Anda di halaman 1dari 37

MERGER & REORGANISASI

OLEH :
1. AXEL WIBAWA (117202030)
2. ROSIDA CRISTINA SARI (117202045)
3. JIMMY HARTADI (117202040)
4. NICHOLAS TAURINO (117202043)

Kelas Akhir Pekan


Dr. Ir. Agus Zainul Arifin, M.M.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TARUMANEGARA
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2............................................................................Perumusan Masalah
6
1.3................................................................................................Tujuan
7

II. PEMBAHASAN ............................................................................................ 8


2.1. Pengertian............................................................................................ 8
2.1 Merger........................................................................................... 9
2.2 Akuisisi......................................................................................... 10
2.3 Konsolidasi.................................................................................... 11
2.2 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi............................................. 12
2.3. Jenis dan Prosedur Merger.................................................................. 13
2.3.1. Jenis Merger............................................................................. 13
2.3.2. Prosedur Merger....................................................................... 14
2.4 Sinergi Melakukan Merger................................................................. 15
2.4.1 Motif Operasi........................................................................... 15
2.4.2 Motif Sinergi Keuangan........................................................... 16
2.4.3 Motif Bertumbuh...................................................................... 17
2.5. Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Merger......................................... 18
2.5.1 Faktor Due Diligence............................................................... 19
2.5.2 Faktor Budaya.......................................................................... 20
2.5.3 Faktor Kepemimpinan.............................................................. 22
2.6 Dasar Penentuan Rasio Pertukaran Merger......................................... 24
2.7 Pembiayaan Merger............................................................................ 24
2.7.1 Pembiayaan dengan Kas.......................................................... 25
2.7.2 Pembiayaan dengan Saham...................................................... 25
2.7.3 Pembiayaan dengan LBO......................................................... 25
2.8 Masalah dalam Akuisisi...................................................................... 26
2.9 Kelebihan dan Kekurangan Merger.................................................... 29
2.10. Bentuk-bentuk Restrukturisasi........................................................... 30
2.10.1. Restrukturisasi Portofolio/Aset.............................................. 30
2.10.2. Restrukturisasi Modal/Keuangan........................................... 31
2.10.3 Restrukturisasi Manajemen/Organisasi ................................. 31

2
III. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 32
5.1. Kesimpulan........................................................................................... 32
5.2. Saran..................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34

3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merger merupakan penggabungan perusahaan biasanya antara dua perusahaan

atau lebih. Hal ini sering dilakukan oleh perusahaan saat mengalami kesulitan

keuangan. Selain itu, alasan untuk perusahaan melakukan merger adalah untuk

menambah nilai bagi perusahaan. Karena perusahaan kecil yang sulit bersaing dengan

perusahaan yang sudah mapan akan memiliki posisi yang lebih baik dan menjadi

kompetitif dalam bersaing. Nilai tambah yang didapatkan yaitu memberikan

keunggulan kompetitif bagi perusahaan, memperoleh infrastruktur untuk mencapai

pertumbuhan yang lebih dan mendapatkan kemudahan dana saat melakukan

pinjaman.

Peningkatan nilai tambah perusahaan dapat dilakukan dengan akuisisi.

Akuisisi adalah suatu pengambilalihan kepemilikan dan kontrol manajemen oleh satu

perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Nilai atau keuntungan dari melakukan

kegiatan. merger dan akuisisi diharapkan tidak hanya terjadi pada jangka pendek

tetapi juga dalam jangka panjang.

Merger dan akuisisi ini tidak sepenuhnya mengguntungkan bagi perusahaan di

dalamnya. Bahkan untuk melakukan kegiatan merger atau akuisisi diperlukan biaya

yang besar dan tidak menjamin masalah akan terselesaikan. Proses integrasi pada

perusahaan yang melakukan kedua kegiatan ini juga sering tidak cepat dan harmonis

yang dibayangkan, seringkali terjadi masalah dalam proses pengintegrasian

perusahaan yang melakukan kegiatan merger atau akuisisi.

4
Menurut Setiawan dan Anton (2004), menjelaskan lima macam alasan perusahaan

melakukan merger dan akuisisi, yaitu:

a) Keinginan untuk mengurangi kompetisi antar perusahaan atau ingin

memonopoli salah satu bidang usaha.

b) Untuk memanfaatkan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk.

c) Untuk mencapai skala ekonomi tertentu sehingga dapat menjadi lowest cost

producer.

d) Untuk memperoleh sumber bahan baku yang murah (dari hulu ke hilir).

e) Untuk mendapatkan akses pasar atau dana yang relatif murah karena

kapasitas hutang yang semakin besar serta kemampuan baik dalam hal

teknologi maupun manajerial.

Penulis menganggap topik layak untuk dikembangkan dan dibahas karena

terdapat riset gap dari penelitian terdahulu. Penelitian dilakukan oleh Hadiningsih

(2007), menyebutkan bahwa pengaruh merger dan akuisisi terhadap return saham

mengalami signifikan abnormal return, sedangkan penelitian yang dibuat oleh Hackbart

dan Morellec (2004), menyebutkan bahwa merger dan akuisisi tidak menunjukkan

perubahan yang signifikan return saham.

Wibowo dan Pakereng (2001), meneliti pengaruh pengumuman merger dan

akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor dalam sektor

industri yang sama di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa

perusahaan akuisitor dan non akuisitor memperoleh abnormal return negatif sekitar

tanggal pengumunan merger dan akuisisi. Mereka menemukan bahwa terdapat transfer

informasi terhadap non akuisitor atas pengumuman merger dan akuisisi oleh akuisistor.
Wibowo dan Pakereng (2001), meneliti tentang pengaruh informasi merger dan

akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Hasil penelitian

menunjukan pasar bereaksi secara signifikan terhadap pengumuman merger dan

akuisisi, akan tetapi terjadi penurunan harga saham.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam paper ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah perbedaan merger, akusisi dan konsolidasi?

2. Apakah alasan melakukan merger dan akuisisi?

3. Apa saja jenis dan prosedur merger dan akuisisi?

4. Apa saja sinergi dalam melakukan merger dan akuisi?

5. Apa faktor keberhasilan dan kegagalan merger dan akuisisi?

6. Apakah dasar dari penentuan rasio pertukaran untuk merger?

7. Bagaimana pembiayaan merger dan akuisisi?

8. Apakah masalah dalam merger dan akuisisi? Kekurangan serta kelebihannya?

9. Apakah macam-macam restrukturisasi?

6
I.3. Tujuan Penelitan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui perbedaan merger, akuisisi, dan konsolidasi serta alasan melakukan

merger dan akuisisi

2. Mengetahui bagaimana pembiayaan serta prosedur dalam melakukan merger dan

akuisisi

7
II. PEMBAHASAN

2.1 Merger dan Akuisisi

2.1.1 Merger

Menurut pendapat beberapa ahli merger adalah :

1. Abdul Moin

Menurut Abdul Moin (2003), pengertian merger adalah penggabungan dua

perusahaan atau lebih yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup

sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Perusahaan yang dibubarkan mengalihkan aktiva dan kewajibannya ke perusahaan yang

mengambil alih sehingga perusahaan yang mengambil alih mengalami peningkatan

aktiva.

2. Zaki Baridwan

Menurut Zaki Baridwan (1998), pengertian merger adalah proses

pengambilalihan saham yang dilakukan suatu perusahaan terhadap perusahaan

lain dimana perusahaan yang diambil alih tersebut tidak lagi menjadi perusahaan

yang berdiri sendiri, namun sudah menjadi bagian dari perusahaan yang telah

mengambil alih.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa merger perbuatan hukum yang

dilakukan oleh satu perusahaan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan

perusahaan lain dan perusahaan lain tersebut menjadi bubar.

8
Berdasarkan bentuk korelasi yang terjadi antara dua atau lebih

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, secara garis besar merger dan

akuisisi dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu related dan unrelated

(berhubungan dan tidak berhubungan) dimana perbedaan itu terletak pada

produk/jasa yang ditawarkan apakah masih berhubungan (contoh: perusahaan

tekstil dengan perusahaan baju) atau justru tidak ada hubungan sama sekali

(contoh: perusahaan makanan merger dengan perusahaan mebel). Kedua

kategori tersebut sendiri masih dibagi dalam beberapa tipe dimana ada 2 tipe

dalam kategori related yaitu vertically related dan horizontally related.

Hubungan vertikal ini mengacu pada proses merger akusisi pada 2

perusahaan hulu dan hilir dimana terjadi penggabungan antara produsen/

supplier dengan distributor atau distributor dengan retailer/penjual (contoh:

Merck dan Merco). Sedangkan hubungan horizontal terjadi jika penggabungan

tersebut melibatkan perusahaan yang saling bersaing / kompetitor (contoh:

Exxon dan Mobil). Di dalam kategori unrelated dikenal pula hubungan

konglomerasi (conglomerate) dimana 1 induk perusahaan mempunyai banyak

perusahaan lainnya di berbagai bidang (contoh: Phillip 10 Merger dan Akuisisi

Moris dan General Foods).

Dalam merger, dewan direksi untuk dua perusahaan menyetujui

kombinasi tersebut dan meminta persetujuan pemegang saham. Pasca merger,

perusahaan yang diakuisisi tidak ada lagi dan menjadi bagian dari perusahaan

yang mengakuisisi. Misalnya, pada tahun 1998 terjadi kesepakatan merger

antara Komputer Digital dan Compaq, dimana Compaq menyerap Komputer

9
Digital. Compaq kemudian bergabung dengan Hewlett-Packard pada 2002.

Simbol ticker pra-merger Compaq adalah CPQ. Ini digabungkan dengan simbol

ticker (HWP) Hewlett-Packard untuk membuat simbol ticker (HPQ) saat ini.

2.1.2 Akuisisi

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti

pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa Latin, acquisitio, dari kata

kerja acquirere.

Menurut para ahli, akuisisi adalah:

1. P.S. Sudarsanan

Menurut P.S Sudarsanan (1999), pengertian akuisisi adalah suatu

perjanjian, di mana sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan

lain, dan para pemegang saham dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi

akan berhenti menjadi pemilik perusahaan.

2. Made Sudana

Menurut Made Sudana (2011), pengertian akuisisi adalah penggabungan

dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian saham

perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaaan

yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua

perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang

berdiri sendiri.

3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

10
Menurut PSAK No. 22, arti akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan

perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga mengakibatkan berpindahnya

kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi adalah pembelian suatu

perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering

digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk

akan diserap oleh pasar.

Dalam akuisisi sederhana, perusahaan yang mengakuisisi memperoleh

saham mayoritas di perusahaan yang diakuisisi, yang tidak mengubah namanya

atau mengubah struktur hukumnya, dan sering kali mempertahankan simbol

saham yang ada. Contoh dari transaksi ini adalah akuisisi John Hancock

Financial Services oleh Manulife Financial Corporation tahun 2004, di mana

kedua perusahaan tersebut mempertahankan nama dan struktur organisasi

mereka. Akuisisi dapat dilakukan dengan menukar saham satu perusahaan

dengan yang lain atau menggunakan uang tunai untuk membeli saham

perusahaan target.

2.1.3. Konsolidasi

Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan

atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru

dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar (PP No. 27,

1998). Peleburan (dikenal dengan istilah konsolidasi) adalah perbuatan hukum

yang dilakukan oleh satu Perseroan/Badan Usaha atau lebih untuk meleburkan

diri dengan cara mendirikan satu Perseroan/Badan Usaha baru yang karena

11
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan/Badan Usaha yang

meleburkan diri dari Perseroan/Badan Usaha yang meleburkan diri berakhir

karena hukum (Perkom No. 1, 2009).

Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan berbeda prosesnya,

namun tindakan perusahaan pada intinya sama, yaitu dua perusahaan atau lebih

bergabung menjadi satu perusahaan. Oleh karena itu istilah merger sering

dipakai secara bergantian untuk ketiga istilah tersebut diatas. Diamerika Serikat,

Merger and Acquisition (M&A) dipakai untuk mencakup semua bentuk

transaksi atau konsolidasi hak kepemilikan dan kontrol perusahaan baik dalam

bentuk merger, akuisisi atau lainnya.

2.2. Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi

Merger, konsolidasi dan akuisisi mempunyai tujuan yang utama yaitu

meningkatkan sinergi perusahaan. Sering disebutkan bahwa rumus yang berlaku

adalah 2 + 2 = 5. Kelebihan satu dari rumus tersebut dikarenakan adanya

tambahan sinergi. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi suatu

perusahaan untuk melakukan merger, yaitu :

1. Pertumbuhan

Jika menginginkan pertumbuhan yang cepat bagi perusahaan, bisa

menempuh cara merger, akan terhindar dari resiko pengadaan produk baru.

Selain itu, juga bisa maju bersama dengan perusahaan pesaing sekaligus

mengurangi persaingan di lapangan.

2. Sinergi

12
Perusahaan bisa mencapai sinergi ketika merger menghasilkan tingkat

skala ekonomi. Sinergi akan tampak jelas ketika melakukan merger dengan

perusahaan yang berada dalam bisnis yang sama sehingga biaya operasi menjadi

lebih sedikit. akan mendapatkan peluang menghilangkan biaya produksi yang

berlebihan.

3. Peningkatan Dana

Jika melakukan merger dengan perusahaan yang memiliki likuiditas

tinggi maka akan terjadi peningkatan daya pinjam dan penurunan kewajiban

perusahaan. Hal ini memungkinkan peningkatan dana perusahaan dengan biaya

rendah.

4. Peningkatan Keterampilan Manajemen atau Teknologi

Merger bisa dilakukan ketika merasa bahwa perusahaan Anda tidak

dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemen

atau kurangnya teknologi. Hal itu mungkin disebabkan karena perusahaan tidak

mampu membayar tenaga ahli untuk itu. Bergabung dengan perusahaan yang

memiliki tim manajemen dan teknologi yang bagus, bisa menjadi solusinya.

5. Pertimbangan Pajak

Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih dari 20 tahun

ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Jika perusahaan memiliki

kerugian pajak, dapat melakukan merger dengan perusahaan yang menghasilkan

laba untuk menutup kerugian pajak. Pada kasus seperti ini, perusahaan yang

bergabung dengan akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan

mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan.

13
2.3 Jenis dan Prosedur Merger

2.3.1. Jenis Merger

Secara umum, proses merger dapat dikelompokkan ke dalam empat

jenis. Adapun jenis-jenis merger adalah sebagai berikut:

1. Merger Horizontal

Merger horizontal adalah proses merger yang menggabungkan dua

perusahaan atau lebih dimana jenis usahanya masih sama. Misalnya, merger

perusahaan antara perusahaan roti, merger antara perusahaan jasa keuangan, dan

lain-lain.

2. Merger Vertical

Merger Vertical adalah proses merger yang meleburkan beberapa

perusahaan yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang

berurutan. Contoh, perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.

3. Konglomerat

Proses merger yang menggabungkan beberapa perusahaan yang

menghasilkan produk yang tidak ada kaitanya satu sama lainnya. Misalnya

perusahaan perusahaan makanan merger dengan perusahaan mobil. Tujuan dari

konglomerat adalah untuk meningkatkan pertumbuhan badan usaha dengan cara

saling bertukar saham antara perusahaan yang dileburkan.

4. Merger Kon Generik

Proses merger yang menggabungkan dua perusahaan atau lebih dimana

bentuk usahanya masih berhubungan namun berbeda produk. Misalnya, merger

antara Bank dengan perusahaan pembiayaan.

14
2.3.2. Prosedur Merger

Secara garis besar prosedur tentang merger yang umum adalah sebagai berikut:

a) Friendly Merger

Friendly Merger dilakukan secara bersahabat sehingga manajemen kedua

belah pihak berunding bersama dan hasil perudingan akan diusulkan pemilik

perusahaan (Husnan dan Enny, 2015). Prosedurnya adalah:

1. Menentukan harga beli yang bersedia dibayarkan.

2. Manajer perusahaan yang akan membeli menghubungi perusahaan yang

ditargetkan untuk melakukan negosiasi.

3. Jika manajer kedua perusahaan tersebut setuju, maka mereka akan memberikan

rekomendasi kepada pemegang saham bahwa penggabungan tersebut

memberikan manfaat kepada keduanya.

4. Jika pemegang saham setuju, maka penggabungan dapat dilaksanakan baik

melalui pembayaran tunai maupun pembayaran dengan saham perusahaan.

b) Hostile Takeover

Proses ini terjadi jika perusahaan target yang akan dimerger tersebut

berkeberatan dengan alasan harga yang ditetapkan terlalu rendah (undervalue),

sehingga terkadang pihak manajer melakukan berbagai cara untuk

menggagalkan kegiatan merger ini. Contohnya adalah golden parachute, white

knight, dan poison pill. Hal ini sependapat dengan (Husnan dan Enny, 2015)

apabila dirasa bahwa manajemen perusahaan yang akan di akuisisi tidak diajak

bekerja sama, maka manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi memilih

hostile merger.

15
2.4 Sinergi Melakukan Merger

Merger dan akuisisi kerap menjadi strategi yang dipilih perusahaan

dalam mencapai tujuannya. Apakah bertujuan untuk mendorong pertumbuhan,

melakukan sinergi, diversifikasi, maupun tujuan lainnya. Motif dalam

melakukan merger untuk meningkatkan nilai perusahaan karena merger

meningkatkan profit aktual atau profit di masa depan.

2.4.1 Motif Operasi (Operating Synergy)

Economic of scale. Sebuah perusahaan disebut memiliki economic of

scale apabila rata-rata biaya berkurang seiring dengan peningkatan total output.

Dengan kata lain, economic of scale terjadi ketika produksi semakin tinggi

membuat marginal cost semakin rendah. Dalam jangka pendek, economic of

scale dapat terjadi melalui merger karena bergabungnya dua perusahaan

menghindarkan double fixed cost. Economic of scale dalam jangka pendek juga

dapat dicapai melalui re-alokasi output dalam unit operasi yang berbeda dalam

perusahaan merger. Sedangkan dalam jangka panjang, economic of scale dapat

diperoleh dari merger bila peningkatan ouput lebih dari dua kali lipat

peningkatan semua input. Hal ini dapat terjadi bila sebuah perusahaan yang lebih

besar dan lebih kuat secara finansial berinvestasi pada teknologi baru yang

meningkatkan proses produksi dan area R&D (Tarigan et al., 2016).

Economic of scope adalah economic of scale yang digeneralisasikan pada

perusahaan multi-product atau perusahaan yang berhubungan dalam suatu rantai

supply. Economic of scope dapat tercapai bila rata-rata biaya untuk

16
memproduksi dua produk secara terpisah menjadi lebih rendah ketika diproduksi

bersama (Motta, 2004).

2.4.2 Motif Sinergi Keuangan (Financial Synergy)

Menurut Roller et al., (2006), financial synergy tidak menghasilkan cost saving

yang sebenarnya (penghematan dalam production cost), financial synergy dapat

diperoleh dengan penghematan pada suku bunga (cost of capital). Seringkali perusahaan

yang berukuran relatif kecil tidak dapat meminjam dengan tinggat suku bunga yang

kompetitif. Perusahaan tersebut juga sering kali mendapat batasan penarikan pinjaman

yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya batasan atas regulasi dari bank

dalam pemberian kredit, batasan yang dimaksud bisa terjadi karena kurangnya

likuiditas, solvabilitas, jumlah asset, maupun reputasi publik yang dimiliki perusahaan.

Sebagai contoh sebuah perusahaan yang tidak terkenal, cenderung akan

mendapatkan kredit modal yang lebih rendah bila dibandingkan jika perusahaan tersebut

telah diakuisisi oleh perusahaan terkemuka nasional seperti Astra International maupun

Indofood. Dengan adanya akuisisi dengan perusahaan terkemuka nasional tersebut,

perusahaan juga mendapatakan daya tawar yang lebih kuat dibandingkan jika

perusahaan tidak diakusisi oleh perusahaan besar. Biasanya daya tawar yang diperoleh

dengan pihak bank berupa penetapan suku bunga pinjaman, ataupun jangka waktu

pinjaman. Pencapaian cost of capital yang rendah merupakan inti utama dari motif

sinergi keuangan dalam merger (Tarigan et al., 2016).

2.4.3 Motif Bertumbuh (Growth Synergy)

Bertumbuh merupakan motif yang paling umum dalam merger dan akuisisi.

Pertumbuhan disini dapat diartikan secara luas, seperti: pertumbuhan pendapatan,

17
pertumbuhan profit margin dan pertumbuhan lainnya. Hal ini dialami Exxon-Mobil

setelah merger antara Exxon dan Mobil dimana pertumbuhan pendapatan yang sangat

fantastis, menjadikan ExxonMobil sebagai organisasi yang memiliki pendapatan

tersebesar di industri minyak di tahun 2009 dengan mencetak pendapatan sebesar $459

juta. Keinginan perusahaan untuk bertumbuh adalah motif paling dasar bagi

perusahaan-perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Sebenarnya, selain

bertumbuh melalui merger dan akuisisi, perusahaan mempunyai alternatif lain, yaitu

melalui internal atau organic growth, dimana perusahaan tersebut dapat bertumbuh

secara internal, tanpa melakukan merger dengan perusahaan lain. Namun

kecenderungan pilihan ini biasanya lebih lambat dibandingkan melalui merger dan

akuisisi.

Memilih merger sebagai strategi bertumbuh tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangannya sendiri. Kelebihannya adalah dengan melakukan merger, pertumbuhan

akan terjadi dengan lebih cepat karena merger umumnya dilakukan dengan perusahaan

yang memiliki skill yang telah terbukti baik di bidang tersebut. Dengan begitu,

perusahaan tidak perlu memulai dari nol dalam mencari sumber daya manusia yang

kompeten maupun membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang

pertumbuhan. Turut menjadi pertimbangan, apabila perusahaan mengembangkan

sendiri, ada tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi sehingga resiko menjadi lebih

besar. Walau demikian, merger seringkali membutuhkan modal yang lebih besar

sehingga hal ini menjadi tambahan resiko tersendiri bagi perusahaan yang memilih

melakukan merger (Tarigan et al., 2016).

2.5 Faktor-faktor Kesuksesan dan Kegagalan dalam Merger dan Akuisisi

18
Dari beberapa penelitian seperti Tower Watson (2012), Davis (2009) dan

Limieux (2007) dalam melakukan Merger dan Akuisisi tentu banyak sekali faktor yang

menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Menurut beberapa penelitian,

seperti yang dilakukan oleh Mallikarjunappa dan Nayak (2007), Tower Watson (2012),

Davis (2009) dan Limieux (2007) menunjukkan terdapat 20 faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dan kegagalan dalam merger dan akuisisi. Dari dua puluh faktor tersebut

kemudian di rangkum menjadi tiga kelompok besar yaitu aspek due diligence, budaya

dan kepemimpinan.

19
2.5.1 Aspek Due Diligence

Due diligence adalah penilaian mendalam mengenai hukum, keuangan,

dan risiko bisnis yang terkait dengan merger atau akuisisi, yang dilakukan kedua

belah pihak terlepas sebagai pihak yang membeli, menjual, atau menggabungkan

perusahaan. Due diligence dilakukan bukan tanpa adanya tujuan. Berikut ini

adalah tujuan dilakukannya due diligence menurut Davis (2009):

1. Untuk memastikan harga dan metode pembayaran yang tepat jika sepakat

melakukan merger dan akuisisi.

2. Untuk menentukan detail yang mungkin relevan dalam penyusunan perjanjian

merger atau akuisisi

3. Untuk mengevaluasi risiko hukum dan keuangan dari transaksi

4. Untuk mengevaluasi kondisi fisik peralatan dan juga properti berwujud dan

tidak berwujud lainnya yang termasuk dalam transaksi

5. Untuk menganalisis masalah terjadinya monopoli yang potensial yang dapat

menghambat merger atau akuisisi

6. Untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum yang relevan dan

mengungkapkan pembatasan regulasi untuk transaksi yang diusulkan

7. Untuk mengetahui kewajiban atau risiko yang mungkin dapat menghancurkan

kesepakatan

Faktor yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan merger dan

akuisisi menurut Mallikarjunapa dan Nayak (2007) yang terkait dalam due

diligence adalah kelengkapan dan kecukupan due diligence. Due diligence yang

tidak lengkap dan tidak memadai cukup sering mengakibatkan kegagalan

20
merger. Ada 2 hal menurut Lemieux (2007) yang penting dalam due diligence

yang mempengaruhi kelengkapan dan kecukupan due diligence yang nantinya

akan mempengaruhi keberhasilan suatu due diligence, yaitu jumlah orang yang

melakukan due diligence dan durasi pelaksanan due diligence.

Due diligence harus dilakukan dalam waktu yang cukup dan realistis

untuk memperoleh data-data dan informasi yang memadai untuk menilai apakah

merger dan akuisisi dapat dilakukan, menguntungkan dan dapat bertahan di

dunia bisnis. Seringkali due diligence dilakukan dalam tempo yang terlalu

singkat atau biasanya proses due diligence dilakukan tidak sampai selesai,

karena masing-masing pihak terlalu percaya satu sama lain. Ada kemungkinan

perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang besar dan sukses, tetapi tidak

menutup kemungkinan perusahaan tersebut memiliki masalah yang tidak

diketahui pihak luar, seperti kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang tentu

saja tidak bisa diketahui melalui due diligence yang dilakukan dalam waktu

yang singkat.

Jumlah orang yang melakukan due diligence juga sebaiknya tidak terlalu

banyak namun cukup untuk mendapatkan informasi yang cukup dan berguna

dalam proses due diligence demi keberhasilan merger atau akuisisi dalam jangka

waktu due diligence yang telah ditentukan.

2.5.2. Aspek Budaya

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu organisasi/perusahaan adalah

budaya dari organisasi tersebut. Budaya merupakan keyakinan yang membentuk suatu

norma perilaku dan menentukan yang dapat dilakukan didalam sebuah organisasi.

21
Budaya dapat didefinisikan sebagai sistem kepercayaan yang tertanam dalam

masyarakat dan tercermin dalam perilaku organisasi dan orang-orang. Budaya adalah

sebuah pemikiran yang membedakan anggota satu kelompok dari kelompok. lainnya.

Budaya ini secara tidak langsung mengatur bagaimana suatu organisasi harus bertindak.

Faktor budaya di dalam Merger dan Akusisi dapat dilihat melalui perspektif budaya

organisasi dan budaya nasional.

Salah satu dari faktor dalam teori merger dan akuisi yakni perbedaan budaya

antar partisipan. Budaya adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dalam sebuah merger

atau akuisisi. Baik national culture maupun corporate culture memberikan dampak

terhadap kinerja organisasi. Pemikiran dalam hal integrasi dalam merger dan akuisi,

bahwa budaya dari perusahaan yang menggabungkan usahanya dengan perusahaan lain

harus kompatibel dalam rangka untuk keberhasilan berintegrasi.

Peleburan budaya setelah merger dan akuisisi dianggap sebagai atribut penting

untuk mencapai sebuah keberhasilan. Hal itu juga menjadi saksi bahwa orang-orang

menolak untuk menerima perubahan budaya. Di dalam sebuah perusahaan, budaya

perusahaan yang mengakuisi dan yang diakuisisi dapat dievaluasi secara positif atau

benar-benar ditolak. Sebagian besar setelah dilakukan merger dan akuisisi, manajemen

berfokus untuk mengurangi kesalahpahaman yang disebabkan oleh perbedaan budaya.

Tentu dalam hal ini sangat penting bagi perusahaan yang mengakuisisi untuk mengerti

dalam mengatur perubahan budaya perusahaan yang diakuisisi.

Sebuah langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi perbedaan budaya

yakni dengan interaksi, komunikasi dan cultural learning. Adanya sebuah interaksi

diharapkan dapat mendukung pembelajaran mengenai budaya.

22
2.5.3. Aspek Kepemimpinan

Kepemimpinan itu bukan tentang kebutuhan pemimpin, akan tetapi lebih

berfokus kepada kebutuhan orang dan organisasi yang dipimpin. Gaya kepemimpinan

bukanlah sesuatu yang harus dicoba terus menerus, untuk melihat mana yang sesuai

dengan perusahaan, sebaliknya, gaya kepemimpinan harus disesuaikan dengan

kebutuhan dari situasi yang ada di perusahaan (Murray, 2013). Terdapat 4 tipe gaya

kepemimpinan yang dikenal dalam organisasi, yaitu:

1. Autocratic

Gaya kepemimpinan ini memungkinkan manajer untuk mengambil

keputusan dengan pemikirannya sendiri tanpa membutuhkan ide orang lain.

Disini manajer memiliki otoritas penuh sehingga manajer cenderung akan

memaksakan kehendak kepada karyawan. Tidak ada satupun karyawan yang

berani menentang pemimpin yang memiliki tipe autocratic. Contoh negara yang

menggunakan gaya kepemimpinan autocratic adalah Kuba dan Korea Utara.

2. Participative

Participative atau juga bisa disebut demokratis merupakan gaya

kepemimpinan yang menghargai masukan dari anggota tim dan rekan kerja,

tetapi untuk tanggung jawab keputusan akhir tetap ada pada pemimpin tersebut.

Gaya kepemimpinan demokratis ini meningkatkan semangat kerja karyawan,

karena mereka diberi kesempatan untuk berkontribusi didalam pengambilan

sebuah keputusan. Kesulitan pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan ini

adalah saat dibutuhkannya keputusan dengan waktu yang pendek.

23
3. Transactional

Gaya kepemimpinan ini berfokus kepada hasil kinerja manajer dan

karyawan dan dengan hasil kinerja tersebut akan menentukan apakah manajer

dan karyawan mendapat reward atau hukuman. Tujuan yang akan dicapai telah

ditetapkan bersama–sama, dan semua pihak setuju untuk mengikuti arah dan

kepemimpinan manajer untuk pencapaian tujuan itu. Dengan gaya

kepemimpinan ini manajer memiliki otoritas untuk meninjau hasil kinerja dan

melakukan pelatihan kepada karyawan yang berhasil maupun gagal mencapai

tujuan.

4. Transformational

Transformational sangat bergantung kepada komunikasi dari manajemen

untuk tercapainya tujuan perusahaan. Pemimpin akan berusaha untuk

memotivasi karyawan dan meningkatkan produktivitas melalui komunikasi dan

visibilitas yang tinggi. Ciri–ciri yang sangat menonjol dalam gaya

kepemimpinan ini adalah adanya pendelegasian tugas untuk setiap tim yang ada

di perusahaan

Gaya kepemimpinan diatas memiliki sudut pandang masing–masing

dalam mengatur dan mengelola sebuah perusahaan, dimana ada kelebihan dan

kekurangannya. Ini merupakan konsekuensi bagi perusahaan yang akan

melakukan merger dan akuisisi. Kedua perusahaan yang melakukan merger

harus berjuang menghadapi gaya kepemimpinan masing-masing. Kerjasama di

bidang ekonomi sekarang tidak memiliki batasan apapun, perusahaan dapat

bekerja sama dengan perusahaan di negara lain, sehingga membuat merger dan

24
akuisisi menjadi salah satu strategi yang digunakan untuk memperbesar pasar

perusahaan tersebut.

Merger itu kombinasi dari dua perusahaan dan hanya satu perusahaan

yang survive, berarti untuk gaya kepemimpinannya harus menggunakan salah

satu perusahaan. Pihak manajemen wajib untuk menentukan gaya

kepemimpinan yang akan digunakan, dan salah satu pihak wajib untuk

beradaptasi terhadap gaya kepemimpinan. Sedangkan akuisisi itu dua

perusahaan masih berdiri, salah satu perusahaan hanya memiliki beberapa persen

saham perusahaan lainnya. Berarti untuk akuisisi gaya kepemimpinannya masih

menggunakan dan mempertahankan milik masing– masing perusahaan, pada

akuisisi yang paling penting adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan

bersama. Jadi gaya kepemimpinannya boleh berbeda, asalkan tujuan yang sudah

ditentukan harus tercapai.

2.6 Dasar Penentuan Rasio Pertukaran Merger

Didalam melakukan penentuan terhadap merger yang potensial, finansial

manajer korporasi harus mempertimbangkan pengaruh merger atas performa

korporasi melalui hal-hal berikut ini:

 Earning per share : Total earnings / Outstanding shares

 Dividends pershare : Dividends / Total number of shares

 Market price per share : Harga Saham / Laba per Saham

 Risiko  Diversifikasi saham

2.7. Pembiayaan Merger dan Akuisisi

25
Pengambilalihan terhadap asset atau saham oleh bidder terhadap target ini dapat

dilakukan dengan pembayaran dengan kas, hutang pengalihan surat-surat berharga,

saham atau kombinasi ketiganya. Menurut (PASK No.22) transaksi akuisisi dapat

dilakukan dengan mengeluarkan saham, kas, atau campuran (kas dan saham).

2.7.1 Pembiayaan dengan Kas (Cash Based Transaction)

Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan

oleh pengakuisisi ataupun yang diakuisisi. Pengakuisisi menyerahkan sejumlah kas

kepada pemegang saham perusahaan target atas penyerahan saham atau aktiva. Setelah

perusahaan target ditentukan, akuisisi dengan kas lebih mudah dilakukan dengan

sumber dana dari perusahaan yaitu laba ditahan, menjual saham baru kepada pemegang

saham lama dengan hutang. Pertama laba ditahan, pembayaran dilakukan melalui

pengurangan modal sendiri dalam perusahaan pengakuisisi. Kedua, pembayaran

dilakukan secara tunai dengan mengeluarkan saham atau menjual saham baru kepada

pemegang saham lama saja. Ketiga, seluruh transaksi dilakukan dengan hutang yaitu

mengeluarkan/menjual obligasi.

2.7.2. Pembiayaan dengan Saham (Stock Based Transaction)

Transaksi akuisisi atas dasar saham ini ditandai dengan penyerahan sebagian

saham milik akuisitor sebesar saham perusahaan target yang dibelinya. Pada umumnya

saham yang diserahkan tersebut merupakan saham akuisitor. Namun demikian dapat

terjadi bahwa saham yang diserahkan tersebut bukan merupakan saham milik akuisitor,

melainkan berupa saham perusahaan anak milik akuisitor ataupun saham perusahaan

lain yang dibeli oleh akuisitor dari bursa saham. Barter saham dengan saham ini dapat

terjadi antara dua perusahaan atau lebih yang sering disebut pertukaran saham silang.

26
2.7.3. Pembiayaan Dengan LBO (Leverage Buy Out)

LBO merupakan cara menciptakan keuntungan melalui cara pengambilalihan

seluruh saham (buy-out) perusahaan target, yang dilunasi dengan surplus cash flow atau

pun dengan cara mengumpulkan dana dari hasil penjualan aktiva, yang seringkali

bersumber dari perusahaan target.

2.8. Masalah dalam Akuisi

Merger dan akusisi masih sering dipandang sebagai keputusan kontroversial

karena memiliki dampak yang sangat dramatis dan kompleks. Banyak pihak yang

dirugikan, sekaligus diuntungkan, dari peristiwa merger dan akuisisi. Dampak yang

merugikan bisa kita lihat dari sisi karyawan karena kebijakan ini sering disertai dengan

pemutusan hubungan kerja (PHK) yang jumlahnya barangkali sangat banyak. Selain itu

keputusan merger dan akusisi tidak terlepas dari permasalahan, diantaranya biaya untuk

melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya belum tentu pasti sesuai

dengan yang diharapkan. Helmalia (2006), menyatakan bahwa masalah-masalah yang

biasa terjadi pada proses Merger dan Akuisisi adalah:

1. Kesulitan integrasi

Mengintegrasikan dua perusahaan untuk mengikuti akuisisi sangat sulit.

Masalah pengintegrasian termasuk di dalamnya adalah dua budaya perusahaan yang

berbeda, menghubungkan sistem keuangan dan sistem pengendalian, membangun

hubungan kerja yang efektif dan memutuskan masalah mengenai status eksekutif

perusahaan yang baru.

2. Evaluasi sasaran yang tidak memadai

27
Kegagalan untuk memenuhi proses studi kelayakan yang efektif sering

kali membuat perusahaan yang mengakuisisi harus membayar harga premium,

kadang-kadang sangat berlebih untuk perusahaan sasaran. Premium yang

dibayarkan tanpa studi kelayakan yang efektif menunjukkan bahwa jumlah

premium pembelian tidak menjamin keberhasilan akuisisi.

3. Utang banyak atau luar biasa

Untuk menghitung jumlah dari akuisisi secara lengkap sejak 1980an

sampai 1990an, beberapa perusahaan secara signifikan meningkatkan tingkat

pinjaman mereka. Sebagian membuat kemungkinan ini sebagai inovasi dalam

bidang keuangan yang disebut junk bond, pilihan perhitungan melalui sejauh

mana resiko akuisisi didanai dengan uang (hutang) yang memberikan

pengembalian yang secara potensial besar kepada yang meminjam (pemegang

obligasi). Pada awal abad 21, junk bond jarang digunakan untuk mendanai

akuisisi.

4. Ketidakmampuan untuk mencapai sinergi

Perusahaan mengembangkan keunggulan bersaing melalui strategi akuisisi

hanya ketika transaksi menghasilkan sinergi pribadi (private sinergi), yang dihasilkan

ketika adanya kombinasi dan integrasi atas aset perusahaan yang menghasilkan suatu

kemampuan serta kompetensi inti yang tidak dapat dikembangkan dengan

menggabungkan dan mengintegrasikan aset perusahaan dengan perusahaan lain. Sinergi

pribadi tercipta ketika aset perusahaan saling melengkapi dengan suatu cara yang unik,

tipe khusus dari aset yang saling melengkapi tersebut tidak mungkin dikombinasikan

dengan aset perusahaan yang lain.

28
5. Terlalu banyak diversifikasi

Secara umum perusahaan menggunakan strategi diversifikasi yang berhubungan

selain menggunakan diversifikasi yang tidak berhubungan. Perusahaan dapat

mengalami over diversifikasi. Tingkatan dimana hal ini terjadi pada berbagai

perusahaan bisa beragam. Alasan dari banyaknya variasi adalah bahwa tiap perusahaan

mempunyai kemampuan yang berbeda yang digunakan untuk mengelola diversifikasi

secara sukses. Tanpa menghiraukan tipe strategi diversifikasi yang diimplementasikan,

penurunan kinerja biasanya terjadi akibat over diversifikasi, setelah unit bisnis yang

berbeda tersebut dilepaskan.

6. Manajer fokus pada akuisisi

Manajer yang terlalu fokus pada akuisisi dalam menilai hasil yang dicapai

melalui penggunaan strategi akuisisi, dibandingkan dengan hasil yang dicapai melalui

strategi lain dengan efektif.

7. Terlalu besar

Kebanyakan akuisisi menciptakan perusahaan yang besar. Dalam teori

peningkatan ukuran akan membantu perusahaan mendapatkan skala ekonomi

dalam berbagai fungsi organisasi. Dengan kata lain, pada beberapa level

penambahan biaya diperlukan untuk mengatur perusahaan yang lebih besar

melebihi efisiensi keuntungan yang diciptakan oleh skala ekonomi. Sebagai

tambahannya, ketika berhadapan dengan kekomplekan yang dihasilkan oleh

ukuran yang besar, manajer terutama dari perusahaan pengakuisisi memutuskan

bahwa kontrol birokrasi akan digunakan untuk mengatur operasi perusahaan

kombinasi. Kontrol birokrasi adalah dirumuskannya pengawasan dan perilaku

29
hukum atas peraturan yang dibentuk untuk menjamin konsistensi keputusan dan

tindakan antar unit yang berbeda di dalam perusahaan. Konsistensi keputusan

dan tindakan dalam hal ini dapat menguntungkan perusahaan, terutama dalam

pembentukan prediksi dan penurunan biaya.

2.9. Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi

Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada

“manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya

terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara

lain adalah (Moin, 2003) :

Kelebihan Merger

1. Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding

pengambilalihan yang lain.

Kekurangan Merger

1. Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada

persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, sedangkan

untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama

Kelebihan Akuisisi

1. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang

saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran bidding firm,

mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak bidding firm.

30
2. Dalam akusisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung

dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer

sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan

3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,

akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak

bersahabat (hostile takeover).

4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan

mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada

halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

Kekurangan Akuisisi

1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui

pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran

dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara

setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi

2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi

merger.

2.10 Restrukturisasi

Pada intinya, restrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis,

yaitu Restrukturisasi Portofolio/Aset, Restrukturisasi Modal Atau Keuangan,

dan Restrukturisasi Manajemen/Organisasi. Sebenarnya setiap perusahaan dapat

menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat. Namun perusahaan

dapat juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktivitas

restrukturisasi saling terkait.

31
2.10.1 Restrukturisasi Portofolio/Aset

Kegiatan penyusunan portofolio perusahaan agar kinerja perusahaan menjadi

semakin baik yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan meliputi setiap aset, lini

bisnis, divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.

32
2.10.2 Restrukturisasi Modal/Keuangan

Penyusunan ulang komposisi modal perusahaan. Hal ini dilakukan agar

kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat

dievaluasi berdasarkan laporan keuangan, yang terdiri dari

neraca, rugi/laba, laporan arus kas, serta posisi modal perusahaan. Berdasarkan

data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, maka akan diketahui

tingkat kesehatan perusahaan. Selanjutnya kesehatan perusahaan dapat diukur

berdasarkan rasio kesehatan, seperti tingkat efisiensi (efficiency ratio), tingkat

efektivitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio), tingkat

likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turnover), leverage

ratio dan market ratio.

2.10.3 Restrukturisasi Manajemen/Organisasi

Penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja,

sistem operasional, atau hal lainnya yang berkaitan dengan masalah manajerial dan

organisasi. Dalam hal restrukturisasi manajemen atau organisasi, perbaikan kinerja

dapat diperoleh dengan berbagai cara. Diantaranya adalah dengan pelaksanaan yang

lebih efisien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik, dan kompetensi staff

yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.

33
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan paper yang telah dibuat adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan dapat melakukan ekspansi dengan cara membeli perusahaan yang

telah ada. Cara semacam ini disebut sebagai akuisisi atau merger. Karena itu, keputusan

akuisisi sebenarnya merupakan keputusan investasi. Sama seperti setiap keputusan

investasi, maka pertimbangan yang perlu dipegang adalah apakah investasi tersebut

akan menaikkan kekayaan pelaku investasi atau tidak. Dengan demikian alasan untuk

melakukan diversifikasi atau untuk meningkatkan EPS, kita sebut sebagai alasan yang

meragukan. Satu-satunya alasan yang dapat diterima adalah karena dengan akuisisi

tersebut kemakmuran pemilik perusahaan menjadi lebih besar. Kemakmuran yang lebih

besar akan ditunjukan dari apakah manfaat akuisisi tersebut lebih besar dari biaya

akuisisi.

2. Akuisisi dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai maupun dengan

penukaran saham, maka identifikasi biaya akuisisi pun perlu dikaitkan dengan cara

pembayaran akuisisi. Apabila akuisisi dilakukan dengan cara pertukaran saham maka

bekas pemegang saham perusahaan yang diakusisi sekarang menjadi pemegang saham

perusahaan yang mengakuisisi. Dengan demikian maka keuntungan atau kerugian

setelah akuisisi akan ikut dinikmati dan ditanggung mereka. Akuisisi dapat dilakukan

secara “bersahabat” ataupun dengan hostile takeover. Umumnya penolakan akuisisi

34
berasal dari pihak manajemen perusahaan yang diakuisisi. Hal ini dapat dimengeri,

karena merekalah yang kemungkinan besar akan kehilangan posisi mereka. Karena itu

mereka mungkin menggunakan berbagai taktik mempertahankan diri seperti golden

parachute, white knight, dan poison kill.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan paper yang telah dibuat adalah sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana prosedur penerapan merger

dan akuisisi di Indonesia dengan isu saat ini mengenai merger Gojek dan

Tokopedia di tahun 2021.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apa saja kendala-kendala pada saat

dilakukan merger dan akuisisi, serta dampak pengurus perusahaan setelah di

lakukan merger dan akuisisi di Indonesia.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Moin. 2003. Merger, Akusisi dan Divestasi. Jilid 1.Yogyakarta : Ekonisia.

Davis, W. 2009. The Importance of Due Diligence Investigations: Failed Mergers and
Acquisitions of the United States Company. Ankara Bar Review.

Hackbart, Dirk; Miao, Jianjun, dan Erwan Morellec. 2004. Capital Structur
Credit Risk, and Macroeconomic Condition. Journal of Finance. Hal 1-39
Blomington: Indiana University.

Hadiningsih, Murni. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan
Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). SKRIPSI. Sarjana Jurusan Manajemen
Keuangan, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Helmalia. 2007. Analisis Strategi Akuisisi dan Restrukturisasi dalam Bisnis


Perusahaan. Jurnal Lembaga Keuangan 1(1). SKRIPSI. Institut Agama Islam
Negeri Imam Bonjol Padang.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Ketujuh. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Lemieux, O. P., & Banks, J. C. 2007. High-tech M&A-Strategic Valuation.


Management Decision.

I Made Sudana. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik.


Jakarta: Erlangga

Mallikarjunappa, T., & Nayak, P. 2007. Why Do Mergers and Acquisitions Quite Often
Fail? Journal of AIMS International.

Motta, M. 2004. Competition Policy Theory and Practice.

Murray, A. 2013. Leadership Style. The Wall Street Journal Guide to


Management.

Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan


Perseroan Terbatas. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998, LN
No.40 Tahun 1998, TLN No. 3741.

Setiawan, Anton. 2004. Beberapa Aspek Dalam Merger Dan Akuisisi. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 2. No. 1. April.

36
Sudarsanan, 1999, The Essence of Merger dan Akuisisi, Andi, Yogyakarta.

Roller, L., Stennek, J., & Verboven, F. 2006. Efficiency Gains from Mergers, in
European Merger Control: Do We Need and Efficiency Defence. Edward Elgar.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha/ Perkom. 2009. Lampiran Peraturan Komisi


Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2009, 1–22

Tarigan, Joshua., Swenjiadi Yenewan dan Grace Natalia. 2016. Merger dan
Akuisisi: Dari Perspektif Strategis dan Kondisi Indonesia (Pendekatan
Konsep dan Studi Kasus. Ekuilibria: Jogjakarta.

Tower Watson. 2012. Organisations Face a Huge Retention Risk with Nearly Two-
thirds of the Indonesian Workforce Not Highly Engaged. Diakses dari
https://www.towerswatson.com/en-ID/Press/2012/09/organisations-face-ahuge-
retention-risk-with-nearly-two-thirds-of-the-indonesian- workforce (10 Maret
2021).

Wibobo, Amin dan Y. M. Pakareng. 2001. Pengaruh Pengumuman Merger dan Akuisisi
terhadap Return Saham Perusahaan Akuisitor dan Non Akuisitor dalam sektor
Industri yang Sama di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
16(4) hal 372-387.

Baridwan, Zaki. 1998. Sistem Akuntansi: Penyusunan Prosedur dan Metode.


Yogyakarta: BPFE.

37

Anda mungkin juga menyukai