Anda di halaman 1dari 16

ASPEK PERPAJAKAN ATAS ASURANSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Perpajakan
Dosen Pembimbing: Lina Said, SE.,Msi.,Ak.

Disusun Oleh:
Nita Dwiriyani (C10170083)
Nur Anita Novianti (C10170090)

AKUNTANSI S-1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya, maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Seminar Perpajakan yang berjudul, “Aspek
Perpajakan Pada Asuransi”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Seminar pajak.
Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri
penyusun tentang mata kuliah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak
yang terlibat secara langsung maupun tidak atas sumber-sumber materi sebagai bahan referensi
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis
makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi tambahan di
mata kuliah Seminar Pajak.

Bandung,16 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Pengertian Asuransi.......................................................................................................3

2.2 Dasar Hukum Pajak Asuransi........................................................................................4

2.3 Subjek Pajak...................................................................................................................5

2.4 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak.............................................................................6

2.4.1 Bukan Objek Pajak.................................................................................................6

2.4.2 Objek Pajak............................................................................................................7

2.5 Aspek Perpajakan Asuransi...........................................................................................7

2.6 Studi Kasus....................................................................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan


yang tidak jauh berbeda dari bank pada umumnya, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa
yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa depan
atau masa yang akan datang. Bisa kita lihat dengan jelas bahwa perkembangan industri asuransi
di Indonesia meningkat begitu cepat dan pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya asuransi. Mengingat pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang
semakin baik, maka asuransi dinilai memiliki pangsa pasar yang bisa dikatakan luas,
dikarenakan selain bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang asuransi, masyarakat tidak
lagi memandang asuransi sebagai kebutuhan sekunder dan hanya bisa dimiliki orang berduit
saja, tetapi mereka juga mulai berfkir bahwa saat ini asuransi sudah merupakan kebutuhan
disemua aspek kehidupan, baik itu dalam aspek pendidikan, dalam aspek kesehatan, aspek
usaha, masa pensiun bahkan sampai kematian. Dan tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari
peran serta para pelaku.
industri asuransi yang mulai ramai memperkenalkan berbagai-bagai manfaat asuransi serta
berbagai produk yang dimiliki oleh industri asuransi tersebut kepada masyarakat, dan itu terjadi
bukan hanya pada masyarakat menengah keatas, tetapi juga hingga pada masyarakat pada level
menengah kebawah.
Industri Asuransi di Negara kita menjadi penting peranannya karena dalam kegiatan
perlindungan resiko, perusahaan asuransi mampu menghimpun dana masyarakat dari
penerimaan premi. Perkembangan ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam
jumlah yang memadai. Pelaksanaanya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri. Untuk itu
diperlukan usaha pengerahan dana masyarakat. Peranan asuransi dalam pembangunan ekonomi
nasional yang semakin meningkat membuat masyarakat semakin membutuhkan kehadiran
industri Asuransi yang kuat dan dapat diandalkan.
Dalam hal karakteristik, perusahaan asuransi memiliki perbedaan karaketeristik dengan

1
perusahaan nonasuransi, yaitu seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi –
retrosesi. Pendapatan dalam usaha asuransi diketahui dan terjadi lebih dahulu, sementara beban
klaim merupakan beban utama industri asuransi yang belum terjadi. Aktivitas operasi dan
transaksi-transaksi yang terkait dengan Industri Asuransi sendiri tidak lepas pula dengan
kegiatan perbankan yang ada di Indonesia. Dan karena industri asuransi memiliki peran juga
dalam proses perkembangan perekonomian di Indonesia maka, kita juga perlu mencermati
apakah penerapan Akuntansi perpajakan dalam Industri Asuransi apakah sudah sesuai atau
tidak.
Pajak adalah salah satu sumber utama penerimaan negara, dan bagi negara semakin besar
pajak akan semakin baik keuangan suatu Negara, kontribuai Pajak bagi Pendapatan Asli Negara
begitu besar dan sangat menunjang Perekonomian suatu bangsa. Pemerintah saat ini
memperbaiki sistem pajaknya karena sistem lama dianggap banyak mempunyai kelemahan-
kelemahan, ini dilakukan untuk mengamankan pendapatan negara dari sektor pajak agar tidak
bocor, upaya ini dilakukan agar penerimaan negara dari pajak dari tahun ke tahun terus
meningkat. Perkembangan ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam jumlah yang
memadai. Industri asuransi memiliki peran dalam proses perkembangan perekonomian di
Indonesia untuk itu kita juga perlu mencermati apakah penerapan Akuntansi perpajakan dalam
Industri Asuransi apakah sudah sesuai atau tidak, mengingat sumbangan Pajak bagi
perkembangan ekonomi di Indonesia yang begitu sentral. Dalam industri Asuransi

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Asuransi ?


2. Apa saja yang menjadi Dasar Hukum dari Perpajakan Asuransi ?
3. Bagaimana aspek perpajakan atas Asuransi ?
4. Bagaimana contoh kasus pajak atas Asuransi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Asuransi


2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Dasar Hukum dari Perpajakan Asuransi
3. Untuk mengetahui bagaimana aspek pajak atas Asuransi.
4. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus pajak atas asuransi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi

Undang-Undang No. 2 Th 1992 tentang usaha perasuransian, menyatakan Asuransi adalah


perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi adalah perjanjian antara
penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk
memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.
 Prinsip Dasar Asuransi
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Insurable interest, Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,
antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
2. Utmost good faith, Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua
fakta yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.
3. Proximate cause, Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari
sumber yang baru dan independen.
4. Indemnity, Suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam
upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum
terjadinya kerugian.

3
5. Subrogation, Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar.
6. Contribution, Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut
memberikan indemnity
 Jenis Usaha Asuransi di Indonesia
1. Asuransi Kerugian
Asuransi kerugian berfungsi memberikan jasa untuk menanggulangi resiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, serta tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, yang muncul karena
suatu peristiwa yang tidak pasti.
2. Asuransi Jiwa
Fungsi dari suransi jiwa adalah untuk memindahkan resiko jika terjadi kematian pada
individu, maka ahli warisnya akan mendapatkan sejumlah uang yang sering dikenal sebagai
uang pertanggungan. Untuk lingkup asuransi jiwa di Indonesia saat ini, Anda mungkin sering
mendengar asuransi tradisional seperti term life atau asuransi jiwa berjangka, endowment atau
asuransi jiwa tradisional dengan kombinasi tabungan, whole life atau asuransi jiwa seumur
hidup, dan polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked.
Kebanyakan perusahaan asuransi besar di Indonesia hanya menjual jenis asuransi unit
linked saja, dan tidak menjual produk asuransi jenis lainnya. Sehingga asuransi linked menjadi
yang paling populer di masyarakat. Keuntungan asuransi linked selain memberikan manfaat
proteksi pada asuransi jiwa, juga memberikan kesempatan Anda untuk terlibat secara langsung
dalam investasi, salah satunya adalah reksadana.
3. Reasuransi
Reasuransi berfungsi untuk memberikan jasa dalam pertanggungan ulang atas resiko yang
mungkin terjadi pada perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.

2.2 Dasar Hukum Pajak Asuransi

1. Undang-undang republik indonesia nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian


2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
3. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

4
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tentang Tata Kelola Perusahaan
yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian Peraturan Menkeu ini dibuat untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Peraturan Menkeu ini dibuat untuk
mendorong pertumbuhan industri perasuransian dan meningkatkan perlindungan terhadap
tertanggung atau pemegang polis. Dengan demikian perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap ketentuan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi.
7. Jasa Agen Asuransi: Kelompok ini mencakup kegiatan badan usaha yang bertindak untuk
dan atas nama perusahaan asuransi dalam memasarkan atau menjual suatu produk
asuransi. (PER-17/PJ/2015).
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-100/PJ/2009 tentang Penggunaan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Petugas Dinas Luar Asuransi Dan
Distributor Perusahaan Multilevel Marketing atau Direct Selling.

2.3 Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah :


1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak
3. Badan, Klasifikasi Objek Pajak Badan
 Penghasilan yang merupakan Objek Pajak tidak bersifat final (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
 Penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dipotong PPh final (Pasal 4 ayat (2) UU
PPh)
 Penghasilan yang bukan merupakan merupakan Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

5
2.4 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak

2.4.1 Bukan Objek Pajak

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal zakat atau lembaga
amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 18 Tahun 2009)
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-245/PMK.03/2008)
3. Warisan
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara
final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan bagi perseroan terbatas,
badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud dalam

6
huruf g di atas, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan (KMK-651/KMK.04/1994)
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
10. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK-246/PMK.03/2008)

2.4.2 Objek Pajak

Objek pajak atas penghasilan agen asuransi adalah honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalarn bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa
yang dilakukan sebagai agen asuransi lpekerjaan bebasl. ( PER-16/P J/2016).

2.5 Aspek Perpajakan Asuransi

Dasar perhitungan dan perlakuan perpajakan bagi perusahaan asuransi adalah Penghasilan
Kena Pajak (PKP) yang berasal dari pendapatan setelah dipotong biaya yang telah
diperbolehkan. Tetapi karena ketentuan asuransi yang berbeda dari bisnis lain, terdapat
beberapa kriteria yang berbeda dari bisnis lain, diantaranya sebagai berikut.
1. Pendapatan
Untuk kriteria pendapatan perusahaan asuransi bersumber dari premi asuransi, termasuk
juga premi asuransi bagi perusahaan reasuransi yang diperoleh dari klien atau nasabah. Pada
premi asuransi yang sudah dibayar pemegang polis terkait dengan periode pertanggungan lebih
dari 1 tahun dan pengakuan penghasilannya dihubungkan dengan metode pembukuan Wajib
Pajak sebagai berikut.
1) Jika metode pembukuan yang digunakan wajib pajak merupakan stelsel akrual, maka
pengakuan penghasilan atas premi asuransi tersebut dianggarkan secara proporsional
pada tahun-tahun terkait periode pertanggungan tersebut.
2) Jika metode pembukuan yang digunakan wajib pajak merupakan stelsel kas atau stelsel
campuran, maka pengakuan penghasilannya dibagi menajdi dua kategori yaitu:
a. Penerimaan premi asuransi dimuka, sehingga diakui ketika premi tersebut diterima
b. Penerimaan premi asuransi setelah masa pertanggungan, sehingga premi tersebut
dianggarkan selama periode pertanggungan.

7
2. Perhitungan Cadangan yang Dapat Dibiayakan
 Asuransi Kerugian
Untuk cadangan premi yang ditanggung sendiri dijelaskan sebagai berikut :
a. Jumlah cadangan premi tanggungan adalah 40% dari besar premi tanggungan sendiri
yang diterima atau didapatkan pada tahun pajak yang terkait.
b. Besar cadangan premi tanggungan sendiri merupakan premi yang telah diterima atau
didapatkan, namun belum merupakan penghasilan pada tahun pajak terkait
c. Jumlah cadangan premi tanggungan ini merupakan penghasilan pada tahun pajak
setelahnya
Ketentuan klaim untuk perusahaan asuransi kerugian yang ditanggung sendiri memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Jumlah cadangan klaim tanggungan sendiri sebesar 100% dari jumlah klaim yang sudah
disepakati tetapi belum dibayar dan klaim yang sudah
2. Dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tidak termasuk klaim yang belum dilaporkan
3. Cadangan klaim tanggungan sendiri tersebut dibentuk pada akhir tahun Pajak
4. Jumlah klaim yang sebenarnya dibayar oleh perusahaan asuransi kerugian dibebankan
kepada perkiraan cadangan klaim tanggungan sendiri
Cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa adalah sebagai berikut :
1. Besarnya cadangan premi perusahaan asuransi jiwa ditetapkan sesuai dengan
penghitungan aktuaria yang telah memperoleh pengesahan dari Badan Pengawas Pasar
Modal, serta Lembaga Keuangan
2. Peningkatan besar saldo akhir jika dibandingkan dengan saldo awal tahun dari cadangan
premi adalah biaya dalam tahun terkait
3. Jika terjadi pembayaran klaim kepada tertanggung jumlah tersebut dibebankan kepada
perkiraan cadangan premi
3. Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 atau UU PPN, jasa asuransi termasuk
kategori Jasa Tidak Kena Pajak atau non JKP. Hal ini berarti jasa asuransi non JKP merupakan
jasa pertanggungan yang mencakup asuransi kerugian, asuransi jiwa, serta reasuransi, yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dalam ketentuan ini tidak termasuk jasa penunjang seperti
agen asuransi, konsultan asuransi dan penilai kerugian asuransi. Maka dari itu, perusahaan

8
asuransi tidak wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan jasa penunjang
asuransi wajib dikukuhkan sebagai PKP, kecuali yang berada pada kriteria perusahaan kecil.
Itulah penjelasan lengkap tentang pajak perusahaan asuransi yang harus Anda pahami, sehingga
dapat memudahkan Anda jika terlibat dalam pajak terkait.
4. PPh Pasal 23
Pembayaran dividen asuransi (pembagian keuntungan dari perusahaan asuransi kepada
nasabah = Mutual Fund) wajib dipotong PPh Pasal 23 (Dividen). Hal ini juga berlaku untuk
tambahan manfaat diluar yang tercantum dalam polis asuransi.
5. PPh Pasal 21
Penghasilan yang diperoleh dalam hubungan Kepegawaian:
a. Penghasilan Teratur (Gaji, Tunjangan, Bantuan, Premi, dll)
b. Penghasilan Tidak Teratur (Insentif, THR, Cuti, dll)
6. PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Pembayaran Manfaat Asuransi (Ekspirasi/Tebus/Redemption) wajib dipotong PPh Final
Pasal 4 ayat (2) apabila dibayarkan dalam jangka waktu 3 tahun atau kurang sejak mulai
asuransi dan nilai tunainya melebihi total nilai premi yang telah dibayar nasabah. Pemotongan
PPh dikenakan atas selisih lebih tersebut sebesar 20%. (SE-09/1997).

2.6 Studi Kasus

“ Pencairan Polis Asuransi Jiwa Tidak Dikenakan Pajak Final “


Sejak 24 Juli 2015 lalu, para penerima manfaat yang mencairkan polis asuransinya tak lagi
dipotong pajak penghasilan (PPh) final sebesar 15 persen. Sebelumnya, manfaat polis asuransi
yang dicairkan sebelum tiga tahun terkena PPh final 15 persen.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak (Dirjen) Nomor 56/PJ/2015 menyatakan, selisih lebih
antara manfaat tabungan yang diterima dengan premi yang dibayarkan tidak termasuk yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 131 tahun 2000.
PPh final hanya dikenakan atas bunga deposito atau tabungan yang ditempatkan di bank
dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang dibayarkan oleh Bank Indonesia.

"Sudah tidak lagi kami potong 15 persen," tandas Togar Pasaribu, Pjs. Direktur Eksekutif
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jumat (23/10/2015).

9
Meski begitu, surat edaran ini masih membuat perusahaan asuransi kebingungan. Sebab,
belum ada kejelasan apakah pembebasan pajak ini berlaku untuk nasabah eksisting yang sudah
menarik dana atau pemegang polis baru. Hal lain yang masih belum jelas adalah produk
asuransi unitlink.
Hendrisman Rahim, Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya meminta agar Ditjen Pajak
juga membebaskan PPh final untuk pencairan produk unitlink. selama ini, kata Hendrisman,
Ditjen Pajak menganggap unitlink termasuk produk investasi sehingga masih dikenakan pajak.

"Padahal pengembangan produk yang dikaitkan dengan investasi itu adalah produk dwiguna,"
tandas Hendrisman.

Makanya, AAJI mengirimkan surat kepada Dirjen Pajak tentang kejelasan aturan main dari
surat edaran tersebut. Ketidakjelasan ini membuat perusahaan asuransi seperti PT BNI Life
Insurance tidak menerapkan pembebasan pajak untuk semua produknya. Baru produk murni
proteksi yang telah dibebaskan pajaknya. Adapun varian produk asuransi yang ranahnya abu-
abu belum diberlakukan pembebasan pajak.

"Hal ini menunggu kesepakatan dengan asosiasi dan Ditjen Pajak," kata Geger Maulana, Wakil
Direktur Utama PT BNI Life Insurance.

Toh begitu, ia menyambut baik relaksasi ini. Kata Geger, pembebasan pajak memudahkan
perusahaan menjual produk asuransi. Ujung-ujungnya pendapatan premi perusahaan bisa
terbang tinggi.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak merupakan kewajiban warga negara dalam menyisihkan prosentase atas jumlah
nominal suatu benda atau penghasilan yang dimilikinya kepada pemerintah.Hal tersebut diatur
dalam UU Perpajakan yang dibuat oleh pemerintah.
Sedangkan asuransi menurut Undang-Undang No. 2 Th 1992 tentang usaha perasuransian,
menyatakan Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung
membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan,
kematian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa
yang tak terduga.
Jenis usaha asuransi di indonesia ada tiga yaitu :
1. Asuransi kerugian
2. Asuransi jiwa, dan
3. Reasuransi
Perlakuan perpajakan atas usaha asuransi hampir sama dengan ketentuan perpajakan untuk
badan dimana yang menjadi objek pajak nya adalah penghasilan agen asuransi adalah
honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalarn bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan sebagai agen asuransi lpekerjaan bebasl.
( PER-16/P J/2016

11
DAFTAR PUSTAKA

https://money.kompas.com/read/2015/10/25/121300826/Pencairan.Polis.Asuransi.Jiwa.Tidak.Di
kenakan.Pajak.Final.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-100/PJ/2009 tentang Penggunaan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Petugas Dinas Luar Asuransi Dan Distributor
Perusahaan Multilevel Marketing atau Direct Selling.

Undang-Undang republik indonesia nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tentang Tata Kelola Perusahaan yang
Baik bagi Perusahaan Perasuransian Peraturan Menkeu ini dibuat untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan


Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/pajak-perusahaan-asuransi/

12

Anda mungkin juga menyukai