ Ks) (k −g) (1+ Ks)t

gs = pertumbuhan supernormal
g= pertumbuhan normal
t= periode pertumbuhan
Nilai saham dengan rumus ini memerlukan beberapa langkah perhitungan
sebagai berikut :
 Hitung dividen selama supernormal, kemudian tentukan nilai
sekarangnya masing-masing, atau PV dari setiap dividen
 Tentukan nilai saham dengan mengalikan dividen pada akhir tahun
supernormal dengan g normal.
 Harga saham adalah hasil perhitungan 2 ditambah dengan hasil
pada perhitungan 2.
 Contoh perhitungan saham biasa:

Contoh 1
* Waktu tunggal dan pertumbuhan
Misal pertimbangan dalam pembelian saham ABC.
Diasumsikan dividen tahun lalu Rp. 1.900,- per lembar.
Pendapatan dividen per tahun selama 10 tahun mengalami
pertumbuhan 5% per tahun.

Ks (biaya modal) investor 10%. Harga saham yang wajar?


P0=Harga sekarang
P1=Harga diharapkan
D 0=Dividen sekarang
D1=Dividen diharapkan
K s =r=return yang diharapkan
g=Pertumbuhan harga saham

D1
Rumus sebelumnya : P0=
K s −g
(1)
Rumus ini diperoleh dari:
D +P
P 0= 1 1 (2)
K s−g

11
D1 + P0 (1+ g)
P 0= (3)
1+ K s

Menggunakan rumus (1), diperoleh:


1.900+ 95
P 0=
0,16−0,05
P0=Rp 18.136,36

Contoh 2

* Saham dengan pertumbuhan supernormal.


Saham XYZ diharapkan membayar dividen dengan tingkat
pertumbuhan 25% untuk 2 tahun pertama, kemudian stabil
pada tahun-tahun berikutnya dengan pertumbuhan 5%.
Dividen terakhir dibayar Rp 2.000,-. Return yang
diharapkan investor 12%. Harga saham XYZ.
Perhitungan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (lihat rumus sebelumnya)
1) D1 = 2.000 (1,25) = 2.500,-
D2 = 2.500 (1,25) = 3.125,-
2) Nilai sekarang dividen 2 tahun pertama
2.500 3.125
PV dividen= + =Rp 4.723,37
(1,12)1 (1,12)2
3) Harga saham akhir pertumbuhan supernormal
Dividen D3 = (D2 + 1)
D3 = D2 (1 + g)
D3 = 3.125 (1,05)
= 3.281,25
4) Harga saham P2 (no.3)
Rp3.281,25
P 2= =Rp 46.875 ,
0,12−0,05
5) Nilai sekarang saham (no.4)
1
P0=Rp 46.875 x =Rp 37.368,46
(1+ 0,12)2
6) Nilai saham XYZ (no.2 + no. 5)
Rp 4.723,37 + Rp. 37.368,46 = Rp. 42.091,83

12
2.2 Analisis Saham (Kapan Jual dan kapan beli)

2.2.1 Analisis Teknikal


Analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks
saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam menemukan pola yang mungkin
dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat. Atau analisis yang
menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya,
permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari
pemodal. (Kamaruddin Ahmad:1996)

Analsis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan


mengamati perubahan harganya di waktu lalu. Analsis ini didasarkan pada
argumen bahwa:

1. harga saham mencerminkan informasi yang relevan


2. informasi yang relevan ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu
3. perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut
akan berulang.

Alat analisis pada analisis teknikal adalah didasarkan pada grafik atau chart,
sehingga para penganut aliran ini sering disebut chartist.
Analis teknikal percaya bahwa gerakan saham akan mengikuti pola head and
sholuders (kepala dan bahu):

a. seorang analis percaya bahwa suatu saham berada di titik A, akan


memutuskan membeli dan menahan dalam jangka pendek untuk
memperoleh capital gains.
b. Jika suatu saham berada di titik B, maka ia akan menjualnya karena
diperkirakan harganya akan turun.

13
Analis teknikal juga percaya bahwa gerakan harga saham akan mengikuti pola
triple tops. Mereka berpendapat bahwa suatu saham setelah melalui tiga puncak
harga, maka saham tersebut akan jatuh harganya. Jadi apabila seorang analis yang
menemukan bahwa suatu saham telah menempuh tiga kali harga tinggi maka
saham tersebut harus dijual.

Analisis Fundamental:
Ada dua pendekatan dalam analisis fundamental:
1. Present value approach (capitalization of income method)
2. Price earning ratio approach.

Present Value Approach:

Pendekatan ini didasarkan pada argumen bahwa nilai dari suatu perusahaan
tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa datang dan prospek ini
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan,

14
maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai arus kas di
masa depan menjadi nilai sekarang.

arus kas
NPo=∑
(1+ k)

Alternatif arus kas adalah arus dividen yang diterima oleh investor. Jika investor
yang memebeli saham, biasanya bermaksud menyimpan saham tersebut sampai
waktu tertentu, maka harga saham atau nilai saham dapat dihitung dengan model
diskonto sbb:

Agar dapat menghitung nilai saham , investor harus memprediksi dividen saham
biasa, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan :

1. Pendekatan zero growth ( dividen tidak bertumbuh)

15
Contoh : misalkan saham A menawarkan dividen tetap sebesar Rp. 800. Tingkat
return yang disyaratkan investor adalah 20%

800
P 0= =Rp 4.000
0,20

Nilai saham A sebesar Rp 4.000

2. Constan growth

Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yan akan
dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas,
dimana gt +1=gt untuk semua waktu t.

D0 (1+ g) D0 (1+ g)2 D0 (1+ g)3 D0 (1+ g)∞


P 0= + + +… … … .+
(1+ K ) (1+ K )2 (1+ K )3 (1+ K )∞

Persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut:

D1
P 0=
k −g

Contoh: Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp 1.000, per tahun.


Pertumbuhan dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat return yang
disyaratkan investor sebesar 15%, dan harga pasar saham PT Omega saat ini
adalah Rp 10.000.

1000(1+0,05) 1050
P 0= = =Rp10.500
0,15−0,05 0,10

Adakalanya, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh di atas


pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi
lambat laun menurun terus.

Misalnya, suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan fantastis selama 5


tahun mungkin bisa membayarkan tingkat dividen dengan pertumbuhan 20% per
tahun (selama lima tahun), dan setelah itu hanya akan membayarkan dividen
dengan tingkat pertumbuhan hanya 10% per tahun (sampai tahun-tahun
berikutnya).

Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan


dividen tidakkonstan dapat dilakukan dengan rumus berikut:
n
D0 (1+ g1 ) Dn (1+ gc ) 1
P 0= ∑ +
t =1 (1+ K )t K −gc (1+ K) n

Dimana:

16
P0=nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan
n= jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal
D0=dividen saat ini ( tahun pertama )
g1= pertumbuhan dividen supernormal
Dn=dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal
gc = pertumbuhn dividen yang konstan
k =tingkat dividen yang disyaratkan investor
Contoh, misalkan data saham PT SGPC adalah sebagai berikut:

n = 3 tahun D0 = Rp 1.000
gc = 10% k = 15%
g1 = 20% pertahun selama 3 tahun
pertama
Carilah nilai intrinsik saham

3. Nonconstan growth
Pada umumnya dividen saham biasa suatu perusahaan tidak konstan tetapi
berubah sesuai dengan daur hidup perusahaan. Langkah menghitung nilai saham
biasa jika pertumbuhan dividen tidak konstan sbb:

a. membuat estimasi pertumbuhan dividen


b. menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tidak
bertumbuh konstan.
c. menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak konstan
d. jumlahkan b dan c untuk mendapatkan Po

Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor


menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga
suatu saham.

17
Rumus untuk menghitung PER:

Harga Saham
PER=
Earning per lembar saham

Rumus lainnya untuk menghitung PER suatu saham bisaditurunkan dari rumus
yang dipakai dalam modeld iskonto dividen:

Contoh Price Earing Ratio

1. Misalnya harga saham DX saat ini adalah Rp10.000 per lembar, dan tahun ini
perusahaan memperoleh earning sebesar 900 juta rupiah. Jumlah saham
beredar saat ini adalah 900 ribu lembar saham.
Dari data tersebut kita bisa menghitung PER dengan cara sebagai berikut:
 Menghitung earning per lembar saham DX
earning perusahaan
Earning per lembar=
jumlah sahamberedar
 Menghitung PER dengan menggunakan rumus:
Rp10.000
PER= =10 kali
Rp 1.000
Jadi PER saham DX adalah 10 kali. Artinya, untuk memperoleh Rp.1 dari
earning perusahaan DX, investor harus membayar Rp10.
2. Seorang investor membeli saham DPS. Misalkan perusahaan DPS tersebut
hanya akan membagikan 80% ( D1 / E1 ) =0,8 dari earning yang diperolehnya
bagi investor dalam bentuk dividen. Pertumbuhan dividen sebesar 5% dan
tingkat return yang diisyaratkan investor adalah 15%.
Dari data tersebut, kita bisa menghitung PERsebagai berikut:
P
=8 kali
E

DIVIDEND YIELD DAN CAPITAL GAINS YIELD

 Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan


dividen saham dan jika investor bermaksud menjual saham dekemudian
hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan
harga saham.

18
 Keuntungan dari dividen saham disebut dividend yield dan keuntungan
dari kenaikan harga saham disebut capital gains. Dividend yield ditambah
capital gains yield disebut tingkat keuntungan saham.

19
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kehadiran Efek Ramadhan


Faktor-faktor psikologis investor dan kenyataan bahwa para investor
membutuhkan dana yang signifikan selama Ramadhan, terutama menjelang akhir
Ramadhan dan Idul Fitri, untuk memenuhi kebutuhan keagamaan mereka (zakat,
infaq, dan shadaqah) dan merayakan Idul Fitri (membeli pakaian, jamuan makan,
dll. ), mendorong investor untuk berperilaku rasional dengan membeli saham pada
awal Ramadhan dan menjualnya pada akhir Ramadhan, atau segera setelah Idul
Fitri (Bialkowski et al., 2012; Al-Khazali, 2014). Selain perilaku individu, selama
bulan Ramadhan, Islam mengajarkan bahwa orang beriman harus berempati dan
berbagi dengan orang miskin melalui memberi agar suasana sosial yang positif
akan meningkatkan orientasi sosial dan spiritual (Bialkowski et al., 2012). Selain
psikologi investor, Bialkowski et al. (2012) juga menyatakan bahwa faktor
kesehatan investor ketika mereka puasa selama bulan Ramadhan, mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental mereka (Saleh et al., 2005), dan kemudian
mempengaruhi penilaian positif mereka terhadap harga saham di pasar (Rosen &
Wu, 2004 ).

Ramadhan Effect adalah sebuah kondisi yang muncul ketika kondisi


Abnormal Return muncul pada bulan-bulan ramadahan akibat adanya pengaruh
emosional-religius yang mempengaruhi pergerakan harga pasar (Bialkowski et al.,
2012). Kejadian Ramadhan Effect dapat diperhatikan dari melihat dua hal yaitu
(1) Perbandingan antara Annualized Return antara pada saat Ramadhan dan pada
masa bulan lainnya serta; (2) dari melihat Abnormal Return yang muncul saat
sebelum, dalam, dan setelah bulan Ramadhan. Dimana dalam penelitian tersebut
peneliti membaginya menjadi H-7 Ramadhan, 1-10 Ramdhan, 11-20 Ramadhan,
21-30 Ramadhan dan H+7 Ramadhan.

Hasil observasi pertama mengenai negara-negara yang mengalami


Ramadhan Effect dilihat dari adanya potensi untuk mendapatkan rata-rata return
yang lebih tinggi saat bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan lainnya.
Keempat negara dalam penelitian tersebut yakni, Malaysia, Indonesia, Saudi
Arabia dan Bahrain memiliki potensi untuk adanya Ramadhan Effect.

Pergerakan harga pada bulan Ramadhan tidak terpisahkan dengan


pergerakan harga pada bulan-bulan lainnya (Sonjaya,2016). Pada (Table 4.1.)
dapat dilihat bagaimana perbandingan antara Return pada bulan Ramadhan, bulan
lainnya dan pada return tahunanya. Semuanya menunjukkan bahwa Annualized
Return pada bulan Ramadhan konsisten memberikan nilai positif, bahkan nilai
positifnya cukup signifikan.

20
Table 4.1. Annualized Return Indeks di Empat Negara Muslim

Ramadahan
Rest of The Year Annualized
Number Negara Annualized Return Return Total Annualized Return

1 Malaysia -3.62% 17.12% -2.08%

2 Indonesia 0.20% 7.08% -1.99%

3 Saudi Arabia -2.96% 8.23% -1.54%

4 Bahrain -0.40% 4.53% 1.67%

Lebih jauh lagi, peneliti juga melakukan analisa pada pola pergerakan
Abnormal Return pada bulan Ramadhan. Peneliti membagi observasi menjadi
beberapa bagian yaitu All (Sepanjang Ramadhan), H-7 Ramadhan, H+7
Ramadhan, 10 Hari pertama Ramadhan, 10 Hari kedua Ramadhan, dan 10 Hari
ketiga Ramadhan. Hasil dapat dilihat di (Table 4.2.)

Table 4.2. The Presence of Abnormal Return

  Malaysia Indonesia Saudi Arabia Bahrain

All 0.09% 0.05% 0.05% 0.04%

H-7 0.17% 0.01% 0.19% -0.02%

1- 10 R -0.03% 0.15% -0.09% 0.02%

11-20 R 0.19% -0.13% 0.20% 0.01%

21-30 R 0.17% 0.06% 0.12% 0.01%

h+7 0.18% 0.06% 0.02% 0.13%

Berdasarkan pada data diatas kita dapat melihat bahwa setiap negara
memiliki rata-rata abnormal return yang positif pada periode-periode Ramadhan,
khususnya sepanjang bulan Ramadhan. Dapat kita lihat bahwa sepanjang bulan
Ramadhan, semua negara menghasilkan tingkat abnormal return yang positif.
Pada sepuluh (10) hari pertama di bulan Ramadhan, dua dari empat negara yaitu
Malaysia dan Saudi Arabia membukukan abnormal return yang negative.

21
Beberapa analisa yang dapat menjelaskannya adalah pertama hal ini berhubungan
dengan konidisi fisik manusia yang harus beradaptasi dengan kondisi bulan
Ramadhan (puasa). Konidisi ini menyebabkan mood dan emosi yang negative dari
para investor sehingga berkontribusi dalam pergerakan return pada awal
Ramadhan (Bialkowski et al., 2012). Analisa kedua adalah hal ini dikarenakan
emosional dari para investor pada awal Ramadhan yang menjadi sangat rajin
beribadah, hal ini disebut Ramadhan Euphoria. Ramadhan yang menjadi prioritas
kaum muslimin untuk beribadah juga berkontribusi pada penurunan kegiatan di
pasar sehingga terjadi penurunan dalam return (Al-Ississ, 2010).
Hal yang cukup berbeda ditunjukkan oleh Indonesia yang memiliki Return
negative pada pertengahan Ramadhan sedangkan Bahrain memiliki return yang
cukup konsisten sepanjang Ramadhan. Pada 10 hari terakhir juga terjadi
peningkatan pada Abnormal Return. Fenomena ini terjadi karena adanya tendensi
perilaku muslim yang menambah konsumsi untuk menyambut datangnya hari
raya Idul Fitri (Sonjaya, 2016).
Penulis juga melihat apabila index-index setiap negara dijadikan sebuah
portfolio dengan pembagian sama rata. Hasilnya dapat dilihat pada (Table 4.3)
Table 4.3. The Presence of Abnormal Return Portfolio

Observation Period Market Model Return

All 0.49%

H-7 0.83%

1- 10 R 0.03%

11-20 R 0.01%

21-30 R 0.09%

h+7 0.15%

Pada hasil diatas kita dapat melihat bagaimana pergerakan abnormal return
yang selalu memberikan abnormal return positif pada setiap fasenya. Semua ini
dimulai dari H-7 Ramadhan dimana ummat islam mulai mempersiapkan
masuknya bulan Ramadhan sehingga konsumsi cukup meningkat dan pergerakan
pasar pun meningkat, pada 10 hari pertama dan kedua terjadi penurunan abnormal
return. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa hal ini terjadi karena pada 10 hari
pertama dan kedua terjadi Euphoria Ramadhan dimana ummat Islam cenderung
ingin menghabiskan waktu beribadah kepada Allah SWT sehingga pergerakan
pasar tidak terlalu besar. Barulah pada 10 hari terakhir Ramadhan terjadi
peningkatan dari Abnormal Return, hal ini didorong oleh naiknya konsumsi
masyarakat untuk mempersiapkan datangnya Idul Fitri, bahkan efeknya berlanjut
hingga H+7 Ramadhan, dimana periode ini biasanya masyarakat masih libur dan

22
menaikkan konsumsi mereka. Khusus periode 10 hari terakhir dan H+7
Ramadhan konsumsi juga meningkat dengan adanya pembagian Tunjangan Hari
Raya (THR) kepada masyarakat.
Kesimpulan dari peneliti yaitu Sonjaya, A. R., & Wahyudi, I. (2016). Dalam
penelitiannya: The Ramadan effect: illusion or reality?

Penelitian ini menemukan bahwa efek Ramadhan memang menjadi fenomena


keuangan yang hadir di antara berbagai anomali lain pada pasar keuangan,
khususnya pasar modal di negara-negara dengan penduduk yang mayoritas
beragama Islam. Mirip dengan Rosh HaShanah dan Yom Kippur, Ramadhan
adalah acara keagamaan yang dapat mempengaruhi suasana hati investor dan
keputusan investasi (Bialkowski et al., 2012) melalui kombinasi dua faktor
penggembalaan yang mendorong perilaku mengambil risiko dan meningkatkan
interaksi sosial di antara para investor (Gavriilidis et al., 2015)

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Ramadhan Effect benar adanya adalah


sebuah fenomena anomaly finansial, terutama pada negara yang memiliki
mayoritas negara muslim. Sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Azwar dan
Imam (2016) yang juga membuktikan bahwa peristiwa Ramadhan Effect muncul
pada negara-negara muslim, hal yang sama juga diutarakan oleh Bialkowski
(2012) bahwa even-even religius dapat mempengaruhi perilaku para investor.
Berdasarkan hasil kami, ditemukan bahwa di keempat negara, Malaysia,
Indonesia, Saudi Arabia, dan Bahrain, memiliki abnormal return positif pada masa
bulan Ramadhan. Meskipun pergerakan returnnya tidak konsisten sepanjang bulan
Ramadhan, tetapi secara aggregate abnormal return pada bulan Ramadhan
memiliki angka positif dan diatas angka return dari bulan-bulan selain Ramadhan.
Temuan ini menunjukkan bahwa Ramadhan Effect dapat ditemukan pada keempat
negara tersebut. Penelitian ini secara tersirat menyampaikan bahwa psikologi
investor memang mempengaruhi perilaku investasi di pasar modal, tetapi
bergantung pada peristiwa yang mempengaruhi pergerakan harga di pasar modal.

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum
permintaan dan penawaranm harga suatu saham akan cendrung naik bila suatu
saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi
kelebihan penawaran. Saham adalah salah satu Efek pasar umumnya dijual di
pasar modal (Bursa Efek) adalah saham. Saham adalah bukti penyertaan modal
pada suatu Perseroan Terbatas.
Pasar saham (Bursa Efek) merupakan investasi yang sudah berkembang,
karena keuntungan yang ditawarkan sangat menarik. Apabila ada keuntungan,
pastilah juga ada kerugian yang menghantui, yang disebut juga sebagai risiko
bisnis saham. Hal tersebut harus siap dihadapi dan juga diminimalisir oleh
investor yang bermain saham. Oleh sebab itu ada baiknya bagi pelaku investasi
saham harus bisa mengetahui risiko - risiko bisnis saham.
1. Kondisi Negara 4. Risiko Suspend
2. Capital Loss 5. Risiko Likuiditas
3. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai: yaitu nilai buku, nilai
intrinsik, dan nilai pasar.
 Nilai buku adalah nilai saham berdasarkan dalam pembukuan perusahaan
(emiten)
 Nilai intrinsik (nilai teoritis) adalah nilai saham yang sebenarnya
(seharusnya terjadi).
 Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, ditunjukkan oleh harga pasar yang
berlaku untuk saham
Alasan investor perlu memahami ketiga nilai tersebut, karena investor perlu
mengetahui ketiga jenis nilai tersebut untuk membantu dalam pembuatan
keputusan membeli, menahan, ataupun menjual saham.

24
Penentuan Nilai Intrinsik Saham, tidak seperti nilai pasar (yang bisa dilihat dari
harga saham di pasar), nilai intrinsik suatu saham hanya bisa diperkirakan
dengan pendekatan tertentu.
Pendekatan berbasis analisis fundamental yang bisa dilakukan adalah dengan:
a. Pendekatan nilai sekarang (present value approach)
b. Pendekatan Price Earning Ratio
c. Pendekatan Lainnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis


Sekuritas,
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan


Portofolio.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rusdin, 2008. Pasar Modal: Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik.
Bandung: Alfabeta.

Wira, Desmond. 2019. Mengenal Investasi Saham. Jakarta: Juruscuan.

Herlianto, Didit. 2013. Manajemen Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi


Bodong. Yogyakarta: Gosyen.

Sudirman. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Gorontalo: Sultan Amai
Press.

Ahmad, Kmaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi. Jakarta: Rineka


Cipta

Jurnal:

Sonjaya, A. R., & Wahyudi, I. (2016). The Ramadan effect: illusion or reality?.
Arab Economic and Business Journal, 11(1), 55-71.

Bialkowski, J., Etebari, A., & Wisniewski, T. P. (2012). Fast profits: Investor
sentiment and stock returns during Ramadan. Journal of Banking &
Finance, 36, 835–845.

Al-Ississ, M. (2010). The impact of religious experience on financial markets.


Working Paper, Harvard University.

Website :

https://www.mandirisekuritas.co.id/post/kenali-risiko-bisnis-saham. 21/02/2020.
Pukul 15.44 WIB.

https://slideplayer.info/slide/3322603/. 21/02/2020. Pukul 15.56 WIB.

https://www.academia.edu/8290938/PENILAIAN_SAHAM_DAN_STRATEGI_PORTF
OLIO_SAHAM. 21/02/2020. Pukul 17.21 WIB.

26
27

Anda mungkin juga menyukai