(PUSAT LABA)
Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Dosen Pengampu: Yane Devi Anna S.E, M.Si., Ak
KELOMPOK I
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji dan syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Profit Center
Measuring & Controlling Asset Employed (Pusat Laba) ”. Tujuan dibuatnya makalah
ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen.
Dalam pembuatan makalah ini tidak sedikit penulis mengalami kesulitan, hal itu
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik, khususnya bagi para pembaca. Akhirnya dengan
segalaketerbatasan yang ada semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta bermanfat untuk banyak pihak.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1 Pertimbangan Umum..............................................................................................................5
Kondisi-kondisi dalam mendelegasikan tanggung jawab laba...................................................5
Manfaat Pusat Laba...................................................................................................................6
Kesulitan dengan Pusat Laba.....................................................................................................7
2.2 Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba.........................................................................................8
Batasan atas Wewenang Unit Bisnis.........................................................................................8
2.3 Pusat Laba Lainnya.........................................................................................................11
Unit-unit Fungsonal.................................................................................................................11
Organisasi lainnya...................................................................................................................13
2.4 Mengukur Profitabilitas...................................................................................................13
Jenis-jenis Ukuran Kinerja......................................................................................................14
BAB III...........................................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pertimbangan umum dalam pusat laba.
2. Untuk mengetahui alasan unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba.
3. Untuk mengetahui contoh-contoh pusat laba lainnya selain unit-unit
bisnis.
4. Untuk mengetahui jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam
mengevaluasi suatu pusat laba.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertimbangan Umum
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi
atau pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika
suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana setiap unit utama
bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini
disebut dengan istilah divisionalisasi. Sebagai aturan, perusahaan membuat
unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk melimpahkan
wewenang yang lebih luas kepada menejer-menejer operasi. Meskipun
tingkat pelimpahan wewenang tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke
perusahaan yang lain, tetapi wewenang yang lengkap untuk menghasilkan
laba tidak pernah dilimpahkan ke satu segmen tunggal dalam suatu bisnis.
5
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan
rangkaian yang mulai dari pusat tanggungjawab yang sangat jelas merupakan
pusat laba sampai pusat tanggung jawab yang bukan merupakan pusat laba.
Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung
jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya.
6
Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba
sangat responsif terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitif
nya.
7
Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam
organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup baik
untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.
Mungkin ada terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek
dengan mengorbankan profitabilitas jangkan panjang. Karena ingin
melaporkan laba yang tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan
penelitian dan pengembangan, program-program pelatihan, ataupun
perawatan. Kecenderngan ini terjadi ketika frekuensi pergantian manajer
pusat laba relatif tinggi. Dalam situasi seperti ini, para manajer memiliki
alasan yang tepat untuk percaya bahwa tindakan-tindakan yang mereka
ambil tidak mempengaruhi profitabilitas sampai mereka pindah ke
pekerjaan lain.
Tidak ada sistem yang sangat memuaskan untuk memasikan bahwa
optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan
laba perusahaan secara keseluruhan.
8
menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan tersebut
akan kehilanganmanfaatdari sinergi dan ukuran yang ada. Lebih jauh
lagi,jika semua wewenang yang diberikanoleh dewan direksi kepada CEO
didelegasikan ke manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior
melepaskan tanggung jawabnya sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis
mencerminkan trade-off antara otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan.
Efektivitasnya suatu organisasi unit bisnissangat bergantung pada hal
tersebut.
9
adanya keseragaman yang diperlukan; dan (3) batasan yang timbul dari
nilai ekonomis sentralisasi.
10
Pada umunya, batasan korporattidak menimbulkan
permasalahan yang fatal dalam suatu struktur yang
terdesentralisasi,selama hal itu dikemukakan secara eksplisit.
Manajemen unit bisnis harus memahami kebutuhan penyelarasan
masalah dan harus menghadapinya dengan lapang dada. Masalah-
masalah utama cenderung timbul dalam aktivitas jasa yang dilakukan
oleh korporat. Sering kali unit bisnis mempercayai (terkadang benar)
bahwa jasa yang sama dapat diperoleh dari luar perusahaan dengan
biaya yang lebih rendah.
Unit-unit Fungsonal
a. Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan
membebankan biaya dari produk yang terjual. Harga transfer ini
memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran dalam
membuat trade-off pendapatan/ pengeluaran yang optimal, dan praktik
11
standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan
profitabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang
dibuat. Harga transfer yang dibebankan ke pusat laba harus berdasarkan
biaya standar, dan bukan biaya aktual dari produk yang terjual. Dengan
menggunakan dasar biaya standar memisahkan kinerja biaya pemasaran
dari kinerja biaya manufaktur, dimana hal ini mempengaruhi perubahan
tingkat efisiensi yan berada diluar kendali manajer pemasaran.
b. Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana
manajemen dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standar dan anggaran
overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan masalah, karena ukuran
tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas
seluruh aspek dari pekerjaannya. Sebagai contoh:
12
c. Unit Pendukung dan Pelayanan
Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi,
teknik, konsultan, layanan konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis
dapat dijadikan sebagai pusat laba. Hal ini dapat dioperasikan kantor
pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau dapat dipenuhi di dalam
unit bisnis itu sendiri. Unit bisnis tersebut membebankan biaya
pelayanan yang diberikan, dengan tujuan finansial untuk menghasilkan
bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan setara dengan pengeluaran.
Organisasi lainnya
13
(coordinating), dan para pengendalian (controlling) kegiatan sehari-hai dari
pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi kegiatan sehari-hari
dari pusat laba dan sebagai alat utuk memberikan motivasi yag tepat bagi para
manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus
pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih
(yaitu, pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang
pantas untuk overhead korporat, dialokasikan ke pusat laba). Meskipun
demikian, kinerja manajer pusat laba dapat dievakuasi berdasarkan lima
ukuran profitabilitas; (1) Margin Kontribusi, (2) Laba langsung, (3) laba yang
dapat dikendalikan, (4) laba sebelum pajak, (5) laba bersih.
1) Margin Kontribusi
Margin Kontribusi (contribution margin) menunjukkan rentang
(spread) antara pendapatan dengan beban variabel. Alasan utama ini
digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba adalah
bahwa karena beban tetap (fixed expense) berada diluar kendali manajer
tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan margin kontribusi. Permasalahan dari argumen tersebut
14
adalah bahwa alasannya tidak tepat; karena pada keyataannya, hampir
seluruh pengeluaran tetap dapat dikendalikan oleh para manajer.
2) Laba Langsung
Laba Langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat
laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan. Ukuran ini
menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluarkan
atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa mempedulikan
apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer pusat laba atau tidak.
Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak
termasuk dalam perhitungan ini.
Kelemahan dari pengukuran laba langsung adalah bahwa ia
tidak memasukkan unsur manfaat motivasi dari biaya-biaya kantor pusat.
3) Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori: dapat dikendalikan tidak dan dapat
dikendalikan. yang termasuk kategori pertama adalah pengeluaran-
pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling tidak pada tingkat tertentu
oleh manajer unit bisnis, layanan teknologi informasi misalnya. Jika
biaya-biaya ini termask dalam sistem pengukuran, maka laba yang
dihasilkan setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang dipengaruhi oleh
manajer pusat laba tersebut. Kekurangan utama dari ukuran ini adalah
karena ukuran tersebut tidak memasukkan beban kantor pusat yang tidak
dapat dikendalikan, maka ukuran ini tidak dapat langsung dibandingkan
baik dengan data yang diterbitkan atau data asosiasi dagang yang
melaporkan laba dari perusahaan-perusahaan lain di industri yang sama.
4) Laba Sebelum Pajak
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan kepusat
laba berdasarkan jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat
laba. Ada dua argumen yang menentang alokasi ini. Pertama, karena
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh stafdi departemen korporat seperti
bgian keuangan, akuntansi, dan bagian sumber daya manusia tidak dapat
15
dikendalikan oleh manajer pusat laba, maka manajer tersebut sebaiknya
tidak dianggap bertanggung jawab untuk biaya tersebut. Kedua, sulit
untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang secara wajar
mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.
Meskipun demikian, ada tiga argumenyang mendukung
dimasukannya overhead korporat ke dalam laporan kinerja dari pusat
laba. Pertama, unit jasa korporat memiliki kecenderungan untuk
meningkatkan dasar kekuatan dan untk memperluas keunggulannya tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Mengalokasikan biaya-biaya overhead perusahaan kepada pusat laba
akan meningkatkan kecenderungan bahwa para manajer pusat laba akan
mempertanyakan biaya-biaya ini, untuk memeriksa pengeluaran kantor
pusat. Kedua, kinerja setiap pusat laba akan lebih realistis dan lebih
dapat diperbandingkan dengan kinerja para pesaing yang memberikan
jasa yang sama. Ketiga, ketika para manajer mengetahui bahwa pusat
laba mereka tidak akan menunjukkan laba kcualibsemua biaya termasuk
bagian overhead perusahaan yang dialokasikan tertutupi, maka mereka
akan termotivasi untuk membuat keputusan pemasaran jangka panjang
yang optimal, penetapan harga, bauran produk, dan lain-lain, yang akan
memberikan manfaat (bahkan dalam memastikan potensi) bagi
perusahaan secara keseluruhan.
5) Laba Bersih
Disini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik
berdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah
pajak. Ada dua argumen utama yang menentang metode ini : (1) laba
setelah pajak sering kali merupakan persentase yang konstan atas laba
sebelum pajak, dalam kasus mana tidak terdapat manfaat dengan
memasukan unsur pajak penghasilan; dan (2) karena banyak keputusan
yang mempengaruhi pajak penghasilan dibuat dikantor pusat, maka
tidaklah tepat jika para manajer pusat laba harus menanggung
konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pusat laba adalah suatu unit organisasi yang didalamnya pendapatan
dan beban diukur secara moneter. Dalam menetapkan suatu pusat laba,
suatuperusahaan mendelegasikan wewenangnya dalam pengabilan keputusan
ketingkat lebih rendah yang mmiliki informasi ang relevan dalam membuat trade-
off pengeluaran/pendapatan. Tindakan ini dapat meningkatkan kecepatan dalam
pengambilan keputusan, kualitas keputusan, memutuskan perhatian yang lebih
besar untuk profitabilitas, dan memberikan pengukuran yang lebih luas atas
kinerja manajemen yang merupakan beberapa diantara keunggulan-keunggulan
yang ada.
Batasan pada otonomi pusat laba mungkin ditimbulkan oleh unit-unit bisnis lain
dan oleh manajemen korporat. Batasan ini harus segera eksplisit disadari dalam
aktivitas operasi pusat laba.
Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan
bagaimana pendapatan danpengeluaran diukur. Dalamhal pendapatan, pilihan
metode pengakuan pendapatan sangatlah pendting. Dalam hal pengeluaran,
pengukuran dapat bervariasi mulai dari biaya variabel yang dikeluarkan pusat laba
sampai overhead korporat yang dialokasikan penuh, termasuk pajak penghasilan
penilaian-penilaian yang berhubungan dengan pengukuran pendapatan dan biaya-
biaya harus dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan teknik akuntansi, melainkan
yang lebih penting lagi adalah berdasarkan pertimbangan perilaku. Kuncinya
adalah memasukkan beban dan pendapatan dalam laporan manajer pusat laba
yang dipengaruhioleh tindakan manajer tersebut,bahkan jika tidak secara penuh.
17
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami selesaikan, kami berharap agar
makalah yang kami susun ini, menjadi bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca, dan menambah wawasan mengenai Profit Center Measuring &
Controlling Asset Employed (Pusat Laba). Mohon maaf karena manusia tidak
luput dari kesalahan dan kami pun masih dalam tahap belajar maka dari itu
kami menerima kritik dan saran pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://materiakuntansikeuangan1.blogspot.com/2018/04/makalah-pusat-laba.html
19